Disusun Oleh :
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
BANDUNG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, perkembangan transportasi umum di dunia sedang mengalami
kemajuan pesat. Transportasi umum meliputi transportasi darat (kereta api),
transportasi laut (kapal laut), dan transportasi udara (pesawat).
Tak terkecuali di Indonesia, perkembangan transportasi umum pun dapat
dilihat dari banyaknya perbaikan fasilitas, perbaikan tempat, penambahan jumlah
armada transportasi, serta perbaikan dan penambahan rute serta jadwal keberangkatan
transportasi umum.
Transportasi umum kini dianggap sebagai kebutuhan manusia. Selain itu,
menggunakan transportasi umum dirasa lebih bermanfaat karena dapat mengurangi
jumlah polusi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan setiap harinya, bebas energi,
meningkatkan kesehatan karena harus berjalan ketempat perhentiannya, serta
penghematan biaya.
Pesatnya perkembangan teknologi transportasi umum tidak lepas dari masalah
kecelakaan transportasi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2013 tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa:
"Kecelakaan transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian
transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, korban jiwa, dan /
atau kerugian harta benda."
Kecelakaan transportasi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor alam
(cuaca atau bencana alam), faktor manusia (human error), atau faktor teknologi
(kerusakan pada transportasi itu sendiri).
Beberapa contoh kasus kecelakaan pesawat udara adalah kasus kecelakaan
maskapai penerbangan Lion Air pada 30 November 2004 yang tergelincir di bandara
Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah. Kecelakaan tersebut mengakibatkan 146
penumpang dan awak pesawatnya meninggal dunia dan mengalami luka berat. Selain
itu, ada pula kecelakaan maskapai penerbangan Adam Air pada 1 Januari 2007 lalu di
perairan Majene, yang menyebabkan 102 penumpang dan awak pesawat hilang,
kemudian ada pula kecelakaan maskapai penerbangan Air Asia pada 28 Desember
2014 di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang
menyebabkan 162 termasuk awak pesawat dinyatakan hilang. Pada hari senin tanggal
29 Oktober 2018 pagi hari, kembali terjadi kecelakaan pesawat udara di Indonesia,
yaitu kasus kecelakaan maskapai penerbangan Lion Air.
Kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang terjadi
pada 29 Oktober 2018 merupakan kecelakaan penerbangan terparah kedua sejak
Garuda Indonesia Airbus A300 di Medan pada 1997 dengan 234 penumpang dan
awak meninggal. Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta menuju
Pangkal Pinang mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta pukul 06:20 WIB menuju Pangkal Pinang. Danang
Mandala Prihantoro Selaku Corporate Communication Strageic of Lion Air
mengatakan setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5'49.052" E
107' 06.628" sekitar Karawang. Pesawat tersebut mengangkut penumpang sebanyak
181 penumpang, dengan perincian 124 penumpang dewasa laki-laki, 54 penumpang
dewasa perempuan, 2 anak-anak, dan 1 bayi. Kru pesawat berjumlah tujuh orang. Dua
orang penerbang (pilot dan kopilot) serta lima orang kru kabin pesawat. Dalam
pesawat tersebut juga mengangkut tiga pramugari yang tengah melakukan pelatihan
dan satu orang teknisi.
Pada saat perusahaan menghadapi dengan sebuah krisis, yang terbaik
dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan manajemen krisis agar krisis
dapat tertangani dengan baik, cepat dan tepat. Pelaksanaan manajemen krisis ini
dilakukan agar situasi krisis tidak mengarah kepada situasi yang memburuk dan
berakibat fatal pada citra perusahaan di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Krisis apa yang terjadi terhadap Perusahaan Lion Air dan Penyebabnya?
2. Fase – fase krisis yang terjadi Perusahaan Lion Air!
3. Apa dampak krisis bagi Perusahaan Lion Air!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui krisis dan penyebabnya terhadap Perusahaan Lion Air.
2. Untuk mengetahui Fase-fase krisis yang terjadi di Perusahaan Lion Air.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak krisis bagi Perusahaan Lion Air.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Pesawat Baru
Pesawat Lion Air JT 610 itu tergolong baru lantaran baru beroperasi sejak 15
Agustus 2018. Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala
Prihantoro mengatakan pesawat tersebut jenis Boeing 737 MAX 8 dengan nomor
registrasi PK-LQP. Pesawat dinyatakan layak terbang.
2. Fase Akut
Fase ini biasanya diindikasikan oleh munculnya berbagai kerusakan, reaksi mulai
berdatangan, dan isu-isu mulai menyebar luas. Adapun tantangan utama dalam
menangani fase ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari
berbagai pihak.
3. Fase Kronis
Organisasi telah merasakan dampak pada krisis yang terjadi dan bahkan tidak
dapat memprediksi kapan krisis akan berakhir. Di fase inilah baru sebagian besar
organisasi melakukan introspeksi besar-besaran hingga melakukan reformasi
melalui berbagai kebijakan strategis.
4. Fase Resolusi
Fase ini merupakan tahap penyembuhan, yakni saat organisasi mampu melalui
krisis. Organisasi sudah dapat kembali melakukan operasional sebagaimana
mestinya.
Krisis merupakan hal yang sangat dihindari karena dapat mengganggu kestabilan
sebuah organisasi. Kendati demikian, krisis juga akan selalu muncul sebagai sebuah
siklus. Untuk itulah, manajemen krisis sebagai upaya untuk menekan dan
menyelamatkan keberlangsungan organisasi akibat krisis perlu dilakukan dengan tepat
dan cepat. Analisis fase-fase krisis yang terjadi pada Lion Air adalah sebagai berikut :
1. Fase Prodromal
Jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang mengangkut 189 orang pada Senin
(29/10) adalah kecelakaan terparah kedua dalam sejarah penerbangan Indonesia
yang terjadi di tengah membaiknya rekor keselamatan, menurut Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT) (https://www.bbc.com). Pesawat Lion Air JT
610 rute JakartaPangkalpinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Pesawat
yang membawa 189 orang yang dioperasikan oleh Lion Air jatuh di lepas pantai
Indonesia pada 29 Oktober 2018 dan menewaskan semua penumpang. Peristiwa
ini tentunya menjadi pukulan berat bagi perusahaan Lion Air, Kasus jatuhnya
pesawat Lion Air JT610 ini merupakan salah satu krisis yang dihadapi oleh
sebuah perusahaan atau organisasi. peristiwa yang dapat membahayakan image
perusahaan, reputasi maupun stabilitas keuangan. Suatu krisis dikatakan krisis PR
apabila krisis tersebut diketahui oleh publik dan mengakibatkan munculnya
persepsi negatif terhadap perusahaan.
2. Fase Akut
Jatuhnya pesawat lion air JT 610 ini mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap dunia penerbangan, khususnya terhadap Lion Air. Turunnya
kepercayaan mengakibatkan turunnya stabilitas pengguna pesawat terbang, yang
mengakibatkan turunnya pengguna jasa transportasi udara dan menurunnya
pendapatan perusahan jasa transportasi udara. Hal tersebut yang merupakan
bentuk krisi yang dihadapi dunia penerbangan.
3. Fase Kronis
Organisasi atau perusahaan yang berada dalam krisis perlu mengambil tindakan
yang menunjukkan kepedulian atau empati terhadap masyarakat. Sasaran
perusahaan dalam menghadapi krisis adalah mengakhirinya secepat mungkin dan
yang lebih baik lagi, mencegahnya tidak terjadi. Oleh karena itu, perusahaan atau
organisasi harus bersiap menghadapi yang hal tak terduga atau bencana atau isu
yang dapat mengarah ke krisis. Yaitu memberikan kompensasi kepada para
korban kecelakaan, dan juga memberikan bantuan berupa tenaga medis dalam
ahli psikologi untuk menangani keluarga korban yang mengalami trauma.
4. Fase Resolusi
a. Strategi Komunikasi
Tubbs dan Moss (Mulyana, 2008) mendefinisikan komunikasi sebagai
―proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator
2) atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi
(antarbudaya) sebagai ―proses transaksional, simbolik yang melibatkan
pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda). Menurut
Littlejohn dan Foss, (2016) komunikasi merupakan pertukaran sebuah
pemikiran atau gagasan. Selain itu, komunikasi juga diartikan sebagai
penyampaian informasi.
Effendy (2002) mengemukakan ada tujuh sendi atau pilar strategi
komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Adaption of the communication process (adaptasi proses komunikasi).
Komunikator dengan tujuan beserta peristiwa menyatakan suatu ide yang
ia salurkan kepada komunikan dari siapa ia memperoleh tanggapan.
2) Thought (pikiran). Komunikasi yang baik dilandasi pemikiran yang baik.
Seorang komunikator harus berpikir dengan bahasa untuk merumuskan
idenya sebelum ia mengekspresikannya.
3) Languagecontrol (penguasaan bahasa). Bahasa sangat penting dalam
proses komunikasi, apakah itu bahasa verbal atau bahasa nirverbal.
4) Clearness (kejelasan). Agar suatu pesan komunikasi menjadi jelas bagi
komunikan, sebaiknya diberi batasan (definition), penekanan (emphasis),
pertautan (coherence), persamaan (analogy), dan ilustrasi (illustration).
5) Persuasiveness (daya persuasi). Publik selaku sasaran komunikasi
melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
6) Completeness (kelengkapan). Seorang komunikator harus mampu
memilih kata-kata yang tepat, menghindarkan kata-kata yang mubazir
(redundant), menghilangkan rincian yang tidak esensial, dan menyusun
kalimat yang sederhana, tetapi logis.
7) Good will (itikad baik). Suatu sikap dari hubungan manusiawi,
hubungan masyarakat, keramah-tamahan dan kesopan-santunan
menuntut itikad baik sebagai faktor esensial pada setiap komunikasi.
D. Review Anggota Kelompok terhadap penyelesaian krisis yang dialami Lion Air
Menurut kelompok kami mengenai manajemen krisis yang dilakukan oleh
Lion Air sudah termasuk efektif dalam penyelesaian sebuah krisis. Karena perusahaan
Lion langsung menyususn tim manajemen krisis. Kemudian Lion Air juga langsung
merilis berita melalui world wide web (www.lionair.co.id) mengenai apa yang tengah
dilakukan dan apa yang akan direncanakan Lion Air untuk mengatasi masalah yang
terjadi. Kemudian selanjutnya menjalankan tanggung jawabnya seperti memberi
kompensansi kepada para korabn dan melakukan berbagai terapi kepada para keluarga
korban.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika terjadi malapetaka ataupun kejadian yang tidak biasa, kemungkinan krisis
mulai terjadi, masyarakat ingin segera mengetahui perkembangannya. Perusahaan
harus segera menginformasikan, masyarakat banyak bertanya, masyarakat akan
memberikan tanggapan penilaian moral tindakan perusahaan. Pada waktu genting
demikian diperlukanlah tim penanggulangan krisis segera bergerak. Kepala Humas
atau PR segera harus tampil bahkan dia yang harus segera menyiapkan agar Presiden
Direktur atau CEO juga harus muncul di layar kaca TV, di radio dan di konferensi
pers. Mutlak perlu suatu pelatihan dengan stimulasi program pelatihan manajemen
krisis. Perusahaan yang siap dan terlatih menghadapi segala kemungkinan dilanda isu
atau krisis akan selamat, keluar dari malapetaka dengan baik, sering pula akan tampil
lebih baik dari sebelumnya. Program pelatihan manajemen krisis sangat penting bagi
kita semua. Krisis pasti terjadi, hanya saja kita tidak tahu kapan terjadinya.
PR pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman
melalui pengetahuan dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul
suatu dampak yakni perubahan yang positif. Fungsi sentral PR adalah menunjang
manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, dengan komunikasi sebagai
kegiatannya yang utama. Sasaran kegiatan humas adalah publik intern dan publik
ekstern, sedangkan tujuannya adalah terbinanya hubungan harmonis antara organisasi,
khususnya Lion Air dengan publik tersebut.
Salah satu fungsi dari seorang PR yakni fungsi korektif, fungsi ini
menunjukkan peranan seorang PR apabila sebuah organisasi atau lembaga terjadi
masalah-masalah (krisis) dengan publik, maka seorang PR harus berperan mengatasi
terselesaikannya masalah tersebut. Setelah seorang PR berhasil menyelesaikan
masalah tersebut, maka hal yang tidak kalah penting adalah peranan PR untuk
mengembalikan opini publik menuju kearah yang lebih baik.
B. Saran
Seorang pengamat keselamatan penerbangan David Gleave mengatakan
kepada media di Inggris, Telegraph Travel, bahwa rekor keselamatan Lion Air masih
buruk. Penerbangan Lion berkembang pesat namun catatan keselamatan belum baik.
Dalam dunia bisnis harga murah memang menjadi keinginan setiap konsumen,
karena di era globalisasi sekarang ini masyarakat cenderung memilih transportasi
yang murah karena meningkatnya biaya hidup, akan tetapi perusahaan penyedia
barang atau jasa dengan harga murah harus tetap memperhatikan kualitas yang
diberikan, dalam hal ini Lion Air harus tetap bertahan sebagai maspakai penerbangan
dengan biasa murah (Low Cost Carier), tetapi tidak mengesampingkan keselamatan
(safety), dan sebagai perusahaan penyedia jasa penerbangan sudah menjadi kewajiban
Lion Air untuk menyediakan yang terbaik yakni dengan biaya murah dan kualitas
yang baik.
LAMPIRAN
KOMPAS.com - Hari ini, 2 tahun yang lalu, tepatnya pada 29 Oktober 2018 terjadi
kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT- 610, rute Jakarta-Pangkal
Pinang. Sebanyak 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2
bayi, 2 pilot, 5 kru dinyatakan meninggal dunia. Diberitakan Harian Kompas, 30 Oktober
2018, kecelakaan tersebut terjadi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat. Baca juga: 6
Maskapai yang Mem-PHK Karyawan akibat Pandemi Corona Pesawat dengan jenis Boeing
737 MAX 8 itu merupakan pesawat jenis baru asal Amerika Serikat. Pesawat Lion Air JT-
610 lepas landas pada pukul 06.20 WIB dari Bandara Soekarno Hatta dengan rute Bandara
Depati Amir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Pesawat dijadwalkan akan tiba di tujuan
sekitar pukul 07.20 WIB. Namun, 13 menit setelah mengudara, pesawat jatuh pada pukul
06.33 WIB di koordinat S 5'49.052" E 107'06.628".
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan
Pesawat Lion Air JT-610, 189 Orang Meninggal", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/29/143000465/hari-ini-dalam-sejarah--
kecelakaan-pesawat-lion-air-jt-610-189-orang?page=all.
Penulis : Nur Fitriatus Shalihah
Editor : Sari Hardiyanto
Jakarta - Maskapai Lion Air mendirikan pusat krisis (crisis center) kecelakaan
pesawatnya yang bernomor penerbangan JT 610. Silakan menghubungi pusat krisis ini untuk
mengetahui informasi terkait penumpang Lion Air itu.
"Crisis Center Penanganan Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610. Silakan menghubungi
crisis center di nomor 021-80820000 dan untuk informasi penumpang di nomor 021-
80820002," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Dia menyampaikan informasi itu lewat akun Twitter pribadinya, @Sutopo_PN. Dia
juga mencantumkan nomor Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang
Mandala Prihantoro, yakni +62 8788 033 3170.
Ada 189 orang di dalam pesawat itu, termasuk penumpang dan awak kabin. Kini
personel Badan SAR Nasional sedang berusaha melakukan evakuasi di lokasi jatuhnya
pesawat, di laut utara Karawang, Jawa Barat.
https://news.detik.com/berita/d-4277712/ini-nomor-crisis-center-lion-air-jt-610-yang-jatuh
Delapan jam setelah pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang
berangkat dari Jakarta menuju Pangkal Pinang dilaporkan hilang kontak pada Senin (29/10)
pukul 06.33 WIB, keluarga korban tak kunjung mendapatkan informasi dan kepastian nasib
sanak familinya.
Sejak pukul 09.30 WIB, keluarga penumpang berdatangan ke Crisis Center yang
dibuka ruangan VIP Bandara Internasional Soekarno Hatta terminal 1B. Mereka segera
diarahkan masuk ke dalam ruangan dan memperoleh keterangan dari otoritas bandara.
Sayangnya, mayoritas pulang tanpa membawa kepastian dan informasi apapun soal nasib
keluarga mereka.
"Kita enggak dapat info apa-apa di dalam (crisis center). Sama sekali enggak ada info
apapun," kata seorang perempuan yang matanya basah, kepada VICE, sembari meninggalkan
halaman VIP room Terminal 1B.
https://www.vice.com/id/article/negxaw/kekacauan-dan-kebingungan-mewarnai-pusat-
krisis-tragedi-jatuhnya-lion-air-jt-610
Udah ada 48 kantong jenazah, 'hasil ídentifikasi masih nihil'
Kantong jenazah yang dikirim ke RS Polri kini berjumlah 48, dan sampel DNA sudah
diambil dari 87 bagian tubuh yang terkumpul, kata Kepala Rumah Sakit Polri, dr Musyafak,
dalam jumpa pers Rabu (31/10) pagi.
"Keluarga yang sudah datang memberikan data, sudah 147 diambil sampel DNA. Masih 46
orang yang keluarganya yang punya hubungan darah langsung, diminta datang untuk
memberikan sampel DNA," katanya.
"Dari rekonsiliasi data DNA, antara keluarga dengan korban, hasilnya masih nihil, belum ada
yang bisa diidentifikasi," katanya.
Pencocokan data fisik pun, seperti tanda pada tubuh, tanda medis, tato, namun, "hasilnya
masih nihil.
https://www.bbc.com/indonesia/live/indonesia-46015949
TRIBUN-BALI.COM - Boeing pada hari Senin (23/12/2019) waktu setempat memecat
CEOnya Dennis A. Muilenburg. Hal ini buntut dari krisis yang disebabkan kecelakaan fatal
pesawat 737 MAX.
Perusahaan telah terperosok dalam krisis terburuk dalam sejarah 103 tahun sejak kecelakaan
dua pesawat 737 MAX menewaskan 346 orang, yakni Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Pesawat 737 MAX telah dikandangkan sejak Maret di seluruh dunia dan Boeing pun
kesulitan untuk bisa mengembalikan pesawat tersebut kembali mengudara.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Buntut Jatuhnya Pesawat Lion Air
dan Tewaskan Ratusan Orang, CEO Boeing Dipecat,
https://bali.tribunnews.com/2019/12/24/buntut-jatuhnya-pesawat-lion-air-dan-tewaskan-
ratusan-orang-ceo-boeing-dipecat.