Anda di halaman 1dari 10

8 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DALAM KESEHATAN GIGI

Dosen Pengampu: Dewi Rosmalia SKM,M.Kes

Disusun Oleh :
Cherly Dwi Syifa
235110857

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN GIGI


FAKULTAS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN, KEMENTERIAN KESEHATAN
PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata
kuliah Kebutuhan Dasar Manusia mengenai 8 Kebutuhan Dasar Manusia Dalam
Kesehatan Gigi.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dewi Rosmalia SKM,M.Kes selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
yang sudah membimbing dan memberi kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan Makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai 8 Kebutuhan Dasar Manusia Dalam
Kesehatan Gigi.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di
masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Padang, 17 January 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Pesawat De Havilland DH-106 Comet....................................................................2
2.2 Kronologi Laka Pesawat De Havilland DH-106 1 Januari 1954..............................2
2.3 Analisa Penyebab Kecelakaan Pesawat De Havilland DH-106 1 Januari 1954........3
BAB III..............................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Kesehatan juga
mencakup faktor lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan fisik, karakteristik
individu dan perilaku, tingkat pendidikan, kontribusi genetik, pelayanan kesehatan
yang dapat diakses, jenis kelamin, dan jaringan dukungan sosial. Kesehatan
adalah mahkota bagi setiap manusia, dan kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan hidup.
Menurut World Health Organization (WHO) (2018), menyatakan kesehatan
gigi dan mulut adalah indikator utama kesehatan secara keseluruhan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup. Kesehatan gigi dan mulut merupakan keadaan
rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya terbebas
dari rasa sakit dan penyakit seperti kanker mulut dan tenggorokan, infeksi luka
mulut, penyakit periodontal (gusi), kerusakan gigi, kehilangan gigi, serta penyakit
dan gangguan lain yang membatasi kapasitas individu dalam menggigit,
mengunyah, tersenyum, dan berbicara.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mencapai tujuan dari ditulisnya makalah ini maka berikut ini
merupakan rumusan masalah yang digunakan :
1. Apa Saja Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Kesehatan Gigi.
2. Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Gigi Yang Baik.

1.3 Tujuan
Berikut ini tujuan disusunnya makalah ini :
1. Untuk mengetahui Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Kesehatan Gigi.
2. Untuk memahami Cara Menjaga Kesehatan Gigi Yang Baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pesawat De Havilland DH-106 Comet


De Havilland DH-106 COMET merupakan pesawat jet komersil pertama.
Pesawat ini dikembangkan oleh pabrikan De Havilland yang berasal dari inggris
dan pertama kali terbang pada 27 Juli 1949. Pesawat ini mengenalkan suatu era
baru dengan desain yang aerodinamis dan juga penggunaan empat mesin turbo jet
de Haviland Ghost 50 yang ditanam pada pangkal sayap, kabin bertekanan dan
juga jendela yang besar.
Pesawat ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2 Mei 1952 oleh
British Overseas Airways Corporation (BOAC). Pada tahun pertama setelah
pesawat ini diperkenalkan ke publik masalah mulai bermunculan, tiga pesawat
mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh kegagalan struktural.

Salah satu kecelakaan paling fatal yang terjadi pada pesawat DH-Comet 106
yaitu pada penerbangan Roma Ciampino Airport (CIA/LIRA) Itali - London
Airport (LHR/EGLL) United Kingdom, yang disebabkan dari kegagalan fatigue
logam pada rancangan konfigurasi desain jendela di tahun 1954.

2.2 Kronologi Laka Pesawat De Havilland DH-106 1 Januari 1954


Pesawat DH-Comet meninggalkan Bandara Roma-Ciampino (CIA) pada
pukul 10:31 dalam penerbangan menuju London. Setelah lepas landas, pesawat
berhubungan dengan ATC Ciampino melalui telepon radio dan dari waktu ke
waktu melaporkan posisinya. Laporan-laporan ini menunjukkan bahwa
penerbangan berjalan sesuai dengan rencana penerbangan, pada pukul 10:50
diketahui bahwa pesawat tersebut berada di atas Orbetello Beacon. Beberapa saat
kemudian komunikasi terputus. Saat itu, sekitar pukul 10.51, pesawat
diperkirakan sedang mendekati ketinggian 27.000 kaki. Pesawat tersebut
mengalami kecelakaan dan jatuh ke laut lepas Pulau Elba. Memakan korban
sejumlah 35 orang dengan awak pesawat 6 orang dan penumpang 29 orang.
Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa kecelakaan berawal dari keretakan
bagian atap jendela pesawat, kemudian merambat ke bagian elevator belakang,
yang menyebabkan badan pesawat belakang robek, struktur sayap luar terlepas,
kemudian disusul ujung sayap luar pesawat dan akhirnya kabin pecah. Dengan
imbas bahan bakar dari sayap menyebabkan puing-puing terbakar.

2.3 Analisa Penyebab Kecelakaan Pesawat De Havilland DH-106 1 Januari 1954


Faktor penting mengapa pesawat harus berada di ketinggian yang cukup
adalah terkait efisiensi bahan bakar. Pada ketinggian yang cukup memungkinkan
pesawat meningkatkan efisiensi bahan bakar namun ada hal yang juga menjadi
penyebab kecelakaan pesawat comet ini sendiri yaitu dekompresi eksplosif. Pada
penerbangan 1 januari 1954 pesawat De Havilland DH-106 yang terbang dari
bandara Romeo-Ciampanio Airport (CIA) mengalami kegagalan struktur ketika
memasuki fase cruise pada ketinggian 27.000 kaki. Pesawat tersebut mengalami
penurunan ketinggian dan hancur di laut sekitar pulau Elba.
Dekompresi merupakan ketidakmampuan sistem tekanan pesawat untuk
mempertahankan perbedaan tekanan ,bahaya utama dekompresi adalah hipoksia
dan potensi bahaya lain yang dihadapi pilot, awak, dan penumpang selama
dekompresi di ketinggian adalah penyakit dekompresi gas yang berevolusi. Hal
ini terjadi ketika tekanan pada tubuh cukup turun dan memiliki efek buruk pada
beberapa jaringan tubuh. Dekompresi yang disebabkan oleh kerusakan struktural
pada pesawat juga menimbulkan bahaya lain bagi pilot, awak pesawat, dan
penumpang yang terlempar atau tertiup keluar dari pesawat. Jenis jenis
pembebanan pada pesawat yaitu Beban Aerodinamika,beban Gravitasi,beban
Cabin Pressure, Beban Akustik, dsb. Untuk mengcounter segala jenis beban yang
diterima pesawat tersebut maka dilakukanlah perancangan dan analisis kontruksi
ringan, hal ini meliputi ;
i. Produksi
ii. Inspeksi
iii. Maintenance
iv. Perhitungan cost
v. Weight stiff
vi. Safety
vii. Fungsi
Tujuan analisis pada struktur ini diperlukan guna mendapatkan respon
struktur seperti tegangan, regangan dan perpindahan akibat pengaruh lingkungan
(misal : akibat pembebanan dan thermal effect). Struktur dianggap mampu
memenuhi fungsinya apabila respon struktur masih dalam batas-batas yang
diijinkan seperti kekuatan material, beban tekuk kritis, frekuensi
pembebanan dan sebagainya.
Pada kasus pesawat Comet ini, tujuan analisis tersebut tidak tercapai.
Setelah melakukan sekitar 3.000 penerbangan, disimpulkan bahwa kecelakaan itu
disebabkan oleh kegagalan struktur kabin bertekanan di jendela depan ADF pada
atap. Jendela ini sebenarnya merupakan salah satu dari dua lubang untuk antena
sistem navigasi elektronik di mana panel fiberglass buram menggantikan kaca
jendela.
Investigator menemukan keretakan yang bermula dari atap, jendela, dan merambat
ke elevator, fuselage belakang, struktur sayap dan menyebabkan kehancuran
kokpit. Api muncul dari sayap setelah bahan bakar bocor dan mengakibatkan
pesawat terbakar ketika jatuh.

Kegagalan tersebut disebabkan oleh kelelahan logam dari tekanan


berulang dan depresurisasi kabin pesawat. Fakta mengkhawatirkan lainnya adalah
penyangga di sekeliling jendela hanya dipaku, bukan dilem. Sebagaimana yang
diminta oleh spesifikasi asli pesawat itu. Masalah ini diperparah dengan teknik
konstruksi paku keling yang digunakan. Berbeda dengan paku keling bor, sifat
lubang yang tidak sempurna yang dihasilkan oleh paku keling dapat menyebabkan
timbulnya retakan lelah di sekitar paku keling.

Berikut ini merupakan analisa kecelakaan pesawat de Havilland DH-106 1 Januari


1954 :
(i) Rendahnya ketahanan lelah terhadap kabin telah ditunjukkan melalui
pengujian dan hasil pengujian tersebut dapat diartikan bahwa, pada usia
pesawat Elba terdapat risiko pasti terjadinya kegagalan kelelahan.
(ii) Kabin adalah bagian pertama pesawat yang rusak akibat kecelakaan
Elba.
(iii) Reruntuhan tersebut menunjukkan bahwa kerusakan di kabin
mempunyai tipe dasar yang sama seperti yang terjadi pada uji kelelahan.
(iv) Penjelasan ini menurut kami konsisten dengan semua bukti tidak
langsung.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desain konfigurasi struktur pesawat harus memenuhi safety factor yaitu
memberikan pengamanan terhadap kegagalan struktur, dalam hal ini terjadinya
beban yang lebih tinggi, struktur pesawat yang dirancang harus mampu menahan
beban-beban yang terjadi ketika pesawat berada di darat maupun di udara.
Kegagalan fatigue logam pada pesawat DH Comet 106 tersebut disebabkan
oleh kelelahan logam dari tekanan berulang dan depresurisasi kabin pesawat.
Fakta mengkhawatirkan lainnya adalah penyangga di sekeliling jendela hanya
dipaku, bukan dilem. Sebagaimana yang diminta oleh spesifikasi asli pesawat itu.
Masalah ini diperparah dengan teknik konstruksi paku keling yang digunakan.
Berbeda dengan paku keling bor, sifat lubang yang tidak sempurna yang
dihasilkan oleh paku keling dapat menyebabkan timbulnya retakan lelah di
sekitar paku keling.
Akibat dari kecelakaan pesawat De Havilland DH-106 1 Januari 1954,
pesawat De Havilland DH-106 mengalami revisi desain dan mengasilkan struktur
yang lebih aman dengan estimasi batas aman loading strength pada tekanan kabin
airliner.

DAFTAR PUSTAKA

ICAO Accident Digest, Circular 47-AN/42 (16-45)


Report of the Public Inquiry into the causes and circumstances of the accident
which occurred on the 10th January, 1954, to the Comet aircraft G-ALYP
https://www-cfinotebook-net.translate.goog/notebook/operation-of-aircraft-
systems/pressurization?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
https://aviation--safety-net.translate.goog/database/record.php?id=19540110-
1&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
https://ivypanda.com/essays/the-de-havilland-comets-failures-causes-
consequences-and-lessons-learnt/

Anda mungkin juga menyukai