Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesawat udara merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar biasa

bagi dunia. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-Negara di sunia semakin

mudah. Saat ini masyarakat mulai mempertimbangkan memilih menggunakan

transportasi udara dari pada transportasi umum lainnya dengan alasan cepat serta

faktor keselamatan dan keamanan yang diterapkan.

Khususnya bagi indonesia yang merupakan Negara kepulauan, pesawat udara

mampu menghubungkan berberapa pulau yang ada di Indonesia. Setiap orang mampu

berpindah dari suatu pulau ke pulau lainnya hanya dengan menghabiskan waktu yang

relatif cepat. Hal ini membuat pesawat udara menjadi salah satu transportasi yang

sangat dibutuhkan dan dihandalkan oleh masyarakat Indonesia.

Di Indonesia sendiri ada 23 maskapai penerbangan yang beroperasi di

Indonesia, yaitu :

Tabel : 1.1. Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia


1. Garuda Indonesia 13. Asialink

2. Trigana Air Service 14. My Indo Airlines

3. Pelita Air 15. Jayawijaya Dirgantara

4. AirAsia Indonesia 16. Citilink

5. Lion Air 17. Trnasnusa Aviation Mandiri


6. Wings Abadi Airlines 18. Batik Air

7. Tri-mg Airlines 19. Indonesia Air Asia Extra

8. Nusantara Air 20. NAM Air

9. Indonesia Air 21. Cardig Air

10. Sriwijaya Air 22. PT Super Air Jet

11. Kalstra Aviation 23. PT Raffles Global Angkasa

12. Travel Express Aviation

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 2021

Dari 23 Maskapai Penerbangan yang beroperasi di Indonesia tiga perusahaan

maskapai yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu:

Tabel : 1.2. Daftar Maskapai Maskapai Penerbangan Indonesia Yang


Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
No Kode Saham Perusahaan Nama perusahaan

1. GIAA PT Garuda Indonesia Tbk

2. CMPP PT AirAsia Indonesia Tbk

3. IATA PT Indonesia Transport & Infastucture Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Perkembangan Industri penerbangan global sepanjang merebaknya pandemi

Covid-19, tidak terkecuali indonesia, terpuruk cukup parah. Hal yang tidak dapat

dihindarkan, karena jejaring penerbangan internasional masih sangat terkendala oleh

penyebaran Covid-19. Masih banyak negara yang memberlakukan lock down demi

keselamatan warganya, walau sudah diberlakukan dengan mekanisme buka tutup.


Pemberlakuan karantina yang sangat ketat merupakan salah satu sebab terhambatnya

penerbangan antar bangsa untuk dapat pulih kembali.

Kebijakan tentang penutupan rute tertentu dan pembukaan rute penggantinya

merupakan antisipasi maskapai dalam mencegah krisis pendapatan yang terjadi dari

imbas Covid-19. Industri penerbangan dituntut untuk lebih efisien dalam menghadapi

pasar yang sedang terpuruk saat ini. Tuntutan terhadap efisiensi menyebabkan

beberapa industri penerbangan harus bekerja secara efisien agar kinerja keuangan

dapat menutupi beban operasional. Contohnya, perusahaan penerbangan melakukan

modifikasi cabin pesawat yang biasanya digunakan untuk mengangkut penumpang,

namun karena adanya Covid-19 dialihfungsikan untuk mengangkut barang. Hal

tersebut dilakukan untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.

Transportasi udara merupakan alat angkutan mutakhir dan tercepat.

Transportasi ini menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutan sedangkan udara

atau angkasa sebagai jalur atau jalannya. Dimana pesawat udara yang dimaksud

dilengkapi dengan navigasi dan alat telekomunikasi yang canggih. Semakin

maraknya persaingan di setiap industri saat ini membuat perusahaan harus kreatif

untuk selalu melakukan inovasi agar dapat terus tumbuh dan berkembang. Perluasan

industri bisa dilakukan oleh perusahaan untuk tetap dapat bersaing dengan para

kompetitornya. Usaha yang dilakukan perusahaan dalam memperluas industri ini

tentu diiringi dengan peningkatan kebutuhan terhadap struktur keuangan dan

manajemen hutang agar dapat bersaingan dengan perusahaan lain. Pada grafik
dibawah ini menunjukkan data statistik peningkatan penumpang pada penerbangan

dalam negeri dan luar negeri di tahun 2016 hingga 2021

Grafik 1 : Penumpang Penerbangan Dalam Negeri dan Luar Negeri tahun 2016-2021
120000000

100000000

80000000

60000000

40000000

20000000

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Dalam Negeri Luar Negeri

Gambar 1.1 sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2016 – 2021


Berdasarkan Grafik 1 diatas terlihat bahwa produksi penumpang selalu

mengalami kenaikan dari tahun 2016-2018. Pada tahun 2017 jumlah penumpang

dalam negeri meningkat 8,4% dibandingkan tahun 2016. Sedangkan penumpang luar

negeri pada tahun 2017 meningkat 20% dibanding tahun 2016. Produksi penumpang

dalam negeri mencapai nilai maksimum pada tahun 2018 yaitu sebesar 101.961.268

orang. Sedangkan, produksi penumpang luar negeri mencapai nilai maksimum pada

tahun 2018 yaitu sebesar 36.606.485.

Namun pada tahun 2019 jumlah penumpang udara domestik turun mencapai

79,4 juta atau sekitar 23% dari rahun 2018. Hal ini disebabkan faktor, baru

diresmikannya Tol Trans Jawa, sehingga perlambatan penumpang terjadi dikarenakan


penumpang pesawat kemungkinan ingin menjajal Tol Trans Jawa yang baru saja

beroperasi penuh untuk ruas Jakarta-Surabaya. Sedangkan, jumlah penumpang udara

luar negeri mengalami kenaikan 1%.

Pada tahun 2020 ini lah, penerbangan di Indonesia mengalami keterputrukan.

Dikarenakan Covid-19, karantina wilayah (lockdown) diterapkan diberbagai negara

diseluruh penjuru dunia. Akibantnya jumlah penumpang angkutan udara domestik

maupun mancanegara anjlok mencapai 50% lebih. Pada tahun 2021 jumlah

penumpang angkutan udara terus-menerus mengalami penurunan. Capaian

penumpang domestik pada tahun 2021 turun jauh jika dibanding 2019 sebelum masa

pandemi yang tembus sekitar 79 juta penumpang. Penurunan penumpang juga terjadi

pada penerbangan internasional tercatat penumpang internasinal selama 2021 hanya

630 ribu anjlok 82,83% dari jumlah penumpang tahun 2020.

Berdasarkan uraian di atas ketertarikan akan dunia bisnis di industri

penerbangan sangatlah menarik perhatian masyarakat akan perkembangan yang

cukup signifikan tiap tahunnya dimana transportasi udara merupakan jalur

transportasi yang mudah dan cepat. Perkembangan sebuah perusahaan tidak terlepas

dari pengelolaan keuangan dan kinerja laba perusahaan. Kinerja keuangan dapat

ditunjukkan dengan pencapaian profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan

merupakan ukuran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Indikator dari kinerja

suatu perusahaan adalah laba, karena tujuan utama dari kegiatan operasional yang

dijalankan oleh perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba perusahaan itu sendiri
dapat diukur melalui Return on Equity (ROE) perusahaan. Karena Return on Equity

(ROE) mempunyai hubungan positif dengan perubahan laba (Khoirah, 2019). Return

On Equity merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri.

Semakin tinggi Return On Equity menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba atau laba bersih (Jufrizen dan Sari,

2019).

Berikut merupakan Data Laba (Rugi) Perusahaan Penerbangan yang terdaftar

di BEI pada tahun 2018-2021 :

Tahun GGIA CMPP IATA

2018 (228,889,524) (907.024.833.708) (7.247.452)

2019 (44,567,515) (157.368.618.806) (4.972.950)

2020 (2,476,633,349) (2.754.589.873.561) (6.411.619)

2021 (4,174,004,768) (2.337.876.178.035) (460.261)

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Jika dilihat dari sudut pandang prinsip ekonomi, suatu perusahaan didirikan

dengan tujuan akhir untuk memaksimumkan laba. Akan tetapi, terlihat pada tabel

bahwa dari ketiga perusahaan penerbangan tersebut mengalami kerugian disetiap

tahunnya. Bahkan kerugian semakin membesar dari tahun 2019-2021 seiring

terdampaknya perusahaan penerbangan terhadap pandemi Covid-19. PT.

Maka peneliti tertarik untuk menganalisis keterkaitan antara struktur

keuangan dengan manajemen hutang perusahaan pada Industri Transportasi Udara


yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mengingat pentingnya analisa tersebut bagi

investor dan perusahaan yang telah diuraikan diatas, yaitu dengan meneliti kinerja

keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis struktur keuangan dan

manajemen hutang terhadap kinerja laba.

Pada penelitian sebelumnya mengenai pengaruh Struktur Keuangan terhadap

Kinerja Laba perusahaan atau profitabilitas yang diukur melalui ROE telah banyak

dilakukan. Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-

masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Semakin

tinggi struktur aktiva sebuah perusahaan menunjukan semakin tinggi kemampuan

perusahaan tersebut untuk dapat menjamin hutang jangka panjang yang dipinjam

(Inayati, et al.. 2019). Menurut Mudjijah dan Hikmanto (2018) Struktur aktiva dan

pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh langsung terhadap profitabilitas

perusahaan sub sektor perkebunan periode 2013-2017. Sedangkan menurut penelitian

Handayani dan Zulyanti (2022) Struktur Keuangan berpengaruh terhadap variabel

Kinerja Laba (ROE) perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia.

Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan sebagai

parameter antara jumlah utang dengan jumlah aset (Kasmir, 2014:196). Menurut

penelitian Andayani, et al.. (2020) DAR secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel ROE. Sejalan dengan penelitian Septiyani, et al.. (2020) variabel

Debt to Equity Ratio (DAR) secara parsial memiliki pengaruh tidak signifikan negatif

terhadap Return on Equity Ratio (ROE) pada perusahaan properti dan real estate

tahun 2013-2017. Sedangkan pada peneliitian Andreyani (2019) membuktikan bahwa


secara parsial Debt to Asset Ratio berpengaruh positif terhadap ROE pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014.

Total asset turnover adalah rasio yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk

mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam mengelola aset menjadi penjualan bagi

suatu perusahaan. Total Asset Turn Over (TATO) merupakan rasio yang tergolong

rasio aktivitas. Rasio aktivitas, juga dikenal sebagai rasio efisiensi, yang digunakan

untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan asetnya (Nasution,

et al.. 2018). Menurut Siregar dan Harahap (2021) Total Asset Turnover berpengaruh

signifikan terhadap Return on Equity perusahaan sektor perdagangan eceran yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Sedangkan menurut penelitian

Angelina, et al.. (2020) total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh dan tidak

signifikan terhadap Profitabilitas (ROE) Perusahaan Food & Beverages yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012- 2017.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“Struktur Keuangan dan Manajemen Hutang Melalui Variabel Intervening

Rasio Efisiensi Terhadap Kinerja Laba (Perusahaan Penerbangan yang

Terdaftar di BEI)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini, adalah :

1. Apakah struktur keuangan memiliki pengaruh terhadap kinerja laba?

2. Apakah manajemen hutang memiliki pengaruh terhadap kinerja laba?


3. Apakah struktur keuangan melalui Rasio Efisiensi memiliki pengaruh

terhadap kinerja laba?

4. Apakah manajemen hutang melalui Rasio Efisiensi memiliki pengaruh

terhadap kinerja laba?

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1) Menganalisis pengaruh struktur keuangan terhadap kinerja laba.

2) Menganalisis pengaruh manajemen hutang terhadap kinerja laba.

3) Menganalisis pengaruh struktur keuangan terhadap kinerja laba melalui Rasio

Efisiensi.

4) Menganalisis pengaruh manajemen hutang terhadap kinerja laba melalui

Rasio Efisiensi.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur yang relevan terhadap

bidang manajemen keuangan di Indonesia, khususnya dalam hal yang

berkaitan dengan struktur keuangan dengan kinerja laba pada perusahaan.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menyediakan bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis


Penelitian ini dapat diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi

perusahaan bahwa pentingnya mengetahui suatu perusahaan itu sehat dengan

melihat struktur keuangan dan manajemen hutang suatu perusahaan dan

menjadi pedoman kedepannya untuk memperbaiki kinerja keuangan.

1.4.3. Kebijakan Bagi regulator penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk

memperketataturan bagi perusahaan Transportasi Penerbangan baik Domestik

maupun Internasional dalam hal penilaian kelangsungan hidup perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai