Anda di halaman 1dari 87

1

TINJAUAN FIQIH MUAMALAH TERHADAP JUAL BELI MOTOR


BODONG (STUDI DI DESA TERUWAI, KEC. PUJUT,
KAB. LOMBOK TENGAH)

Oleh
BAIQ MUTHMAINNAH
NIM. 150.211.1331

JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2019
2

iii
3

iv
5
6

MOTTO:

ْ ‫ي ا أ ي ا ال ين آم ن وا َ ت أ ْك ل وا أ ْم و ال ك ْم ب يْ ن ك ْم ب الْ اط ل إ َ أ‬
‫ت ك و ت ج ا ً ع ْن ت ر اض م نْ ك ْم َ ت قْ ت ل وا أ نْ ف س ك ْم إ اَ كا‬
‫ب ك ْم ح ي ً ا‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Qs. An-Nisa : 29)

vii
7

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a

dari orang-orang tecinta, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur dan terimakasih

skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Kedua orangtua ku tercinta (Lalu Thuhur dan Baiq Maesum) yang selalu

sabar dan terus mendo’akan serta memberikan dorongan moril dan materil

selama masa pendidikan sehingga sampai pada saat ini.

2. Keluarga besar Lalu Thuhur , Sepupu dan ponakan yang rela direpotin, Dian,

Sintia,Fani,Adwa , naela, yang selalu setia dan siap di repotin kapanpun, yang

terus mensuport perihal moril dan materil

3. Terimakasih untuk Aliifah Nurannafi, Sri Hartini Fatmawati, Hastina Maidi,

Indah Puji Rahayu, Elly Kurniatun, Ika Riski Asmita, teman dirantauan yang

tidak bisa saya deskripsikan, yang siap diributin dan direpotin kapanpun

4. Teman-teman alumni Pondok, Teman-teman PKL, teman-teman satu

organisasi, teman-teman KKP, teman-teman Muamalah angkatan 2015 dan

temen-temen ku yang tidak bisa ku sebutkan Satu Persatu yang selalu

memeberi motivasi dan doa yang sangat luar biasa sehingga tidak ada kata

menyerah untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu bukanlah sebuah aib,

Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran seseorang hanya dari siapa

viii
8

yang paling cepat lulus, Bukankah sebaik baik skripsi adalah skripsi yang

selesai ? baik itu selesai tepat waktu ataupun tidak sama sekali.

ix
9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah menurunkan syari’at Islam sebagai tuntunan bagi hambanya,
agar kita hidup sejahtera lahir dan batin, dilimpahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, pembawa risalah dan suri teladan dalam menjalankan
syar’at Islam sebagai pedoman hidup di dunia dan akhirat.
Berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya serta usaha yang
sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Motor Bodong di Desa Teruwai, Kec.
Pujut, Kab. Lombok Tengah.
Dalam penulisan skripsi ini tentu penulis tidak lepas dari bantuan dan
kontribusi dari pihak yang telah memberikan bimbingan dan dorongan spiritual
maupun materil, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Hj. Ani Wafiroh sebagai pembimbing I dan Nunung Susfita M,SI sebagai

pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail,

terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana

keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. SAPRUDIN. Msi. sebagai ketua jurusan dan Dr. Gazali, S.H.M.H sebagai

sekretaris jurusan muamalah yang telah menyetujui judul skripsi.

3. Dr. H. Musawar. M,Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

Negeri Mataram, beserta seluruh aktifitas akademik yang telah memberikan

berbagai kebijakan untuk memanfaatkan segala fasilitas di kampus.

4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan member bimbingan

dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

x
10

5. Para dosen di lingkungan fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Mataram yang

membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

6. Para responden yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas

kerjasamanya. Semoga kebaikan dan keikhlasan semua pihak yang terlibat

dalam penulisan skripsi ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT,

penyusunan skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin agar

tercapai hasil yang semaksimal pula. Namun penulis menyadari bahwa dalam

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena, itu kritik saran

yang konstruktif sangat penulis harapkan demi skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin

YaRabbalAlamin.

Mataram, 2019
Peneliti,

BAIQ MUTHMAINNAH

xi
11

TINJUAN FIKIH MUAMALAH TERHADAP JUAL BELI MOTOR


BODONG STUDI DI DESA TERUWAI KECAMATAN PUJUT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

OLEH:

BAIQ MUTHMAINNAH
NIM: 1502111331

ABSTRAK
Jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar barang atau benda yang
mempunyai nilai secara suka rela di antara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang dibenarkan syara’ dan telah disepakati. Yang dimaksud dengan
ketentuan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun, dan hal-
hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga syarat-syarat dan rukun-
rukunnya terpenuhi berarti sesuai dengan kehendak syara.
Namun, jual beli yang dilakukan di Desa Teruwai berbeda dari jual beli
yang biasanya, dimana mereka memilih membeli sepeda motor bekas atau second
yang tidak memiliki dokumen lengkap atau dikenal dengan istilah sepeda motor
bodong. Sepeda motor yang tidak memiliki dokumen atau surat-surat lengkap atau
sepeda motor bodong tersebut asal-muasalnya tidak memiliki kejelasan atau samar
karena barang tersebut bisa jadi dihasilkan dari kejahatan pencurian, atau
dokumen surat-surat tersebut hilang. Jual beli sepeda motor bodong tersebut
rupanya menjadi kebiasaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskritif. Dengan
menggunakan metode teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
a. Praktik jual beli sepeda motor bodong dikatakan sah apabila penjual pada saat
terjadinya akad jual beli sudah menjelaskan tentang asal usul motor tersebut,
Namun jika motor tersebut terbukti memang dari hasil pencurian yang
diperjual belikan maka jual beli tersebut tidak sah.
b. Tinjauan fiqih muamalah menjelaskan bahwa jual beli dikatakan sah apabila
memenuhi rukun dan syarat, salah satu syarat jual beli yang dijelaskan adalah
harus milik sendiri dan terhindar dari gharar. Jika didalam jual beli masih
terdapat unsur gharar maka jual beli tersebut dikatakan tidak sah/fasid.

Kata Kunci: Jual Beli, Motor Bodong, Fiqih Muamalah

xii
12

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... vi
HALAMAN MOTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 6
E. Telaah Pustaka ................................................................................... 7
F. Kerangka Teori .................................................................................. 9
G. Metode Penelitian .............................................................................. 24
H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 31
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN ............................................................. 33
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 33
a. Letak Geografis ............................................................................ 34
b. Tata Pemerintahan ....................................................................... 36
c. Kondisi Sosial dan Ekonomi ........................................................ 38
d. Kondisi Sosial Budaya ................................................................. 39
B. Latar Belakang Berdirinya Bengkel................................................... 39

xiii
13

C. Praktik Jual Beli Motor Bodong di Desa Teruwai Kecamatan


Pujut Kabupaten Lombok Tengah ..................................................... 40
a. Tujuan penjual dan pembeli ......................................................... 43
b. Proses transaksi jual beli .............................................................. 44
c. Dampak bagi penjual dan pembeli ............................................... 48
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 50
A. Analisis Praktik Jual Beli Motor Bodong di Desa Teruwai
Kecamatan Pujut Lombok Tengah ....................................................... 50
1. Tujuan penjual dan Pembeli .......................................................... 50
2. Proses Transaksi Jual Beli ............................................................. 51
3. Dampak Bagi Penjual dan Pembeli ............................................... 53
B. Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jual Beli Motor
Bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah .............. 54
1. Akid ............................................................................................... 58
2. Sighot ............................................................................................ 58
3. Ma’qud ‘Alaih ............................................................................... 60
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 65
A. Kesimpulan ........................................................................................ 65
B. Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ................................................................................................... 70

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pada era modern saat ini, perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi) sangat cepat, sehingga mampu menghapus sosial budaya yang

semula masih kental dengan budaya lokal seperti tradisi dan lain sebaginya.

Dengan model atau sistem muamalah (ekonomi bisnis) yang semakin hari

semakin terlihat begitu penuh dengan pengaruh budaya luar, dengan instan

kita bisa melakukan hubungan jual beli, sewa menyewa dan lain sebaginya

melalui handpone, apapun bisa kita dapatkan dalam genggaman kita secepat

mungkin.

Namun, perlu kita sadari bahwa kemudahan-kemudahan tersebut

begitu rentan dengan kekeliruan yang dapat terjadi dalam ruang lingkup

ekonomi. Kemudahan-kemudahan dan kemajuan pengetahuann tersebut tentu

menjadi permasalahan yang cukup berarti bagi para pelaku ekonomi dalam

persaingan ekonomi bisnis yang mereka tidak mampu beradaptasi dengan

perkembangan zaman yang begitu cepat. Lambat laun, orang-orang yang

masih berfikir primitif mencari jalan pintas yang terkadang tidak semestinya

dilakukan dalam persiangan usaha.

Allah Swt. telah menjadikan manusia untuk saling membutuhkan satu

sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar menukar keperluan

dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual

beli, sewa menyewa, bercocok tanam atau pinjam meminjam dengan

1
2

perusahaan lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri seperti shalat, puasa,

dan haji dapat disebut sebagai muamalah1. Kerena itu, masalah perdata dan

pidana pada umumnya digolongkan pada bidang muamalah. Namun dalam

perekembangan selanjutnya, hukum Islam dibidang muamalah dapat dibagi

menjadi dua garis besar yaitu munakahat (perkawinan), jinayat (pidana), dan

muamalah dalam arti khusus yang hanya berkaitan dengan dalam bidang

ekonomi dalam islam termasuk jual beli yang merupakan salah satu objek

muamalah.2

Jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar barang atau benda yang

mempunyai nilai secara suka rela di antara kedua belah pihak, yang satu

menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian

atau ketentuan yang dibenarkan syara’ dan telah disepakati. Yang dimaksud

dengan ketentuan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-

rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga syarat-

syarat dan rukun-rukunnya terpenuhi berarti sesuai dengan kehendak syara’3.

Jual beli dalam fiqh muamalah sudah diatur dalam beberapa rukun,

salah satunya objek akad itu sendiri harus jelas. Apabila objek jual beli

tersebut tidak jelas maka, jual beli tersebut di anggap tidak sah. objek akad

harus memiliki kejelasan agar nantinya tidak terjadi kesalahan atau

kesimpangan dikemudian hari. Dari hasil observasi peneliti di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Lombok Tengah, realita tersebut menjadi permasalahan di

1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqih Islam),cet. 80, Bandung (Sinar Baru
Algensindo:2017), hlm. 278.
2
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah,cet.1, (Teras Depok Sleman Yogyakarta), hlm.2.
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (PT Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.69.
3

kalangan masyarakat menengah ke bawah yang ingin menikmati sepeda motor

dengan desain terbaru, karena keterbatasan ekonomi, mereka memilih

membeli sepeda motor bekas atau second yang tidak memiliki dokumen

lengkap atau dikenal dengan istilah sepeda motor bodong 4. Sepeda motor yang

tidak memiliki dokumen atau surat-surat lengkap atau sepeda motor bodong

tersebut asal-muasalnya tidak memiliki kejelasan atau samar karena barang

tersebut bisa jadi dihasilkan dari kejahatan pencurian, atau dokumen surat-

surat tersebut hilang.

Jual beli sepeda motor bodong tersebut rupanya menjadi kebiasaan

dari sebagian warga Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah.

Berdasakan dari hasil wawancara, peneliti menemukan sebagian dari warga

Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah telah melakukan praktik jual

beli sepeda motor bodong tersebut, sebagian besar pembeli berprofesi sebagai

petani dan pedagang. Faktor atau alasan yang membuat masyarakat lebih

memilih membeli sepeda motor bodong di antaranya, karena harga sepeda

motor bodong ketika dikalkulasikan jauh lebih murah dibandingkan dengan

sepeda motor yang memiliki dokumen surat-surat lengkap.5

Dampak dari jual beli sepeda motor bodong di antaranya,

masyarakat di sana merasa terbantu dengan adanya jual beli sepeda motor

bodong karena memudahkan aktifitas jual beli dan bertani mereka. Salah satu

contoh dalam hal bertani, petani merasa terbantu ketika masa panen tiba

karena dengan sepeda motor tersebut mereka dengan mudah mengangkut

4
Observasi, Tanggal 6 April 2019.
5
H. Hijrah, Wawancara, Desa Teruwai, 16 Maret 2019.
4

hasil panen mereka. Namun, dampak selanjutnya bagi masyarakat yang

membeli sepeda motor bodong tersebut yaitu tidak dapat menjual kembali

motor tersebut karena tidak memiliki kelengkapan surat atau dokumen dari

motor tersebut. Masyarakat disana juga terkesan tidak perduli dengan

kejelasan sepeda motor tersebut, asalkan harga yang diperoleh sangat murah

dan sepeda motor tersebut bermanfaat untuk aktifitas pekerjaannya.6

Dengan adanya permasalahan di atas tampak bahwa objek jual beli

masih memunculkan unsur ketidakjelasan, sehingga peneliti mengangkat

tema penelitian yang akan dijadikan sebaga karya tulis dengan tema

”Tinjuan Fikih Muamalah Terhadap Jual Beli Motor Bodong Studi di

Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah’’.

J. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diangkat beberapa masalah

untuk dijadikan pokok pembahasan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana praktik jual beli sepeda motor bodong di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah?

2. Bagaimana tinjauan Fiqh Muamalah terhadap jual beli motor bodong di

Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah tersebut ?

K. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, tidak jauh dari rumusan masalah

sebelumnya yaitu :

6
Suparlan, Wawancara,Desa Teruwai, 16 Maret 2019.
5

a. Untuk mengetahui Praktik Jual Beli Motor di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Lombok Tengah.

b. Untuk mengetahui tinjauan fiqih muamalah terhadap Jual Beli Motor

Bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah.

2. Manfaat Penelitian

a. ManfaatTeoritis

1) Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi pedoman bagi peneliti

berikutnya dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang

terutama menyangkut masalah yang sama.

2) Hasil penelitian ini juga dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan di bidang ilmu fiqh Muamalah tentang konsep

berusaha yang sesuai menurut syari’at islam dan informasi yang

lebih mendalam mengenai jual beli.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan menjadi alaternatif penyelesaikan

sengketa di masa yang akan datang dalam ruang lingkup

muamalah.

2) Penelitian ini juga dapat menjadi bahan masukan tentang jual beli

yang sah menurut islam oleh masyarakat di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.


6

L. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini adapun yang menjadi objek penelitian

adalah jual beli motor bodong Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok

Tengah, sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah praktik jual

beli motor bodong yang dilakukan oleh masyarakat Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Lombok Tengah.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut,

Kabupaten Lombok Tengah. Adapun lokasi ini dipilih karena peneliti

meihat dalam praktik jual beli motor bodong tersebut banyak hal-hal

yang menyimpang dari aturan jual beli. Alasan lainnya kenapa peneliti

memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Jual beli motor tersebut

berbeda dengan jual beli motor yang lainnya, sebagaimana jual beli

motor semestinya dilengkapi dengan dokumen surat-surat namun jual

beli yang dilakukan di Desa teruwai tersebut tidak dilengkapi dengan

surat-surat. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

merupakan salah satu masalah praktek muamalah yang sementara

tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat, sehingga oleh

karenanya perlu diketahui status hukumnya.


7

M. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya terdahulu

sebagai pedoman penelitian yang lebih lanjut dan untuk mendapatkan data

yang valid, serta untuk menghindari duplikasi, plagiasi, dan repetisi, dan

menjamin orisinalitas serta legalitas penelitian.

Dalam telaah pustaka ini, adapun yang menjadi acuan peneliti dari

penelitian terdahulu, di antaranya sebagai berikut:

1. Bq. Ekaermayanti, dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Praktik Jual Beli Motor Bekas Yang Belum Lunas (Studi Kasus di Desa

Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah) 7. Fokus penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah bagaimana praktik jual beli motor

yang belum lunas (Studi kasus di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata

Lombok Tengah).

Persamaan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu

sama-sama membahas tentang jual beli. Namun yang menjadi Perbedaan

dalam penelitian ini adalah Objek kajiannya, pada penelitian terdahulu

membahas tentang jual beli motor yang belum lunas, Ini jelas berbeda

dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu membahas tentang jual beli

motor Bodong di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok

Tengah dan bagaimana tanggapan para Tokoh Agama tentang praktik jual

beli motor bodong yang dilakukan di Desa Teruwai Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah.

7
Bq.Ekaermayanti, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Motor Bekas
Yang Belum Lunas study kasus di Desa Sintung keamatan Pringgarata Lombok Tengah (skripsi
fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Mataram , Mataram 2017).
8

2. Apriyanto, dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual

Beli Onderdil Motor Bekas” (Studi Kasus Di Kelurahan Kebon Jeruk Kota

Bandar Lampung)8. Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu adalah bagaimana praktik pelaksanaan jual beli onderdil motor

bekas ditoko onderdil motor bekas dikelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar

Lampung .

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas

tentang Jual Beli. Namun yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini

adalah objek kajiannya, pada peneliti terdahulu membahas tentang jual beli

Onderdil, (onderdil itu sendiri adalah suku cadang dar mesin yang

dicadangkan untuk perbaikan atau penggantian bagian kendaraan yang

mengalami kerusakan). Ini jelas berbeda dengan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu membahas tentang praktik jual beli motor bodong berlokasi

di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dan

bagaimana pandangan tokoh agama terkait dengan penjualan sepeda

motor di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

3. Tri Nurhidayat, dengan judul skripsinya “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Jual Beli Motor Kredit Dengan Pengalihan Pembayaran” (Studi kasus di

Desa Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan).9

8
Apriyanto, dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Onderdil
Motor Bekas” (Studi Kasus Di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung), Skripsi Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2017
9
Tri Nurhidayat, dengan judul skripsinya “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Motor Kredit Dengan Pengalihan Pembayaran” ( studi kasus di Desa Panekan Kecamatan Panekan
Kabupaten Magetan), Skripsi fakultas Syariah IAIN Ponorogo, 2017.
9

Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah bagaimana

tinjauan hukum islam terhadap akad jual beli motor kredit dengan

pengalihan pembayaran di Desa Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten

Magetan dan bagaimana penyikapan kasus sengketa atau wanprestasi

dalam transaksi pembayaran motor kredit di Desa Panekan Kecamatan

Panekan Kabupaten Magetan.

Sehingga peneliti melihat terdapat perbedaan yang dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dimana peneliti terdahulu membahas tentang

praktek jual beli motor kredit dengan pengalihan pembayaran di Desa

Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan, ini jelas berbeda antara

objek kajian dari peneliti sebelumnya dengan peneliti saat ini yaitu peneliti

saat ini membahas tentang praktik jual beli motor bodong berlokasi di

Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Namun

peneliti melihat terdapat kesamaan antara peneliti aat ini dengan peneliti

sebelumnya dimana membahas tentang jual beli.

N. Kerangka Teori

1. Jual Beli Sepeda Motor Bodong

Jual beli merupakan akad yang umum dikeluarkan masyarakat,

karena dalam setiap pemenuhan hidupnya, masyarakat tidak bisa lepas

untuk meninggalkan akad ini. Dengan memperhatikan kita dapat

mengambil pengertian bahwa jual beli itu suatu proses tukar menukar

kebutuhan. Untuk memahami secara lebih jelas, kita harus memberi

batasan. Sehingga jelas bagi kita apa itu jual beli, baik secara bahasa
10

(etimologi) maupun secara istilah (terminologi). Adapun pengertian jual

beli menurut bahasa adalah Jual beli ( ‫ ) ال يع‬artinya menjual, mengganti,

dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain). Kata, ‫ ال يع‬dalam bahasa

arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata ‫الش اء‬

(beli). Dengan demikian kata ‫ ال يع‬berarti kata “jual” dan sekaligus berarti

kata “beli”.10 Menurut hanafiyah pengertian jual beli (al-bay) secara

definitif yaitu tukar-menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan

dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

Adapun Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah bahwa jual beli ( al-ba’i)

yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan

milik dan kepemilikan. Dan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah, Bai’ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau

penukaran benda dengan uang.11

Secara terminologi, beberapa definisi jual beli yang dikemukakan

para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi

sama. Sayyid sabiq mendefinisikannya dengan “jual beli ialah pertukaran

harta dengn harta atas dasar saling merelakan, atau memindahkan milik

dengan ganti yang dapat dibenarkan.12

Pada dasarnya ada beberapa macam jual beli , salah satunya jual

beli motor bodong. Jual beli motor bodong adalah jual beli motor yang

10
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 113.
11
PPHMI, Kompilasi hukum Ekonomi Syariah, Edisi Revisi, ( Jakarta: Kencana Pranada
Media,2017), hlm.15.
12
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Kencana Pranada Media,
2011), hlm. 67 .
11

tidak dilengkapi dengan surat-surat dan dokumen lainnya. Sepeda motor

yang diperjualbelikan jauh lebih murah dibandingkan dengan harga jual

beli motor pada umumnya. Jual beli sepeda motor seperti ini pada

dasarnya belum diketahui kejelasannya apakah dari hasil pencurian

ataupun surat-surat kendaraannya hilang karna sebab tertentu.13 Menurut

pasal 68 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan bahwa setiap kendaraan

bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan Surat Tanda

Kendaraan Bermotor (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

(TNKB)14.

Jual beli dianggap sah jika ketentuan-ketentuan dalam jual beli

sudah dipenuhi, seperti sudah memenuhi syarat dan rukun dari jual beli itu

sendiri. Jual beli yang dilarang oleh hukum syara’ yakni jual beli yang

tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Praktik jual beli yang belum jelas

rukun dan syarat dari obyek jual beli merupakan sesuatu yang bersifat

spekulasi atau samar-samar, haram untuk diperjual belikan karena dapat

merugikan salah satu pihak baik penjual, maupun pembeli. Yang

dimaksud dengan sama-samar adalah tidak jelas, baik barang, harga,

kadar, masa pembayaran, maupun ketidakjelasan yang lainnya.

Rasulullah SAW. melarang sejumlah jual beli, karena didalamnya

terdapat gharar yang membuat manusia memakan harta orang lain secara

13
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Jakarta:Fokus Media,2009), hlm 44.
14
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Jakarta:Fokus Media,2009), hlm 44.
12

batil, dan didalamnya terdapat unsur penipuan yang menimbulkan dengki,

konflik, dan permusuhan diantara kaum muslimin. Diantara jenis-jenis jual

beli yang dilarang tersebut salah satu diantaranya terdapat Jual beli

gharar.15 Jual beli yang disertai tipuan juga termasuk dalam salah satu dari

beberapa jual beli yang sah tetapi dilarang, baik dari pihak pembeli

maupun penjual.16

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur’an

sunnah, dan ijma, para ulama.17 Dilihat dari aspek hukum jual beli

hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara’, adapun dasar

hukum dari Al-Qur’an antara lain:

a. Al-Qur’an Surah an-Nisa’ ayat 29:

‫من ْم‬ ‫ً عن ت ا‬ ‫ي أي ال ين آمنواْ ا تأْك واْ أ ْموال ْم بيْن ْم ب ْل طل ا أ ت و ت‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku suka-sama suka di antara kamu.” 18

b. Hadis jual beli

‫ ح ثن ع ْ ه بْن ْد يس يحْ ي بْن سعي أبو أس مة ع ْن‬،‫ح ثن أبو ب ْ بْن أبي ش ْي ة‬


‫ ح ثن يحْ ي بْن سعي ع ْن ع ْي ه‬،(‫ح ثني ه ْي بْن ح ْ ) ال ْفظ له‬ ،‫ع ْي ه‬
‫سو ه ص ه ع يْه س م‬ ْ
‫ ن‬: ‫ ع ْن أبي ه ْي ق‬،‫ح ثني أبو الزن د ع ْن اْ ْع ج‬
19. ‫ ع ْن بيْع ْالغ‬، ‫ع ْن بيْع ْالح‬

15
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Ghalia Indonesia,
Bogor,2012, hlm.
16
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqih Islam),cet. 80, Bandung (Sinar Baru
Algensindo:2017), hlm.
17
Ahmad Wardi Mushlich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2015) hlm.177
18
Dapertemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Bandung: jabal raudhatul
jannah, 2010),hlm. 83 .
19
Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Riyadh: Darul Tayyibah Linnasyr
Wat Tauzi, 2006) Jil. III, hlm. 707.
13

Artinya : Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi
Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dan
Yahya bin Sa'id serta Abu Usamah dari Ubaidillah. Dan
diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepadaku Zuhair
bin Harb sedangkan lafazh darinya, telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidillah telah menceritakan
kepadaku Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual
beli dengan cara hashah (yaitu: jual beli dengan melempar
kerikil) dan cara lain yang mengandung unsur penipuan.20

3. Syarat dan Rukun Jual Beli

a. Rukun jual beli

Rukun jual beli menurut ulama hanafiyah hanya satu, yaitu ijab

dan qabul. Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu

hanyalah kerelaan (ridha/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan

transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan

unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan.maka

diperlukan tanda-tanda yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua

belah pihak. Tanda tanda yang menunjukkan kerelaan kedua belah

pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh

tergambar dalam ijab qabul, atau melalui cara saling memberikan

barang dan harga barang.21 Adapun rukun jual beli secara garis besar

meliputi :

1. Akid (penjual dan pembeli)

a) Syarat penjual dan pembeli juga dijelaskan diantaranya :

20
Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj, Ensiklopedia Hadits versi Dekstop: Shahih Muslim,
terj. Lembaga Ilmu dan Dakwah serta Publikasi Sarana Keagamaan, (Jakarta: Lidwa Pusaka,
2015) no. 2783.
21
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Kencana
Pranada Media, 2011), hlm. 71
14

a. Berakal, yang dimaksud dengan berakal adalah dapat

membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya.

Apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang

‫ أ ْموال ْم‬diadakan tidak sah.22

Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa : 5.

‫ا ْكس ْوه ْم ق ْو ًا‬ ‫جعل ه ل ْم قي ًم ا ْ ق ْواه ْم ق ْول ْوال ْ ف ْي‬ ‫ا ت ْ ت ْوا السف ء ال‬

ً‫م ْع ْ ف‬

Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang


yang belum sempurna akalnya (harta mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan,
berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik” (Q.S. an-Nisa
: 5)23
b. Kehendak sendiri, bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli

salah satu pihak tidak melakukan atau paksaan atas pihak lain,

sehingga pihak lain tersebut melakukan perbuatan jual beli

bukan disebabkan kemauan sendiri, tapi ada unsur paksaan.24

Hal ini sesuai dengan prinsip taradhi (rela sama rela),

sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur’an surat an-

Nisa : 29

‫م ْن ْم‬ ‫ً ع ْن ت ا‬ ‫ا تأْآل ْوا ا ْموال ْم بيْن ْم ب ْل طل اا أ ْ ت ْو ت‬

22
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm.130
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Penerbit Diponegoro,
Bandung, 2005, hlm. 61
24
Suhrawardi K. Lubis,op.cit,hlm.130
15

Artinya : “Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan


jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku suka sama suka diantara kamu” (Q.S.an-Nisa : 29)25.
c. Keduanya tidak mubazir, maksudnya pihak yang mengikatkan

diri dalam perjanjian jual beli bukanlah manusia yang boros

(mubazir) sebab orang yang boros di dalam hukum

dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak.

Maksudnya, dia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu

perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu

menyangkut kepentingan sendiri.

d. Baligh, yang berarti orang yang sudah dewasa, baligh atau

dewasa dalam hukum Islam adalah apabila berumur 15 tahun,

dan tidak sah yang masih dibawah umur 15 tahun, yang tidak

bisa membedakan, memilih, dan mengerti dengan jual beli.

Dengan standar dewasa ini diharapkan mereka dapat

mengetahui apa yang harus diperbuat, apa yang dikerjakan

serta baik buruknya dapat diketahui oleh mereka.26

2. Sighat akad, yaitu ijab qabul : serah terima dari penjual dan

pembeli

Telah dijelaskan bahwa kaidah muamalah ini

merealisasikan kemaslahatan-kemaslahatan hamba Allah dalam

mata pencahariannya dan menghapuskan kesulitan mereka dengan

penganiayaan dan hal-hal yang haram. Untuk maksud itu maka

25
Departemen Agama RI,op.cit, hlm. 65
26
Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm. 131
16

akad-akad ini harus mencakup segala apa saja yang dapat

merealisasikan kemaslahatan-kemaslahatan ini.27 Menurut bahasa

akad berarti perikatan, perjanjian atau permufakatan (intifaq).

Sedangkan menurut fuqaha pengertian akad ialah :

"Perikatan adalah ijab qabul menurut bentuk yang disyari'atkan

agama, Nampak bekasnya pada yang diakadkan".28

Ulama figih telah menyebutkan bahwa syarat-syarat ijab

qabul adalah:

a. Penjual dan pembeli (ba'i dan musytari) sudah mukallaf (aqil

baligh). Tidak dapat mengikat jual belinya anak kecil yang

sudah tamyiz, biarpun shalih kecuali apabila dia sebagai wakil

dari orang yang sudah mukallaf maka jual belinya tidak

mengikat.29

b. Qabul sesuai dengan ijab, dalam arti seorang pembeli

menerima segala apa yang diterapkan oleh penjual dalam

ijabnya.Apabila penjual mengucapkan ijab, lalu pembeli

beranjak lalu mengucapkan qabul atau pembeli mengadakan

aktifitas lain yang tidak ada kaitannya dengan akad kemudian

sesudah itu mengucapkan qabul, menurut kesepakatan ulama

fiqih, jual beli itu tidak sah meskipun mereka berpendirian

27
Ahmad Muhammad Al-Assal, Dr.Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip dan
Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, 1999, hlm. 213
28
Hamzah Ya'kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung, 1992,
hlm.72
29
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab, terj, M. Zuhri dan A. Ghozali, (Semarang
: asy-Syifa, 1994), jilid III, hlm. 304.
17

bahwa ijab tidak mesti dijawab langsung dengan qabul.30 Maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa ijab qabul atau setiap

perkataan atau perbuatan yang dipandang urf merupakan

tolakukur syarat suka sama suka / saling rela yang tidak

tampak. Rukun akad, adalah ijab dan qabul. Ijab dan qabul

dinamakan shighatul aqdi, atau ucapan yang menunjukkan

kepada kehendak kedua belah pihak, shighatul aqdi ini

memerlukan tiga syarat :

1. Harus terang pengertiannya

2. Harus bersesuaian antara ijab qabul

3. Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.31

Lafaz yang dipakai untuk ijab dan qabul harus terang

pengertian menurut urf (kebiasaan). Haruslah qabul itu sesuai

dengan ijab dari segala segi. Apabila qabul menyalahi ijab, maka

tidak sah akadnya. Kalau pihak penjual menjual sesuatu dengan

harga seribu, kemudian pihak pembeli menerima dengan harga

lima ratus, maka teranglah akadnya tidak sah, karena tidak ada

tawafuq bainal ibaratain (penyesuaian antara dua perkataan).

Untuk sighat ijab dan qabul haruslah menggambarkan ketentuan

30
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.hlm. 120.
31
Teungku Muhmmd Hasbi Ash Shidieqy, Pengantar Fiqh Mu'amalah, PT. Pustaka
Rizki Putra, Semarang, 1997, hlm. 29.
18

iradad, tidak diucapkan ragu-ragu, apabila siqhat akad tidak

menunjukkan kemauan/kesungguhan, akad itu menjadi tidak sah.

3. Ma'qud alaih32, barang yang diperjual belikan dengan syarat-

syarat:

a. Suci, bersih barangnya.

b. Ada manfaatnya, sehingga dilarang menjual sesuatu yang tidak

ada manfaatnya.

c. Milik orang yang melakukan akad Bahwa orang yang

melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah

pemilik sah barang tersebut dan atau telah dapat izin dari

pemilik sah barang tersebut, jual beli barang yang dilakukan

oleh orang yang bukan pemilik atau yang berhak berdasarkan

kuasa pemilik, dipandang sebagai perjanjian jual beli yang

batal.

d. Keadaan barang itu dapat diserah terimakan dan tidak sah jual

beli yang barangnya tidak dapat diserah terimakan kepada yang

membeli seperti ikan dalam laut, barang yang masih

dirungguhkan, sebab semua itu mengandung tipu daya.

Mengetahui atau barang yang dijual ini diketahui oleh

pihak penjual dan pihak pembeli. Apabila dalam suatu jual beli

keadaan barang dan jumlah harganya tidak diketahui, maka

perjanjian jual beli itu tidak sah, sebab bisa jadi perjanjian tersebut

32
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqih Islam),cet. 80, Bandung (Sinar Baru
Algensindo:2017), hlm.
19

mengandung unsur penipuan.33 Disamping barang tersebut harus

diketahui wujudnya, harga barang tersebut juga harus diketahui,

jual beli tersebut tidak sah Karena mengandung unsur gharar

(penipuan). Mengenai barang yang tidak dapat dihadirkan di

majelis jual beli, diharuskan dalam jual beli itu menerangkan

dalam suatu hal yang menyangkut barang tersebut. Sehingga

pembeli jelas. Apabila dalam penyerahan barang itu cocok dengan

apayang diterangkan, untuk transaksi jual beli dapat

dilaksanakan.Tetapi bila menyalahi keterangan penjual maka

pembeli mempunyai hak khiyar, yaitu bisa memilih apakah

meneruskan atau membatalkan jual beli barang tersebut. Pada

prinsipnya, transaksi pada masalah-masalah yang sukar dan sulit

untuk dilihat secara langsung. Maka jual beli itu diperkenalkan,

tetapi dengan catatan adanya khiyar bagi pembeli, apabila ada

kesepakatan kedua belah pihak, jual beli dapat dilangsungkan dan

apabila tidak ada jual beli itu dibatalkan. Didalam KHES

dijelaskan pada pasal 24 ayat 2 bahwa objek akad jual beli harus

suci, bermanfaat, milik seurna dan dapat diserah terimakan.34

Didalam pasal 58 juga dijelaskan bahwa objek jual beli terdiri atas

benda yang berwujud maupun tidak berwujud yang bergerak

maupun tidak bergerak.35

33
Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm.146
34
PPHIMM ,Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Edisi Revisi), (jakarta, Kencana, 2009),
hlm.22.
35
Ibid., hlm.31.
20

Sedangkan 4 Mazhab menjelaskan tentang syarat-syarat

ma’qud ‘alaih sebagai berikut :

a) Imam Syafii

Terkait jual beli Imam Syafii menurut Imam Syafii , hal

penting yang perlu diperhatikan ialah mencari barang yang

halal dengan jalan yang halal pula. Artinya, carilah barang

yang halal untuk diperjual belikan atau diperdagangkan dengan

cara yang sejujur-jujurnya . bersih dari segala sifat yang dapat

merusakkan jual beli, seperti penipuan, pencurian, perampaan,

riba dan lain-lain.

Jika barang yang diperjual belikan tidak sesuai dengan yang

tersebut diatas, artinya tidak mengindahkan peraturan-

peraturan jual beli, perbuatan dan barang hasil jual beli yang

dilkaukannya haram hukumnya. Haram diapakai dan haram

dimakan sebab tergolong perbuatan batil (tidak sah). Salah satu

contoh perbuatan batil yang disebutkan imam Syafii yaitu

pencurian.36

b) Imam Maliki

Didalam rukun dan syarat jual beli yang dijelaskan oleh Imam

maliki disebutkan bahwa syarat barangnya harus Suci, dapat

diserahterimakan, teridentifikasi, tidak terlarang penjualannya,

dan dapat diambil manfaatnya .

36
Ibnu Mas’ud-Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i (edisi lengkap) Buku 2:
Muamalat,Munakahat,Jinayat, (Bandung, CV Pustaka Setia,2007), hlm.22.
21

Sesuai dengan hasil analisi peneliti terkait dengan syarat yang

dijelaskan oleh Imam Maliki bahwa barang harus

teridentifikasi dan tidak terlaranng penjualannya maka jika

motor tersebut merupakan hasil dari pencurian maka motor

tersebut tidak sah untuk diperjual belian dan termasuk ke

dalam barang yang terlarang dijual karena didapat dari hasil

yan tidak halal.

c) Imam Hanafi

Objek akad yang dijelaskan oleh Imam Hanafi diantaranya

adalah harus berupa mal (harta), dimiliki oleh penjual, harus

ada pada waktu dilaksanakanny akad, objek akad harus

diketahui , barang yang dijual tidak ada hak orang lain.37

d) Imam Hanabillah

Imam Hanabillah menjelaskan tentang objek akad diantaranya

objek akad harus berupa mal (harta), objek akad harus dimiliki

oleh penjual dengan milik yang sempurna, objek akad harus

bisa diserahkan pada waktu akad, objek akad harus diketahui

baik oleh penjual maupun pembeli. Baik harga barang, maupun

orang yang melakukan akad harus terhindar dari hal-hal yang

menghalangi keabsahan akad, seperti riba, atau syarat yang

tidak selaras dengan tujuan akad dan sebagainya. 38

37
Ahmad wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (jakarta, Amzah,2015) hlm.196.
38
Ibid.,hlm.199
22

b. Syarat sah jual beli

Suatu jual beli tidak sah apabila tidak terpenuhi dalam suatu

akad, yaitu :39

1) Saling rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah

pihak untuk melakukan transaksi syarat mutlak keabsahannya.

2) Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu

orang yang telah baligh, berakal, dan mengerti. Maka, akad yang

dilakukan oleh anak yang dibawah umur, orang gila, atau idiot

tidak sah kecuali dengan seizin walinya, kecuali akad yang

bernilai rendah seperti membeli kembang gula, korek api dan lain-

lain.

3) Harta yang menjadi objek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh

kedua belah pihak. Maka, tidak sah jual beli barang yang belum

dimiliki tanpa seizin pemiliknya. Hal ini berdasarkan hadis Nabi

Saw

‫ س ْعت يوس‬: ‫ ق‬، ‫ ح ثن ش ْع ة ع ْن أبي ب ْش‬، ‫ ح ثن مح بْن جعْف‬، ‫ح ثن مح بْن بش‬


‫ ي سو اَ! ال جل يسْألني ْال ْيع ليْس‬:‫ ق ْ ت‬: ‫ ق‬، ‫بْن م هك يح ع ْن ح يم بْن حزا‬
40
.(( ‫ ))ا ت ْع م ليْس ع ْن‬: ‫ أفأبيعه؟ ق‬، ‫ع ْن‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar


berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Abu Bisyr ia berkata; aku mendengar Yusuf bin Mahak
menceritakan dari Hakim bin Hizam ia berkata, “Aku
berkata, Wahai Rasulullah, seorang laki-laki memintaku
untuk menjual, sementara aku tidak mempunyai sesuatu,

39
Mardani,fiqh ekonomi Syariah, (jakarta; prenadamedia group,2012) hlm.104
40
Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar el-
Marefah, 1996), Jilid 3, hlm. 30
23

maka apakah boleh aku menjualnya?” beliau menjawab:


“Janganlah engkau menjual sesuatu yang bukan milikmu”.41

4) Objek transaksi adalah barang yang diserah terimakan. Maka tidak

sah jual beli mobil hilang, burung diangkasa karena tidak dapat

diserahterimakan.

5) Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka

tidak sah menjual barang yang tidak jelas. Misalnya, pembeli

harus melihat terlebih dahulu barang tersebut dan/atau spesifikasi

barang tersebut..

6) Harga harus jelas saat transaksi.

7) Objek transaksi adalah barang yang di bolehkan oleh agama.

Secara global akad jual beli harus terhindar dari enam perkara ‘aib,

diantaranya42 :

a. Ketidajelasan (jahalah).

b. Pemaksaan..

c. Pembatasan dengan waktu.

d. Penipuan (Al-ghararKemudharatan (Adh-dharar).

e. kemudharatan.

f. Syarat yang merusak.

O. Metode Penelitian

41
Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini, Ensiklopedia Hadits versi Dekstop: Sunan
Ibnu Majah, terj. Lembaga Ilmu dan Dakwah serta Publikasi Sarana Keagamaan, (Jakarta:
Lidwa Pusaka, 2015), no. 2178.
42
Ahmad wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (jakarta, Amzah,2015) hlm.196.
24

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Terkait dengan jenis pendekatan, peneliti menggunakan jenis

pendekatan normatif sosiologis. Pendekatan hukum normatif adalah alur

sejarah yang mengawali penelitian hukum dan tetap konsisten

mempertahankan “kenormatifannya” sebagai aras dan tujuan penelitian.43

Menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum,

misalnya mengkaji rancangan udang-undang. Pokok kajiannya adalah

hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam

masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang.44

Selanjutnya, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

dengan metode analisis deskriptif yaitu, peneliti yang mengutamakan

kedalam penghayatan terhadap interaksi atau konsep yang sedang dikaji

secara empiris dengan demikian jenis penelitian yang digunakan adalah

jenis penelitian yang bersifat kualitatif yaitu pendekatan rasionalistik yang

bertolak dari logika reflektif. Maksudnya disini pendekatan yang

menggunakan pemikiran dan pengkaji yang lebih mendalam dengan

menggunakan akal pikiran..45

Peneliti menggunakan jenis kualitatif dengan alasan-alasan sebagai

berikut:

43
Laurensius Arliman S,”Peranan Metodologi Penelitian Hukum Di Dalam
perkembangan Ilmu Hukum Di Indonesia”, Vol. 1, Nomor 1, Desember 2018, hlm. 120.
44
RA. Granita Ramadhani,”Analisis Aspek Legalitas Transaksi Efek Short-selling Pada
Masa Krisis Keuangan Studi Kasus Penghentian Sementara Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Tanggal 8-10 Oktober 2008 Disebabkan Penurunan Harga Secara Tajam Terkait Indikasi Short-
Selling”, (Skripsi, FAKULTAS HUKUM Universitas Indonesia, Depok, 2009), hlm. 57.
45
Lexy, J . Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 3.
25

a. Membuat hubungan dengan responden menjadi lebih akrab sehingga

dalam pengumpulan data peneliti tidak kesulitan untuk mendapatkan

data tersebut;

b. Dengan mengunakan penelitian kualitatif, peneliti merasa lebih bisa

untuk menjelaskan permasalahan dengan lebih luas dan mendalam

mengenai jual beli sepeda motor bodong.

c. Dengan menggunakan peneliti kualitatif, peneliti dapat memperoleh

data yang ril dari lapangan sehingga dapat di pertanggung jawabkan

secara ilmiah.

2. Kehadiran Peneliti

Tujuan utama kehadiran peneliti di lokasi adalah untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan. Dalam metode kualitatif, peneliti

perlu melibatkan diri dalam kehidupan orang-orang yang menjadi obyek

peneliti dengan keterlibatan tersebut, peneliti akan mengetahui kejadian-

kejadian yang terjadi pada waktu melakukan observasi.

Kehadiran peneliti di lokasi adalah sebagai instrument kunci

dengan tujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Oleh sebab itu

peneliti menggunakan beberapa tehnik peneliti seperti wawancara,

observasi, dan dokumentasi, kemudian data yang di dapatkan dianalisis

dikonfirmasikan kembali pada sumber-sumber lain sehingga kredibilitas

temuan dapat ditingkatkan.

3. Lokasi Penelitian
26

Sebagaimana yang tertera dalam judul diatas, bahwa lokasi yang

dijadikan obyek dalam penelitian adalah di Desa Teruwai Kecamatan

Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Adapun alasan peneliti memilih lokasi

tersebut adalah:

Peneliti melihat semakin berkembang dan beragamnya jual beli

sepeda motor salah satunya jual beli sepeda motor bodong, dan praktik

yang selama ini masih dilakukan oleh masyarakat dalam jual beli terjadi

kontra diktif terhadap literatur yang pernah peneliti baca. Oleh sebab itu

peniliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam bagimana praktik-

praktik yang dilakukan oleh masyarakat dalam jual beli motor bodong

yang telah berlangsung sampai saat ini.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data

diperoleh. Data yang dianalisis untuk mempermudah, untuk menghadapi

pemecahan permasalahan yang berasal dari masyarakat secara langsung

atau dari lapangan, dan kepustakaan. Sumber data dalam penelitian ini

adalah:

1) Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media

perantara) data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab


27

pertanyaan penelitian.46 Dalam penelitian ini yang termasuk data

primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung

dengan responden yakni penjual dan pembeli sepeda motor bodong

yang ada di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh

bukan dari sumber atau responden tetapi, data yang diperoleh adalah

dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dari buku-buku,

literature ataupun dokumen-dokumen yang sesuai dengan penelitian

yang akan diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. wawancara

Dalam pelaksanaan teknik wawancara (interview),

Pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik

sehingga informan bersedia berkerjasama, dan merasa bebas berbicara

dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Untuk jenis

kegiatan penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara yang

terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa

46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 31.
28

pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.47 Hal ini

dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan

fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang

terlalu melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan

dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika

kegiatan wawancara berlangsung. Adapaun informannya antara lain,

penjual dan pembeli di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok

Tengah.

b. Observasi

Observasi, atau pengamatan dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

tampak pada objek penelitian, ini menuntut adanya pemanfaatan dari

penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek

penelitian, instrumen yang dapat digunakan yaitu lembar pengamatan,

pendahuluan pengamatan dan lain sebagainya. 48 Beberapa data yang

ingin/akan di proleh dari hasil observasi antara lain:

Dapat mengetahui praktik jual beli sepeda motor bodong yang

dilakukan oleh masyarakat yang menjadi fokus penelitian ini, tentunya

dengan mengamati langsung praktik tersebut yang menjadi tempat

penelitian tersebut berlangsung.

Teknik observasi yang akan peneliti gunakan adalah Non

Partisipatif, karena peneliti hanya memantau saja tanpa terlibat aktif

47
Ibid., hlm. 138.
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002, Cet.XII), hlm. 149.
29

dalam praktik jual beli sepeda motor bodong di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Lombok Tengah tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, yang dimaksud dengan metode dokumentasi

adalah cara mencari data mengenai hal-hal yang fariabel yang berupa

data teranskrip buku, surat kabar, majalah, atau sebagainya. 49

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metode

dokumentasi adalah suatu metode penelitian yang di lakukan dengan

cara meneliti atau menyelidiki buku-buku catatan resmi di berbagai

sumber yang terkait dengan tema penelitian. Adapun data yang ingin

dikumpulkan melalui metode dokumentasi adalah:

1) Data Geografis Desa Teruwai;

2) Keadaan Penduduk Desa Teruwai;

3) Data penjualan sepeda motor bodong di Desa Teruwai

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam pola. Kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

dirumuskan dan dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh

data.Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data yang

diperoleh, baik dari data primer maupun data sekunder.50

49
Ibid.
50
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 31.
30

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode induktif

untuk menarik kesimpulan terhadap hal-hal peristiwa dari data yang telah

dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara/interview dan

dokumentasi yang digeneralisasikan.

Metode induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari peristiwa tersebut dapat ditarik

dan digeneralisasikan.51

7. Validitas Data

Teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah triangulasi,

dan pemerikasaan teman sejawat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini

diuraikan secara rinci sebagai berikut:

a. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data

tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber

lain. Triangualasi yang dipergunakan adalah triangulasi sumber dan

triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan

informasi dari informan atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut

dilakukan dengan cara:

1) Membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil

wawancara yang lain, membandingkan hasil observasi yang satu

dengan observasi yang lain, dan membandingkan hasil

dokumentasi yang satu dengan dokumentasi yang lain.

51
Sutrisnoh Hadi, Metode Research (Jakarta:Pen Offset, 2000), hlm. 42.
31

2) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi,

membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi, dan

membandingkan data hasil dokumentasi dengan observasi.

b. Membicarakan dengan teman sejawat

Membicarakan dengan teman sejawat bertujuan untuk

memperoleh kritik-kritik, pertanyaan-pertanyaan yang menentang

kepercayaan atau kebenaran penelitan. Dengan cara ini peneliti dapat

mencari kelemahan penafsiran yang kurang jelas serta mendiskusikan

data yang telah terkumpul. Dengan demikian, maka data yang

ditampilkan dalam laporan penelitan benar-benar valid, karena sudah

didiskusikan secara seksama dengan orang-orang yang sudah dan

sedang melakukan penelitian yang secara rasional paham dalam

masalah penelitian.

P. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dan mempermudah

pembahasan, maka penulis menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab Pertama Berupa pendahulu berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penetilian,

telaah pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian serta sistematika

penulisan.

Bab Kedua Berupa paparan dan temuan bab ini peneliti akan

memaparkan data dan temuan selama penelitian berlangsung. Seperti


32

gambaran umum lokasi penelitian di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok

Tengah

Bab ketiga Bab ini akan peneliti uraikan tentang hasil analisis peneliti.

Dalam bab ini menjawab semua pertanyaan yang ada dalam fokus penelitian

tentang praktik jual beli sepeda motor bodong dan bagaimana pandangan

masyarkat terkait jual beli sepeda motor bodong di Desa Teruwai Kecamatan

Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Bab Keempat Penutup Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari

hasil penelitian. Kesimpulan ini merupakan ringkasan dari semua materi dan

saran yang merupakan hasil pemikiran peneliti terkait dengan permasalahan

yang diteliti. Sedangkan pada bagian akhir ini peneliti mencantumkan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran berupa surat izin penelitian dan daftar riwayat

hidup.
33

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Teruwai adalah salah satu desa dari 16 (enam belas) yang ada di

Kecamatan Pujut. Desa ini sebelumnya merupakan bagian dari Desa Pujut

yang waktu itu masih bernama Pembantu Kepala Desa Pujut Timur.

Mengingat jumlah penduduk yang cukup banyak dan luas wilayah sudah

memungkinkan, pada tahun 1955 akhirnya dibentuklah Desa persiapan

Teruwai yang pada waktu itu dipimpin oleh HAJI LALU HARUN. Masa

kepemimpinan HAJI LALU HARUN selama 2 tahun dan pada Tahun 1958

Desa persiapan Teruwai kembali berganti kepemimpinan yaitu HAJI LALU

BAKIR sampai dengan Tahun 1959 HAJI LALU BAKIR diganti oleh

H.LALU KESUMENATE dan pada akhirnya tanggal 02 Mei 1962

terbentuklah desa baru di Teruwai dengan nama Desa Teruwai dengan Kepala

Desa Pertama LALU KESUMANATE.

Pada saat pembentukan sampai dengan tahun 1996 wilayah Desa

Teruwai juga meliputi wilayah desa Pengengat dan Desa Mertak , dan pada

tanggal 15 Desember 2010 Desa Teruwai kembali dimekarkan menjadi Desa

Bangket Parak sehingga sampai saat ini wilayah Desa Teruwai meliputi batas-

batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Gapura dan Desa Segala Anyar Kecamatan Pujut

 Sebelah Selatan : Desa Pengengat dan Desa Mertak Kecamatan Pujut

 Sebelah Barat : Desa Suke Dane dan Desa Sengkol Kecamatan Pujut

37
34

 Sebelah Timur : Desa Bangket Parak52

Desa Teruwai merupakan Desa yang dijadikan objek penelitian oleh

peneliti pada kegiatan pencarian data untuk penulisan skripsi ini, untuk

mendapatkan data guna kepentingan penelitian, peneliti melakukan

pendekatan pada lokasi penelitian.

Dalam usaha pendekatan pada lokasi penelitian ini yaitu Desa

Teruwai, peneliti mencoba memaparkan terkait keadaan wilayah (letak

geografis), tata pemerintahan, kondisi sosial budaya, kondisi pendidikan,

kondisi sosial ekonomi, dan kondisi sosial keagamaan dari Desa Teruwai,

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

Untuk lebih jelasnya, peneliti akan memaparkan satu persatu temuan

yang peneliti dapatkan dari lokasi penelitian sebagai objek dari penelitian ini,

agar hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, pemaparan

tersebut antara lain:

1. Letak Geografis

Secara geografis Desa Teruwai terletak pada bagian timur

Kecamatan Pujut ataupun pada bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah.

Dari letak geografis sebagai salah satu kawasan luar lingkaran BIL yangt

memacu Desa Teruwai menjadi wilayah tumbuh cepat yang senantiasa

mengalami perkembangan sangat dinamis baik dalam aspek pemerintahan,

pembangunan maupun sosial kemasyarakatan, disamping itu Desa

Teruwai merupakan kawasan trans-sosial antara wilayah kota dengan desa

52
Profil Desa Teruwai, dikutip pada tanggal 21 Januari 2019.
35

sehingga membawa implikasi-implikasi kehidupan baik yang bersifat

positif maupun negatif.

Desa Teruwai adalah salah satu Desa dari 16 (enam belas) Desa yang

ada di Kecamatan Pujut yang terletak di sebelah timur wilayah Kecamatan

Pujut. Desa Teruwai mempunyai luas wilayah seluas 2.932,34 Ha. Dilihat

dari topografi dan kontur tanah, Desa Teruwai Kecamatan Pujut secara

umum berupa Persawahan dan Perbukitan yang berada pada ketinggian

antara 90 Ms/d 100 Mdi atas permukaan laut dengan suhu rata-rata

berkisar antara 290 s/d 320 Celcius. Orbitasi dan waktu tempuh dari

ibukota kecamatan 6 km2 dengan waktu tempuh 15 menit dan dari ibukota

kabupaten 24 km2 dengan waktu tempuh 45 menit.

Batas-batas administratif pemerintahan Desa Teruwai Kecamatan

Pujut sebagai berikut :53

- Sebelah Utara : Desa Gapura dan Desa Segale Anyar Kec. Pujut

- Sebelah Timur : Desa Bangket Parak Kec. Pujut

- Sebelah Selatan : Desa Pengengat Kec. Pujut

- Sebelah Barat : Desa Sukedane dan Desa Sengkol Kec. Pujut

Desa Teruwai terbagi menjadi 19 (Sembilan Belas) Dusun

diantaranya ialah : Dusun Selemang, Dusun Ketangan, Dusun Jero Bunut,

Dusun Sapak, Dusun Mangkung, Dusun Sepang, Dusun Tego Bat, Dusun

Tego, Dusun Monyel, Dusun Guci, Dusun Surak, Dusun Teruwai, Dusun

53
Peta Desa Teruwai, dikutip tanggal 21 Januari 2019.
36

Bunkelok, Dusun Selandak, Dusun Kampih, dUsun Sewar, Dusun

Gerintuk, Dusun Terap dan Dusun Banten.

Sedangakan jumlah penduduk di Desa Teruwai berjumlah 6.060 jiwa

yang terdiri dari 20904 laki-laki dan 3156 perempuan dengan jumlah

Kepala Keluarga sebanyak 2006 KK. Sedangkan jumlah Keluarga Miskin

(Gakin) 658 KK dengan persentase 32,80% dari jumlah yang ada di Desa

Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.54

2. Tata Pemeritahan

Tata pemerintahan atau sistem politik di Desa Teruwai dipimpin

oleh seorang Kepala Desa dibantu oleh Sekretaris Desa (SEKDES) serta

beberapa staf lainnya yang membantu menjalankan tugas dan

wewenangnya sehingga mampu untuk melayani kebuthan masyarakat

Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

Selain dibantu oleh Sekertaris Desa (SEKDES) dan Staf di Desa

Teruwai juga terdapat organisasi-oraganisasi lain yang menunjang

perannya kepada masyarakat. untuk lebih jelas tentang tata pemerintahan

Desa Teruwai dapat dilihat pada struktur oraganisasi berikut:55

54
Monografi Desa Teruwai, dikutiptanggal 21 Januari 2019.
55
Dokumentasi Desa Teruwai 2016(Sturuktur Organisasi), dikutip tanggal 21 Januari
2019.
37

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA


KEPALA DESA

LPM / Lembaga Adat,


BADAN BKD & Bum Desa
PERMUSYAWARATAN DESA

SEKRETARIS DESA
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN KESEJAHTERAAN PELAYANAN

KEPALA URUSAN KEPALA URUSAN KEPALA URUSAN


TATA USAHA UMUM KEUANGAN PERENCANAAN

KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN
SELEMANG SAPAK TEGO BAT TERAP GUCI BUNKELOK KAMPIH

KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN
JEROBUNUT MANGKUNG TEGO SURAK SELANDAK SEWAR

KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN KEPALA DUSUN
KETANGAN SEPANG MONYEL TERUWAI BANTEN GERINTUK

KEPALA DESA TERUWAI,


HUBUNGAN KONSULATIF KADES DAN BPD
TTD
HUBUNGAN KEMITRAAN KADES DAN LPM. LEMBAGA ADAT, BKAD, & BUM DESA
HUBUNGAN PERINTAH KADES DAN PERANGKAT DESA MAHSUN
38

3. Kondisi Sosial ekonnomi

Mata pencaharian penduduk Desa Teruwai Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah berbeda-beda, namun dapat dilihat sebagian

besar masyarakat Desa Teruwai beprofesi sebagai buruh tani dan menjadi

pentani dibandingkan dengan jumlah yang menjadi pedagang, PNS,

TNI/Polri dan Karyawan Swata.

Untuk lebih jelasnya paparan diatas bisa dilihat di table berikut:56

Tabel.1

- Petani : 1.875 orang


- Buruh Tani : 2.516 orang
- Pedagang : 64 orang
- PNS : 109 orang
- TNI/Polri : 18 orang
- Karyawan Swasta : 729 orang
- Wirausaha lainnya : 4 orang

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa

Teruwai selain sebagai buruh tani dan petani juga sebagian kecil sebagai

pedagang, PNS, TNI/Polri, Karyawan Swasta dan menjalankan Wirausaha

lainnya. Potensi yang ada di Desa ini yaitu komuditas pertanian yang

berupa tanaman pangan maupun buah-buahan seperti semangka, melon

dan lainnya. Desa Teruwai memiliki 16 kelompok tani dan 1 kelompok

gabungan kelompok tani. Adapun kelompok tani tersebut ialah : Jati

Suara, Tui Jati, Suka Maju I, Suka Maju II, Suka Maju III, Sinar Harapan

56
Profil Desa Teruwai, dikutip tanggal 21 Januari 2019.
39

I, Sinar Harapan II, Plamboyan, Sila Karya, Pade Pacu, Pade Ngase, Dui

Monyan, Bun Penimbak, Butuh Genah, Surtal Jaya, Tiu Payung. Dalam

kelompok tani tersebut masing-masing beranggotakan 20 (dua puluh)

orang dan diketuai oleh orang yang berbeda.

4. Kondisi Sosial Budaya

Keadaan sosial budaya di Desa Teruwai dapat dilihat dari

kehidupan masyarakat sehari-hari dapat dikatakan bahwa masyarakat

Desa Teruwai sangatlah berjiwa sosial dan tingkat kerukunannya yang

sangat tinggi dikarenakan dari tahun ke tahun tidak pernah terjadi masalah

peritikain diantara dusun satu dengan dusun yang lainnya maupun luar dari

wilayah.

Masyarakat Desa Teruwai juga terkenal dengan jiwa sosial. Dalam

hal ini masyarakat sangat antusias dalam kegiatan adat, misalnya dalam

kegiaitan begawe, pemakaman dan kegiatan adat lainnya. Masyarakat

sangat antusias itu terlihat ketika masyrakat saling membantu dalam hal

memasak, pemasangan terop, dzikiran 9 malam di rumah duka tanpa

diundang oleh keluarga duka karna itu adalah salah satu tradisi yang

sampai sekarang tidak berubah.

E. Latar Belakang Berdirinya Bengkel

Usaha bengkel tempat penelitian peneliti ini berdiri sejak tahun 2011.

Awalnya bengkel tersebut hanya menerima service motor, bengkel las dan

pembuatan pagar besi. Seiring berjalannya waktu , ketatnya persaingan

bengkel las semakin meningkat, banyak bengkel las baru yang muncul ,
40

sehingga pemilik bengkel membuat inovasi baru dengan menjual sepeda

motor yang masih layak digunakan dengan harga yang relatif murah. Dilihat

dari kondisi ekonomi dan kebutuhan masyarakat sekitar akan kebutuhan alat

transportas, pemilik bengkel mencoba mengembangkan inovasi baru dengan

menjual motor yang mudah dan gampang dibeli oleh masyarakat luas. Sampai

saat ini bengkel melakukan pemasaran dengan cara menunggu pembeli dari

mulut ke mulut. Sistem pembukuan yang digunakan juga masih

menggunakan sistem manual yaitu dengan cara menulis di buku, sehingga

masih sering terjadi kekeliruan di kemudian hari.

Dari hasil wawancara dengan si pemilik bengkel bahwa motor yang

diperjual belikan juga masih banyak yang tidak dilengkapi dengan surat-surat

sehingga harga jual dari motor tersebut juga relatif lebih murah dari motor

yang dilengkapi dengan surat-surat. Dilihat dari kondisi sosial ekonomi besar

yang masih tergolong Masyarakat menengah ke bawah yang menjadi latar

belakang si pemilik bengkel menjual sepeda motor dengan harga terjangkau.

Kebutuhan masyarakat akan transportasi menjadikannya mencari solusi

bagaimana masyarakat tetap terpenuhi kebutuhannya.

F. Praktik Jual Beli Motor Bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah

Praktik jual beli motor bodong rupanya menjadi tawaran sangat

menarik dikalangan Masyarakat menengah kebawah dengan memberikan

harga yang saling banting demi kelangsungan dan kelancaran dalam usaha.

Berbagai bentuk penawaran menarik yang diberikan penjual sangat


41

menguntungkan bagi konsumen. saya menemukan praktik jual beli motor

bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

Prakitk jual beli motor bodong yang dipraktikkan oleh Masyarakat

Desa Teruwai, Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah menjadi menarik untuk

dilihat, karena hal tersebut didasarkan pada data-data yang peneliti dapatkan di

lapangan terkait wawancara peneliti dengan penjual, pembeli, masyarakat

maupun tokoh masyarakat di Desa tersebut. Adapun hasil wawancara tersebut

peneliti akan tuangkan dalam bentuk paragraf di bawah ini:

Pada dasarnya perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang pendapat dari

beberapa pembeli dan masyarakat sekitar tentang apa yang mereka ketahui

tentang motor bodong itu sendiri, dari bebrapa hasil wawancara yang peneliti

dapatkan dilapangan , peneliti akan paparkan satu persatu, sesuai dengan

pendapat salah satu pembeli yang menyatakan bahwa :

Sak aran motor bodong jek motor bontor sak tejual secare
monang-monang elek bengkel, mok ye malik tejual lek dengan sak mele
meli motor dengan harge sak murak.57 (Terjemahan : yang namanya motor
bodong adalah motor yang dijual secara diam diam dibengkel kemudian
dijual kemvbali kepada orang dnegan harga yang murah).

Berbeda pendapat dengan Aq.Lenap yang menyatakan bahwa :


“Motor bodong sak muk naon aku jek, montor sak tesandak isik
dengan edak sikn tetebus sik epen jarin, muk dengan sak taokn nyandak
mun jual murakn lek bengkel, atau dengan sak mele beli montor, iyelah
mut beli sik ite sak mele”.58 (Terjemahan : motor bodong yang saya
ketahui adlah motor yang digadaikan dan tidak bias ditebus , kemudian
orang tempatnya menggadaikan menjaual motor tersebut di bengkel atau
kepada orang yang ingin membeli dengan harga murah. Itu sudah yang
dibeli bagi siapa yang mau).

57
Aq.Serun, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
58
Aq.Lenap, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019
42

Dikalangan masyarakat sekitarpun istilah motor bodong sudah

tidak asing lagi, sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan

dengan salah satu masyarakat yang menyatakan bahwa :

“ yang saya tahu motor bodong itu termasuk motor ilegal, karena
motor bodong ini tidak jelas asal usulnya, surat-surat yang dinyatakan
hilang atau tekena dampak bencana banjir atau kebakaran dan yang
lainnya, biasanya di lombok khususnya diwilayah sekitar sini, motor
bodong ini menjadi hal yang lumrah dilaksanakan, karena banyak dari
masyarakat yang tidak terlalu memperdulikan tentang surat-surat
kendaraannya.59
Berkaitan dengan hal tersebut, penyusun menyederhanakan

pembahasan secara muamalah yaitu tujuan, proses transaksi dan dampak yang

terjadi pada penjual dan pembeli.

1. Tujuan penjual dan pembeli

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada dasarnya penjual

memiliki tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan yang sebesar-

besarnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Aq. Kahar :

“ mun tujuan jual motor bengkok jek pojak keuntungan, soal


biasen loek dengan-dengan eto butuh montor, jari aku muk boyak harge
paling murakn terus muk jual malikn jok sak mete montor. Nah mun Sak
Montor bodong sak bengkok jek,mut Modif juluk, soaln loekn montor
bengkok kadang sak wah side60. (Terjemahan : kalau jual motor bodong ya
cari keuntungan , karena biasanya banyak dari orang-orang ini butuh
motor, jadi saya mencari harga yang paling murah untuk dijual lagi Nah
kalau motor bodong ( curian) saya modif terlebih dahulu baru saya jual
lagi).

Hal senada juga disampaikan oleh bapak H.hijrah yang

menyatakan bahwa:

“tujuank jek ak bantu dengan dengan eto sak ndek bedoe kepeng
sikn meli montor baru, arak jkn kadu jok bangket atau peken, pojak

59
Sartana, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
60
Aq.Kahar, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
43

keuntungan, soaln munt beli montor bodong tebengt harga murak, sak lek
girang bait montor yak, jarik mut jual lek dengan baut petaek harge, misal
tebeng 3 jt muk jual 5 atau 6 jt tergantung merk montor dait keadaan
montor”.61 (Terjemahan : Tujuan saya mau membantu masyarakat yang
tidak mempunyai uang untuk membeli motor baru yang dipakai untuk
pergi ke sawah atau pasar. Mencari keuntungan , karena ketika kita
membeli motor bodong dikasih harga murah oleh orang tempat saya
ngambil motor itu, jadinya saya jual ke orang dengan harga yang lebih
tinggi, misalnya saya dikasih harga 3 jt saya jual 5 atau 6 jt, sesuai merk
motor dan keadaan motor).
Berbeda dengan tujuan yang disampaikan para pembeli yangn

menyatakan bahwa :

“ tujuank beli montor jek aden arak sikt bekelampan, lek sak
empah-empah ini, soaln mut yak ngekes atau ngeredit jek ndet mampu,
malik endah mun montor edak suratn meriak kance bayok , jek ndekt takut
jaukn lalo ngawis, lek gunung lalo nerabas”. 62 (Terjemahan : tujuan saya
membeli motor bodong iyalah agar dapat berpergian di tempat yang dekat,
karena kalau untuk kes atau kredit tidak mampu, apalagi kalau motor itu
tidak mempunyai surat dan jelek , saya tidak takut untuk bawa pergi
menyabit rumput dan ke gunung untuk membersihkan lahan disana).
Hal senada juga disamaikan oleh Aq. Jumar yang memaparkan
bahwa : “ tujuan meli montor bengkok jek sikt ndet bedoe kepeng munt
yak beli montor solat, dit mut kadun juk bangkek lalo nerabas doang” 63.
(Terjemahan : tujuan saya membeli motor bodong karena tidak
mempunyai uang untuk membeli motor bagus/baru, karena saya pakai buat
pergi ke sawah untuk menyabit rumput).
2. Proses transaksi jual beli

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan di lapangan terkait

akad yang terjadi masih dilakukan secara lisan sesuai dengan pernyataan

penjual :

“mut jual beli montor jek pade marak jual beli biase, ndekt kadu
kwitansi, marak inde maeh yak beli montor, beng montor langsung
terimak kepeng. Malik mun arak dengan mele ye lait pemojakn, sengak sin
lebih murah mun bengkok”. (Terjemahan : jual beli botor disini sama
seperti jual beli biasa, tidak pakai kwitansi, seandainya ada yang beli

61
H.Hijrah, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
62
Inq.Sri, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
63
Aq. Jumar, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019
44

motor, motor diserahkan langsung terima uang, seandainya ada yang cari
motor baru kita carikan karena motor bengkok lebih murah).64

Hal senada juga disampaikan oleh informan kedua Aq.Kahar yang


menyatakan bahwa : “ munt jual beli montor bengkok yak ndekt kadu
kwitansi munt, baiasen dnegan dese, arakn jek montor murak, mun
dengan-dengan ni wah paham misaln arkn dengan boyakn montor
bengkok jekn muk barakn kene ndekn arak suratn , misaln mele baruk
pojakn, mun ndek mele jek ndek wah paksakn”.65 (Terjemahan : kalau jual
beli motor bodong kita ndak pakai kwitansi, biasanya orang desa, namanya
juga motor murah, mereka kebanyakan sudah paham, kalau ada yang nyari
baru saya carikan, saya juga jelaskan diawal kalau tidak punya surat, kalau
mereka mau saya carikan kalau ndak au ya tidak apa-apa).

Pembeli juga menyatakan hal yang sama , sesuai dengan


pernyataan Inq. Sri yang menyatakan bahwa:

“Past Transaksi jual beli motor eto jek secare lisan tant , ndekn
marak lek deler-deler ini, ndekt kadu Kwitansi Mun aku laguk, ndek naon
laguk bengkel sak lain atau penjual sak lain, Mun ite ine jak serah terima
biase doang, arak barang arak kepeng. (Terjemahan : Pada saat kita
melakukan transaksi jual beli, ijab qobul atau akad yang digunakan yaitu
akad secara lisan, yang dimana tidak terdapat kwitansi ataupun perjanjian
tertulis, serah terima uang dan motor juga dilakukan seperti jual beli pada
umumnya bedanya hanya tidak mendapatkan kwitansi namanya juga
motor bodong ya apa adanya).66

pembicaraan antara penjual dengan konsumen atau pembeli, baik

mengenai harga maupun persyaratan-persyaratannya. Dengan kata lain

kedua belah pihak telah berikrar adanya jual beli (ijab qabul). Tetapi

kesepakatan tersebut haruslah sesuai dengan kemauan kedua belah pihak

tanpa adanya paksaan diantara keduanya, baik mengenai harga maupun

kewajiban yang harus dipenuhi dalam jual beli tersebut. Termasuk di

dalamnya adalah kesepakatan dalam hal pembayaran, penerimaan barang

dan segala hal yang berkaitan dengan transaksi jual beli motor bodong

64
H.Hijrah, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019
65
Aq. Kahar, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019.
66
Aq.Subhan, Wawancara,, Teruwai, 7 Juni 2019.
45

tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian jual beli secara istilah, yaitu:

suatu tindakan hukum yang dilakukan antara penjual dan pembeli, dimana

pihak penjual memberikan barang dagangannya kepada pihak pembeli,

dan pembeli menerimanya dengan membayar sejumlah uang, baik

langsung maupun tidak langsung sebagai imbalan atau ganti atas barang

yang dibelinya secara suka sama suka dan saling rela.

Terkait informasi mengenai objek ang dijual belikan pihak penjual

diawal sudah menerangkan terkait motor bodong yang diperjual belikan ,

sesuai dengan pernyataan H.hijrah selaku penjual :

“ mukt barakn montor yak ndekn bedoe surat, jarin mun arak
risiko murian jek ndekn tanggung jawab ite, jarin terserah pembeli un
mele meli atau ndek.67 (kita sudah menginformasikan dari awal mengenai
motor yang tidak mempunyai surat-surat, jadi terserah mereka mau beli
atau tidak).

Hal senada juga disampaikan oleh pihak pembeli yang menyatakan


bahwa : “ arakn jek montor bodong, berarti montor bekas mukt beli , dait
waht tebarak munt yak meli montor sik penjual lamun montor yakt beli yak
ndekn bedoe surat.68(kalau masalah motor bodong ya berarti motor bekas
yang kita beli, dari awal sudah dikasih tahu sama penjual kalau kita
membeli motor tanpa surat).
Menurut Inq.Sri , motor yang dijadikan objek jual beli adalah

motor second atau bekas, sesuai dengan pernyataan yang menyatakan

bahwa:

“mun montor jekn biasen motor bekas, arakn jek murakn , untung-
untungan biasen arak sak mauk montor bengkok,arak sak mauk montor
bagus, laguk biasen loekan sak tejual sih montor bagus, tergantung jujur
atau ndek taokt meli. Soaln aku endah pas meli yak nyengke kesusu, jarin
mauk motor bengkok”.69 (kalau motor ya biasanya motor bekas, namanya
juga murah , sesuai keberuntungan biasanya ada yang dapat motor curian
ada yang dapt motor bagus tetapi kebanyakan motor bagus tergantung

67
H.Hijrah, Wawancara,Teruwai, 7 Juni 2019.
68
Aq.Lenap, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019.
69
Inq.Sri, Wawancara, Teruwai, 7 juni 2019.
46

jujur atau tidaknya pihak penjual, soalnya saya ketika itu beli waktunya
terburuburu jadinya dapat motor curian).

Terkait informasi transaksi jual beli motor bodong biasanya

didapatkan dari mulut ke mulut, sesuai dengan pernyataan pihak penjual

yang mengatakan bahwa motor yang didapatkan biasanya dari hasil motor

yang digadaikan namun tidak bisa di tebus oleh pemilik aslinya, terkait

motor yang diperjual belikan adalah motor curian biasanya didapatkan dari

transaksi yang dilakukan secara sembunyi sembunyi.

3. Dampak bagi penjual dan pembeli

Praktik jual beli motor bodong memang ada sisi positif dan

negatifnya. Sisi positifnya itu dapat dirasakan oleh konsumen yang kurang

mampu untuk kebutuhan pekerjaan sehari hari mereka, namun juga

memberikan dampak negatif bagi sebagian konsumen yang ingin

berpergian karna tidak mempunyai kelengkapan dokumen atau surat surat

motor lainnya. Seperti yang dipaparkan oleh bapak serun yang

memberikan pernyataan sebagai berikut :

“Mun masalah beli motor bodong jek arak untungn arak ndek,
sengak marak aku jek lancurk wah jauk lek praye mok arak razia jarin
ndet tao lolos lek polisi, jarin montork tebait, laguk untung jek mut bayok
merk motor mut beli jek nggakn isit lek bangket, kebon let kadun atau lalo
ngerau lek gunung, dait endah murak ajin mun ndek lengkap suratn ”.70
(Terjemahan : “Kalau masalah beli motor bodong ada untung ada tidak,
seperti saya pernah membawa motor ke praya terus ada razia jadi tidak
bisa lolos dari polisi, jadi ya motor diambil, tai untungnya kalo motor yang
kita beli motor jelek bisa kita pakai ke sawah kebun, atau pergi naik
gunung, harganya juga murah kalau suratnya tidak lengkap).

70
Serun, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019
47

Hal senada juga disampaikan bapak sartana salah satu warga

masyarakat Desa Teruwai yang memberikan pernyataan sebagai berikut :

“Bagi sebagian orang yang membeli motor bodong memberikan


banyak keuntungan salah satu diantaranya adalah harga yang murah,
namun kerugian yang di dapat yaitu tidak bisa bepergian jauh jika tidak
mempunyai kelengkapan surat- surat .71”

Berbeda dengan pendapat salah satu konsumen yang memiliki

pengalaman negatif pada saat berpergian , yaitu motor bodong yang dibeli

adalah motor bodong hasil curian, dimana pada saat itu pemilik motor

mengambil paksa motor tersebut, pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

wawancara dari inaq sri yang menyatakan :

“Keuntungan beli motor bodong jek isik hargen sak


murak,bermanfaat endah isit lalo lek peken, laguk taok nyalakn jek mut
mauk montor sak uah tapaling atau montor bengkok,soaln aku wah piran
beli montor mok tebait lek jalan isik epen montor, soaln edak bedoek
surat-surat jarin kalaht doang”. 72 (Terjemahan: “Keuntungan beli motor
bodong ya karena harganya murah , membantu juga dalam berdagang ke
pasar, tapi sisi negatifnya kalau kita dapatnya motor hasil curian , saya
pernah mengalami pengambilan paksa motor oleh pemilik asli motor
tersebut, karena tidak mempunyai kelengkapan dokumen surat-surat motor
tersebut).

Terkait resiko yang didapatkan, pihak penjual sudah menjelaskan

di awal akad bahwa motor yang diperjual belikan tidak dilengkapi dengan

dokumen atau surat lengkap.

71
Sartana, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019.
72
Inq.Sri, Wawancara, Teruwai, 7 Juni 2019.
48

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Praktik Jual Beli Motor Bodong di Desa Teruwai Kecamatan

Pujut Lombok Tengah

Pada dasarnya jual beli merupakan salah satu hal yang sudah

berkembang di masyarakat, seiring dengan perkembangan zaman jual beli

yang terjadi sudah mulai beragam, salah satunya adalah praktik jual beli yang

terjadi di Desa Teruwai, yaitu praktik jual beli motor bodong. Berdasarkan

hasil wawancara peneliti dengan beberapa penjual dan pembeli praktik jual

beli motor yang terjadi di Desa Teruwai merupakan salah satu contoh jual

beli yang terjadi pada umumnya.

Namun, ada beberapa hal yang perlu peneliti analisis sesuai dengan

praktik yang terjadi di Desa Teruwai, yang dimana peneliti rangkum menjadi

tiga sub masalah diantaranya :

1. Tujuan penjual dan pembeli

a. Mendapat keuntungan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan di lapangan

bahwa beberapa dari tujuan penjual adalah mendapatkan keuntungan,

tetapi dilihat dari praktik dilapangan bahwa penjual terkadang tidak

memikirkan asal usul dan kejelasan dari motor tersebut sehingga akan

berdampak kepada pihak pembeli, misalnya ketika motor tersebut

merupakan motor hasil curian akan bermasalah kepada pemilik asli dan

pihak kepolisian.

55
49

b. Alat transportasi

Dari sisi pembeli atau konsumen itu sendiri merasa sangat

terbantu dengan adanya transaksi jual beli motor bodong tersebut, selain

karena faktor ekonomi dan kebutuhan yang mendesak, pihak konsumen

atau pembeli merasa sangat terbantu dalam urusan pekerjaan mereka

Tergiur dengan harga yang murah terkadang menjadi keuntungan

tersendiri bagi pihak pembeli yang tidak memikirkan resiko yang terjadi

kedepannya. Hal ini menjadi hal yang lumrah bagi kalangan masyarakat

umum yang dengan rela menerima dari manapun asalusulnya, karena

memang dilihat dari faktor ekonomi yang tidak memadai.

2. Proses transaksi

Terkait dengan proses transaksi bahwa proses jual beli yang terjadi

berjalan sebagaimana mestinya, sistem pembayaran yang dipakaipun

masih sama sama mengunakan uang sabagai alat transaksi. Namun, yang

menjadi permasalahan adalah ketika proses transaksi dilaksanakan tidak

ada kwitansi yang mengikat jika suatu saat terjadi resiko yang akan

merugikan pihak pembeli. Pada saat terjadi akad pihak penjual selalu

menjelaskan terlebih dahulu bahwa motor yang mereka jual adalah motor

kosong tanpa surat-surat, karena terkadang pembeli yang datang

kebanyakan berprofesi sebagai petani atau pedagang. Pembelipun

mengatakan hal yang demikian , motor yang mereka beli hanya digunakan

untuk pekerjaan sehari-hari.


50

Jika dilihat dari manajemen pemasaran saat ini, pihak penjual

selalu tidak mau tahu apa saja dan dari mana asal usul dan kejelasan dari

objek jual beli yang mereka jual belikan. Berbeda hal nya dengan teknik

pemasaran orang yang memang paham tentang agama dan kosekuensi

yang akan terjadi di kemudian hari, mereka akan melihat secara detail

halal dan haramnya objek yang mereka jual belikan. Terkait informasi

yang peneliti dapatkan dilapangan bahwa, transaksi jual beli motor

bodong tidak hanya dilakukan melalui bengkel resmi, melainkan juga

terjadi melalui perorangan. Akad jual beli yang terjadi Desa Teruwai

biasanya dilakukan secara lisan, tidak ada bukti pembelian ataupun bukti

tertulis.

Menurut analisis penulis sesuai dengan data yang didapatkan

bahwa akad jual beli harusnya dilakukan disertai dnegan bukti tertulis

apabila terjadi wanprestasi atau resiko dikemudian hari , pihak pembeli

tidak mengalami kerugian atas transaksi jual beli yang dilakukan , karena

jika pihak pembeli sudah menyetujui segala hal yang diinformasikan pada

saat akad maka konsekuensi atau resiko bukan lagi tanggung jawab dari

pihak penjual melainkan dari pihak pembeli.

Objek jual beli yang peneliti teliti di Desa Teruwai Kecamatan

Pujut Lombok Tengah adalah motor bodong. Secara sepintas sudah jelas

bahwa objek yang diperjual belikan adalah motor bekas atau motor

second. Berbeda dengan objek jual beli yang ada di bengkel-bengkel

resmi pada umumnya. Motor bodong yang diperjual belikan terkadang


51

harus dipesan terlebih dahulu jika stok yang dibengkel memang sudah

tidak ada. Tetapi pada saat negoisasi sudah jelas pilihan motor yang

diinginkan beserta dengan harga yang konsumen inginkan, yaitu apabila

motor yang diinginkan tidak tersedia maka akan diberikan alternative

kedua. Pada dasarnya tidak semua motor bodong atau motor bekas tidak

semuanya orisinil,baik itu kerangka luar ataupun dalam. Hal inilah yang

juga menjadi permasalahan pada saat terjadinya jual beli motor bodong

tersebut, entah penjual sendiri yang mengubah atau memang sudah diubah

oleh pemilik asli dari motor tersebut, karena seperti yang peneliti katakan

sebelumnya bahwa pada dasarnya motor bodong itu sendiri tidak

memiliki kejelasan dari mana asal-usulnya.

3. Dampak jual beli antara penjual dan pembeli

a. Keuntungan yan besar bagi penjual

Terkait dampak yang terjadi bisa kita lihat seuai dengan data di

lapangan yang peneliti dapatkan, bagi pihak penjual sendiri mereka

sangat diuntungkan dari hasil penjualan motor bodong itu sendiri,

apalagi jika motor tersebut mengalami kerusakan pada onderdil-

onderdil , kemudian pihak penjual akan memperbaiki sehingga motor

tersebut tampak tidak ada kerusakan, dan akhirnya penjual akan

menjual kembali dnegan harga yang jauh lebih murah dengan harga

baru dari motor tersebut. Dengan demikian pihak penjual akan

mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Adapun alasan lain


52

dari pihak penjual adalah mencari motor bekas dengan harga lebih

murah dari biasanya.

b. Adanya wan prestasi di kemudian hari

Dilihat dari realita di lapangan bahwa pihak pembeli harus

menerima segala resiko yang ada jika dikemudian hari terjadi resiko yang

tidak diinginkan, seperti yang sudah dijelaskan diawal akad bahwa pihak

penjual sudah menginformasikan terlebih dahulu terkait objek yang

diperjual belikan. Tidak adanya bukti tertulis yang menyatakan bahwa

telah terjadinya suatu transaksi akan merugikan salah satu pihak jika

dikemudian hari terjadi resiko apabila objek yang diperjual belikan

ternyata didapatkan dari hasil pencurian.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pihak pembeli seharusnya lebih

berhati hati dalam pembelian motor bodong , jika dilihat dari segi resiko

yang akan terjadi dikemudian hari. Sesuai dengan hasil wawancara dari

pihak penjual bahwa pihak penjual sudah menjelaskan secara rinci bahwa

motor yang akan dibeli adalah motor kosong tanpa dokumen atau surat-

surat. Selanjutnya pihak penjual akan memberikan hak khiyar kepada

pihak pembeli apakah pihak pembeli akan meneruskan atau mebatalkan

jual beli tersebut. Dilihat dari tujuan penjual yang hanya ingin

mendapatkan keuntungan dari pihak pembeli maka jika terjadi kecacatan

atau resiko dikemudian hari akan menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
53

B. Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jual Beli Motor Bodong di

Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah

Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai agama yang

didalamnya sangat dianjurkan untuk saling bertoleransi, menghargai pendapat

orang lain dan tidak memaksakan kehendak sendiri. Sebagaimana peraturan-

peraturan yang dibuat harus bertujuan untuk kemaslahatan umum, tidak ada

tipu daya dalam hukum sehingga tidak merugikan pihak lain dan inilah agama

Islam yang pada dasarnya menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Dalam perkembangan hidup manusia, banyak masalah baru yang

mengikuti edaran masa. Alam pikiran manusia bertambah maju, sehingga

menimbulkan masalah-masalah modern. Semua persoalan diatur oleh manusia

untuk dijadikan dasar guna kepentingan hidup. Manusia sangat dinamis dan

tetap bergerak mencari kemajuan yang tidak terbatas. Dalam hukum alam,

manusia tidak akan terlepas dari kelompok manusia lainnya. Agama Islam

adalah petunjuk jalan dan perintis kebahagiaan. Agama Islam bukan agama

yang kaku, agama Islam pun mempunyai hukum, pada hal ini hukum Islam

pada hakekatnya diciptakan oleh Allah dengan tujuan merealisir kemaslahatan

umum, memberi kemanfaatan dan menghindari kemafsadatan bagi umat

manusia. Oleh karena itu Allah selaku sang penguasa alam semesta ini

melakukan suatu landasan peraturan sebagai barometer sirkulasi kegiatan

muamalah yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dilakukan agar manusia tidak

mengambil hak-hak yang dimiliki oleh orang lain dengan cara-cara yang tidak

direstui oleh Islam.


54

Dengan demikian diharapkan keadaan manusia akan lurus dengan

aturan-aturan agama, serta hak yang dimiliki manusia tidak akan sia-sia dan

tidak mudah hilang begitu saja, juga dengan kehadiran landasan hukum yang

terlahir dalam Islam akan memotifasi manusia untuk saling mengambil

manfaat yang ada diantara mereka melalui jalan yang terbaik dan diridhoi

Allah. Sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam surat an-Nisa

ayat 29 :

.‫م ْن ْم‬ ‫ً ع ْن ت ا‬ ‫ي أي ال يْن امن ْواا تأ ْ آل ْوا أ ْموال ْم بيْن ْم ب ْل طل اءا أ ْ ت و ت‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu” (Q.S. an- Nisa :
29)73
Dari ungkapan diatas menunjukkan adanya larangan dalam pelaksaan

jual beli yang dilakukan secara bathil, melanggar ketentuan yang terdapat

syari’at Islam. Dan selain itu pula Islam dalam pedomannya yakni al-Qur’an

dan al-Hadits, memerintahkan kepada kaum muslim yang beriman untuk tidak

mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar, baik bisnis ataupun

perdagangan harus sah (hukum Islam) berdasarkan al-Qur’an, al-Hadits dan

adanya kesepakatan bersama antara yang melakukan transaksi (kedua belah

pihak).

Perbuatan yang dilakukan seorang mukallaf baik yang berkenaan

dengan aspek ibadah maupun mengenai aspek muamalah dalam hal membuat

akad (perkiraan / perjanjian) ada yang sudak sah dan ada yang belum

73
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Penerbit Diponegoro,
Bandung, 2000.
55

memenuhi syarat, sehingga menjadi rusak. Menurut Prof. Dr. H. Rahmat, MA,

akad yang sah adalah yang memenuhi semua rukun dan syarat-syarat akad,

sedangkan akad yang tidak sah ialah akad yang tidak memenuhi semua syarat

dan rukun yang terkandung dalam akad tersebut.74

Tentang sah atau tidak dan batal atau tidaknya sebuah akad dilihat dari

ketentuan hukum Islam dalam menentukan hukum, baik itu termasuk haram

dan halal dalam melakukan transaksi, sedang kaitannya dalam praktek jual

beli ini terdapat kemungkinan dalam praktek jual belinya bertentangan dengan

hukum syara. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis meninjau kasus jual

beli terebut dengan menganalisa hukum Islam dalam prakteknya dan tinjauan

hukum Islam terhadap sistem pengelolaan jual beli tersebut.

Dilihat dari sisi keabsahan jual beli, penulis berusaha menganalisa

praktek jual beli motor bodong dengan melihat dari sisi rukun dan syarat

tentang sahnya jual beli. Apakah sudah memenuhi atau belum semua

persyaratan yang terdapat dalam jual beli tersebut.

Para ulama dalam ijtihadnya telah merumuskan tentang syarat-syarat

dan rukun jual beli. Sebagaimana penulis uraikan panjang lebar dalam

kerangka teori, yang secara umum bahwa rukun jual beli adalah : pertama,

adalah subyek akad / aqid (penjual dan pembeli), kedua adalah sighot akad

yaitu ijab dan qobul sedang yang ketiga adalah ma’qud alaih, yaitu uang

benda atau barang. Untuk melihat atau menganalisa praktek jual beli motor

74
Rahmat, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung 2006 hlm. 76
56

bodong di Desa Teruwai, sebagaimana tergambar dalam BAB II, maka secara

sistematis penulis uraikan dengan sub-sub sebagai berikut :

1. Akid : Orang yang Melakukan Akad

Sebagaimana telah dikemukakan diatas orang yang melakukan

akad dalam jual beli harus memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi

oleh kedua belah pihak. Diantaranya adalah atas kehendak sendiri, tidak

berada dalam tekanan atau paksaan orang lain, sehat akalnya, tidak gila,

baligh (dewasa) atau bagi anak-anak yang mendapat ijin dari walinya.

Sementara yang terjadi di Desa Teruwai yang melakukan transaksi jual

beli sudah memenuhi persyaratan sebagaimana telah dijelaskan dalam

BAB II, untuk produsen, pedagang, maupun pembeli / konsumen.

prinsip jual beli adalah suka sama suka tanpa ada paksaan antara si

penjual dan si pembeli. Maka jika perilaku tersebut tidak tercapai, jual beli

itu tidak sah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa‟ ayat

29 yang artinya:

‫م ْن ْم‬ ‫ً ع ْن ت ا‬ ‫اتأْآل ْوا ا ْموال ْم بيْن ْم ب ْل طل اا أ ْ ت ْو ت‬

Artinya: Janganlah kamu saling memakan harta dengan jalan yang

bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka

diantara kamu.” (Q.S. An-Nisa‟ : 29)

Jual beli tersebut dilakukan oleh seorang subyek atas dasar kehendak

sendiri, tidak ada yang mengancam mereka untuk melakukan transaksi

tersebut, begitu pula mereka telah dewasa dan tidak gila, menurut
57

pengetahuan peneliti di lapangan, tidak satupun responden yang ditemukan

belum dewasa atau bahkan orang-orang yang kurang sehat akalnya

sekalipun. Oleh karena itu dilihat dari segi syarat-syarat akid (orang yang

melakukan transaksi), maka jual beli yang dilakukan di Desa Teruwai

dilakukan orang-orang yang telah memenuhi persyaratan akad dan sudah

sesuai dengan aturan jual beli menurut pandangan Islam.

2. Sighot Akad Dari Penjual dan Pembeli

Akad yang ada dalam jual beli disebut dengan ijab qabul. Adapun

mengenai syarat-syarat ijab qabul adalah sebagai berikut :

a. Harus terus terang pengertiannya

b. Harus bersesuaian antara ijab qabul

c. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak yang

bersangkutan75

Dalam masalah akad jual beli motor bodong tidak ada persoalan,

artinya telah sesuai dengan ketentuan akad yakni dilakukan oleh kedua

belah pihak dengan akad yang salin berhubungan langsung antara pihak

yang satu dengan pihak yang lainnya. Pelaksanaan transaksi jual beli

yang di terapkan di Desa Teruwai, tidak jauh berbeda dengan transaksi

jual beli di bengkel atau showroom sepeda motor bekas pada umumnya.

Konsumen yang datang untuk membeli motor yang diinginkan , ketika

konsumen bertanya bagaimana kondisi motor tersebut, maka biasanya

penjual akan menghidupkan motor, sehingga dapat didengar dan

75
Teungku Muhammad Hasby Ash Shidieqi, Pengantar Fiqh Muamalah, PT. Pustaka
Rizki Putra, Semarang, 1997 hlm. 27
58

diperiksa oleh konsumen. Jika konsumen bertanya tentang kondisi fisik,

maka penjual akan mengatakan kepada konsumen untuk melihat sendiri

kondisi fisik motor tersebut, atau mengatakan bagus dan baik. Jika

sepeda motor tersebut terdapat cacat namun konsumen tidak

menemukan cacat tersebut, maka penjual tidak menjelaskan keadaan

sebenarnya. Tetapi, pada dasarnya sepeda motor yang cacat harganya

relative lebih murah dibanding dengan sepeda motor yang kondisi

fisiknya masih bagus. Dari situlah maka masyarakat yang

menginginkan motor bodong berdatangnan karena harga yang

ditawarkan relative murah dan terjangkau.76

Menurut pengamatan penulis, transaksi jual beli sepeda motor

bodong dilaksanakan secara lisan, baik mengenai harga maupun syarat-

syaratnya. Bentuk kata-kata yang digunakan dalam negoisasi sangat

jelas sehingga dapat dimengerti konsumen, sehingga apabila saat terjadi

transaksi, konsumen sudah mengerti dan dapat menerima dengan baik.

Adapun tata cara pelaksanaan jual beli tersebut adalah dengan

menggunakan kata-kata yang bermaksud untuk tidak menipu atau

membohongi. Seperti pengertian akad dari ijab qabul sendiri menurut

Fuqaha yaitu:

"Perikatan adalah ijab qabul menurut bentuk yang disyari'atkan

agama, Nampak bekasnya pada yang diakadkan".77

76
Aq lenap, wawancara, Teruwai, 7 juni 2019
77
Hamzah Ya'kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung, 1992,
hlm.72
59

Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kemauan secara

suka rela dari kedua belah pihak sehingga dalam jual beli motor bodong

tersebut, jika dilihat dari sisi sighot yang dilakukan oleh kedua belah pihak

sudah sesuai dengan kaidah yang ada dalam hukum (fiqh) Islam.

3. Ma’qud alaih; Obyek yang Diperjual Belikan

Untuk sahnya jual beli barang yang diperjual belikan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Suci, tidak diperbolehkan menjual barang najis.

b. Harus bermanfaat dan harus ada manfaatnya.

c. Keadaan barang harus dapat diserahterimakan.

d. Harus jelas zat, sifat, kadar dan ukuran.

e. Harus milik sendiri, telah dimiliki atau milik orang lain yang sudah

mendapatkan ijin dari pemiliknya. 78

Dengan demikian untuk syarat sahnya jual beli menurut kaidah

hukum ekonomi Islam adalah barang yang akan diperjual belikan harus

memenuhi kriteria di atas. Sementara barang yang dijadikan obyek jual

beli di Desa Teruwai tersebut berupa motor bekas dan uang sebagai alat

pembayarannya. Sedang mengenai barang yang diperjual belikan telah

terpenuhi syarat sahnya jual beli, yaitu barangnya jelas zatnya, bentuk,

kadar atau ukuran dan sifatnya serta manfaatnya, juga diketahui oleh

kedua belah pihak, dan barang yang diperjual belikan milik sendiri.

78
Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Pt. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994, hlm. 59
60

Jika dilihat dari segi kemanfaatannya jelas bahwa barang atau

motor ini memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai alat transportasi

dalam pemenuhan kebutuhan manusia sehari-hari. Di dalam praktek yang

dilakukan di tempat penulis teliti tersebut selain akad yang telah dilakukan

sah, tetapi ada indikasi ketidakjelasan (Gharar) di Desa tersebut.

Meskipun dalam jual beli motor bodong ini sebagaimana dijelaskan dalam

kerangka teori tergolong sah akad jual belinya, namun sahnya jual beli

bukan berarti halal hukum jual belinya. Dijelaskan bahwa ada tiga bentuk

rumusan dalam hukum jual beli mengenai sah dan tidaknya akad. Pertama,

jual beli yang sah. Kedua, jual beli yang tidak sah. Ketiga, jual beli sah

tetapi dilarang. Dengan merujuk kepada rumusan tersebut maka di bawah

ini penulis akan menganalisa apakah praktek jual beli motor bodong ini

tergolong dalam rumusan pertama, kedua, atau yang ketiga.

Berkenaan dengan barang yang diperjual belikan secara sepintas

terkesan tidak ada indikasi pelanggaran hukum, mengingat barang yang

diperjualbelikan motor bekas adalah milik penjual atau pedagang pribadi.

Dan pembelipun membayarkan dengan penuh kerelaan. Namun demikian

yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah tentang praktek dan sistem

jual beli atau barang yang diperjualbelikan oleh penjual, dan ini menjadi

permasalahan hukum baik yang tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits

(menurut Islam).

Untuk barang yang berupa motor secara hukum sah dan halal untuk

diperjualbelikan, namun ada halnya dengan menggunakan praktek dan


61

sistem tersebut maka hukumnya menjadi tidak jelas, apakah barang (motor

bodong) ini haram ataukah halal untuk diperjualbelikan, dan apakah ini

bertentangan dengan syara’.

Menurut Al-Ghozali secara ijmal (global), mengelompokkan

barang haram pada dua macam : pertama,benda yang diharamkan karena

zatnya, kedua benda yang yang diharamkan dikarenakan cara

memperolehnya. Contoh benda yang haram karena zatnya seperti: babi,

anjing, darah dan lain-lain. Sedang benda yang termasuk dalam pengertian

kedua adalah barang haram karena adanya cacat di dalam cara

memperolehnya, seperti barang yang diperoleh dari hasil menipu, mencuri,

merampok, judi, riba, dan lain-lain.79

Dengan demikian merujuk dari dua ketentuan diatas jelas bahwa

barang yang diperjualbelikan dalam hal ini adalah barang yang tidak

dilarang, adapun yang dilarang adalah sistem dan praktek yang dilakukan.

Karena sistem dan praktek tersebut (dengan menyembunyikan cacat dalam

motor tersebut dan menyembunyikan identitas dari motor yang dijualnya).

Sehingga hukum jual belinya sah atau halal tetapi praktek dan sistemnya

tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

Jual beli motor bodong rentan dengan penipuan, karena ada

pedagang atau penjual yang berlaku tidak jujur, dan tidak terang-terangan

dengan keadaan motor tersebut yang diberikan kepada konsumen (ada

kerusakan mesin, atau bahkan mengganti onderdil-onderdil motor tersebut

79
Rudi Siswoyo, Masalah Halal, Haram, dan Subhat dalam Http://Rudisiswoyo89.Blogsp
ot.Com/2013/11/Masalah-Halal Diakses Tanggal 16 Juli 2019, Pukul 19.05.
62

tidak dikatakan terus terang dan dilakukan begitu saja), atau tentang asal

usul dan kejelasan dari motor tersebut. Sehingga bagi konsumen yang

tidak mengetahui dan tidak mau tahu dengan hal itu benar atau tidaknya

keadaan motor tersebut dengan yang sebenarnya diberikan, mereka akan

merasa kecewa dan tertipu. Jika dalam jual beli terdapat unsur penipuan

dan kecurangan, maka hukum jual beli adalah haram. Dan untuk

menegaskan bahwa perbuatan tersebut dilarang, Allah mengancam orang

yang melakukan kecurangan sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an

Surat al-Muthofiffin ayat 1 :

.‫يْل ْل طففيْن‬

Artinya : “Celaka (siksalah) untuk orang-orang yang curang” (Q.S. al-


Muto fiffin : 1)80

Juga disebutkan dalam hadits Muhammad SAW.

‫ ا ْل يع‬:" ‫س ْو ه ص ي ه ع يْه س م‬ ‫ق‬: ‫ ق‬, ‫ح يث ح يْم بْن حزا ص ي ه ع يْه س م‬


‫آب‬ ‫ ا ْ آت‬, ‫في بيْع‬ ‫ل‬ ‫بين ْبو‬ ‫ف ْ ص ق‬, ‫ ح ي ي ف ق‬: " ‫ب ْلحي م ل ْم ي ف ق "أ ْ ق‬
". ْ ‫مح‬
‫ت ب آ بيْع‬

Artinya : "Hakim bin Hizaam ra berkata : "Nabi SAW bersabda :


penjual dan pembeli keduanya bebas selama belum berpisah atau
sehingga berpisah keduanya, maka jika keduanya benar jujur dan
menerangkan maka berkat jual beli keduanya dan bila menyembunyikan
dan dusta dihapus berkat jual beli keduanya.(Bukhari, Muslim).81

Oleh karena itu, sampailah pada kesimpulan akhir yang dimana


apabila motor yang diperjual belikan tersebut terbukti adalah hasil
pencurian maka jual beli tersebut tidak sah karena memperjual belikan
sesuatu yang bukan miliknya yang tidak sesuai dengan syarat sahnya jual
beli. Namun apabila motor yang diperjual belikan memang surat-suratnya

80
Departemen Agama RI,Al-Qur’an hlm. 470
81
Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini, Bukhari Muslim, (Beirut: Dar el-Marefah,
1996), Jilid 3.
63

dinyatakan hilang dan pihak penjual berani menjamin tidak ada resiko atau
wan prestasi dikemudian hari maka jual beli tersebut sah.
64

BAB IV

PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai jual beli

sepeda motor bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok Tengah

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktik jual beli motor bodong di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Lombok

Tengah yaitu dengan cara calon pembeli mencari informasi terlebih dahulu

kepada orang-orang yang mereka kenal apakah ada yang mau menjual

motor. Dan ada pula penjual yang menawarkan langsung kepada calon

pembeli. Sebelum dilaksanakannnya jual beli, penjual menjelaskan

terlebih dahulu kondisi fisik sepeda motor tersebut yang kemudian penjual

memberikan hak khiyar kepada pembeli apakah berminat atau tidak.

Selanjutnya tahap menawar harga, setelah terjadi kesepakatan maka

penjual menyerahkan kunci motor tersebut, dan pembeli menyerahkan

uang sebagai alat tukar dalam transaksi tersebut. Ijab qabul dalam

transaksi tersebut dilaksanakan secar lisan. Motor bodong yang

diperjualbelikan kebanyakan adalah hasil motor yang digadaikan dan

pihak pemilik tidak dapat menebus membayar kembali. Namun ada juga

sebagian dari hasil pencurian.

2. Tinjauan fiqih muamalah terhadap praktik jual beli motor bodong

menjeaskan bahwa Sesuai dengan Syarat sah jual beli yang salah satunya

65
65

adalah terhindar dari penipuan (gharar). Jual beli tersebut tidak sah apabila

motor yang diperjual belikannya tersebut adalah diketahui dan dapat

diduga dari hasil kejahatan pencurian, meskipun jual beli tersebut sah dan

legal secara hakikatnya atau telah memenuhi rukun yaitu Ijab qabul dan

Syarat-syarat yang telah ditentukan, akan tetapi dari segi sifat benda

tersebut tidak sah, dan tidak berkenaan oleh syariat Islam.82 Orang Muslim

diharamkan membeli sesuatu yang diketahui bahwa barang tersebut hasil

jalan yang tidak hak. Membeli barang ini berarti kerja sama untuk berbuat

dosa dan permusuhan.83 Jual beli tersebut Shahih dan boleh secara fiqih

muamalah dengan catatan motor tersebut adalah milik sendiri dan sesuai

dengan syarat dan rukun jual beli, dan bukan hasil dari motor curian yang

pada saat dijual, penjual menjelaakan bahwa sepeda motor tersebut

dokumen atau surat-suratnya hilang atau biasa juga dijual tidak dengan

dokumen resmi serta penjualnya menjamin tidak akan ada sengketa

dikemudian hari setelah terjadinya transaksi jual beli motor bodong

tersebut.

D. Saran

Dengan melihat persoalan jual beli di Desa Teruwai Kecamatan Pujut

Lombok Tengah, kiranya penelkiti dapat memeberikan saran kepada Tokoh

Masyarakat untuk berperan dan berkerja sama dengan aparat setempat guna

untuk mensosialisakan dan menjelaskan bahayanya memperjualbelikan motor

82
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (jakarta, Amzah, 2015), hlm.190
83
Sayyid Sabiq, fikih Sunnah 12, (Bandung, PT Alma’rif, 1987), hlm.78.
66

bodong dari hail pencurian. Kepada penjual hendaknya memperjual belikan

motor yang memang sesuai dnegan Syariat Islam dan hokum positif, kepada

pembeli hendaknya apabila membeli motor menanyakan terlebih dahulu dari

mana asal motor tersebut, dan pihak pembeli hendaknya terlebih dahulu cek

nomor mesin dan juga kelengkapan dan keaslian dari motor tersebut.
67

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana Pranada Media,
2011.
Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, Riyadh: Darul Tayyibah
Linnasyr Wat Tauzi, 2006 Jil. III.
Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj, Ensiklopedia Hadits versi Dekstop: Shahih
Muslim, terj. Lembaga Ilmu dan Dakwah serta Publikasi Sarana
Keagamaan, Jakarta: Lidwa Pusaka, 2015 no. 2783.
Ahmad Muhammad Al-Assal, Dr.Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip dan
Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, 1999.
Al GhoZali, Halal, Haram dan Subhat, yang diterjemahkan oleh abdul hamid
Zahwan, Pustaka Mentuq Ikapi, 1945.
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Arliman Laurensius ,”Peranan Metodologi Penelitian Hukum Di Dalam
perkembangan Ilmu Hukum Di Indonesia”, Vol. 1, Nomor 1, Desember
2018.
Ash Shidieqy Hasbi Muhammad Teungku Pengantar Fiqh Mu'amalah, PT.

Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1997.

Dapertemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya” Bandung: jabal


raudhatul jannah, 2010.
Djuwaini Dimayuddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Pt. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002.
Fatoni Nur Siti, Pengantar Ilmu Ekonomi di lengkapi dengan Dasar-Dasar
Ekonomi Islam , Bandung; Pustaka Setia, 2014.
Hadi Sutrisnoh, Metode Research, Jakarta:Pen Offset, 2000.
Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Huda Qamarul, Fiqh Muamalah, Teras Depok Sleman Yogyakarta.
Kompilasi Hukum Islam, Ed.revisi, Kencana:2009.
68

Konsep jual beli dalam empat Mazhab dalam http://digilib.uinsby.ac.id/10634/BA


B%2520i.pdf
Lexy, J . Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Mardani, fiqh ekonomi Syariah, jakarta;prenadamedia group,2012.
Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar el-
Marefah, 1996, Jilid 3
Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini, Ensiklopedia Hadits versi Dekstop:
Sunan Ibnu Majah, terj. Lembaga Ilmu dan Dakwah serta Publikasi
Sarana Keagamaan, Jakarta: Lidwa Pusaka, 2015, no. 2178
Mushlich Wardi Ahmad, Fiqih Muamalah, Jakarta ,Amzan, 2015.
Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Pt. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994.

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007

Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqih Islam, Bandung; Sinar Baru
Algensindo, 2017.
Rudi Siswoyo, Masalah Halal, Haram, dan Subhat dalam Http://Rudisiswoyo89.B
logspot.Com/2013/11/Masalah-Halal diakses Tanggal 16 Juli 2019, Pukul
19.05.
Syafe’i Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung; Pustaka Setia, 2001.
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo Persada, 2016.
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.
69

LAMPIRAN-LAMPIRAN
70

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa yang anda ketahui tentang Motor Bodong ?


2. Apakah saudara pernah membeli Motor Bodong ?
3. Apa tujuan bapak / ibu menjual/ membeli motor bodong tersebut ?
4. Apa keuntungan yang bapak/ibu dapatkan dari menjual/ membeli motor
bodong tersebut ?
5. Bagaimana dampak bagi bapak/ibu terhadap transaksi jual beli motor
bodong tersebt ?
6. Siapakah yang memebrikan informasi terkait transaksi jual beli motor
tersebut?
7. Bagaimana tanggapan tokoh masyarakat terkait adanya jual beli moto
bodong tersebut?
71

(foto wawancara dengan h.hijrah)

(Foto wawancara dengan aq.subhan)


72

(Foto wawancara dnegan Aq jumar & i\Inq.Sri)


73

(Foto Motor yang dibeli tanpa surat-surat)

Motor milik Aq.Subhan

Motor
78
79

Anda mungkin juga menyukai