Anda di halaman 1dari 5

JAMINAN HAKIKI KESELAMATAN TRANSPORTASI UDARA HANYA DALAM KHILAFAH

Oleh:

Iin Eka Setiawati (Pengamat Kebijakan Publik)

Keselamatan penerbangan Indonesia kembali menjadi sorotan setelah terjadi kecelakaan pesawat
Sriwijaya Air SJ 182 yang membawa 62 orang jatuh ke Laut Jawa pada Sabtu 9/01/2021.

Kecelakaan dalam penerbangan di Indonesia terjadi berulang. Dalam enam tahun terakhir telah terjadi
tiga kecelakaan penerbangan terbesar di Indonesia yang mengorbankan ratusan nyawa manusia, yaitu
kecelakaan Airbus A320 yang dioperasikan AirAsia Indonesia pada Desember 2014, kecelakaan Boeing
737 MAX milik Lion Air pada Oktober 2018, dan kecelakaan Boeing 737-500 Sriwijaya Air pada 9 Januari
2021.

Data Aviation Safety Network (ASN) menunjukkan, kecelakaan penerbangan di Indonesia sejak tahun
1945 sampai saat ini mencapai 104 kejadian, yang menewaskan 2.301 jiwa. Data ini tidak termasuk
kecelakaan pesawat militer, jet perusahaan, akibat pembajakan, dan kejadian kriminal lainnya. 1

Faktanya kualitas keselamatan penerbangan Indonesia memang masih buruk. Bahkan, kantor berita
Inggris-Reuters sampai berani menyematkan julukan “pasar penerbangan paling mematikan di dunia”
untuk Indonesia—bersama dengan Rusia, Iran, dan Pakistan.

Mirisnya, rezim lalai bahkan belum dapat memahami penyebab utama terjadinya kecelakaan
penerbangan yang telah memakan banyak korban. Rezim terus sibuk berhari-hari mencari penyebab
kecelakaan hingga melebar mencari faktor-faktor lain yang sejatinya minor pengaruhnya.

Beberapa dugaan mengenai penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, antara lain:

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak
memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak. Untuk diketahui, ELT
adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan pada pesawat.
ELT dapat dinyalakan langsung oleh pilot atau bisa hidup apabila pesawat menghantam sesuatu. "Kan
mestinya ada pancaran emergency location transmitter atau ELT, itu tidak ada," kata Bagus seperti
dikutip dari siaran Metro TV.2

Wakil Ketua Komisi V DPR RI Fraksi Parta Golkar Ridwan Bae yang mempertanyakan kelaikan terbang
pesawat yang sudah memasuki usia 26 tahun itu. “Kita mesti bicara persoalan, yang pertama usia
pesawat itu sendiri. Apa layak usia sudah di atas 20 tahun masih dipakai penerbangan domestik kita?,”
ujarnya di di Posko SAR, Dermaga JICT, Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (11/1/2021). Namun hal ini
dibantah oleh berbagai pakar dan juga profesional yang menilai usia tidak berhubungan langsung
dengan kelaikan terbang sebuah pesawat. “Pesawat usia 26 tahun itu bukan masalah. Usia pesawat itu
tidak ada kaitannya dengan kelaik udaraan atau safety,” ujar Pengamat Penerbangan, Alvin Lie. 3
1
https://aviation-safety.net/
2
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/10/05300031/kronologi-jatuhnya-sriwijaya-air-sj-182-sempat-
delay-hingga-hilang-kontak?page=all
3
https://money.kompas.com/read/2021/01/11/210000126/apakah-pesawat-sj-182-yang-berusia-26-tahun-
melanggar-ketentuan-pemerintah
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup sebelum
akhirnya pesawat terjun ke laut. "Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa
sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," kata Soerjanto dalam keterangan tertulis
di Jakarta, Senin (11/1/2021) sebagaimana diberitakan Kompas.com. 4

Pengamat penerbangan Andi Isdar Yusuf menduga jatuhnya pesawat Sriwijaya Air disebabkan oleh
elevator yang copot. "Saya menduga, elevatornya itu copot karena perawatan yang tidak maksimal,”
ujarnya.5

Sementara Dirut Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena, mengklaim pesawat dalam kondisi baik. 6

Demikian pula klaim dari pemerintah melalui Kementerian Perhubungan Indonesia mengatakan pada
hari Selasa (12/1) bahwa pesawat Sriwijaya yang jatuh telah melewati pemeriksaan kelaikudaraan pada
bulan Desember.7

Dari aspek usia pesawat telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No 155 Tahun 2016
tentang Batasan Usia Pesawat Udara, Pasal 3 menyebutkan pesawat terbang kategori transportasi untuk
angkutan udara penumpang yang didaftarkan dan dioperasional untuk pertama kali di wilayah Republik
Indonesia, paling tinggi berusia 15 tahun. Namun aturan itu dicabut Menteri Budi Karya lewat Peraturan
Menteri Perhubungan No.27 Tahun 2020. Maka, batasan usia pada pesawat terbang tidak berlaku lagi. 8

Di dalam Permenhub 27/2020 itu disebutkan bahwa pertimbangan pencabutan Permenhub 155/2016
adalah salah satunya untuk meningkatkan investasi di bidang penerbangan. 9

Senada dengan itu, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Dadun Kohar
menyebutkan alasan pencabutan aturan Permenhub No. 155/2016 adalah mendorong iklim investasi
yang lebih menguntungkan bagi operator tanpa mengurangi faktor keselamatan. 10

Berbagai dugaan para ahli mengenai penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ 182, menunjukkan adanya
kelalaian negara dalam menjamin keselamatan masyarakat dalam bertransportasi udara.

Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap tata kelola transportasi udara yang dijalankan saat ini di
negara ini.

Pangkal Penyebab Kelalaian Negara Menjamin Keselamatan Masyarakat

Jika ditelusuri secara mendasar, pangkal penyebab seringnya terjadi kecelakaan penerbangan bukan
hanya faktor human error, mekanik, dan kondisi alam saja, melainkan juga pada tata kelola transportasi
udara yang berlandaskan pada sistem kapitalis neoliberalis.

4
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/01/12/dugaan-kronologi-sriwijaya-air-sj-182-jatuh-mesin-hidup-
tidak-meledak-hingga-elevator-copot
5
Ibid
6
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55610520
7
https://www.voaindonesia.com/a/sriwijaya-terbangkan-pesawat-tua-pilih-rute-rute-tak-populer-demi-jadi-3-
besar-/5735613.html
8
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55610520
9
https://investor.id/business/kemenhub-cabut-aturan-batas-usia-pesawat-komersial
10
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200710/98/1264292/aturan-soal-batas-usia-pesawat-dicabut-ini-gantinya
Transportasi udara dianggap bisnis yang menggiurkan, ini adalah pandangan yang berasal dari kapitalis
neoliberalis. Neoliberal menjadikan hajat hidup publik tak lebih sebagai dagangan. Transportasi udara
yang merupakan transportasi publik di jadikan lahan bisnis penerbangan yang akan mendatangkan
keuntungan materi.

Dalam sudut pandang neoliberal sangat penting untuk memisahkan fungsi regulator dan operator
(pelaksana). Negara hanya berperan sebagai regulator, peran negara di bidang ekonomi hanya pada
aspek pengaturan (regulasi), pengawasan (monitoring), dan penegakan hukum (law enforcement).
Pemikiran ini juga menetapkan bahwa negara melepaskan diri dari kewajiban-kewajibannya terhadap
rakyat. Negara bukan pelayan rakyat, melainkan pelayan operator.

Akibatnya, negara menyerahkan sepenuhnya tata kelola transportasi udara kepada operator, yaitu
korporasi (seperti, maskapai penerbangan, penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan, dan
pengelola bandara), negara berlepas tangan dengan keselamatan penerbangan, tidak mengurusi
kenyamanan penumpang, dan membiarkan harga tiket ditentukan oleh operator yang mencari
keuntungan semata.

Negara lebih mementingkan kehendak operator, dari pada keselamatan rakyat. Contohnya aturan
mengenai batasan usia pesawat diatur dalam Keputusan Menteri (Kepmen) Perhubungan Nomor 115
Tahun 2020 Tentang Batas Usia Pesawat Udara yang Digunakan Untuk Kegiatan Angkutan Niaga.
Kepmen tersebut menggantikan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Tahun 155 Tahun 2016,
dengan alasan dalam rangka mendorong iklim investasi yang lebih menguntungkan bagi operator.

Padahal tujuan utama berdirinya operator adalah meraih keuntungan dari bisnis penerbangan ini, bukan
melayani masyarakat. Sehingga masalah keselamatan bukan prioritas utama. Pesawat yang tua atau
komponen pesawat yang kurang-krang tak menjadi perhatian utama operator, yang penting bisnis
berjalan dan mendapat keuntungan materi. Alih-alih menjamin keselamatan masyarakat, justru nyawa
rakyat bahkan para kru pesawat menjadi taruhannya.

Sungguh sistem kapitalis neoliberalis adalah sistem batil dan zalim dalam tata kelola transportasi udara.
Sehingga jaminan keselamatan bagi masyarakat saat bertransportasi dalam sistem ini adalah hal yang
nihil, tak mungkin tewujud secara hakiki.

Oleh karena itu, negara ini harus berpaling dari tata kelola transportasi sistem batil kapitalis neoliberalis
kepada tata kelola yang sahih yang menjamin keselamatan masyarakat dalam bertransportasi udara
secara hakiki.

Tata Kelola Sahih Islam

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan sangat membutuhkan transportasi udara
untuk mobilitas orang maupun barang. Faktanya tidak saja sebagai urat nadi perekonomian, tetapi lebih
dari itu transportasi udara adalah urat nadi kehidupan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar
publik.

Karenanya negara mesti memberi perhatian khusus pada transportasi udara sebagai transportasi publik
yang merupakan urat nadi kehidupan dan kebutuhan dasar manusia, harusnya dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat.
Perhatian khusus tersebut berupa tata kelola yang sahih yang seharusnya bersumber dari sistem yang
sahih, yaitu sistem Islam yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala-pencipta manusia, alam semesta,
dan kehidupan.

Tata kelola transportasi udara dalam Islam mengharuskan negara menjalankan beberapa prinsip, antara
lain:

Negara adalah pihak yang bertanggung jawab langsung untuk memenuhi hajat publik, khususnya urusan
pemenuhan kebutuhan transportasi udara. Sebagaimana sabda Rasul Shallallahu ‘alayhi wa sallam :

‫اإلمام راع و هو مسأول عن رعيته‬

“Pemerintah adalah raa’in dan penanggung jawab urusan rakyatnya” (HR Al Bukhari)

Negara menjamin keselamatan, keamanan, kenyamanan, tarif murah, serta memiliki fasilitas penunjang
yg memadai dalam penerbangan. Selamat adalah keadaan terpenuhi persyaratan keselamatan. Aman
adalah: keadaan yang memberikan perlindungan dari gangguan keamanan. Nyaman : bersih, tidak
pengap, dan tidak berdesakan. Tarif murah; artinya mendepankan aspek pelayanan dari pada
keuntungan. Memiliki fasilitas penunjang yg memadai: tersedianya toilet, air bersih, dan lain-lain yang
menunjang.

Itu semua tidak mungkin dipenuhi oleh operator, karena operator bukanlah pihak yang bertanggung
jawab terhadap urusan rakyat, sehingga tidak dapat diharapkan realisasi jaminan itu semua dari
operator.

Negara menyediakan moda transportasi beserta kelengkapannya yang terbaik bagi masyarakat dengan
prinsip pelayanan yaitu sebagai penanggung jawab dan pelindung (raa’in dan junnah). Dengan prinsip
ini negara akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyediakan pesawat-pesawat dengan teknologi
terbaru dengan tingkat keselamatan yang tinggi, sehingga tidak terjadi dlarar (mencelakakan atau
membahayakan).

Sebagaimana sabda Rasul Shallallahu ‘alayhi wa sallam :

‫ال ضرر وال ضرارا‬

“Tidak ada dlarar (bahaya) dan tidak ada membahayakan/memudlaratkan (baik diri sendiri maupun
orang lain)” (HR Ibnu Majah, Ahmad, ad-Daraquthni)

Penyediaan moda transportasi dan kelengkapannya inipun tidak diserahkan kepada operator yang
hanya berhitung untung rugi. Maka dapat dipastikan operator tidak akan mampu memenuhi hal ini.

Demikian pula sarana navigasi penerbangan yang sangat dibutuhkan dalam penerbangan harus
disediakan dan dikelola secara langsung oleh negara.

Adapun mengenai teknologi informasi (IT; Information technology) juga harus disediakan dan dikelola
oleh negara. Jika negara memandang IT sebagai industri strategis, maka negara akan membangun
industri IT berikut risetnya. Tentu hal ini juga tidak boleh diserahkan kepada operator

Dari mana negara mendapatkan dana untuk semua itu? Negara harus mengelola berbagai kekayaannya
secara benar (sesuai syariat Islam), sehingga memiliki kemampuan finasial yang memadai untuk
menjalankan fungsi dan tanggung jawab pentingnya.
Anggaran yg digunakan untuk semua hal di atas bersifat mutlak, artinya ada atau tidak ada dana kas
negara yg diperuntukkan pembiayaan transportasi publik, yang ketiadaannya berdampak dlarar bagi
masyarakat, maka wajib diadakan oleh negara. Pesawat-pesawat yang memerlukan perawatan dan
pembiayaan pembelian berbagai komponen misal elevator pesawat, harus disediakan biayanya oleh
negara, agar tidak terjadi dlarar (kecelakaan) pada masyarakat pengguna transportasi udara.

Sejatinya layanan publik bidang transportasi udara dalam Islam mengacu kepada 3 prinsip utama, yaitu :

a. Kesederhanaan aturan. Tanpa syarat yang menyulitkan, seperti, membeli tiket pesawat harus
menggunakan kartu identitas (KTP, SIM, dll), tanpa identitas tidak bisa membeli tiket. Bagi masyarakat
yang kehilangan KTP atau tidak memiliki kartu identitas, berarti tidak dapat mengakses layanan tersebut.
Padahal negara seharusnya sudah memiliki data base penduduknya dan di masa kini dengan teknologi
yang sudah canggih, mengumpulkan data penduduk adalah hal yang mudah bagi negara, sehingga tidak
diperlukan syarat adanya kartu tersebut dalam pembelian tiket pesawat.

b. Kecepatan dalam pelayanan. Masyarakat tidak menunggu lama untuk dilayani, tidak mengantri
panjang yang melelahkan, menggunakan teknologi terbaru dan gratis tanpa harus membayar layanan
yang cepat. Semua masyarakat diberikan pelayanan yang sama. Tidak menggunakan prinsip kapitalis
dalam melayani, siapa yang membayar akan mendapat layanan yang cepat, sedangkan yang tidak
membayar akan lambat dilayani.

c. Individu pelaksana yang kapabel. Negara menyiapkan individu-individu yang bertugas melayani
masyarakat memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidang yang dilayani. Yaitu dengan memberikan
pendidikan yang dibutuhkan dalam pelayanan tersebut. Seperti, negara mendidik para kru pesawat
dengan pendidikan terbaik, membekali dengan ilmu-ilmu yang memahirkan para kru dalam
mengendalikan pesawat dalam kondisi apapun dengan teknologi yang terbaru.

Perlu diperhatikan, bahwa seluruh prinsip tersebut di atas haruslah ditopang oleh fungsi negara yang
sahih yakni sebagai raa'in dan junnah (penanggung jawab & pelindung) berikut keseluruhan sistem
kehidupan Islam yang hanya serasi dengan kedua fungsi sahih tersebut, khususnya sistem ekonomi Islam
dan sistem politik Islam.

Oleh karena itu, transportasi udara yang ideal bagi pemenuhan hajat hidup publik yang menjamin
keselamatan masyarakat, hanyalah akan terwujud dalam sistem kehidupan Islam, yakni Khilafah Islam.
Pada tataran ini kita semua dapat menyaksikan betapa butuhnya negeri ini pada kehadiran syariah
kaffah yakni Khilafah itu sendiri. Lebih dari pada itu khilafah adalah kewajiban yang diamanahkan Allah
SWT kepada kita semua.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫يا أيها الذين آمنوا استجيبوا هلل وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم‬

"Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan RasulNya apabila menyeru kalian
kepada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada kalian". (QS Al Anfal [8] : 24)

Wallahu a’lam bi ash-showab

Anda mungkin juga menyukai