Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

SEJARAH
VOLUME 02 | NOMOR 1 | JUNI 2018

Pelayaran Lintas Selat Makassar:


Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi

Abd. Rahman Hamid


Universitas Indonesia
Email: abdul_pasca@yahoo.com

ABSTRAK - Artikel ini menjelaskan tentang pelayaran lintas Selat Makassar dengan fokus perkembangan
jaringan pelaut Mandar dalam era revolusi (1946-1950). Sumber-sumber yang digunakan berupa arsip,
surat kabar, dan majalah. Hasil penelitian menemukan orientasi pelayaran pelaut Mandar awal revolusi
bersifat politik untuk mendukung perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada Jalur Selatan (Selat
Makassar, Laut Jawa, dan Selat Madura). Pemerintah kolonial semakin kuat menjalankan monopoli
pelayaran pantai dan perdagangan dengan mengoperasikan kapal MKSS untuk membatasi pelaut Mandar
mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Menyikapi kebijakan kolonial, pelaut Mandar mengubah
kegiatan perdagangan mereka ke Jalur Utara (Selat Makassar dan Laut Sulawesi) terutama ke Tawao dan
Kepulauan Sulu. Jalur yang terakhir mengantar pelaut Mandar terkoneksi dengan jaringan ekonomi global
Asia Tenggara.
KATA KUNCI - Selat Makassar, pelaut Mandar, pelayaran, jaringan perdagangan

ABSTRACT -This article describes sea voyage around Makassar Strait focusing on the development of
Mandarese maritime network in the revolutionary period (1946 – 1950). The sources are official archives,
newspapers and magazines. The article states that cause of the voyage was mainly political in order to
support the struggle for independence in the region of so-called the South Path (Makassar Strait, Java
Sea and Madura Strait). The colonial government was against for it by implementing coastal and trade
monopoly and operating patrol ship MKSS to prevent Mandarese visiting harbours in the archipelago.
Responding to the colonial policy, the Mandarese sailors moved their trading activities to the North Path
(Makassar Strait and Celebes Sea) mainly in Tawao and Sulu Island. Finally this second path somehow
delivered Mandarese sailors to connect with South-East Asian economic network.
KEYWORDS - Makassar strait, Mandar sailors, voyage, trade network

PENDAHULUAN latan (Agemeene Secretarie No. 1113) dan


sepertiga (120 buah) kapal dagang Belanda
Pelayaran lintas Selat Makassar sangat su-
milik Koninklijke Pektvaart Maatschappij
lit dilakukan oleh pelaut Mandar, Bugis,
(KPM) hancur di perairan Indonesia (Bi-
Makassar, dan Buton pada masa pendudu-
jkerk 1988: 335).
kan Jepang di Indonesia (1942-1945).
Peluang pelayaran lintas Selat Makas-
Perang antara Jepang dan Sekutu mencip-
sar sesungguhnya terbuka kembali setelah
takan gangguan keamanan bagi pelaut, baik
proklamasi kemerdekaan Indonesia (17
dari udara oleh pesawat tempur maupun
Agustus 1945), namun tidak dapat diman-
dari laut oleh kapal perang. Diperkirakan
faatkan dengan mudah akibat blokade laut
setengah dari 400 perahu di Sulawesi Se-
oleh kapal-kapal Belanda. Kendati demiki-
164 | Abd. Rahman Hamid

an ancaman pelayaran tidak sehebat pada diperoleh dari Arsip Nasional RI dan Per-
masa Jepang. Ada celah bagi pelaut Man- pustakaan Nasional RI di Jakarta serta Di-
dar untuk melanjutkan pelayaran lintas Se- nas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
lat Makassar. Persoalanya adalah bagaima- Sulawesi Selatan di Makassar. Uraian tu-
na orientasi pelayaran Mandar pada awal lisan dimulai dengan peran pelaut Mandar
revolusi (1946-1947). Sementara itu, di ka- pada awal revolusi, kemudian kebijakan
wasan timur Indonesia, kekuasaan Belan- kolonial terhadap pelayaran pantai dan
da masih kuat dengan dibentuknya Negara perdagangan maritim, serta upaya pelaut
Indonesia Timur (NIT: 1946-1950) yang Mandar menyikapi kebijakan tersebut pada
berpusat di Makassar. Kota itu memiliki akhir revolusi.
pelabuhan yang berfungsi sebagai entrepot
(pelabuhan utama) bagi pelaut Mandar MENDUKUNG PERJUANGAN
dan pelaut lain di Indonesia Timur. Untuk KEMERDEKAAN (1946-1947)
meningkatkan sumber pendapatan nega-
Setelah proklamasi kemerdekaan, para pe-
ra, pemerintah menerapkan menopoli pe-
juang berupaya menyiarkan berita tersebut
layaran pantai dan perdagangan dengan
ke berbagai daerah untuk mendapatkan
mengoperasikan Maskapai Kapal Selebes
sambutan dan dukungan dari rakyat Indo-
Selatan (MKSSS). Persoalan berikutnya,
nesia. Karena wilayah Indonesia sebagian
bagaimana pelaut Mandar menyikapi kebi-
besar berupa laut, maka upaya itu ban-
jakan tersebut?
yak dilakukan melalui laut dan oleh atau
Ada dua karya terbaru terkait topik ini.
dengan bantuan pelaut. Juga tidak kalah
Karya pertama ditulis oleh Abd. Rahman
penting bantuan penduduk pulau-pulau
Hamid (2018) tentang perkembangan jarin-
kecil di Selat Makassar yang kebanyakan
gan maritim Mandar awal abad keduapuluh
merupakan suku Mandar. Selain pulau dan
yang mencakup hampir seluruh Indonesia,
penduduk, potensi perahu layar (jenis lete)
bahkan Singapura. Poros utama pelayaran
yang ada di sana sangat penting dalam per-
mereka ialah Ambon dan Singapura seh-
juangan gerilya laut (Sinar Selebes Selatan
ingga dikenal dengan “zaman Ambon” dan
1941: 14-15).1
“zaman Singapura”, sebagai tonggak ke-
Pada Juni 1946, para pejuang asal Su-
jayaan pelayaran Mandar. Tulisan kedua,
lawesi di Jawa yang tergabung dalam An-
dari Wilman Darsono Lumangino (2017),
gkatan Laut Republik Indonesia Persiapan
mengenai jaringan penyelundupan di pan-
Seberang (ALRI-PS) mulai bertolak ke Su-
tai barat Sulawesi Tengah pada 1947-1967.
lawesi untuk mengobarkan semangat per-
Tujuan utama aktivitas itu adalah Davao
juangan mempertahankan kemerdekaan.
(Filipina) dan Tawao (Malaysia). Tulisan
Dua rombongan diberangkatkan dari Si-
terakhir kurang memperhatikan pengaruh
doarjo. Rombongan pertama dipimpin
kebijakan kolonial terhadap pelayaran
Kapten Said dan yang kedua oleh Kapten
lintas Selat Makassar, sebagaimana fokus
Jusuf dengan tujuan yang sama, kota pela-
pada artikel ini.
Sumber-sumber yang digunakan be- 1 Wawancara dengan M. Darwis (usia 80-an tahun),
rupa arsip, surat kabar, dan majalah yang tokoh masyarakat Pulau Kalukalukuang, di Makassar 20
Agustus 2017.
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 165

buhan Majene. Rombongan tersebut kem- untuk mengambil perbekalan, termasuk


bali lagi ke Jawa, karena kekuatan musuh Pulau Dewakan (terletak pada 5024’ LS –
masih kuat di Sulawesi Selatan (Disjar 118026’ BT). Dalam pelayaran dari pulau
1973: 341-342). terakhir ke Kalukalukuang, mereka ber-
Pada awal November, dua kelompok temu dua perahu dari Bare-Bare (Jakarta)
berlayar dari Pelabuhan Pasuruan, Jawa dengan muatan 5.000 kilogram kentang
Timur, ke Sulawesi dengan perahu lambo kering milik Belanda yang akan dibawa ke
Bintang Sausa. Kelompok pertama dip- Makassar. Dua perahu ditahan lalu digiring
impin Letnan II M. Amir dan kelompok ke Kalukalukuang. Pada tanggal 1 Jan-
kedua dipimpin Letnan I M. Arsjad Tem- uari 1947, rombongan M. Amir bertolak
ba. Sebelum berangkat, M. Amir menerima ke Jawa. Mereka singgah di pulau-pulau
dua utusan pejuang dari Mandar, Abd. Hae Madura bagian timur, mengambil perbeka-
dan Buraera, yang kemudian bersama ke lan dan memantau situasi pelayaran di Se-
Sulawesi. Perahu kemudian menuju Pulau lat Madura. Rombongan tiba di Pelabuhan
Pagarungan (Madura). Untuk mengelabui Pasuruan pada 15 Maret dengan dua pera-
musuh, perahu lambo diganti dengan per- hu yang membawa 3.600 kilogram kentang
ahu lete Fathul Jannah milik Madaruppu kering (Disjar 1973: 444). ‘
Kanna Aco. Pelayaran diteruskan sampai Sehari setelah kedatangan rombon-
di Pulau Kalukalukuang pada tanggal 10 gan M. Amir, berangkatlah kesatuan Ba-
November. Dengan bantuan gelarang Haji jak Laut dari Pelabuhan Probolinggo yang
Abdul Halik dan Imam Haji M. Tahir, rom- terdiri atas dua perahu tujuan Majene dan
bongan dibagi dalam tiga perahu. Yang Suppa, dipimpin Kapten Andi Amir dan
pertama perahu Bintang Sausa membawa Letnan Abubakar. Pada awal April, saat
rombongan M. Amir ke Makassar, berla- mendekati pantai Sulawesi, mereka dis-
buh di Pelabuhan Paotere Makassar, den- erang kapal patroli Belanda sehingga ter-
gan tugas bertemu pimpinan kelaskaran paksa putar haluan ke Pulau Karajaan dan
Harimau Indonesia di Makassar dan Bar- Pulau Penyu (Kalimantan Selatan), kemu-
ru. Perahu kedua, Bunga Padi, mengang- dian ke Pulau Kambing dan Masalembu.
kut delapan orang (rombongan M. Amir) Pada pertengahan April, ketika berada di
dipimpin Abdul Hae dan Buraera menuju Pulau Sapudi (Raas) Madura, datang dua
Mandar. Rombongan kedua berhasil mem- kapal patroli Belanda, Hr. Ms. RP 107 dan
bentuk ALRI-PS Mandar. Perahu terakhir, Korvet Bacan 10, dalam tempo tidak ber-
Kota Candi, membawa rombongan I. M. samaan. Dalam pertempuran dengan kapal
Arsjad Temba ke Polombangkeng Takalar yang kedua, para pejuang menyerah dan
(Sinrang 1994: 451; Hamid 2016: 100- kembali ke Pelabuhan Surabaya (Disjar
102). 1973: 446-447).
Setelah bertemu pimpinan Harimau Ekspedisi lain, dilaksanakan meng-
Indonesia di Barru, rombongan M. Amir gunakan perahu Sinar Tangsi milik Tan-
kembali ke Jawa. Mereka singgah di Pulau da Kanna Rasani. Perahu bertolak dari
Dutungan tanggal 12 Desember, kemudian Pelabuhan Majene menuju Pelabuhan
berlayar dan singgah di pulau-pulau kecil Probolinggo pada akhir September 1946.
166 | Abd. Rahman Hamid

Muatan perahu sebanyak delapan ton terdi- pan dan papan para pejuang ke berusaha
ri atas kopra, kelapa buah, minyak kelapa, mencapai pantai. Akibat diserang musuh,
dan kacang hijau untuk disumbang kepada dua orang pejuang meninggal. Yang lain
para pejuang di Jawa. Setelah empat hari berhasil meloloskan diri dan bergabung
berlayar, perahu tiba di Probolinggo. Be- dengan anggota Harimau Indonesia (Dja-
berapa tokoh pejuang Mandar, seperti M. maluddin 1988: 1-6).
Daeng Patompo, Abdul Rauf, dan Andi Beberapa hari setelah peristiwa terse-
Gatie datang ke pelabuhan menemui awak but, Bakar Puang Menda memperbaiki per-
perahu. Mereka saling berbagi informasi ahu dan berlayar ke Pulau Kalukalukuang.
mengenai perjuangan di Jawa dan Sulawe- Nama perahu diganti dengan Kapten Pahl-
si. Perahu kembali ke Sulawesi membawa awan Laut. Pada 1 Juli 1976, atas prakar-
35 pejuang dipimpin Makmur Daeng Si- sa Gubernur Sulawesi Selatan, A.A. Rifai,
taka. Sebelum bertolak, diadakan upacara juga anggota ekspedisi pada 1947, perahu
dan pergantian nama perahu menjadi Kapal dibawa oleh Menda bersama enam awak ke
Sinar Tangsi. Delapan hari berlayar di Laut Surabaya. Dikawal oleh sebuah kapal AL
Bali dan Laut Flores, perahu kemudian tiba hingga tiba di Surabaya. Perahu disimpan
di pantai Palajoe Pandang-pandang, antara di Museum TNI AL Loka Jala Srana. Min-
Jeneponto dan Bantaeng. Mereka disambut iatur perahu itu sendiri tampak pada satu
oleh Karaeng Polombangkeng (Pajonga jembatan sungai di Kabupaten Pangkajene
Daeng Ngalle) dan Karaeng Binamu (H.A. dan Kepulauan (lihat gambar 1).
Mattewakeng), serta pejuang yang lain.
Selanjutnya, perahu kembali ke Mandar
dan berlabuh di Pelabuhan Balanipa (Arsip
MRAD No. 452).
Ekspedisi lain dengan perahu Kapten
Baru (kapasitas 16 ton) milik H. S. Haw-
wa dari Pulau Kalukalukuang, nakhoda
Bakar Puang Menda. Perahu berangkat
dari Pelabuhan Panarukan pada 28 Januari
1947 membawa 36 pejuang ke Sulawesi,
antara lain Kapten Hasan Rala (pimpinan
ekspedisi), A.A. Rifai, Manggu Daeng Si-
ala, Achmad Lamo, dan M. Djafar. Mua- Gambar 1. Miniatur Perahu Kapten Pahlawan
Laut di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
tan perahu terdiri atas 12 ton gula, 9 peti (Foto Abd. Rahman Hamid 2017).
granat, 2 peti obat-obatan, 45 pucuk sen-
jata, dan amunisi. Pada 1 Februari, perahu Berdasarkan uraian tersebut jelas bah-
tiba di Pulau Kalukalukuang. Setelah sing- wa fungsi Pulau Kalukalukuang (pintu se-
gah dua minggu, pada 16 Februari, perahu latan Selat Makassar antara 119000’ BT –
berlayar ke Sulawesi. Satu hari kemudian, 5000’ LS) dalam perjuangan adalah sebagai
akibat cuaca buruk, perahu kandas di pan- titik kumpul dan pengaturan pelayaran dari
tai kampung Cempae Barru. Dengan sam- Jawa ke Sulawesi atau sebaliknya. Fung-
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 167

si itu didukung pemimpin dan penduduk ma sekali bagi bangsa Indonesia, sa-
yang kebanyakan merupakan suku Man- toe hari jang penoeh kegembiraan,
dar. Penduduk pulau itu memiliki hubun- karena hari ini kami berkesempatan
memperkenalkan kapal pertama dari
gan dengan penduduk pulau-pulau Madura
Maskapai kami, jang oleh pemboe-
bagian timur yang dihuni suku Madura dan ka djalan dari tjita2 ini jaitoe P.J.M.
Mandar. Model perahu yang digunakan Nadjamoedin dg Malewa diberi nama
(lete) adalah hasil adaptasi perahu letelete “Lantimodjong” nama satoe goen-
Madura. Dengan pengetahuan pelayaran oeng jang beriwajat di Selebes Se-
dan situasi kota pelabuhan, pelaut Mandar latan. Dalam pekan2 jg akan datang
dengan mudah membawa pejuang ke Jawa akan tiba poela kapal jang kedoea
dan Sulawesi. Pergantian perahu, dalam ialah “Djeneberang” dan kapal jang
ketiga ialah “Lompobatang”. Se­
kaitan itu, merupakan strategi menghindari soenggoehnjalah peristiwa ini patut
kapal patroli Belanda di Laut Jawa dan Se- dicatat didalam sedjarah perlajaran
lat Makassar. Indonesia, sebab baharoelah boeat
pertama kalinja ini bangsa Indone-
PELAYARAN PANTAI: MONOPOLI sia memperoleh kesempatan mend-
MKSS (1947-1950) jalankan pelajaran kapal bermotor di-
negeri ini, meskipoen peroesahaan ini
Pada 2 April 1946, atas prakarsa Nad- dilakoekan beloem setjara besar2an.
jamuddin Daeng Malewa sebelum menja- Kami semoea tahoe, bahwa poetra2
di Perdana Menteri NIT (13 Januari – 11 Indonesia kelahiran poelau ini sedjak
dari dahoeloe kala telah terkenal dan
Oktober 1947), dibentuklah N.V. Maskapai
termasjoer dimana-mana dengan pe-
Kapal Selebes Selatan (NV. MKSS). Tu- lajarannja, jang mendjadi salah satoe
juan dari pembentukannya adalah (1) tiang kehidoepannja toeroen temoe­
mengusahakan pelayaran pantai, (2) mem- roen. Dari peladjaran perahoe lajar
buat, membeli dan menjual, menyewa dan bangsa ini sekarang telah meningkat
menyewakan kapal-kapal bermotor, dan kepada pelajaran dengan kapal2 ber-
(3) menjalankan usaha-usaha lain untuk motor, jang sebentar akan mengaroe­
mencapai tujuan tersebut (Negara Baroe, ngi laoetan disepandjang pesisir
Soelawei dan kepoelauan2 diseki-
12 Juli 1947). Kapal yang pertama, Ms.
tarnja (Negara Baroe, 12 Juli 1947).
Latimodjong, melakukan pelayaran per-
dana dari Pelabuhan Makassar ke Pulau Pada sore itu, kapal Ms. Latimodjong
Samalona pada 11 Juli 1947, disaksikan menuju Pelabuhan Parepare membawa se-
oleh Perdana Menteri NIT (Nadjamuddin men, minyak bensin, dan barang-barang
Daeng Malewa), Wakil Perdana Menteri lain yang dibutuhkan penduduk Parepare
(Ide Anak Agung Gde Agung), dan pejabat dan Mandar. Saat kembali, kapal memuat
lainnya. beras dan jagung untuk Badan Persediaan
Pada kesempatan itu Direktur NV. Makassar Selebes Selatan di Makassar. Se-
MKSS, Andi Matonrokang, menyam- lain dua komoditas itu, Parepare merupakan
paikan bahwa: pintu keluar komoditi kopra. Pasca Perang
Pasifik, ketika terjadi kelangkaan kopra,
Hari ini adalah bagi kami, teroeta-
Mandar Pesisir merupakan penyuplai uta-
168 | Abd. Rahman Hamid

ma kopra bagi Pelabuhan Parepare (Econ- Polewali, pelabuhan Parepare aman pada
omische Weeklblad, 16 April 1946). semua musim, sedangkan pelabuhan Ma-
Pada tahun 1947, MKSS mengoper- jene hanya aman pada musim barat. Lagi
asikan tiga kapal: Ms. Latimodjong, Ms. pula kapal tidak bergantung pada tenaga
Djeneberang, dan Ms. Lompobatang, den- angin. Dalam struktur kelembagaan, Pare-
gan kapasitas rata-rata 180-200 ton, disewa pare berstatus kantor cabang, di samping
dari Stichting Gemeenschappelijk Schre- Donggala, sedangkan Majene dan Polewa-
penbezit (SGS) di Jakarta. Kapal tersebut li hanya cabang pembantu.
dilayarkan oleh para pegawai berkebang- Apa daya tarik pelabuhan Majene dan
saan Indonesia. Pada awal 1948, jumlah Polewali sehingga mendapat status jalur
kapal ditambah tiga: Ms. Belanta, Ms. tetap? Perhatikan jenis dan volume muatan
Barombong, dan Ms. Sadang, sehingga kapal MKSS 1948, seperti grafik berikut.
total menjadi enam kapal dengan kapasi-
tas 1.047,24 ton. Karena faktor keuangan,
2.000.000
pada 12 Juli, satu kapal diserahkan kepa-
1.500.000
da perusahaan pelayaran pantai di Mana-
1.000.000
do, NV. Nocemo. Pada akhir 1948 tersisa
500.000
lima kapal (Algemen Secteratie No. 115;
0
Arsip Soppeng No. 565). Dari lima jal-
ur pelayaran, dua di antaranya di pantai
barat Sulawesi: pertama, Makassar-Pare-
pare-Polewali; dan kedua, Makassar-Pare- Kopra Beras dan lainnya
pare-Majene. Dua jalur itu dilayani tiga
kapal (Ms. Djeneberang, Ms. Lompo- Grafik 1. Jenis dan jumlah muatan utama MKSS
batang, dan Ms. Sadang). Sedangkan tiga 1948 (dalam ton)
jalur lain, ke Teluk Bone dan Sulawesi Sumber: diolah dari Arsip Selayar No. 843B
Tenggara, hanya dilayani dua kapal (Ms.
Latimodjong dan Ms. Belanta). Tampak volume kopra lebih banyak
Pelabuhan Parepare dikunjungi secara dari beras dan bahan makanan lain. Se-
tidak tetap (facultatief), sedangkan pela- cara umum volume kopra hampir menca-
buhan Majene dan Polewali dikunjungi pai setengah (46 persen) dari total muatan
secara tetap (Arsip Selayar No.843B). Hal (32.023.578 ton). Berdasarkan studi Heer-
ini berbeda dengan pelayaran KPM. Sejak sink (1995) dan Asba (2007), produksi
awal dioperasikan (1891) sampai sebe- utama kopra di Sulawesi Selatan berasal
lum Perang Pasifik, pelabuhan Parepare dari Mandar dan Selayar. Apabila dicer-
termasuk jalur tetap (de Boer & Wester- mati distribusi jalur MKSS, Selayar han-
mann, 1941, Bijlage 5 & 6) dan lebih padat ya dilayani satu kapal, sedangkan Mandar
dibandingkan dengan pelabuhan Majene dilayani oleh tiga kapal. Pada jalur IVa dan
dan Polewali. Tetapi mengapa dua pelabu- IVb, Mandar menjadi tujuan utama dan tu-
han terakhir menjadi lebih penting? Dari juan akhir kapal, sedangkan pada jalur III,
segi letak dan keamanan berlabuh, kecuali Selayar adalah satu dari delapan pelabuhan
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 169

yang disinggahi kapal. Dari segi organisasi, lahnya ada dua digabung menjadi satu
Selayar ditempatkan satu komisi, sedang- dan ditambah satu pelabuhan baru, berikut
kan Majene dan Polewali sebagai kantor Parepare, sehingga kapal dari Makassar
cabang pembantu.2 Persediaan kopra di Se- singgah di pelabuhan Parepare, Polewa-
layar kadang tidak sesuai permintaan. Pada li, Tjampalagian, Majene, dan kembali ke
tahun 1950, target muatan 30 ton, namun Makassar (lihat peta 1).
yang tersedia hanya 7 ton (Arsip Selayar
No. 1731). Peta 1. Jalur dan Pelabuhan yang
Pada masa itu, kopra merupakan ko- disinggahi MKSS 1949
moditas utama perdagangan dan sumber
pendapatan masyarakat dan pemerintah.
Karena itu dibentuk Stichting Het Copra-
fonds (1940) yang berpusat di Jakarta,
kemudian berubah nama menjadi Jajasan
Kopra (1950) (Kempen 1953: 155-157).
Dalam catatan perjalanan Presiden NIT,
Tjokorde Gde Rake Soekawati, yang ber-
sama rombongan berangkat ke Polewali,
Majene, Mamuju, dan Mamasa (29 No-
vember-4 Desember 1948), disebutkan
bahwa daerah Mandar “kopranja jang
paling banjak dibandingkan dengan daer-
ah2 lain di Selebes Selatan” (Indonesia
Timoer, 21 Desember 1948). Itulah sebab-
nya Koprafonds mendukung MKSS men-
goperasikan semua kapalnya mengangkut
muatan di pantai Mandar. Jalur Pelabuhan
Pada tahun 1949, jumlah kapal MKSS Makassar – Bulukumba – Kajang –
ditambah menjadi enam buah, begitu pula Jalur A Sinjai – BajoE – Pallima – Songka –
Palopo – Malili – Kolaka – Makassar
trayeknya. Meskipun jumlah trayek khu-
Jalur B Makassar – Jampea – Makassar
sus ke Mandar Pesisir (bagian utara) masih
Jalur C Makassar – Donggala
sama (dua jalur), namun jumlah pelabuhan
Makassar – Selayar – Kabaena –
yang disinggahi lebih banyak, dengan dib- Jalur D Baubau – Pasarwajo – Tampenan –
ukanya jalur baru (jalur F) ke Mandar Utara Bala – Raha – Makassar
dari Makassar menjangkau enam pelabu- Jalur E
Makassar – Parepare – Polewali –
han (Mamuju, Sampaga, Budong-budong, Tjampalagian – Majene – Makassar
Karossa, Lariang, dan Pasangkayu). Pada Makassar – Mamuju – Sampaga
– Budong-budong – Karossa –
jalur tersebut, kapal tidak lagi singgah di Jalur F Lariang – Pasangkayu – Makassar
Parepare. Jalur lain (jalur F) yang jum- [tebal dari penulis, adalah daerah
2Sampai akhir 1948, MKSS memiliki 10 kantor Mandar]
cabang: Majene, Polewali, Mamuju, Palima, Bajoe, Sumber: Pandji Negara, 15 Juli 1949.
Kajang, Malili, Baubau, dan Raha.
170 | Abd. Rahman Hamid

Pembukaan jalur baru ke semua pela- Dibandingkan Mandar Selatan yang


buhan di Mandar Utara menunjukkan bah- dikunjungi secara teratur, kunjungan kapal
wa muatan semakin banyak. Tiga komod- ke Mandar Utara tidak teratur setiap bulan
itas utama yang diangkut adalah kopra, sehingga timbul keluhan dari pedagang
rotan, dan damar. Total jumlah produksi yang menggunakan kapal. Dalam notula
ditaksir 1.310 ton dengan nilai 1.230.000 rapat para kepala kampung dengan peda-
gulden per bulan. Komoditas tersebut dike- gang di Budong-budong disebutkan:
luarkan dari enam pelabuhan dengan vol- Seperti sekarang copra kami sudah
ume seperti pada data berikut. kumpul lebih dari tiga bulan, teta-
pi pengangkutan kapal tidak djuga
Tabel 1. Distribusi dan nilai komoditas memuaskan. Dalam tempo tersebut
di Mandar Utara 1951 kapal MKSS betul sudah tiga kali
singgah, tetapi hanja memuat rata2
Pelabuhan Hasil produksi (ton) sekali 100 karung. Sedang itupun su-
Tempat Nilai dah menimbulkan kerugian kepada
No (tempat
Produksi Kopra Rotan Damar (gulden)
muat) kami pedagang2 sedjumlah f.1900,
1 Tapalang 150 - 5 174.000
terhitung upah2 pengangkut kopra
2 Mamuju Mamuju 200 30 - 235.000
3 Kalukku 40 60 - 74.000 jang sudah dibawa ke pinggir kapal
4 Sampaga Sampaga 40 100 15 121.000 dan dikembalikan karena tidak djadi
5 Budong- Budong- 70 80 5 144.000 dimuat, dan termasuk djuga copra2
budong budong
jang terbenam ke dasar laut, seki-
6 Karossa 70 50 10 120.000
7 Bambalaka
Karossa
50 30 - 70.000 an karung banjaknja (Arsip NIT No.
8 Lariang Lariang 100 60 15 167.000 196).
9 Pasangkayu Pasangkayu 100 30 - 125.000
Jumlah 820 440 50 1.230.000 Faktor jarak dan kontrol menjadi sebab
rendahnya mutu pelayanan MKSS di jalur
Sumber: diolah dari Arsip (rahasia) Provinsi Su- Mandar Utara. Dibandingkan jalur Mandar
lawesi No. 452 Selatan, jarak tempuh dari Makassar ke
pelabuhan-pelabuhan Mandar Utara sangat
Tampak jumlah produksi paling ban- jauh. Jarak paling dekat adalah pelabuhan
yak setiap bulan ialah kopra (820 ton), Makassar-Mamuju (196 mil) dan yang pal-
kemudian rotan (440 ton), dan damar (50 ing jauh yakni pelabuhan Makassar-Pas-
ton). Tetapi, dari segi harga, yang paling angkayu (279 mil). Hal itu berimplikasi
mahal adalah damar (1.800 gulden/ton), terhadap pengawasan kapal. Sebagai con-
kemudian kopra (1.100 gulden/ton), dan toh, kapal Ms. Bawakaraeng terlibat dalam
rotan (500 gulden/ton). Dari jumlah pro- penyelundupan kopra dari Mandar Utara
duksi kopra, yang diangkut dengan kapal ke Tawao pada Agustus 1950 (Arsip MSL
hanya 20 persen dan sisanya oleh perahu No. 272).
layar dari Majene, Pambauwang, dan daer-
ah lain. Koprafonds Donggala melaporkan PROTEKSI DAN PERDAGANGAN
ditaksir 150 ton per bulan kopra diselund- BEBAS (1948-1950)
upkan dari Mandar Utara ke Tawao dan
Filipina (Arsip NIT No. 196). Faktor komoditas merupakan alasan men-
gapa Mandar Pesisir mendapat jalur tetap
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 171

dan terpadat dari semua jalur pelayaran pemerintah. Meskipun Poeang Limboro
MKSS. Pada 8 Februari 1948, rombongan mengatakan perlu diselidiki, namun borg-
Perdana Menteri NIT, Ide Anak Agung som dibenarkan oleh Menteri Muda Ke-
Gde Agung (1947-1949), berangkat dari makmuran, Tan Tek Heng, bahwa tujuan
Makassar ke Majene. Mereka tiba pada 10 borgsom adalah menjaga devisa negara.
Februari 1948. Keesokan harinya diadakan Borgsom dibayar setelah muatan sampai di
rapat umum dipimpin Perdana Menteri, tempat tujuan dan hanya berlaku bagi per-
kemudian dilanjutkan oleh Menteri Ke- ahu dan kapal.
makmuran, juga putra Mandar, Hoessain Peserta lain, Abd. Moein, mengatakan
Poeang Limboro.3 Selain pejabat pemerin- “saya minta supaya perdagangan dibebas-
tah, juga hadir beberapa orang terkemuka kan, juga perdagangan dengan Republik
dalam perdagangan di Mandar.4 [Indonesia]”. Pertanyaan itu dijawab oleh
Setelah dibuka oleh Poeang Limboro, Ponsen, bahwa perdagangan memang be-
Kepala Negara Handel, Achmad Ponsen, bas, namun harus dilengkapi surat izin
menyampaikan tugas jawatan perdagangan guna menjaga pengeluaran barang-barang
yakni memberikan penerangan dalam rang- tidak terbatas, sehingga tidak timbul keku-
ka memajukan perdagangan. Menurutnya, rangan dalam kebutuhan sendiri. Secara
perdagangan Mandar sejak dahulu menun- khusus, Tan Tek Heng mengemukakan
jukkan kemajuan. Para pedagang Mandatr problematika komoditas kopra. Sebelum
berlayar ke berbagai tempat di Indonesia perang, daerah Mandar memproduksi ban-
dan Singapura memasarkan hasil bumi dan yak kopra, namun sekarang tidak lagi, kec-
tenunan. Kemerdekaan tidak bermanfaat uali minyak kelapa. Berikut komentarnya:
bila tidak disertai dengan kemajuan pere- Copra dikeloearkan oentoek deviezen,
konomian. Dalam hal itu, jawatan perda- jang sangat perloe oentoek keperluan
gangan siap mengusahakan barang-barang negara dan rakjat kita. Apabila rakjat
yang diperlukan oleh pedagang dan organ- mengeloerlan copra itoe, maka moen-
isasi yang sudah baik dan teratur. gkin rakjat membeli sahaja barang2
Menyitir penerangan tersebut, ketua oentoek keperloean dirinja sendiri
boekan jg. diboetoehi rakjat. Dimoe-
Pusat Tenun Rakyat Indonesia (Poteri),
ka peperangan Mandar mengeloerkan
Moeh. Arif Majene, mengatakan bahwa banjak copra, sekarang Mandar tak
“apakah kemerdekaan perdagangan bisa mengeloerkan copra lagi, hanja jang
dianggap terjamin, bila pemerintah ma- keloear dari sini jalah minjak sahadja
sih meminta borgsom?” Pertanyaan itu (Arsip NIT No. 67).
membuka praktek monopoli perdagangan Menyikapi wacana kelangkaan kopra,
3Dua kali menjadi menteri dalam kabinet NIT: Moeh. Arif Karama menjelaskan hal itu
Menteri Muda Perekonomian pada masa Perdana Menteri disebabkan harga kopra yang murah. Pen-
(PM) S.J. Warouw (11 Oktober–15 Desember 1947) dan
Menteri Perekonomian masa PM Ide Anak Agung Gde duduk lebih suka membuat minyak kela-
Agung (15 Desember 1947–12 Januari 1949) (Agung pa, karena mendatangkan hasil lebih baik
1985: 330-479).
4Maksudnya: Moeh. Arief Majene, Moeh. Arief dari kopra. Misalnya, 1.000 kelapa diolah
Karama, H. Soebaer, Moeh. Saleh Tjampalagian, Abd. menjadi enam kaleng minyak dengan har-
Moein, Abd. Razak, Abd. Halim, Banoang, Djoehaeni,
Habibi, dan Pabitjara Lalampanua ga 100 gulden. Tetapi jika diolah menjadi
172 | Abd. Rahman Hamid

kopra, hasilnya dua pikul dengan harga 60 copra, jang teramat penting sekali bagi
gulden. Keadaan itu berkaitan dengan Ko- negara”. Setelah dilakukan pemberantasan
prafonds yang membeli kopra dengan har- penyelundupan pada Juli-Oktober 1948,
ga 30 gulden. Sementara di Jakarta, harga pemasukan bulanan Koprafonds dari Man-
kopra berkisar 50–95, bahkan sampai 100 dar Pesisir meningkat hingga 412 persen.
gulden per kuintal (Arsip NIT No. 67). Sedangkan Selayar, Spermonde, Kepulau-
Perbedaan harga disebabkan Jakarta an Paternoster, Kendari, dan Buton ber-
lebih dekat dengan pasar Singapura. Perd- tambah 30 persen. Daerah Minahasa dan
agangan ke sana umum dengan penyelund- Kotamobago meningkat 40 persen, semen-
upan. Meskipun pelaku mendapat keun- tara pesisir barat Sulawesi tengah menca-
tungan lebih banyak, namun hasilnya tidak pai 38 persen (Indonesia Timoer, 9 Desem-
masuk ke kas negara. Selain itu, harga ber 1948).
kopra harus disesuaikan dengan pasar in- Pada saat pemasukan kopra Indone-
ternasional, atau tidak dapat dinaikkan sia Timur ke Koprafonds meningkat tahun
oleh pemerintah sendiri (Indonesia Timur, 1949, Mandar Pesisir menjadi penyuplai
8 Mei 1948). Dari selisih itu diperoleh utama kopra di Sulawesi Selatan. Ambil
pendapatan negara. Berikut penjelasan contoh bulan Maret, April, dan Mei 1949,
Menteri Muda Kemakmuran: jumlah produksi mencapai 46 persen, 52
Kalau tak ada coprafonds saja tahoe persen, dan 49 persen dari total produksi
bahwa orang2 jang mempunjai kelapa 3.206 ton, 4.488 ton, dan 3.855 ton (Warta
mendjadi kaja raja, akan tetapi pen- Berita, 16-31 Mei 1949). Berikut jumlah
doedoek oemomnja tidak. Maksoed produksi dan nilai ekspor kopra Indonesia
pemerintah menjimpan wang dari Timur.
harga copra, jalan oentoek mendjaga,
apabila harga copra toeroen, soepa-
Tabel 2. Pemasukan dan nilai ekspor
ja harga itoe djangan tiba2 merosot,
akan tetapi tinggal tetap (Arsip NIT kopra Indonesia Timur 1946-1949
No. 67). Nilai ekspor ke
Produksi
Selain faktor harga, kelangkaan kopra Tahun luar negeri
(ton)
juga disebabkan hubungan buruk petani ke- (x 1.000 rupiah)
1946 84.000 16.000
lapa dengan Koprafonds. Setelah menyer-
1947 160.000 80.000
ahkan kopra, petani hanya mendapatkan 1948 274.000 135.000
setengah dari harga penjualan. Dana kopra 1949 335.000 150.000
merupakan sumber pendapatan negara.
Sumber: diolah dari Warta Berita, 1-31 Maret 1950
Selain dijadikan dana cadangan, dana itu
juga digunakan mencegah kemerosotan
harga kopra (Asba 2007: 201-207). Dalam Peningkatan jumlah kopra tidak lep-
laporan Menteri Kehakiman NIT, Ch. R.S. as dari perubahan syarat pembelian oleh
Soumokil, disebutkan bahwa “choesosn- Koprafonds pada 1949. Tujuan perubahan
ja, Pesisir Mandar ternjata poesat-pen- untuk memperluas akses pedagang kecil
gobrolan setjara besar-besaran dari hasil dalam mengadakan hubungan langsung
dengan Koprafonds dengan cara: pertama,
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 173

mengadakan pembelian bruto untuk netto, konomian Tan Tek Heng di Majene pada
yang berarti bahwa tidak akan diadakan 11 Februari 1948 namun tidak mendapat
lagi potongan tarra untuk pembungkus; tindak lanjut. Bahkan ada upaya meredup-
kedua, menaikkan persentase uang perse- kan perdagangan Mandar. Betapa tidak,
kot dari 90 persen menjadi 95 persen; ke- selain membatasi jenis komoditas seperti
tiga, memberikan uang persekot atas berat pada poin dua, komoditas lain hanya boleh
timbangan, yang diperoleh pada pemasu- diperdagangkan dengan nilai tidak lebih
kan, tanpa dipotong susutnya; keempat, 1.500 gulden. Lebih tepatnya, kebijakan
memendekkan waktu penimbunan dari 3 itu disebut perdagangan bebas bersyarat.
minggu menjadi 2 minggu; dan kelima, Syarat lain, yang harus diperhatikan, ada-
penurunan “minumum kwantum” dari 5 lah pembatasan muatan perahu maksimal
ton menjadi 3 ton, dengan ketentuan 3 ton tujuh ton. Pembatasan itu sama dengan
itu terdiri dari satu kualitas (Warta Berita, melarang perahu berlayar, sebab kapasitas
1-31 Maret 1950). perahu Mandar banyak lebih dari tujuh ton.
Peningkatan tersebut bersamaan den- Jadi pembatasan itu sesungguhnya adalah
gan keluhan penduduk mengenai borgsom, larangan pelayaran perahu.
larangan pelayaran perahu, dan pembatasan Pembatasan tersebut tidak sejalan den-
komoditas niaga. Ada empat sumber kelu- gan kebiasaan pelaut Mandar yang bebas
han penduduk atas kebijakan pemerintah: belayar dan berdagang ke berbagai daerah
1. Kopra dan kelapa untuk Makassar dan negara. Tentu tidak mudah membatasi
dikirim dengan perahu dari 7 ton kebiasaan mereka. Pada gilirannya, karena
dibebaskan menaruh uang jaminan pembatasan dan kebutuhan hidup, mereka
(borgsom). memilih berlayar di luar pengawasan pe-
2. Fuli, pala, kopi, kulit ular, kulit merintah. Bagaimana implikasinya bagi
buaya, teh, sarung, damar dan ka- pelabuhan Makassar? Berikut data kun-
pok, mensyaratkan bea tanggung jungan perahu dan kapal di Pelabuhan
(uang jaminan) 400% dari hargan- Makassar, sebelum dan pada saat diterap-
ya beserta bea douane. kan monopoli perdagangan maritim oleh
3. Untuk garam lebih dari 100 kg di- pemerintah kolonial.
pungut uang jaminan 13 gulden per
100 kg. Tabel 3. Fluktuasi kedatangan Perahu dan
4. Barang-barang lain bebas dari Kapal di Pelabuhan Makassar 1947-1948
uang tanggungan jika harganya ti- Perahu Kapal
dak lebih dari 1.500 gulden dan di- Tahun
Jumlah
Bruto
Jumlah Bruto (m3)
(m3)
angkut ke tempat-tempat yang ter-
1947 4.110 163.820 783 6.408.411
letak dalam wilayah pabean (Arsip
1948 2.652 97.945 1.118 7.272.329
NIT No. 196).
Selisih 1.458 65.875 335 863.918
Masalah borgsom pernah disampaikan Persentase -36 -40 43 14
kepada Menteri Perekonomian Hoessain
Sumber: diolah dari Warta Berita, 1-15 Januari
Poeang Limboro dan Menteri Muda Pere- 1950
174 | Abd. Rahman Hamid

Tampak jumlah dan muatan perahu diberikan surat izin supaya tidak ditahan
layar meningkat pada tahun 1947. Ta- oleh pemerintah di Kalimantan-Inggris
hun berikutnya, jumlah perahu yang tiba dan Filipina. Harga kopra di sana sekitar
berkurang sampai 36 persen, juga muatan 50 sampai 60 dollar per kuintal, tanpa dibe-
hingga 40 persen. Data itu berbanding ter- dakan kualitasnya, atau ditukarkan dengan
balik dengan kapal. Kendati jumlah kapal barang-barang dari luar negeri. Sementara
meningkat 43 persen, namun volume mua- harga kopra di Mandar 35 gulden per kuin-
tan hanya bertambah 14 persen. Mengapa tal. Itulah sebabnya petani senang menjual
demikian? Menurut Koprafonds Donggala, kopra kepada para pedagang daripada Ko-
produksi kopra dari Mandar Utara hanya prafonds (Arsip NIT No. 196).
sekitar 20 persen. Kekurangan itu diduga Beberapa penyelundup ditemukan
karena sulit mendapatkan pemanjat kela- oleh kapal patroli di Selat Makassar. Pada
pa. Tetapi, ada juga yang mengatakan se- 18 April 1948, perahu Kota Mamasa (35
baliknya. Kampung-kampung cukup sub- ton) ditangkap saat memuat kopra di pantai
ur, perkebunan dan perikanan dilakukan Lembasade. Pada hari itu, ditangkap satu
sekadarnya. Tidak ada sumber pencahari- perahu kecil yang akan membawa kopra
an lain yang lebih penting daripada hasil ke Kota Mamasa. Di bagian utara Pasang-
kelapa. Kualitas kopra di gudang-gudang kayu, tepatnya Pagian, ada seorang ped-
kampung cukup jelek, karena tidak diolah agang, Mardjoeni, yang sering membeli
dengan baik. Untuk memperluas produksi kopra dari Pasangkayu, Bambalamoto, dan
kopra juga sulit, karena kebanyakan kela- Randamayo, kemudian dibawa ke Pagian
pa hanya milik beberapa orang saja. Tidak dengan perahu-perahu kecil, lalu dipin-
seperti di Donggala, yang hampir setiap ru- dahkan ke perahu besar untuk dibawa ke
mah tangga mempunyai kelapa, sehingga Bidoe-Bidoe. Dari sana, kopra diekspor ke
mudah dikerjakan sendiri (Arsip NIT No. Setangkai atau Kepulauan Sulu. Dari lapo-
196). ran yang diperoleh Mardjoeni mempunyai
Diperkirakan 150 ton kopra per bu- enam perahu yang sudah beberapa bulan
lan diselundupkan dari pantai Mandar bolak-balik di Selat Makassar. Usaha terse-
Utara. Kopra dari Simpaga sampai Bam- but berjalan karena hubungan pedagang
baira dibawa ke daerah lain terutama Tan- dengan pegawai pemerintah di Pasangkayu
jung Mangkaliat (Kalimantan). Salah satu dan Pagian.
daerah, Bidoe-Bidoe, merupakan pusat Pada 23 April, kapal patroli menemu-
jual beli kopra yang dilakukan oleh pera- kan empat perahu di muara sungai. Dua
hu-perahu dari luar negeri, atau dari sana perahu pertama, Tjadi Badji dan Harap
dilayarkan ke Sampoerna dan Setangkai Madjoe, dari Majene dan Mamuju, memuat
(Kalimantan-Inggris). Ketika di Bidoe-Bi- tiga ton kopra dari Bambalamo dan empat
doe, pembawa kopra diberikan penerangan ton kopra dari Randamaja. Perahu ketiga,
oleh orang yang berwajib mengenai jalur Kota Radjin (16 ton) dari Majene. Saat
dan cara menyembunyikan muatan agar ditemukan tidak berisi muatan. Perahu
tidak mudah diketahui pemerintah. Bagi yang terakhir, Nasib Baik, dari Samarinda,
mereka yang ingin meneruskan pelayaran, saat ditemukan tidak bisa berlayar karena
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 175

bocor. Empat perahu itu berencana mem- yang hanya ditempuh satu hari dengan
bawa kopra ke Koprafonds di Pasangkayu. kapal. Kualitas kopra yang diangkut den-
Tetapi dua perahu pertama tidak sampai di gan kapal lebih baik dari perahu. Ketika
Pasangkayu. Masih pada hari yang sama, dimuat dan dibongkar, juga selama pela-
ditemukan sebuah perahu dari Majene, yaran, kopra yang diangkut dengan perahu
Berkat Islam, memuat enam ton kopra di mudah basah sehingga kualitas dan har-
pantai Bambalamoto. Menurut awaknya, ganya menurun saat dijual di Makassar.
mereka telah membawa kopra ke Pasang- Implikasi pembatasan muatan per-
kayu, dibuktikan dengan pas perahu yang ahu dirasakan oleh penduduk Balanipa,
disahkan kepala distrik setempat. Belakan- khususnya Distrik Tenggelan, Allu, dan
gan diketahui bahwa perahu itu tidak per- Limboro yang memproduksi gula merah.
nah tiba di Pasangkayu. Sesungguhnya gula merah tidak termasuk
Berdasarkan penjelasan tersebut disi- barang yang dilarang (poin 2), namun di-
mpulkan: pertama, kebijakan pembatasan batasi dengan ketentuan lain (poin 4), nilai
muatan perahu, tidak lebih dari 7 ton, di- jual tidak lebih 1.500 gulden. Harga jual
manfaatkan dengan baik oleh pelaut seh- gula merah di Balanipa tahun 1947 lebih
ingga dibebaskan oleh pemerintah; kedua, mahal dibadingkan Makassar. Tetapi pada
penggunaan perahu-perahu kecil untuk 1948, harga di Balanipa lebih murah dari
membawa muatan kepada perahu-perahu Makassar, seperti tabel berikut.
besar; ketiga, hubungan “gelap” antara
pedagang dan awak perahu dengan aparat Tabel 4. Produksi dan harga gula merah di
pemerintah setempat, sehingga dengan Balanipa dan Makassar
mudah mendapatkan izin berlayar; keem-
Produksi
pat, pas jalan perahu tidak sesuai tujuan Tahun Balanipa Makassar
(ton)
pelayaran atau dipalsukan untuk mengela-
80–150/ 70–85/
bui kapal patroli. 1947 1.000
kuintal kuintal
Dalam surat Kepala Afdeling Mandar,
25/ 65–75/
H.B. Eldering, kepada Residen Selebes 1948 350
kuintal kuintal
Selatan di Makassar (14 September 1949) 55/ 60–65/
dikatakan bahwa izin mengangkut mua- 1949 300
kuintal kuintal
tan tujuh ton atau harga maksimal 1.500
Sumber: diolah dari Arsip NIT No. 196
gulden “ta’berguna untuk penduduk”. Ke-
banyakan perahu memiliki kapasitas lebih
Perubahan harga gula merah bersa-
dari tujuh ton. Melayarkan muatan hanya
maan dengan penerapan borgsom. Menurut
tujuh ton merugikan pemilik perahu, dan
keterangan Hoesain Poeang Limboro, da-
juga pedagang yang harus membayar sewa
lam rapat dengan pedagang di Majene, 11
4,5 gulden per kuintal seperti sewa kapal
Februari 1948, borgsom diterapkan sejak
(MKSS) dari Majene ke Makassar. Kendati
awal tahun 1948. Sumber lain menyebut-
demikian, persamaan itu menjadi berbeda
kan borgsom untuk gula merah dimulai
karena faktor waktu dan kualitas. Diperlu-
September 1948 (Arsip NIT No. 196). Da-
kan empat hari bagi perahu ke Makassar,
176 | Abd. Rahman Hamid

lam laporan Kepala Pemerintahan Negeri ura, pada awal revolusi (1946-1947) yang
Majene, J. Aborson, kepada Asisten Resi- berorientasi politik, yakni membantu para
den Mandar (3 September 1949) disebut- pejuang dalam ekspedisi maritim memper-
kan harga gula merah cukup mahal ketika tahankan kemerdekaan dari Jawa ke Su-
pedagang membawanya dengan perahu lawesi atau sebaliknya. Fungsi pelabuhan,
ke Kalimantan (Banjarmasin) dan Jawa. dalam periode ini, bergeser dari ekonomi
Tetapi setelah larangan itu, para pedagang (perdagangan) ke politik (perjuangan).
membawa gula merah ke Makassar dengan Yang kedua, Jalur Utara, mencakup Se-
mobil. Berhubung harga murah, keinginan lat Makassar dan Laut Sulawesi, pada
penduduk membuat gula merah menurun. akhir revolusi (1948-1950), berorientasi
Bila tahun 1947 jumlah produksi 1.000 perdagangan, dengan tujuan Tawao (Kali-
ton, maka pada dua tahun berikutnya (1948 mantan-Inggris) dan Kepulauan Sulu (Fil-
dan 1949) berkurang menjadi 350 dan 300 ipina). Tidak seperti awal revolusi, pela-
ton setiap tahun. Harga jual di Balanipa buhan dalam periode ini berfungsi sebagai
menurun drastis tahun 1948 dibanding- pintu keluar dan masuk barang (fungsi
kan tahun sebelum dan sesudah penerapan ekonomi). Pendek kata, dua jalur itu pada
borgsom. prinsipnya dilandasi upaya yang sama un-
Hingga awal 1950 masih ada pengad- tuk menghindari monopoli pelayaran dan
uan dari penduduk kepada pemerintah un- perdagangan Belanda di Indonesia dalam
tuk meninjau kembali praktek borgsom dan masa revolusi kemerdekaan.
larangan pelayaran perahu. Bagaimanapun,
perdagangan maritim merupakan sumber DAFTAR PUSTAKA
pendapatan penduduk Mandar. Pada saat
yang sama, pengangkutan dengan kapal Buku
MKSS belum memenuhi kebutuhan. Se- Agung, I. A. A. G (1985), Dari Negara Indonesia
Timur ke Republik Indonesia Serikat.
jumlah kopra di Mandar Utara, misalnya, Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press.
yang sudah siap dimuat ternyata tidak di- Asba, A.R (2007), Kopra Makassar Perebutan
angkut oleh kapal sehingga para pedagang Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi
menderita kerugian dan krisis kepercayaan Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Yayasan
kepada MKSS. Pada kondisi ini, pelayaran Obor Indonesia.
penyelundupan dengan perahu layar men- Bijkerk, J.C (1988), Selamat Berpisah sampai
Berjumpa di Saat yang Lebih Baik: Dokumenter
jadi alternatif perdagangan maritim pada Runtuhnya Hindia Belanda. (Moehardanus,
akhir revolusi. penerjemah). Jakarta: Djambatan.
Darsono, W.D (2017), Smokol di Pantai Barat
PENUTUP Sulawesi Tengah: Saling-silang Ekonomi
maritim dan politik di masa Transisi, 1947-1967
Berdasarkan uraian di atas tampak jar- (Tesis belum terbit) Yogyakarta: Universitas
ingan pelaut Mandar dalam era revolusi Gadjah Mada.
memperlihatkan dua jalur, ciri, dan tempo. de Boer, M.G. dan J.C. Westermann (1941),
Een Halve Eeuw Paketvaart (1891-1941).
Yang pertama, Jalur Selatan, meliputi Se- Amsterdam.
lat Makassar, Laut Jawa, dan Selat Mad- Disjar (1973), Sejarah Tentara Nasional Angkatan
Pelayaran Lintas Selat Makassar: Perkembangan Jaringan Maritim Mandar dalam Era Revolusi | 177

Laut (Periode Perang Kemerdekaan 1945- Arsip (tidak terbit)


1950). Jakarta: Dinas Sejarah TNI-AL. Algemeene Secretarie No. 115, 1113
Djamaluddin (1988), Kapten Pahlawan Laut. Arsip Muhammad Riri Amin Daud (Arsip MRAD)
(Naskah). Pangkajene: Departemen Pendidikan No. 452
dan Kebudayaan. Arsip Muhammad Saleh Lahade (Arsip MSL:
Hamid, A.R (2016), Nasionalisme dalam Teror 1937-1973) No. 272
di Mandar Tahun 1947. Paramita: Historical Arsip Negara Indonesia Timur (Arsip NIT: 1946-
1950) No. 67, 196
Studies Journal. Vol.26 No.1, p.95-105.
Arsip Provinsi Sulawesi (1946-1960) No.452
_____ (2018), Development of Mandar’s maritime
Arsip Selayar No. 843B, 1731
trade in eraly twentieth century. Melani Budianta
et all (eds). Cultural Dynamucs in a Globalized Arsip Soppeng No. 565
World. London and New York: Routledge,
p.681-685. Surat Kabar dan Majalah
Heersink, C. G (1995), The Green Gold of Selayar: Economisch Weeklblad vor Nederlandsch-Indie
A Social Economic History of an Indonesian 1946
Coconut Island c.1600-1950 Perspectives from Indonesia Timoer 1948
a Periphery. (Academisch Proefschrift). Vrije Negara Baroe 1947
Universiteit te Amsterdam. Pandji Negara 1949
Kempen (1953), Republik Indonesia Propinsi Sinar Selebes Selatan 1941
Sulawesi. Makassar: Kementerian Penerangan. Warta Berita Ekonomi Indonesia Timur 1949, 1950
178 | Abd. Rahman Hamid

GAMBAR

Gambar 1. Jalur Selatan Pelayaran Lintas Selat Gambar 2. Jalur Utara Pelayaran Lintas Selat
Makassar oleh Pelaut Mandar awal revolusi Makassar oleh Pelaut Mandar akhir revolusi
kemerdekaan Indonesia (1946-1947) kemerdekaan Indonesia (1948-1950)
Sumber: diolah dari berbagai sumber sejarah Sumber: diolah dari berbagai sumber sejarah
(dibuat oleh Abd. Rahman Hamid, 2018) (dibuat oleh Abd. Rahman Hamid, 2018)

Anda mungkin juga menyukai