Anda di halaman 1dari 13

.

137 kantong jenazah tiba di RS Polri

Hingga Minggu (4/11/2018) malam, RS Polri Kramatjati telah menerima 137 kantong
jenazah.

Rinciannya, 24 kantong jenazah pada Selasa (30/10/2018), 32 kantong jenazah pada Rabu
(31/10/2018), 9 kantong jenazah pada Kamis (1/11/2018), 8 kantong jenazah pada Jumat
(2/11/1018), 32 kantong jenazah pada Sabtu (3/11/2018), dan 32 kantong jenazah pada
Minggu (4/11/2018).

Petugas menggotong kantong jenazah dari KN SAR Basudewa di Dermaga JICT 2 Pelabuhan
Tanjung Priok, Selasa (30/10/2018).(KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri Kombes Edy Purnomo mengatakan, kantong
jenazah yang diterima berbentuk bagian tubuh korban.

Pihak forensik pun langsung melakukan identifikasi terhadap bagian tubuh tersebut.

"Kami sudah lakukan pemeriksaan awal, artinya mencari tanda primer misalnya jari, properti
apa yang nempel. Selanjutnya kami lakukan identifikasi lebih dalam," ujar Edy.

2. 14 Jenazah Teridentifikasi
3. FDR black box diserahkan ke KNKT

Tim gabungan berhasil menemukan Flight Data Recorder (FDR), salah satu komponen black
box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 pada Kamis.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat
memberikan keterangan pers penemuan Black box Lion Air JT 610 di Tanjung priuk JICT 2,
Jakarta Utara, Kamis (1/11/2018). Black box ditemukan di lokasi berjarak 400 meter dari
lokasi terakhir hilangnya Lion Air JT 610 dengan kedalaman 30
meter.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Black box ditemukan 30 meter di bawah permukaan laut setelah tim pencari menemukan
sinyal "ping" dari perangkat tersebut.

Saat ini, FDR black box telah dibawa ke laboratorium Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) untuk proses investigasi selanjutnya.

4. Roda dan turbin mesin pesawat ditemukan

Roda pesawat ditemukan tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando
Armada I (Koarmada), Jumat.
Roda pesawat Lion Air JT 610 Tiba di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Sabtu
(3/11/2018) dengan menggunakan KRI Banda Aceh(KOMPAS.com/Ryana Aryadita)

Selanjutnya, roda telah tiba di dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu.

Sementara, tim di KRI Banda Aceh menemukan turbin pesawat.

Turbin tersebut telah diantarkan ke Posko Taktis Pelabuhan JICT II Tanjung Priok, Minggu.

4. Pencarian pesawat dan jenazah diperpanjang

Proses evakuasi dan pencarian pesawat Lion Air diperpanjang tiga hari hingga Rabu
(7/11/2018).

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi
mengatakan, target utama operasi adalah pencarian jenazah penumpang.

"Ini hari ketujuh, setelah kami evaluasi kami lihat di TKP kami dapatkan berdasarkan
masukan dari lapangan, masih begitu banyak jenazah yang ditemukan, sampai 20 kantong,
jadi kami memutuskan operasi evakuasi diperpanjang tiga hari sejak besok," kata Syaugi di
Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Minggu.

5. Salah satu penyelam gugur


Salah satu penyelam bernama Syachrul Anto meninggal dunia saat proses pencarian pesawat
Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat.

Ia adalah penyelam dari Indonesia Diver Rescue Team (IDRT).

Syachrul sempat tak sadarkan diri saat menyelam.

Kemudian, ia dibawa ke dermaga JICT 2, Tanjung Priok untuk dirujuk ke Rumah Sakit
Umum Daerah Koja.

Ia dinyatakan meninggal dunia oleh dokter di RSUD Koja.

Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Laut Isswarto menduga penyebab gugurnya Syachrul
lantaran dekompresi.

Jenazah Syachrul Anto, penyelam yang gugur saat mencari korban dan puing pesawat Lion
Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 akan dimakamkan di TPU Bendul Merisi,
Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Sabtu (3/11/2018).(KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)

"Almarhum menyelam lebih lama dari seharusnya. Sesuai jadwal para penyelam naik jam
16.00, tetapi dia naik 30 menit lebih lama," kata Isswarto.
Dekompresi atau juga dikenal sebagai barotrauma adalah masalah medis yang timbul dari
efek transisi cepat dari lingkungan bertekanan tinggi ke tekanan lebih rendah.

Hal ini tidak hanya berisiko pada penyelam saja, tapi juga pada pekerja udara terkompresi,
astronot, dan penerbang.

Untuk kasus Syachrul, tekanan air lebih berat daripada udara.

6. Santunan dari Lion Air dan Jasa Raharja

Manajemen Lion Air memberikan uang santunan Rp 1,25 miliar per penumpang sesuai
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut
Angkutan Udara.

Selain itu, manajemen juga memberikan santunan Rp 25 juta untuk pemakaman korban dan
menaikkan uang ganti rugi untuk bagasi yang hilang atau rusak menjadi Rp 50 juta dari
nominal awal Rp 4 juta.

Proses pemberian santunan untuk uang pemakaman telah diberikan secara tunai kepada ahli
waris korban yang telah teridentifikasi.

Sementara uang santunan lainnya akan diberikan secara tunai setelah selesai proses validasi
dokumen dari ahli waris.

"Mekanismenya akan kita berikan secara tunai. Sekali lagi menunggu validasi data dari ahli
waris. Setelah semua clear, baru kami berikan," kata Managing Director Lion Air Daniel
Putut Kuncoro, Minggu.

Korban juga mendapatkan santunan dari Jasa Raharja Rp 50 juta yang diberikan dalam
bentuk non tunai atau buku tabungan.

Pemberian santunan tersebut berdasarkan Undang-undang No 33 dan Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 15 tahun 20

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul 6 Fakta Baru Pencarian Korban
Lion Air JT 610, Temuan Kotak Hitam Hingga Identifikasi 14 Jenazah,
http://aceh.tribunnews.com/2018/11/05/6-fakta-baru-pencarian-korban-lion-air-jt-610-
temuan-kotak-hitam-hingga-identifikasi-14-jenazah?page=4.

Editor: faisal

Berikut beberapa fakta seputar jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. 1. Hilang kontak Setelah
13 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, pesawat Lion Air JT 610 dikabarkan
hilang kontak. Pesawat ini akan terbang menuju Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang.
Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang Danang Priandoko menyampaikan bahwa pesawat
hilang kontak di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Baca juga: Pesawat Lion Air JT-
610 Rute Jakarta-Pangkal Pinang Hilang Kontak 2. Sempat lapor akan balik ke Bandara
Soekarno-Hatta Menurut Danang Priandoko, pesawat Lion Air JT 610 sempat dilaporkan
akan kembali ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, pesawat tak kunjung tiba di bandar udara
yang terletak di Tangerang, Banten. Baca juga: Pesawat Lion Air Hilang Kontak, Sempat
Dilaporkan Kembali ke Soekarno-Hatta 3. Koordinat terakhir Berdasarkan pemberitaan
sebelumnya, posisi pesawat terakhir berada di koordinat 05 48.934 S 107 06.384 E. Sebelum
terjatuh, pesawat sempat dikabarkan hilang kontak. Waktu tempuh seharusnya yang
dibutuhkan pesawat sampai ke Pangkalpinang 70 menit. Baca juga: Lion Air Pastikan
Pesawatnya Jatuh 13 Menit Setelah Lepas Landas 4. Dipastikan jatuh Basarnas memastikan
pesawat ini jatuh di perairan dekat daerah Karawang, Jawa Barat. Pesawat berangkat dari
Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.20 WIB menuju Pangkal Pinang. Baca juga: Basarnas
Pastikan Lion Air Jatuh di Perairan Karawang 5. Penumpang Berdasarkan pemberitaan
sebelumnya, pesawat ini diketahui membawa sebanyak 178 penumpang dewasa, 1 anak-anak,
dan 2 bayi. Sementara untuk awak pesawat berjumlah tujuh orang. Baca juga: Total Jumlah
Penumpang Lion Air JT 610 yang Jatuh 189 Orang 6. Pesawat baru Komisi Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan bahwa pesawat Lion Air JT 610 baru dua
bulan mengudara. Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala
Prihantoro juga mengatakan hal yang sama, yakni pesawat ini baru dioperasikan pada 15
Agustus 2018 lalu. Menurut dia, pesawat ini dinyatakan laik operasi sebelum digunakan
untuk melakukan penerbangan komersial. Baca juga: KNKT: Pesawat Lion Air JT 610 Baru
2 Bulan Mengudara 7. Posisi pesawat jatuh ditemukan Berdasarkan informasi dari akun resmi
Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Basarnas
telah menemukan serpihan yang diduga milik pesawat Lion Air JT 610. Sutopo
menyampaikan, banyak ditemukan barang yang mengapung di permukaan laut, seperti
telepon seluler, pelampung, ataupun serpihan bangkai pesawat. Basarnas dan pihak
berwenang masih terus melakukan evakuasi terhadap jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 ini.
Baca juga: Lion Air Jatuh, Basarnas Temukan Puing, Pelampung, dan Potongan Tubuh 8.
Crisis center Pemerintah dan pihak bandara telah membuka crisis center dan posko informasi
setelah terjatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Crisis center dan posko informasi dibuka di
Bandara Depati Amir Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Keluarga dapat bertanya mengenai
perkembangan informasi terkait insiden ini. Nomor kontaknya adalah 021-80820000,
sementara untuk informasi seputar penumpang dapat menghubungi nomor 021-80820002.
Tak hanya itu, crisis center juga disediakan di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta yang
bekerja sama dengan Basarnas dan KNKT.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Ini 8
Faktanya", https://nasional.kompas.com/read/2018/10/29/13393421/pesawat-lion-air-jt-610-
jatuh-ini-8-faktanya.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Bayu Galih

akta Jatuhnya Lion Air JT 610 yang


Diketahui Sejauh Ini
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews

Share 0 Tweet Share 0 11 komentar


Pencarian korban Lion Air JT 610. (Pradita Utama/detikcom)
Advertisement

FOKUS BERITA: Lion Air Jatuh


Jakarta - Pencarian korban Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang masih terus
dilakukan malam ini. Perkembangan proses pencarian juga terus diperbarui.

"Penyelaman kami (dihentikan) sampai pukul 17.00 WIB," kata Kepala Seksi Operasi SAR
Jakarta, Made Oka, kepada wartawan di Kapal Basudewa milik Basarnas, perairan Tanjung
Pakis, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). Penyelaman dihentikan sementara
per sore tadi.

Baca juga: Lion Air JT 610 Minta Kembali ke Bandara Setelah 2 Menit Take Off

Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh berjenis Boeing 737 Max 8, yang baru dioperasikan pada
Agustus 2018. Pesawat dengan rute Jakarta-Pangkalpinang itu lepas landas dari Bandara
Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 WIB.

Namun, pada pukul 06.33 WIB, pesawat hilang kontak hingga akhirnya ditemukan jatuh di
kawasan laut di utara Karawang, Jawa Barat. Total ada 189 orang di dalam pesawat itu, yang
terdiri atas 178 penumpang dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi, 6 awak kabin, 1 kopilot, dan 1 pilot.

18 Kantong Jenazah Tiba di RS Polri hingga pukul 20.00 WIB

Kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 sudah berdatangan ke RS Polri.
Total, ada 18 kantong jenazah yang telah tiba.

Kantong jenazah itu tiba secara bertahap di RS Polri, Senin (29/10/2018). Terbaru, ada 4
kantong jenazah yang tiba pada pukul 19.59 WIB setelah 14 kantong jenazah tiba lebih dulu.

Baca juga: Harvino, Kopilot Lion Air JT 610 Punya 5.000 Jam Terbang

"Empat belas kantong (yang sudah tiba pukul 19.07 WIB)," kata Kepala Instalasi Forensik
RS Polri Kramat Jati, Edy Purnomo.

Pencarian Dilanjutkan Menggunakan Sonar

Pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tetap dilakukan meski malam hari.
Namun pencarian tidak dilakukan dengan penyelaman.

"Malam hanya bisa scan sonar," kata Kepala Seksi Operasi SAR Jakarta, Made Oka, kepada
wartawan di Kapal Basudewa milik Basarnas.

Saksi Tak Dengar Suara Ledakan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan ada dugaan pesawat Lion JT 601 tidak
meledak di udara sebelum terempas ke perairan. Budi mengatakan kondisi ini belum bisa
disebut sebagai kesimpulan. Dia mengatakan masih akan bertemu dengan beberapa pihak
untuk mendiskusikan apa yang terjadi.

"Tampaknya tidak meledak karena ada beberapa saksi tidak mendengar ledakan, tapi melihat
bahwa pesawat ini turun dari ketinggian hingga turun ke laut," kata Budi dalam jumpa pers di
Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (29/10/2018).

Serpihan Ekor Pesawat Tak Terbakar

Serpihan ekor pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, telah
ditemukan. Basarnas menyebut serpihan ekor itu tampak tak terbakar.

"(Yang telah ditemukan) beberapa serpihan ekor pesawat yang ada logo kayak Lion. Hanya
patahan (ekor) saja tidak ada seperti terbakar," kata Dirops Pencarian dan Pertolongan
Basarnas Brigjen Marinir Bambang Suryo Aji dalam jumpa pers di kantor Basarnas, Jl
Angkasa, Jakarta Pusat, Senin (29/10).

Pilot Sempat Minta Return to Base


Sebelum hilang kontak dan jatuh, pesawat itu sempat ingin kembali ke Bandara Soekarno-
Hatta.

"Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar," kata Kepala
Bagian Kerja Sama dan Humas Ditjen Perhubungan Udara Sindu Rahayu dalam keterangan
tertulis, Senin (29/10).

Pada pukul 06.22 WIB, pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan
flight control saat terbang di ketinggian 1.700 feet dan meminta naik ke ketinggian 5.000 feet.
Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet.

Ada Laporan Masalah Flight Control

Pilot Lion Air JT 610 Bhavye Suneja sempat melaporkan masalah flight control pada
ketinggian 1.700 kaki. Pilot meminta naik ketinggian.

"Pada jam 06.22 WIB, pilot menghubungi Jakarta Control dan menyampaikan permasalahan
flight control saat terbang di ketinggian 1.700 feet dan meminta naik ke ketinggian 5.000 feet.
Jakarta Control mengizinkan pesawat naik ke 5.000 feet," kata Wakil Ketua KNKT Haryo
Satmiko lewat keterangan tertulis, Senin (29/10).

Pesawat Sempat Bermasalah

Semalam, pesawat tersebut bertolak dari Denpasar ke Jakarta. Berdasarkan informasi yang
didapatkan dari situs flightradar24.com, pesawat ini bertolak pada pukul 22.21 Wita, padahal
dijadwalkan take off pada pukul 19.30 Wita. Pesawat itu mendarat di Jakarta pada pukul
22.56 WIB.

"Pesawat ini terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, dalam posisi dirilis untuk
terbang. Memang ada ada laporan mengenai masalah teknis, dan masalah teknis ini sudah
dikerjakan sesuai dengan prosedur maintenance yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat,"
ujar Presdir Lion Air Edward Sirait dalam konferensi pers di bandara Soekarno-Hatta, Senin
(29/10).

Meski demikian, Edward mengatakan pesawat dari Denpasar ke Jakarta dalam kondisi baik.
Apabila ada masalah, lanjutnya, tidak mungkin pesawat itu diizinkan terbang.

Jatuh dari Ketinggian 3.000 Kaki

Serpihan-serpihan pesawat Lion Air JT 610 banyak ditemukan di lokasi jatuh, yakni di Laut
Jawa kawasan utara Karawang, Jawa Barat. Itu karena pesawat jatuh ke permukaan laut dari
ketinggian sekitar 3.000 kaki atau 914,4 meter.

"(Ketinggian) 3.000 feet itu menuju ke air entakannya lebih keras," kata Direktur Operasi
Pencarian dan Pertolongan Badan SAR Nasional (Basarnas), Brigjen Marinir Bambang Suryo
Aji, dalam jumpa pers di kantor Basarnas, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Senin (29/10).

Bambang menjelaskan kerasnya entakan itu membuat bagian pesawat menjadi pecah
berkeping-keping. Itu pulalah yang menyebabkan tubuh manusia menjadi dalam kondisi
sedemikian rupa.

ELT Tak Pancarkan Sinyal

Sinyal dari emergency local transmitter (ELT) pesawat Lion Air JT 610 tersebut tak
terdeteksi.

ELT merupakan bagian standar dari peralatan darurat pada pesawat. ELT dipasang di dalam
kokpit atau bagian ekor pesawat. Alat tersebut memancarkan sinyal radio agar lokasi pesawat
bisa diketahui sistem deteksi yang ada.

"Yang pasti, saat jatuh, beacon ELT pada pesawat tersebut tidak terpancar atau memancarkan
sinyal destress. Sehingga jatuhnya pesawat tersebut tidak terpantau oleh Medium Earth
Orbital Local User Terminal (MEO LUT) yang ada di kantor pusat Basarnas," kata
Kabasarnas Marsdya M Syaugi.

Tidak Ada Kelalaian AirNav

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai tak ada kelalaian yang dilakukan lembaga
pelayanan navigasi penerbangan, AirNav Indonesia.

"Kalau saya lihat, faktor-faktor kelalaian yang dilakukan oleh pihak-pihak AirNav dan
sebagainya itu nyaris tidak ada," kata Budi Karya Sumadi di Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, Tangerang, Banten, Senin (29/10).

Menhub menyerahkan penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 kepada Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Tapi apa pun itu, kami akan serahkan kepada
KNKT," imbuhnya.

Jokowi Minta Pencarian 24 Jam

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan agar pencarian korban dan badan pesawat
Lion Air JT 610 dilakukan 24 jam. Dia memastikan pemerintah bekerja keras dan cepat.

"Saya perintahkan agar malam ini tetap bekerja 24 jam menggunakan lampu untuk
mempercepat pencarian, terutama badan pesawat yang sampai sekarang belum ditemukan
meski lokasinya sudah, kurang-lebih sudah diketahui," kata Jokowi dalam jumpa pers di
Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (29/10).

Pilot dan Kopilot Berpengalaman

Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang dipiloti oleh Captain Bhavye
Suneja. Pilot itu punya lebih dari 6.000 jam terbang.

"Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan kopilot telah
mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang," kata Corporate Communications
Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro dalam keterangan tertulis, Senin (29/10).

Tak hanya pilot, kopilot Lion Air JT 610 yang bernama Harvino juga sudah senior di dunia
penerbangan. Dia punya lebih dari 5.000 jam terbang.
"Kopilotnya juga sudah kopilot senior dengan 5.000 lebih jam terbang, kurang-lebih 5.100,"
kata Presdir Lion Air Edward Sirait dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Senin
(29/10).

Pesawat Baru

Pesawat Lion Air JT 610 itu beroperasi sejak 15 Agustus 2018.

Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan


pesawat tersebut berjenis Boeing 737 Max 8 dengan nomor registrasi PK-LQP. Pesawat
dinyatakan laik terbang.

"Pesawat ini buatan 2018 dan baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018.
Pesawat dinyatakan laik operasi," kata Danang dalam keterangan tertulis, Senin (29/10).
2. Bangku, sabuk pengaman dan seragam di hari kelima Personil gabungan dari Badan SAR
Nasional, Palang Merah Indonesia (PMI), Polri, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu
sigap melindungi proses pengecekan kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-
LQP dengan nomor penerbangan JT 610. Personil gabungan dari Badan SAR Nasional,
Palang Merah Indonesia (PMI), Polri, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu sigap
melindungi proses pengecekan kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP
dengan nomor penerbangan JT 610. (KOMPAS.com/ RINDI NURIS VELAROSDELA)
Pada hari kelima pencarian pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610
yang jatuh di perairan Karawang, petugas menemukan bangku, sabuk pengaman, dan
seragam kerja. Hal itu disampaikan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto usai
melakukan penyisiran dan bergabung dengan Kapal Parikesit milik Mabes Polri, Jumat. "Dari
patroli yang di atas permukaan perairan, tadi dari anggota Polri menemukan jok pesawat dan
seat belt (sabuk pengaman), kemudian baju seragam dari perusahaan yang di Pangkal
Pinang," ujar Agung. Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), kata dia, temuan tersebut
diserahkan kepada Basarnas.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Baru Tragedi Lion Air JT 610,
Perintah Jokowi hingga Temuan Diduga Mesin Pesawat ",
https://regional.kompas.com/read/2018/11/03/15302041/fakta-baru-tragedi-lion-air-jt-610-
perintah-jokowi-hingga-temuan-diduga.
Penulis : Michael Hangga Wismabrata
Editor : Kurnia Sari Aziza

Anda mungkin juga menyukai