Anda di halaman 1dari 18

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MANEJEMEN ISU DAN KOMUNIKASI KRISIS


STUDI KASUS : ANALISIS KRISIS JATUHNYA PESAWAT LION
AIR JT610

NAMA : AKBAR HAURATAN


NIM : 202125053
DOSEN PENGAMPUH : NY. YOHANA NAHUWAY,S.Sos, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PATTIMURA
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................4
BAB II......................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................5
2.1 Kronologi jatuhnya pesawat lion air JT610................................5
2.2 Level perkembangan krisis dan analisis krisisnya.....................9
2.3 perencanaan yang dibuat oleh pihak lion air............................13
2.4 solusi dan rekomendasi pasca krisis yang terjadi pada lion air
.............................................................................................................15
BAB III..................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................18
3.1 KESIMPULAN............................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Media massa Indonesia di penghujung tahun 2018 tepatnya pada tanggal 29


Oktober, media massa khususnya televisi kembali diramaikan dengan pemberitaan
jatuhnya pesawat. Pesawat komersial milik maskapai Lion Air dengan nomor
penerbangan JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta - Pangkal Pinang. Maskapai
Lion Air sendiri diketahui milik dari salah satu politikus bangsa yaitu Rusdi Kirana
yang merupakan Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Kecelakan
pesawat memang bukan kali pertama ini terjadi di Indonesia. kecelakaan pesawat
komersial yang selalu membawa penumpang dalam jumlah besar. Terhitung sejak
dua tahun terakhir telah terjadi kecelakaan pesawat yang memakan korban jiwa.
Ramainya pemberitaan jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang terjadi di perairan
Tanjung Karawang, Jawa Barat ini telah dimuat di berbagai media, baik media
cetak maupun media elektronik.
Media dalam hubungannya dengan khalayak dan kekuasaan yang mewarnai di
dalamnya tentu saja menempati posisi yang cukup strategis sebagai sumber
pemenuh kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Perkembangan
teknologi informasi yang semakin pesat saat ini memungkinkan masyarakat
mengetahui informasi-informasi tersebut secara menyeluruh. Contohnya televisi,
televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarluaskan berita
secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak pada waktu bersamaan,
media televisi mampu memberikan informasi yang bukan hanya dapat di dengar
tetapi juga dapat dilihat.

Media merupakan faktor penting yang dapat mentransformasi atau mengubah


sebuah krisis internal menjadi krisis yang diketahui oleh masyarakat luas. Media
juga memiliki kekuatan untuk menciptkan opini public, yang mana dapat
mempengaruhi bagaimana pandangan publik ataupun masyarakat luas terhadap
sebuah perusahaan. Untuk itu, perlu memperhatikan bagaimana media mencitrakan
perusahaan dalam pemberitaannya.
Sejak kecelakaan pesawat yang dialami oleh pesawat lion air JT610 media mulai
mempublikasikan berbagai berita terkait kejadian tersebut. Berita-berita terkait
dengan terjadinya kecelakaan pesawat lion air JT610 mulai banyak bermunculan
sejak hari kejadian yaitu 29 oktober 2018. Kondisi krisis kepercayaan akan
memberikan danpak negative bagi citra perusahaan. Salah satunya adalah yang
bergerak dalam bidang transportasi udara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Ceritakan kasus yang menimpa perusahan lion air?


2. Buatlah level perkembangan krisis dan analisis krisisnya dilihat
dari :
- Analisis teory steven fink
- Situasional crisis communication theory
3. Bagaimana perenancanaan yang dibuat oleh pihak lion air baik di
tv, media sosial maupun berita:
4. Bagaimana solusi dan rekomendasi pasa krisis yang dilakukan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi jatuhnya pesawat lion air JT610

Masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan kecelakaan transportasi udara yang


melibatkan pesawat Lion Air. Pesawat Lion Air Boeing 737 dengan nomor penerbangan
JT 610 dilaporkan jatuh ke perairan Tanjung Kawarang pada Senin, 20 Oktober 2018.
Sontak, peristiwa ini menambah daftar panjang kecelakaan dalam dunia penerban gan
nasional. Bahkan ini termasuk kecelakaan pesawat terparah dalam penerbangan
Indonesia. “Kecelakaan pesawat Lion Air Boeing 737 MAX 8 nomor penerbangan JT
610 pada senin (29/10/2018) lalu menjadi kecelakaan terparah kedua sepanjang sejarah
penerbangan I ndonesia, dalam hal jumlah korban (Nistanto, 2018)”

Pesawat Lion Air JT 610 rencananya akan menuju Pangkal Pinang. Hanya saja ketika
baru beberapa menit lepas landas, pesawat hilang kontak dan tidak terdeteksi radar. Tidak
selang berapa lama, Lion Air menyatakan pesawat tersebut mengalami kecelakaan,
disinyalir jatuh di perairan. Pernyataan itu muncul setelah sejumlah puing berhasil
ditemukan oleh kapal laut yang tidak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat. Naasnya tidak
ada penumpang selamat. Tercatat, jumlah korban sebanyak 179 dewasa, 1 balita dan 2
bayi. Sedangkan dari kru pesawat jumlahnya terdiri dari 5 kru kabin, 1 pilot dan 1 co-
pilot.

ada beberapa analisis kronologi yang menyebabkan jatuhnya pesat lion air dengan nomor
penerbangan jt610 ini diantaranya :

berdasarkan video :
Dari video tersebut dapat di ketahui bahwa terdapat kurang persiapan dari pihat
perusahaan pesawat Boeing terkait pembuatan Boeing 737 Max. Kurang persiapan ini
dapat dilihat dari adanya kecacatan dalam pembuatan model pesawat sehingga
mengharuskan perusahaan Boeing untuk membuat sistem navigasi baru yaitu MCAS.
Dimana sistem tersebut merupakan sistem yang sangat terbaru sehingga mengharuskan
pilot-pilot dari seluruh perusahaan penerbangan di seluruh dunia untuk mempelajari dulu
bagaimana cara kerja sistem tersebut baru pilot-pilot tersebut dinyatakan layak untuk
menerbangkan pesawat Boeing 737 Max tersebut.
Kecacatan dalam pembuatan pesawat ini juga dijelaskan dalam video bahwa perusahaan
Boeing tidak ingin kalah dari perusahaan lawannya yaitu Airbus yang sudah memiliki
pesawat terbang jarak pendek masa depan, yaitu pesawat Airbus A320 NEO. Pesawat
Airbus ini memiliki perubahan yang sangat signifikan terutama pada bagian mesin
pesawat, dilihat dari Namanya yatu NEO yang artinya adalah New Engine Option.
Boeing ingin meniru pesawat ini dengan memakai pesawat terbang jarak dekat Boeing
yang sudah menjadi pesawat terbang dengan jumlah penjualan tersukses yaitu Boeing
737. Boeing pun ikut meniru perusahaan Airbus dengan keinginan untuk mengganti
mesin pada pesawat Boeing 737. Tetapi setelah diselidiki ternyata terdapat satu masalah,
yaitu pesawat Boeing 737 terlalu pendek jika ingin diganti dengan mesin pesawat yang
lebih besar dan efisien. Berbeda dengan Airbus, dikarenakan pesawat Airbus A320 yang
tinggi sehingga memungkinkan bagi perusahaan Airbus untuk mengganti mesin pesawat
tersebut tanpa harus mengkhawatirkan mesin tersebut akan menabrak jalanan. Akhirnya
Boeing mendapatkan cara untuk tetap mengganti mesin pesawat Boeing 737 menjadi
mesin yang lebih besar, yaitu dengan menaruh mesin tersebut di sayap pesawat dengan
arah agak condong keatas, sehingga mengakibatkan mesin pesawat akan menjadi lebih
tinggi dari sayap pesawat dan tentunya ini akan berakibat kepada aerodinamika pesawat
Boeing 737 Max tersebut.
sebagai cuplikan video dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

BERDASARKAN INFORMASI KNKT :

Berdasarkan penelitian yang sudah penulis lakukan dengan pihak Komite Nasional
Keselamatan Transportasi atau yang lebih sering dikena l sebagai KNKT adalah bahwa
pesawat tersebut jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas, tempat jatuhnya
pesawat tersebut berada di laut utara pulau jawa. Sebelum jatuh pesawat tersebut sempat
melakukan ma n eu ve r yang tidak jelas yaitu naik turun ketinggian beberapa kali baru
akhirnya pesawat tersebut menukik tajam ke bawah dan jatuh mengenai perairan. Berikut
merupakan hal-hal yang berhasil ditemukan oleh pihak KNKT terhadap pesawat tersebut:

1. Pada tanggal 28 Oktober 2018 pesawat tersebut dioperasikan untuk melakukan


penerbangan sipil dari Denpasar ke Jakarta, sebelum penerbangan sensor Anggel
of Attack (AoA) telah diganti dan diuji.
2. Digital Flight Data Recorder (DFDR) menunjukkan bahwa penggetar joystick
untuk mengendalikan pesawat tersebut telah aktif selama take off dan juga selama
penerbangan berlangsung. Sekitar berada di ketinggian 400 kaki di atas permukaan
laut, pilot yang memimpin menyadari di Primary Flight Display (PFD) bahwa
peringatan Indicated Air Speed Warning (IAS) telah menyala.
3. Pilot yang memimpin lalu memeriksa kedua PFD dan menyimpulkan bahwa PFD
di sebelah kiri mengalami suatu masalah.
4. Pilot yang memimpin menyadari bahwa setelah co-pilotnya berhenti memasukkan
data trim di pesawat tersebut, pesawat tersebut tiba-tiba secara automatis
melakukan manuver yang membuat pesawat tersebut bergerak menukik ke bawah.
Setelah pesawat tersebut melakukan manuver menukik ke bawah sebanyak tiga
kali, co-pilot mengatakan bahwa alat untuk mengontrol pesawat tersebut menjadi
lebih berat untuk dikendalikan. Lalu pilot yang memimpin pun mematikan sistem
Trim tersebut.
5. Pilot melakukan tiga pengecekan yang tidak biasa terhadap pesawat tersebut, yaitu
kecepatan di udara yang tidak dapat dipercaya, ketinggian, dan penstabli pesawat
tersebut. Tetapi tidak ada dari ketiga pengecekan tersebut yang menginstruksikan
untuk mendaratkan pesawat tersebut di landasan terdekat.
6. Setelah mendarat di Jakarta, pilot memberitahukan kepada teknisi pesawat tersebut
bahwa telah terjadi kesalahan sistem di pesawat tersebut.
7. Keesokan harinya pada tanggal 29 Oktober 2018 pesawat tersebut melakukan
penerbangan sipil dari Jakarta tujuan
Pangkal Pinang. DFDR merekam bahwa ada perbedaan antara kanan dan kiri pada AoA
pesawat tersebut dengan perbedaan sekitar 20 derajat.
8. Pada saat penerbangan berlangsung, pilot bertanya kepada pengontrol di terminal
timur untuk memastikan ketinggian pesawat tersebut dan juga menanyakan
kecepatan pesawat tersebut yang ada di radar pengontrol terminar timur tersebut.
Lalu pilot melaporkan bahwa telah terjadi kesalahan sistem pengontrol pada
pesawat tersebut, (flight control problem).
9. Setelah flap pesawat tersebut di tarik kembali, tiba-tiba pesawat tersebut
melakukan manuver menukik ke bawah secara automatis bersamaan dengan pilot
mencoba untuk menaikkan Kembali hidung pesawat tersebut selama 10 detik.
Setelah flap Kembali diturunkan baru manuver automatis pesawat tersebut
berhenti.
10. Lalu pilot menarik Kembali flap pesawat dan kejadian seperti sebelumnya terulang
kembali dan terus berlanjut selama penerbangan berlangsung.
11. Pilot memberitahu kepada Air Traffic Controller (ATC) bahwa ia tidak bisa
mengidentifikasi ketinggian pesawat tersebut dikarenakan ada masalah pada
sistem pesawat, ia juga meminta kepada ATC untuk memblokir lalu lintas di atas
dan di bawah pesawat sejauh 3.000 kaki untuk menghindari terjadinya tabrakan.
12. Aircraft Flight Maintenance Log (AFML) merekam bahwa sejak 26 Oktober 2018
pesawat tersebut telah mengalami banyak sekali masalah terhadap sistem pesawat
tersebut.
Setelah terjadi kecelakaan tersebut, pihak KNKT mendapatkan informasi bahwa pihak-
pihak yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut langsung melakukan prosedur
keselamatan untuk mencegah terulangnya kecelakaan tersebut

2.2 Level perkembangan krisis dan analisis krisisnya

Analisis teori steven fink


sebuah krisis melalui berbagai fase sebelum akhirnya menimbulkan kekacauan. adapun
fase krisis adalah sebagai berikut :

1. fase prodromal
fase ini merupakan gejala krisis. berbagai kejadian berpotensi berpotensi menjadi krisis
masih di abaikan karena organisasi masih dapat beroperasi seakan-akan tidak terjadi apa-
apa. adapun beberapa gejala krisis antara lain adanya perbedaan pendapat antara
menejemen , adanya tuntutan kenaikan upah dsb.

2. fase akut
fase ini biasanya di indikasikan oleh munculnya berbagai kerusakan, reaksi mulai
berdatangan dan isu-isu mulai tersebar luas. adapun tantangan utama dalam menangani
fase ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak.

3. fase kronis
organisasi telah merasakan danpak pada krisis yg terjadi dan bahkan tidak dapat
memprediksi kapan krisis akan berakhir . di fase inilah baru sebagian besar organisasi
melakukan reformasi melalui berbagai kebijakan strategis.

4. fase resolusi
fase ini merupakan tahap penyembuhan, yakni saat organisasi mampu melalui krisis.
organisasi sudah dapat kembali melakukan operasional sebagaimana mestinya

analisis krisis yg terjadi pada lion air adalah sebagai berkut:

1. fase prodmal
jatuhnya pesawat lion air JT610 yg menyangkut 189 orang pada senin (29/10) adalah
kecelakaan parah kedua dalam sejarah penerbangan indonesia yg terjadi ditengah
membaiknya rekor keselamatan, menurut komite nasional keselamatan transportasi
(KNKT). pesawat lion air JT610 rute jakarta-pangkal pinang jatuh di perairan karawang,
jawa barat. pesawat yang membawa 189 orang yg dioperasikan oleh lion air jatuh di
lepas pantai indonesia dan menewaskan semua penumpang. peristiwa ini tentunya
menjadi pukulan terberat bagi perusahaan lion air. kasus jatuhnya pesawat ini merupakan
salah satu krisis yang dihadapi oleh perusahan airbus. peristiwa yang dapat
membahayakan image perusahan, reputasi maupun stabilitas keuangan . suatu krisis PR
apabila terjadi krisis tersebut dikatahui oleh publik dan mengakibatkan munculnya
persepsi negatif terhadap perusahaan.

2. fase akut
jatuhnya pesawat lion air JT610 ini mengakibatkan turunnya kepercayaan mengakibatkan
turunnya stabilitas pengguna pesawat terbang, yg mengakibatkan turunnya pengguna
jasa transportasi udara dan menurunya pendapatan perusahaan jasa transportasi udara. hal
tersebut yang merupakan bentuk krisis yang dihadapi dunia penerbang.

3. fase kronis
organisasi atau perusahaan yg berada dalam krisis perlu mengambil tindakan yang
menunjukan kepedulian atau empati terhadap masyarakat. sasaran perusahaan dalam
menghadapi krisis adalah mengakhiri secepat mungkin dan yang lebih baik lagi ,
menegahnya tidak terjadi. oleh karena itu perusahaan lion air harus bersiap menghadapi
hal yang tak terduga atau isu yang dapat mengarah ke krisis, yaitu dengan memberikan
kompensasi kepada para korban kecelakaan, dan juga memberikan bantuan berupa tenaga
medis dalam ahli psikologi untuk menangani keluarga korban yang mengalami korban.

4. fase resolusi
pada fase ini ada dua strategi yang dilakukan oleh pihan perusahaan lion air diantaranya :
strategi PR dalam menghadapi krisis
praktisi PR sebagai yg ikut berkepentingan menangangi krisis, dapat menggunakan
strategi 3P, sebagai berikut :
a. strategi pencegahan adalah tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi krisis.
Dalam hal ini PR di tuntut memiliki kepekaan terhadap gejala-gejala yang timbul di awal
sebelum krisis terjadi, dan dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir strategis dalam
menganalisa dan sekaligus mempromosikan krisis sehingga dapat dicegah secara dini.
b. strategi persiapan bila krisis tidak dapat dicegah diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
- membentuk tim krisis harus selalu mengadakan komunikasi agar suasana krisis dapat
terpantau
- tim krisis harus dapat informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan, sehingga
informasi yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan situasi yang sebenarnya.
c. Strategi penanggulangan, yaitu apabila strategi pencegahan dan persiapan tidak sempat
dilaksanakan, langkah terakhir yang diambil strategi penanggulangan yaitu masa kuratif.
Dalam strategi penanggulangan terdapat langkah-langkah yang harus diambil sesuai
dengan situasi dan kondisi. Penanggulangan krisis harus segera diatasi, sebab hal tersebut
dilakukan agar krisis tidak menyebar dan berkembang ke sektor lain. Selain itu agar
operasional organisasi tidak terganggu dan berjalan efektif. Dengan mengevaluasi krisis
yang terjadi bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis di masyarakat,
serta untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan program
manaj emen krisis. Soemirat dan Ardianto menawarkan strategi penanggulangan krisis
sebagai tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah benar-benar terjadi dan
tidak sempat atau dapat mencegahnya.

Situational Crisis Communication Theory


Situational Crisis Communication Theory (SCCT) merupakan sebuah teori yang digagas oleh W.T.
Coombs dan Holladay S.J. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan reaksi publik terhadap
situasi krisis dan reputasi yang terjadi pada suatu organisasi. Teori ini juga menyediakan frame-
work yang berguna untuk memahami bagaimana memaksimalkan perlindungan reputasi yang
bisa dilakukan saat mengadakan komunikasi krisis Dasar dari SCCT sendiri dapat ditemukan
melalui Teori Atribusi, yang menyatakan bahwa publik selalu mencari penyebab, atau membuat
atribusi, untuk berbagai peristiwa, terutama jika peristiwa tersebut sangat negatif atau tidak
terduga (Coombs. 2017:22).

SCCT juga dapat digunakan untuk memahami bagaimana respon stakeholder terhadap strategi
krisis (crisis response) yang dibuat oleh praktisi PR, di mana dalam sebuah tim manajemen krisis
PR biasanya bertindak sebagai manajer krisis. Respon stakeholder sendiri pada akhirnya
menentukan evaluasi stakeholder terhadap reputasi organisasi, sehingga para stakeholder
dapat memutuskan apakah mereka tetap berinteraksi dengan organisasi tersebut di masa yang
akan datang atau tidak (Kriyantono, 2014:189).

Dalam menganalisis kasus Lion Air JT610 dengan menggunakan Situasional Crisis
Communication Theory (SCCT), beberapa poin kunci dapat diperhatikan:
Respons Awal
Evaluasi respons awal Lion Air terhadap kecelakaan, termasuk kecepatan dan
kejelasan komunikasi.
Pengumuman Kehilangan Kontak:
Pada pagi hari setelah kejadian, Lion Air memberikan pengumuman bahwa
pesawat JT610 mengalami kehilangan kontak pada rute Jakarta-Pangkal Pinang.
Kontak dengan Keluarga Penumpang:
Pihak Lion Air membuka pusat informasi dan memberikan dukungan kepada
keluarga penumpang yang berada di Bandara Soekarno-Hatta.
Pernyataan Resmi:
Lion Air mengeluarkan pernyataan resmi melalui media massa, menyatakan
bahwa mereka telah membentuk tim darurat untuk menangani situasi tersebut.
Kerjasama dengan Otoritas Penerbangan:
Lion Air berkoordinasi dengan otoritas penerbangan dan badan penyelidikan
untuk memberikan informasi yang akurat dan mendukung proses penyelidikan.
Media Sosial:
Pembaruan terus-menerus melalui akun media sosial Lion Air untuk memberikan
informasi kepada masyarakat secara real-time.
Presiden Direktur Hadir di Lokasi:
Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait, hadir di lokasi kejadian untuk
memberikan dukungan dan menghadapi media.

Sumber informasi
terkait krisis jatuhnya pesawat Lion Air JT610 pada Oktober 2018 melibatkan beberapa
saluran:
Pernyataan Resmi Lion Air:
Informasi pertama diberikan melalui pernyataan resmi yang dirilis oleh Lion Air.
Pernyataan ini mencakup fakta dasar dan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan.
Otoritas Penerbangan:
Otoritas penerbangan Indonesia, seperti Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
(DGCA), menyampaikan informasi terkait langkah-langkah penyelidikan dan keputusan
yang diambil setelah kejadian.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas):
Basarnas menyediakan informasi terkait upaya pencarian dan pertolongan yang
dilakukan untuk menemukan bangkai pesawat dan korban.
Media Massa:
Berbagai sumber media massa melaporkan perkembangan terkini seputar kejadian
tersebut, termasuk wawancara dengan ahli dan pernyataan dari pihak berwenang.
Pernyataan Pemerintah:
Pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia, termasuk Presiden, menyampaikan
simpati dan komitmen untuk menangani krisis.
Sumber Informasi Online:
Informasi juga dapat diperoleh dari sumber online, termasuk situs web resmi Lion
Air, portal berita, dan platform media sosial.
Konferensi Pers:
Konferensi pers dari Lion Air, otoritas penerbangan, dan badan penyelidikan
menyediakan forum untuk memberikan informasi langsung kepada media dan
masyarakat.

Karakteristik situasional
Kecelakaan Pesawat:
Fakta dasar bahwa kecelakaan pesawat terjadi, menciptakan krisis yang
melibatkan hilangnya nyawa dan kerugian material.
Kemungkinan Keselamatan Penerbangan:
Dalam situasi ini, terdapat ketidakpastian seputar keselamatan penerbangan dan
kekhawatiran akan potensi masalah teknis atau kesalahan manusia yang dapat
memengaruhi pesawat serupa.
Keterlibatan Otoritas Penerbangan:
Keterlibatan badan otoritas penerbangan dan badan penyelidikan (seperti KNKT -
Komite Nasional Keselamatan Transportasi) dalam menyelidiki penyebab kecelakaan.
Teknologi Penerbangan dan Kompleksitas:
Keterlibatan teknologi penerbangan yang kompleks dan hubungan dengan
keselamatan penerbangan pada umumnya.
Dampak Sosial dan Psikologis:
Dampak emosional dan psikologis yang signifikan pada keluarga korban,
masyarakat, dan industri penerbangan secara keseluruhan.
2.3 perencanaan yang dibuat oleh pihak lion air

perencanaan yang dilakukan pihan lion air yaitu berupaya mempertahankan reputasi atau
kehilangan reputasi tersebut. Dengan kata lain, organisasi berupaya untuk memperbaiki
segala akibat yang ditimbulkan oleh krisis (recovery) (Kriyantono, 2012).Dalam
menghadapi krisis jatuhnya pesawat JT 610 pada tanggal 29 Oktober 2018 langsung
ditanggapi oleh Lion Air dengan menyampaikan informasi bahwa sehubungan dengan
penanganan penerbangan Lion Air JT-610 sudah menerbangkan dari keluarga
penumpang JT-610 yang berasal dari Pangkalpinang, Bangka. Sejumlah 90 orang dari
pihak keluarga penumpang sudah didatangkan ke Jakarta dari berbagai daerah dimana
disiapkan fasilitas akomodasi (penginapan) serta pusat informasi di hotel Ibis daerah
Cawang, Jakarta Timur, agar memudahkan mobilitas ke posko Bandar Udara
Internasional Halim Perdanakusuma. Malamnya juga direncanakan keluarga penumpang
akan didatangkan lagi sebanyak 76 orang.
Terkait dengan kejadian itu, Lion Air membuka crisis center di nomor telepon (021)-
80820001 dan untuk informasi penumpang di nomor telepon (021)-80820002. Lion Air
menyatakan sangat prihatin dengan kejadian tersebut dan akan terus berkoordinasi
dengan semua pihak untuk mempercepat kepastian infomasi terkait dengan keadaan
penumpang dan awak pesawat. Lion Air akan terus menyampaikan informasi terbaru
sesuai perkembangan lebih lanjut.
Langkah awal yang dilakukan oleh PRLion Air merupakan strategi pada tahap penang-
gulangan pasca terjadinya krisis. Melalui situs resminya (www.lionair.co.id), Lion Air
selalu memberikan perkembangan informasi terbaru terkait jatuhnya pesawat JT610
tersebut. Karena masyarakat memerlukan informasi terbaru terkait perkembangan krisis
tersebut.
Pada tanggal 30 Oktober 2018, Lion Air kembali menyampaikan informasi bahwa telah
menerima konfirmasi dari Badan SAR Nasional (BASARNAS) yaitu 24 kantong jenazah
per 29 Oktober 2018. Total tersebut sudah dibawa dan berada di RS POLRI Kramat Jati,
Jakarta Timur. Sebagian dari pihak keluarga penumpang dan kru sudah berada di RS
POLRI untuk proses identifikasi (Disaster Victim Identification).
Selanjutnya, pada tanggal 31 Oktober 2018, Lion Air kembali merilis berita terbaru dan
menyampaikan informasi terkini terkait penanganan Lion Air nomor JT-610, bahwa Lion
Air telah menerima konfirmasi dari Badan SAR Nasional (BASARNAS) pukul 18.00
WIB yaitu lima kantong jenazah, sehingga jumlah menjadi 53 kantong, dengan
keterangan per 30 Oktober 2018 yaitu 24 kantong, 29 Oktober 2018 terdapat 24 kantong.
Lima kantong tersebut akan dibawa dan diserahkan ke RS POLRI Kramat Jati, Jakarta
Timur untuk proses identifikasi. Proses identifikasi yang berada di RS POLRI akan terus

dilanjutkan bersama pihak keluarga penumpang dan awak pesawat. Lion Air hingga saat
ini tetap melakukan pendampingan kepada keluarga (family assistant) pada setiap posko
JT-610.Sementara itu, beberapa manajemen Lion Air hari ini juga berada di posko
Cawang, posko RS POLRI, Jakarta Timur dan Tanjung Priok, Jakarta Utara guna
memberikan dukungan moril kepada keluarga penumpang, kru serta tim evakuasi. Upaya
pencarian seluruh penumpang, kru dan pesawat JT-610 yang mengalami kecelakaan pada
(29/10) di perairan Karawang, Jawa Barat terus dilakukan.
Sejak terjadinya kecelakaan maut itu hingga tanggal 12 November 2018, Lion Air setiap
hari melakukan update informasi terkait penanganan pesawat Lion Air. Informasi yang
diberikan berupa proses pencarian dan evakuasi penumpang serta kru dari JT-610 yang
masih terus berlangsung, pemberangkatan keluarga penumpang dan kru ke RS Polri
Kramat Jati, Jakarta Timur, pemberian uang tunggu, uang santunan dan uang duka
kepada keluarga korban.
Ada beberapa tindakan komunikasi terpenting yang perlu dilakukan PR Lion Air jika
terjadi krisis, yaitu:
1. Segera bentuk tim penanggulangan krisis dan secepatnya mengumpulkan data
kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan penelitian darurat untuk mendapatkan fakta dan
opini atas kejadian sesungguhnya.Tim penanggulangan krisis ini dipimpin oleh seorang
manajer PR yang memahami krisis secara konseptual maupun teknis-praktis. Jumlah
anggota disesuaikan dengan besaran krisis. Setiap anggota inti bertanggung jawab atas
satu tugas khusus, yaitu mempelajari dan menganalisis krisis, mempersiapkan konsep
tindakan, dan mempersiapkan kegiatan implementasi. Tim penanggulangan krisis Lion
Air akan efektif bila setiap anggota menyadari bahwa setiap anggota saling bergantung
dan tidak ada yang lebih penting dibandingkan yang lain. Selain memiliki anggota yang
solid, tim penanggulangan krisis perlu memiliki rencana kerja yang jelas, lengkap dengan
skedul, ruang pertemuan yang di dalamnya tersedia cukup sarana kerja, serta fasilitas
komunikasi dan transportasi yang memadai.
2. Segera membuat analisis mengenai ekspektasi khalayak.Hubungi orang-orang yang
ahli (expert) untuk memberikan analisis dan penjelasannya mengenai krisis yang terjadi.
Siapkan langkah-langkah atau rencana kegiatan terkait pelaksanaan komunikasi dalam
keadaan krisis. Lion Air sudah menunjukkan keprihatinan atas krisis yang terjadi kepada
keluarga penumpang dan kru yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat JT610.
Beberapa saat setelah terjadi kecelakaan Lion Air langsung merilis berita melalui world
wide web (www.lionair.co.id) mengenai apa yang tengah dilakukan dan apa yang akan
direncanakan Lion Air untuk mengatasi masalah yang terjadi.
3. Siapkan pesan-pesan utama yang kuat dan dapat dipercaya berdasarkan transparansi
dan etika bisnis. Lion Air perlu menunjuk juru bicara dan salurkan pertanyaan kepada
juru bicara tersebut, yaitu orang-orang yang sudah dilatih terlebih dahulu. Dalam
menanggulangi krisis ini, tim penanggulangan krisis Lion Air sudah

2.4 solusi dan rekomendasi pasca krisis yang terjadi pada lion air
kecelakaan yang menimpa pesawat Lion Air JT610 dengan rute penerbangan Jakarta
menuju Pangkal Pinang 29 Oktober lalu merupakan krisis bagi PT. Lion Mentari
Airlines. Berdasarkan pembacaan kotak hitam atau black box pesawat jenis Flight Data
Recorder (FDR) oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), jatuhnya
pesawat yang memakan korban sebanyak 189 orang ini bukan disebabkan oleh masalah
mesin melainkan pesawat yang mengalami stall atau kehilangan daya angkat karena
perbedaan pembacaan Angle of Attack (AOA) pada sistem milik kapten dan kopilot.
Krisis karena jatuhnya pesawat seperti ini Menurut Morissan (2006:154) termasuk ke
dalam tipe krisis yang bersifat segera (immediate crisis), di mana krisis ini merupakan
krisis yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak
diharapkan. Krisis jenis ini membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada tingkat
manajemen puncak guna mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai
bagaimana bereaksi agar tidak terjadi kebingungan, konflik dan penundaan dalam
mengenai krisis yang muncul.
PR PT. Lion Mentari Airlines merespon immediate crisis tersebut dengan segera
menyediakan layanan pusat krisis (crisis center) yang dibarengi dengan pernyataan
keprihatinan mereka atas kecelakaan ini dengan mengubah seluruh akun media sosial
mereka mulai dari dari Twitter, Facebook dan Instagram hingga situs resminya menjadi
hitam putih. Melalui pusat krisis yang berlokasi di Terminal 1 Bandara Internasional
Soekarno - Hatta di Tangerang, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur dan
Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Lion Air
mengumpulkan keluarga korban untuk mendapatkan informasi terkait perkembangan
kecelakaan yang ada. pusat krisis ini juga bisa dihubungi melalaui nomor 021-80820001
yang sebelumnya sudah di publikasikan melalui press release yang ada di akun sosial
media mereka. Selain pusat krisis, pihak Lion Air juga memberikan nomor yang bisa
dihubungi terkait informasi penumpang di 021-80820002.
Selain mendirikan pusat krisis dan membuat press release serta meng-update-nya secara
berkala, PR PT. Lion Mentari Airlines pada hari itu juga melakukan konferensi pers
(press conference) untuk menjelaskan informasi dan perkembangan terkait kecelakaan
yang ada serta kebijakan-kebijakan yang tengah diambil manajemen dalam menanggapi
krisis tersebut. CEO PT. Lion Mentari, Edward Sirait ditunjuk sebagai juru bicara
(spokesperson) dalam konferensi pers yang diadakan di Gedung Lion Air Operation
Center, Tangerang. Selain PR, CEO adalah komunikator yang dianggap memiliki
kredibilitas dan news value yang tinggi terkait krisis yang Dalam konferensi tersebut
terlihat bahwa Lion Air sangat hati-hati dalam memberikan informasi kepada publik, di
mana mereka tidak mau berspekulasi tentang penyebab kecelakaan pesawat sebelum
bukti nyata berhasil dikumpulkan dari investigasi. Seperti apa yang di ungkapkan oleh
Kriyantono (2015:250-251) situasi krisis desakan media (media scrutiny) sangat besar,
namun perusahaan tidak perlu terburu-buru menyampaikan informasi yang masih belum
jelas atau belum mempunyai fakta yang valid. Di konferensi tersebut banyak sekali media
yang yang menekan pihak Lion Air untuk memberikan konfirmasi terkait alasan jatuhnya
pesawat, namun pihak Lion Air menjawab dengan bijak bahwa fact finding yang masih
berlangsung.
Lebih lanjut pihak Lion Air mengaku merasa berduka dan terpukul atas kecelakaan ini
karena bagaimanapun juga menurut mereka siapapun yang ada di dalam pesawat tersebut
merupakan saudara dan mereka tidak menginginkan hal ini terjadi Selain itu dalam
konferensi ini pihak Lion Air juga menjelaskan bahwa mereka sudah mendirikan posko
untuk keluarga korban dan memfokuskan kegiatan pada bantuan bagi keluarga korban
seperti memberikan akomodasi dan informasi yang dibutuhkan. Wujud rasa empati ini
merupakan salah satu prinsip dari strategi komunikasi krisis yang harus diterapkan oleh
PR, di mana menurut Kriyantono (2015:252) meskipun krisis bukan kesalahan organisasi,
kata maaf, keprihatinan atau kesedihan yang mendalam perlu disampaikan.
Berdasarkan pernyataan Edward Sirait dalam konferensi pers, diketahui bahwa strategi
respon krisis primer yang digunakan oleh PR PT. Lion Mentari Airlines saat pertama kali
krisis ini muncul adalah strategi pengurangan (diminish) yang terdiri dari excuse dan
pembangunan kembali (rebuild) yang terdiri dari compensation apology dan
compensation.
Ada beberapa rekomendasi terpenting yang dilakukan PR Lion Air ketika terjadi krisis,
yaitu:
1) Membentuk tim penanggulangan krisis dan secepatnya mengumpulkan data kualitatif
maupun kuantitatif berdasarkan penelitian darurat untuk mendapatkan fakta dan opini
atas kejadian sesungguhnya.Tim penanggulangan krisis ini dipimpin oleh seorang
manajer PR yang memahami krisis secara konseptual maupun teknis-praktis. Jumlah
anggota disesuaikan dengan besaran krisis. Setiap anggota inti bertanggung jawab atas
satu tugas khusus, yaitu mempelajari dan menganalisis krisis, mempersiapkan konsep
tindakan, dan mempersiapkan kegiatan implementasi. Tim penanggulangan krisis Lion
Air akan efektif bila setiap anggota menyadari bahwa setiap anggota saling bergantung
dan tidak ada yang lebih penting dibandingkan yang lain. Selain memiliki anggota yang
solid, tim penanggulangan krisis perlu memiliki rencana kerja yang jelas, lengkap dengan
skedul, ruang pertemuan yang di dalamnya tersedia cukup sarana kerja, serta fasilitas
komunikasi dan transportasi yang memadai.
2) membuat analisis mengenai ekspektasi khalayak.
Hubungi orang-orang yang ahli (expert) untuk memberikan analisis dan penjelasannya
mengenai krisis yang terjadi. Siapkan langkah-langkah atau rencana kegiatan terkait
pelaksanaan komunikasi dalam keadaan krisis. Lion air sudah menunjukan keprihatinan
atas krisis yang terjadi pada keluarga penumpang dan kru yang menjadi korban dalam
kecelakaan pesawat tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jika terjadi malapetaka ataupun kejadian yang tidak biasa, kemungkinan krisis mulai
terjadi, masyarakat ingin segera mengetahui perkembangannya. Perusahaan harus segera
menginformasikan, masyarakat banyak bertanya, masyarakat akan memberkan tanggapan
penilaian moral tindakan perusahaan. Pada waktu genting demikian diperlukanlah tim
penanggulangan krisis segera bergerak. Kepala Humas atau PR segera harus tampil
bahkan dia yang harus segera menyiapkan agar Presiden Direktur atau CEO juga harus
muncul di layar kaca TV, di radio dan di konferensi pers. Mutlak perlu suatu pelatihan
dengan stimulasi program pelatihan manajemen krisis. Perusahaan yang siap dan terlatih
menghadapi segala kemungkinan dilanda isu atau krisis akan selamat, keluar dari
malapetaka dengan baik, sering pula akan tampil lebih baik dari sebelumnya. Program
pelatihan manajemen krisis sangat penting bagi kita semua. Krisis pasti terjadi, hanya
saja kita tidak tahu kapan terjadinya.
PR pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui
pengetahuan dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu
dampak yakni perubahan yang positif. Fungsi sentral PR adalah menunjang manajemen
dalam mencapai tujuan organisasi, dengan komunikasi sebagai kegiatannya yang utama.
Sasaran kegiatan humas adalah publik intern dan publik ekstern, sedangkan tujuannya
adalah terbinanya hubungan harmonis antara organisasi, khususnya Lion Air dengan
publik tersebut.
Salah satu fungsi dari seorang PR yakni fungsi korektif, fungsi ini menunjukkan peranan
seorang PR apabila sebuah organisasi atau lembaga terjadi masalah-masalah (krisis)
dengan publik, maka seorang PR harus berperan mengatasi terselesaikannya masalah
tersebut. Setelah seorang PR berhasil menyelesaikan
masalah tersebut, maka hal yang tidak kalah penting adalah peranan PR untuk
mengembalikan opini publik menuju kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.ums.ac.id/94023/3/Naskah%20Publikasi.pdf

http://repo.uinsatu.ac.id/12908/4/BAB%20I.pdf

https://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/download/10137/9071

https://media.neliti.com/media/publications/243867-none-b97ae483.pdf

https://www.scribd.com/document/638275898/ISSUE-CRISIS-MAKALAH-ANALISIS-
KRISIS-JATUHNYA-PESAWAT-JT610-LION-AIR

https://www.liputan6.com/news/read/3684955/4-petunjuk-menguak-sebab-jatuhnya-lion-air-di-
karawang

https://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/download/10137/9071

Anda mungkin juga menyukai