Pelindung
Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos S.H M.H
Penasehat
Wakil Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Laksma TNI Dr. Ir. Trismadi M.Si
Pimpinan Redaksi
Kolonel Laut (KH) Kamija, S.Si M.Si
Editor
Kolonel Laut (E) Gunawan E. Handoko, M.Si (Han)
Letkol Laut (KH) Dr. Gentio Harsono, S.T M.Si
Redaktur Pelaksana
Kolonel Laut (KH) Irfan Winanto
Kolonel Laut (P) Dr. (Can) Oke Dwiyana Pribadi, S.H M.M
Letkol Laut (KH) Dr. (Can) Kukuh Suryo , S.Pd M.T
Lay Out
Sertu PDK Abdurrohman
Tata Usaha/Administrasi
Pembina IVA Alifatul Fitriyah S.T
Letda Laut (KH/W) Nadia Zahrina Wulansari S.Si
Sekretariat
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Jl. Pantai Kuta V No. 1 Ancol Timur Jakarta 14430
Tel: +62-21-64714810 Fax: +62-21-64714819/+62-21-64714809
Website: http://www.pushidrosal.id
E-mail Redaksi: jurnal.hidrografi.indonesia@gmail.com
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2019
Mitra Bebestari
(iii)
PENGANTAR REDAKSI
Pada terbitan Volume 1 Nomor 2 ini diisi oleh hasil penelitian perwira Pushidrosal,
mahasiswa STTAL jurusan Teknik Hidrografi serta satu hasil penelitian dari Lembaga
Antarariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).
Terbitnya Jurnal Hidrografi Indonesia merupakan upaya kerja keras dan dorongan dari
semua pihak, oleh karenanya redaksi mengucapkan terimakasih kepada Kepala Pusat
Hidrografi dan Oseanografi beserta jajarannya, Pengurus Dewan Hidrografi Indonesia
(DHI) dan Pengurus Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISOI) atas kerjasama yang
telah dibangun untuk sama-sama membangun kelautan Indonesia melalui sumbang
pikiran yang tertulis dalam jurnal ini.
Semoga tulisan-tulisan dalam hasil kajian dan konseptual dalam jurnal ini bermanfaat
bagi pembaca dan memberikan banyak pencerahan dalam membangun Indonesia
menuju Poros Maritim Dunia.
Redaksi
(iv)
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2019
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
(v)
Sebaran Dan Estimasi Ketebalan Sedimen Permukaan Dasar Laut
Berdasarkan Nilai Koefisien Refleksi Sub Bottom Profiler
(Studi Kasus Perairan Utara Serang, Banten)
Bayu Ardiyarta, Harjo Susmoro, Joko Prihantono, Dikdik S. Mulyadi 37-44
(vi)
PEMBUATAN PURWARUPA PETA CONTOUR BEST OPERATION
DEPTH KAPAL SELAM DI PERAIRAN SANGIHE TALAUD
(CONSTRUCTION OF PROTOTYPE SUBMARINE BEST OPERATION
DEPTH CONTOUR CHART IN SANGIHE TALAUD WATERS)
1
Ferry D. Cahyadi, 1,2Nawanto Budi S., 2Harjo Susmoro, 1,3Widodo Pranowo
1
Program Studi S-1 Hidrografi Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)
2
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)
3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Balitbang KP, KKP
E-mail: ferrydhiancahyadi@gmail.com
ABSTRAK
Perairan Sangihe Talaud merupakan bagian dari Laut Sulawesi yang merupakan jalur yang menghubungkan
Samudera Pasifik dengan Selat Makasar. Dari sudut yang lain laut Sulawesi tersebut merupakan Alur Laut
yang biasa digunakan untuk kepentingan pelayaran Niaga atau Militer, Perairan Sangihe Talaud dapat
dikategorikan sebagai perairan yang rawan dengan tindak kejahatan dilaut dan salah satu perairan di Indonesia
yang rawan dengan masuknya kapal-kapal asing baik kapal-kapal permukaan maupun kapal-kapal bawah air.
Dalam operasi Kapal Selam dibutuhkan data-data oseanografi fisik seperti temperatur, salinitas dan Kecepatan
Suara, untuk menentukan dimana Kapal Selam tersebut mendapatkan posisi yang aman dari SONAR Kapal
Permukaan ketika melaksanakan penyelaman. Sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan metode untuk
membuat sebuah Peta yang dapat memudahkan Kapal Selam mendapatkan posisi aman tersebut. Dalam
Pembuatan Peta ini menggunakan data model Oseanografi yang divalidasi dengan data Survei Oseanografi
Pushidrosal pada bulan Januari 2017. Dalam mencari posisi kedalaman terbaik (Best Operation Depth)
tersebut berdasarkan dari hasil penghitungan dari kedalaman Lapisan Tercampur (Mixed Layer Depth), dalam
penghitungan Lapisan Tercampur (Mixed Layer Depth) ini menggunakan gradien suhu 0,8° C. Setelah
mendapatkan nilai dari Best Operation Depth (BD) data nilai kedalaman tersebut di overlaykan ke Peta Laut
Indonesia No 483 dan dibuat kontur warna untuk memudahkan pengguna membaca Peta BD tersebut. Dari
hasil pembuatan Peta Contour Best Operation Depth (BD) pada Peta Nomor 483 di wilayah perairan Sangihe
Talaud, didapatkan 336 titik Stasiun Data CTD dengan hasil nilai kedalaman BD dengan rentang kedalaman
BD terdangkal 66,15 meter dan kedalaman terdalam 110,09 meter.
Kata kunci: Mixed Layer Depth, Sangihe Talaud, Januari 2017, Kecepatan Suara, Best Operation Depth
ABSTRACT
Sangihe Talaud waters are part of the Sulawesi Sea which is a route that connects the Pacific Ocean to the
Makassar Strait. From another angle, the Sulawesi Sea is a Sea Groove which is commonly used for
commercial or military voyages. Sangihe Talaud waters can be categorized as waters prone to crime in the
sea and one of the waters in Indonesia which is vulnerable to the entry of foreign vessels both ships. surface
ships and underwater vessels. In submarine operations physical oceanographic data such as temperature,
salinity and sound velocity are required to determine where the submarine has a safe position from SONAR
Kapal Surface when carrying out dives. So in this case a method is needed to make a map that can make it
easier for submarines to get the safe position. In Making this Map using Oceanographic model data that is
validated with Pushidrosal Oceanographic Survey data in January 2017. In finding the best depth position
(Best Operation Depth) based on the results of calculations from the depth of the Mixed Layer (Mixed Layer
Depth), in calculating the Mixed Layer ( Mixed Layer Depth) uses a temperature gradient of 0.8 ° C. After
getting the value from Best Operation Depth (BD) the depth value data is overlaid to Indonesia Sea Map No.
483 and made a color contour to make it easier for users to read the BD Map. From the results of the Contour
Best Operation Depth (BD) Map on Map Number 483 in the Sangihe Talaud waters region, there were 336
CTD Data Station points with BD depth values with a BD depth range of 66.15 meters and the deepest depth
of 110.09 meters.
Keywords: Mixed Layer Depth, Sangihe Talaud, January 2017, Sound Speed, Best Operation Depth
6
PENDAHULUAN data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, dimana sumber data
Perairan Indonesia merupakan diperoleh dari data model dan data hasil
persimpangan antara dua lautan besar dan juga pengukuran yang diperoleh dari hasil survei
memiliki jalur distribusi yang penting di dunia. Pushidrosal, Sumber data dan data yang
Posisi geografis Indonesia menjadi salah satu digunakan yaitu :
keunggulan dan aspek penting yang dimiliki
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara 1) Copernicus Marine Environment
lain, baik dari segi geoekonomi, geopolitik, Monitoring Service (CMEMS) berbentuk
maupun geostrategi. Indonesia memiliki tiga netcdf (NC file) sebagai data utama yang
buah ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) akan dianalisis.
yang merupakan konsekuensi Indonesia 2) Data Survei CTD Pushidrosal, sebagai
sebagai negara kepulauan, Setelah pemerintah data validasi dan data pembanding dari
Indonesia meratifikasi Hukum Laut data utama yang akan dianalisis.
Internasional UNCLOS (United Nations
Convention on the Law of the Sea) tahun 1982,
melalui Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun
1985. Dengan penetapan ketiga buah ALKI
tersebut sebagai jalur lintas kapal asing dalam
pelayaran dari suatu laut bebas ke laut bebas
lainnya serta mencakup jalur udara diatasnya
(Buntoro, 2012).
8
Gambar 5. Tampilan Hasil Hitung MLD
Tabel 1. Tabel Nilai dari masing-masing
Variabel pada tiap-tiap Stasiun
Nilai Kedalaman Terbaik Operasional
Kapal Selam (Best Operation Depth, BD)
Dalam proses penghitungan Kedalaman
Terbaik (Best Operation Depth, BD) untuk
Kapal selam melaksanakan penyelaman,
berdasarkan dari hasil penghitungan
Kedalaman Lapisan Tercampur (Mixed Layer
Depth), Dalam penghitungan nilai BD penulis
menggunakan rumus dari Forum American
Scientist (FAS) untuk menentukan Best
Operation Depth tersebut. Dimana
menyebutkan jika kedalaman dari MLD ≤ 60
meter maka rumus yang digunakan untuk
menentukan BD = 17√MLD dan jika
kedalaman dari MLD ≥ 60 meter rumus yang
digunakan untuk menentukan BD = MLD + 60
meter.
9
Gambar 7. Perbandingan Data Salinitas
CMEMS dan Pushidrosal
Analisis Perbandingan Data CMEMS dan
Data Survei CTD Pushidrosal.
Data yang akan dianalisa dan
dibandingkan dari kedua sumber data tersebut
adalah data stasiun pengukuran yang berada
pada posisi stasiun yang sama atau pada satu
lokasi yang berdekatan, sehingga dapat
dianalisa antara data model dari sumber data
CMEMS dan data dari Survei CTD
Pushidrosal. Selanjutnya penulis juga akan
melakukan analisa mengenai Best Operation
Depth (BD) apakah nilai dari kedalaman BD
tersebut identik dengan Shadow Zone,
Sehingga dapat digunakan sebagai panduan Gambar 8. Perbandingan Data Kecepatan
dan informasi Kapal Selam melaksanakan Suara CMEMS dan Pushidrosal
operasi penyelaman.
10
Gambar 11. Kedalaman Perambatan Suara
Max di Stasiun 90
Hasil Uji Nilai Best Operation Depth (BD)
Peta Contour Best Operation Depth (BD)
Setelah seluruh proses analisa Kapal Selam
perbandingan data dari CMEMS yang
merupakan data utama dengan data dari survei Dalam pembuatan Peta Contour Best
CTD Pushidrosal yang merupakan data Operation Depth (BD) Kapal Selam
pembanding sudah dilakukan, Langkah menggunakan perangkat lunak Arcgis 10.3.1
selanjutnya yang dilakukan adalah dengan dan untuk Peta yang digunakan sebagai
menguji hasil dari nilai Best Operation Depth background adalah Peta dari Pushidrosal yang
(BD) apakah nilai BD tersebut identik dengan memiliki Nomor Peta 483 dalam format tiff
Shadow Zone yang merupakan area atau zona yang telah diperbaharui pada tahun 2016
yang disukai kapal selam dalam melaksanakan dengan Skala 1:200.000 dan format peta
operasi penyelaman. Dalam hal ini akan tersebut dalam bentuk tiff. Kemudian dijadikan
diambil 1 sampel stasiun data pengukuran file ENC dengan menggunakan ArcCatalog
CTD dari sumber data CMEMS. dan setelah itu dilaksanakan georeferencing
atau proses penempatan objek atau image yang
belum mempunyai acuan sistem koordinat
kedalam sistem koordinat dan proyeksi
tertentu, sehingga dapat dilaksanakan digitasi
ulang dengan menggunakan ArcMap.
KESIMPULAN
13
PETUNJUK PENULISAN DAN PENGIRIMAN ARTIKEL
JURNAL HIDROGRAFI INDONESIA
PENDAHULUAN
Jurnal Hidrografi Indonesia (ISSN:) adalah peer-reviewed journal yang
mempublikasikan artikel-artikel ilmiah hidrografi dan oseanografi. Artikel-artikel yang
dipublikasikan di Jurnal Hidrografi Indoensia meliputi hasil-hasil penelitian ilmiah asli
(prioritas utama), artikel ulasan ilmiah yang bersifat baru (tidak prioritas), atau komentar
atau kritik terhadap tulisan yang ada di Jurnal Hidrografi Indonesia. Jurnal Hidrografi
Indonesia diterbitkan oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut
berasosiasi dengan Dewan Hidrografi Indonesia dan Ikatan Sarjana Oseanologi
Indonesia. Jurnal Hidrografi Indonesia menerima manuskrip atau artikel dalam bidang
hidrografi dan bidang oseanografi dari berbagai kalangan akademisi dan peneliti baik
nasional maupun internasional.
Artikel-artikel yang dimuat di Jurnal Hidrografi Indonesia adalah artikel yang telah
melalui proses penelaahan oleh Mitra Bebestari (peer-reviewers). Keputusan diterima
atau tidaknya suatu artikel ilmiah di jurnal ini menjadi hak dari Dewan Penyunting
berdasarkan atas rekomendasi dari Mitra Bebestari.
Jika penulis lebih dari satu, tuliskan nama-nama penulis dengan dipisahkan oleh koma
(,). Jika nama penulis terdiri dari dua kata, kata pertama penulis (first name) sebaiknya
tidak disingkat. Jika nama penulis hanya terdiri dari satu kata, tuliskan nama
sebenarnya dalam satu kata, namun demikian di versi online (HTML) akan dituliskan
dalam dua kata yang berisi nama yang sama (berulang) untuk keperluan indeksasi
metadata.
Penulisan sub judul di bagian isi artikel (Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan
Pembahasan, dan Kesimpulan) harus diberi nomor urut format angka Arab berurut
dimulai dari angka satu. Sub judul ditulis dengan huruf tebal dengan format Title Case
dan disusun rata kiri tanpa garis bawah. Sub-sub judul ditulis dengan huruf tebal
dengan format Sentence case dan disusun rata kiri dan menggunakan format
penomoran level dua.
Naskah manuskrip dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan
jumlah halaman maksimum 10 halaman termasuk gambar dan tabel. Naskah manuskrip
harus ditulis sesuai template artikel ini dalam bentuk siap cetak (Camera ready). Artikel
harus ditulis dengan ukuran bidang tulisan A4 (210 x 297 mm) dan dengan format
margin kiri 25 mm, margin kanan 20 mm, margin bawah 20 mm, dan margin atas 30
mm. Naskah harus ditulis dengan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran font 11
pt (kecuali judul artikel), berjarak satu spasi, dan dalam format dua kolom (kecuali
bagian judul artikel, nama penulis, dan abstrak). Jarak antar kolom adalah sejauh 10
mm.
Kata-kata atau istilah asing digunakan huruf miring (Italic). Sebaiknya hindari
penggunaan istilah asing untuk artikel berbahasa Indonesia. Paragraf baru dimulai 10
mm dari batas kiri, sedangkan antar paragraf tidak diberi spasi antara. Semua bilangan
ditulis dengan angka arab, kecuali pada awal kalimat.
Tabel dan Gambar diletakkan di dalam kelompok teks sesudah tabel atau gambar
tersebut dirujuk. Setiap gambar harus diberi judul gambar (Figure Caption) di sebelah
bawah gambar tersebut dan bernomor urut angka Arab diikuti dengan judul gambar.
Setiap tabel harus diberi judul tabel (Table Caption) dan bernomor urut angka Arab di
sebelah atas tabel tersebut diikuti dengan judul tabel. Gambar-gambar harus dijamin
dapat tercetak dengan jelas (ukuran font, resolusi dan ukuran garis harus yakin tercetak
jelas). Gambar dan tabel dan diagram/skema sebaiknya diletakkan sesuai kolom
diantara kelompok teks atau jika terlalu besar diletakkan di bagian tengah halaman.
Tabel tidak boleh mengandung garis-garis vertikal, sedangkan garis-garis horisontal
diperbolehkan tetapi hanya yang penting-penting saja.
PETUNJUK KHUSUS PENULISAN ISI NASKAH MANUSKRIP
Judul Artikel
Judul Artikel harus dituliskan secara singkat dan jelas, dan harus menunjukkan dengan
tepat masalah yang hendak dikemukakan, tidak memberi peluang penafsiran yang
beraneka ragam, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara simetris. Judul artikel
tidak boleh mengandung singkatan kata yang tidak umum digunakan. Kemukakan
terlebih dahulu gagasan utama artikel baru diikuti dengan penjelasan lainnya.
Pendahuluan
Pendahuluan harus berisi (secara berurutan) latar belakang umum, kajian literatur
terdahulu (state of the art) sebagai dasar pernyataan kebaruan ilmiah dari artikel,
pernyataan kebaruan ilmiah, dan permasalahan penelitian atau hipotesis. Di bagian
akhir pendahuluan harus dituliskan tujuan kajian artikel tersebut. Di dalam format artikel
ilmiah tidak diperkenankan adanya tinjauan pustaka sebagaimana di laporan penelitian,
tetapi diwujudkan dalam bentuk kajian literatur terdahulu (state of the art) untuk
menunjukkan kebaruan ilmiah artikel tersebut.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode
analisis. Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure
caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam
penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini.
Kesimpulan
Kesimpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau
temuan ilmiah yang diperoleh. Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan
pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di
tujuan atau hipotesis. Bila perlu, di bagian akhir kesimpulan dapat juga dituliskan hal-hal
yang akan dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut.