Anda di halaman 1dari 12

Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan di masa Pandemi

Disusun oleh :

1. Richie Aktama ( 20200500009)


2. Merliana Yohanes ( 20200500034)
3. Suwandi Susanto ( 20200500049)
4. Livia Giovani ( 20200500077)
5. Dharma Padma Sarina ( 20200500082)

6. Octaviani Milasari ( 20200500161)


SEJARAH

AirAsia sudah tidak asing lagi di Asia dan kawasan ASEAN. Sebagai maskapai bertarif

rendah terbaik, AirAsia menghubungkan pengunjung dan destinasi melalui 293 rute; 90

diantaranya dikategorikan sebagai rute unik – rute-rute yang hanya dioperasikan oleh AirAsia

Group. Di tahun 2017, AirAsia Group, mencakup AirAsia Group Berhad (Kelompok

Maskapai Gabungan dari AirAsia Malaysia, AirAsia Indonesia, AirAsia Philippines, AirAsia

Thailand, AirAsia India, dan AirAsia Japan), menguatkan posisinya sebagai pemimpin

industri penerbangan melalui dua tonggak sejarah: menerbangkan 435 juta penumpang dan

melipat gandakan armadanya dari 2 pesawat di tahun 2001 menjadi 205 pesawat di akhir

2017.

Pada awalnya AirAsia dimiliki oleh DRB-HICOM dari pemerintah Malaysia namun,

maskapai ini mempunyai beban yang berat dan akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif Timer

Warner, Tony Fernandes dengan harga simbolik 1RM pada 2 Desember 2001. Tony berhasil

mendapatkan laba pada 2002 dengan menggunakan rute baru dan harga promosi serendah

mungkin.

Perusahaan AirAsia yang bermodalkan dua pesawat udara yang melayani enam rute di

Malaysia pada bulan Januari 2002. Enam belas tahun kemudian, AirAsia melangit menjadi

sebuah maskapai yang melayani lebih dari 119 destinasi di 21 negara. Kini, AirAsia memiliki

lebih dari 20.000 orang karyawan dengan kapitalisasi pasar senilai lebih dari RM14,6 miliar

atau sekitar Rp 52 triliun (per 28 Februari 2018). Model usaha AirAsia Group bertumpu pada

filosofi tarif rendah yang menekankan pada operasi yang ramping, sederhana, danefisien.

1
Maskapai AirAsia Indonesia awalnya ada pada tahun 2005. Sebelumnya, AirAsia Indonesia

didirikan tahun 1999 dengan nama PT. AWAIR International. Persaingan yang ketat di sector

penerbangan Indonesia membuat PT. AWAIR menghentikan operasinya beberapa tahun

kemudian. Dan pada tahun 2004, PT. AWAIR diambil alih oleh AirAsia dan mengalihkan

orientasi pasarnya ke penerbangan berbiaya rendah, penerbangan pertama yang dilakukan

pada tanggal 1 Desember 2005 dan sejak itu PT. AWAIR International berganti nama menjadi

PT. Indonesia AirAsia. AirAsia Indonesia terus berkembang pesat bahkan pada saat ini

dimasa pandemi COVID-19. Berbagai masalah yang dihadapi, AirAsia sebagai salah satu

perseroan yang mengedepankan profesionalisme terus berusaha dalam menyelesaikan tugas

dan kewajibannya baik untuk pemangku kepentingan (investor), karyawan dan bahkan

konsumen.

Saat adanya masa Pandemi COVID-19 berlangsung tidak menyurutkan semangat Perseroan

dalam memenuhi tanggung jawab social perusahaan terhadap semua pemangku

kepentingannya. Perseroan menyadari perannya sebagai perusahaan penerbangan terkemuka

yang mampu memberikan dampak sekaligus manfaat social dan lingkungan. Sebab itu,

Perseroan memiliki komitmen penuh untuk memenuhi tanggung jawab social perusahaan dan

membina hubungan baik dengan semua pemangku kepentingan baik internal dan eksternal

Di samping itu, pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan (CSR) juga merupakan wujud

kepatuhan Perseroan terhadap kerangka hukum yang berlaku, seperti UU No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Sebagai bentuk akuntabilitas, Perseroan rutin melaporkan

kinerjanya di bidang CSR melalui lap=poran tahunan dan buku laporan berkelanjutan yang

mengacu kepada kerangka Global Reporting Initiative (GRI).

2
PERMASALAHAN

Wabah virus COVID-19 mempunyai begitu besar dampak terhadap seluruh sektor di dunia.

Bahkan banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian dan bahkan gulung tikar.

Tidak diragukan lagi, hal ini juga berlaku pada sector penerbangan antara lain perusahaan

AirAsia. Perusahaan AirAsia di Indonesia mengalami banyak kendala seperti pengurangan

karyawan dan sampai pada tahap kerugian. Kerugian yang dialami AirAsia bermula pada

tahun 2020 yaitu dimana wabah virus COVID-19 sampai ke Indonesia. Kerugian-kerugian ini

terus berjalan sampai pada kuartal 1 tahun 2021.

Kerugian tersebut ini naik 116,37% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu tahun

2020 di mana kerugian perusahaan tercatat sebesar Rp 345,53 miliar. Peningkatan kerugian

fantastis ini terjadi akibat pendapatan perusahaan turun drastis menjadi hanya Rp 223,71

miliar, turun 83,12% dari kuartal I-2020 sebesar Rp 1,32 triliun. Penurunan pendapatan

perusahaan sejalan dengan kebijakan pembatasan sosial dan anjuran pemerintah untuk tidak

bepergian dan melakukan kunjungan wisata.

Penyusutan pendapatan terbesar terjadi pada penjualan kursi kepada penumpang yang

berkurang dari semula Rp 1,11 triliun, kini hanya bersisa Rp 145,97 miliar atau hanya 13%

dari pendapatan kuartal pertama tahun lalu. Pendapatan kargo pun turun menjadi Rp 25,95

miliar dari sebelumnya Rp 29,69 miliar, sedangkan pendapatan lain-lain termasuk di

dalamnya pendapatan dari bagasi, pelayanan penerbangan, jasa boga, dan ground

handling turun menjadi Rp 39,44 miliar dari semula Rp 1,11 triliun.

3
Aset perusahaan juga mengalami depresiasi menjadi senilai Rp 5,84 triliun, turun 3,96% dari

posisi akhir tahun lalu di angka Rp 6,08 triliun. Turunnya nilai aset dan naiknya liabilitas,

menjadikan ekuitas (defisiensi modal) perusahaan ikut naik dari semula negatif Rp 2,91 triliun

kini semakin membengkak menjadi negatif Rp 3,66 triliun. "Pandemi Covid-19 memberikan

pukulan yang sangat besar terhadap perekonomian dunia, khususnya industri penerbangan

komersial, termasuk terhadap operasional dan kondisi finansial Kelompok Usaha," tulis

manajemen Air Asia dalam laporan keuangan, dikutip dari Manager Perusahaan AirAsia.

Manajemen Air Asia mengatakan operasional penerbangan kelompok Usaha berhenti selama

periode April sampai dengan pertengahan Juni 2020, kemudian mulai kembali meningkat

secara perlahan-lahan dimulai sejak Juli 2020. Lalu pada bulan Mei 2021 pihak operasional

penerbangan tetap memperbolehkan beroperasi tetapi di tingkatkan lagi peraturan yang lebih

ketat. Contohnya seperti dipertengahan tahun 2020 jika ingin melakukan penerbangan maka

akan diberlakukan SWAB Antigen (1x24 jam) ,sedangkan untuk pemberangkatan ke luar

daerah atau luar negeri akan diminta prosedur yang lebih ketat seperti SWAB Antigen dan

PCR (3x24 jam). Tetapi pada bulan Juni 2021 aturan baru yang lebih ketat dari tahun

sebelumnya sudah mulai ditetapkan, peraturan itu dibuat agar angka covid di Indonesia

semakin membaik dan tidak menimbulkan angka covid yang melonjak, aturan itu dibuat lebih

tegas dan diperketat agar masyrakat lebih patuh dalam menjalankan protokol covid 19. Selain

itu ditahun ini lebih diperlukan peraturan yang lebih online seperti aplikasi peduli lindungi,

dan juga menunjukkan sertifikat vaksin.

4
PENYELESAIAN

Proses penerbangan kembali beroperasi secara normal namun berjalan lambat karena

tantangan yang dihadapi oleh Kelompok Usaha, termasuk larangan melakukan perjalanan

oleh pemerintah. Pembatasan kapasitas penumpang terkait dengan menjaga jarak fisik,

penutupan perbatasan internasional, serta perubahan dalam kebiasaan pelanggan yang

menghindari perjalanan non-essensial.

Tony Fernandes sebagai CEO AirAsia Group mengungkapkan beberapa startegi perusahaan

yang dilakukan untuk bangkit dari dampak pandemi COVID-19 yaitu perusahaan AirAsia

memanfaatkan penurunan permintaan untuk terbang dalam beberapa waktu terakhir sebagai

kesempatan menyesuaikan struktur biaya dan melakukan pengendalian biaya, termasuk

dengan menutup unit usaha, serta mengurangi investasi dari anak perusahaan di beberapa

Negara sebagai pokok untuk lebih fokus di pasar ASEAN yang mana merupakan pasar utama

AirAsia.

Tony Fernandes juga meyakini bahwa AirAsia akan lebih cepat 50% untuk bangkit

dibandingkan dengan kompetitor yang lainnya. Melalui peningkatan implementasi dari paspor

perjalanan digital dan paspor vaksin,serta diharapkan adanya peningkatan perjalanan yang

akan terjadi juga.

AirAsia juga telah mengistirahatkan 245 pesawat, sekaligus menyiapkan strategi dan

diversifikasi bisnis untuk mempercepat transformasi digital yang telah diupayakan sebelum

adanya pandemi COVID-19 ini. Saat ini, AirAsia telah memiliki dua bisnis utama yaitu

maskapai dan digital. Bisnis logistik dan e-commerce digital juga diharapkan akan menjadi

tern dimasa yang akan datang dengan didukung oleh beberapa data dan teknologi yang kuat.
5
Dalam sisi pendanaan, AirAsia telah menyelesaikan dua tahap private placement senilai RM

336 juta sebagai bagian dari rencana untuk menggalang dana sebesar RM 2-2,5juta.

Pihak AirAsia mengatakan bahwa "manajemen kelompok usaha terus memonitor

perkembangan situasi di atas dan melakukan berbagai macam usaha untuk mendorong

pemulihan." Adapun di pasar modal saham perusahaan asal Malaysia kini perdagangannya

telah dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak tahun 2019 dengan masa

suspensi akan mencapai 24 bulan pada tanggal 5 Agustus 2021.

Suspensi dilakukan lantaran AirAsia belum memenuhi ketentuan jumlah saham beredar di

publik (free float) sebesar 7,5% sesuai dengan aturan bursa. Data BEI menunjukkan, saat ini

jumlah saham publik AirAsia hanya 1,59%. Dengan demikian, apabila Air Asia tidak

memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka kemungkinan untuk pencatatannya dihapus

(delisting) oleh pihak otoritas bursa sudah semakin dekat.

BEI bisa menghapus saham tersebut setelah masa suspensi selesai. Perusahaan tercatat yang

akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai hanya diperdagangkan di pasar negosiasi

sekurang-kurangnya 24 bulan terakhir. Adapun susunan pemegang saham Air Asia Indonesia

per 31 Desember 2020 adalah PT Fesindo Nusaperkasa 49%, AirAsia Investment Ltd 49%

dan masyarakat 2%.

6
HASIL

Respons Perseroan juga disesuaikan dengan perkembangan situasi. Pada masa awal pandemi,

kami menunjukkan komitmen kuat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang

setia Perseroan dengan memberikan kemudahan penumpang untuk mengubah jadwal

perjalanan tanpa batas dan tanpa tambahan biaya dan pengembalian dana dalam bentuk saldo

akun kredit yang berlaku 2 tahun, dan melakukan kegiatan promosi seperti Unlimited Pass.

Selain itu, kami turut menyempurnakan platform digital yang kami miliki, termasuk

penawaran yang diberikan untuk menyesuaikan dengan peralihan gaya hidup masyarakat

ke platform digital. Kami pun tidak hanya mempromosikan penerbangan dengan maskapai

AirAsia, tetapi juga penerbangan dengan maskapai lain, pemesanan hotel, paket SNAP yang

menggabungkan penerbangan dan penginapan, hingga aktivitas. Selanjutnya, pada Oktober

2020, sebagai bagian dari AirAsia Group, kami mendukung peluncuran logo dan identitas

baru situs grup airasia.com yang diperkenalkan kembali sebagai aplikasi super ASEAN. Hal

ini menegaskan posisi kami sebagai maskapai berbiaya rendah modern yang berbasis

teknologi digital.

Dari segi rute, kami berfokus pada pasar dalam negeri dengan tiga strategi utama, yaitu

perluasan jangkauan ke destinasi domestik baru; pengembangan pangsa pasar di Sumatra dan

Kalimantan; dan penargetan pengguna layanan baru dan penguatan kesadaran pasar mengenai

Perseroan sebagai maskapai penerbangan domestik. Sebanyak enam rute baru dibuka pada

tahun 2020, yaitu Jakarta-Palembang, JakartaPontianak, Jakarta-Pekanbaru, Jakarta-Padang,

Jakarta-Medan dan Denpasar-Bandung. Kami juga menjalin kerja sama dengan pemangku
7
kepentingan di bidang pariwisata, seperti pemerintah daerah dan Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI) untuk mendongkrak pemulihan di bidang ini.

Sementara itu, dari segi layanan, kami memperluas diri ke ragam layanan sewa untuk

mengangkut logistik berupa pasokan medis dan barang bantuan dan repatriasi warga asing di

Indonesia serta warga Indonesia di negara asing, dan juga Charter dengan salah satu

Perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan. Perseroan juga terus berupaya

meyakinkan calon penumpang mengenai keamanan dan keselamatan penerbangan di masa

pandemi dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat dan melakukan berbagai

penyesuaian layanan baik di bandara maupun pesawat. Sejalan dengan pemberlakuan

persyaratan perjalanan berupa surat keterangan bebas COVID-19, kami juga bekerja sama

dengan pihak ketiga dalam menyediakan fasilitas tes kesehatan di berbagai titik untuk

memudahkan para penumpang dan teknologi pemrosesan penumpang sehingga

meminimalkan kontak dengan petugas. Melalui segenap upaya kami, kami bertekad

memperkenalkan kenormalan baru dalam hal perjalanan udara. Dan juga mengajak para

masyarakat untuk terbang (Now Everybody can fly).

KESIMPULAN

Pandemi Covid-19 memberikan pukulan yang sangat besar terhadap perekonomian dunia,

khususnya industri penerbangan komersial, termasuk terhadap operasional dan kondisi

finansial Kelompok Usaha. Lalu pada bulan Mei 2021 pihak operasional penerbangan tetap

memperbolehkan beroperasi tetapi di tingkatkan lagi peraturan yang lebih ketat. Tetapi pada

bulan Juni 2021 aturan baru yang lebih ketat dari tahun sebelumnya sudah mulai ditetapkan,

8
peraturan itu dibuat agar angka covid di Indonesia semakin membaik dan tidak menimbulkan

angka covid yang melonjak, aturan itu dibuat lebih tegas dan diperketat agar masyrakat lebih

patuh dalam menjalankan protokol covid 19, Selain itu ditahun ini lebih diperlukan peraturan

yang lebih online seperti aplikasi peduli lindungi, dan juga menunjukkan sertifikat vaksin.

Pada masa awal pandemi, kami menunjukkan komitmen kuat untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada penumpang setia Perseroan dengan memberikan kemudahan penumpang untuk

mengubah jadwal perjalanan tanpa batas dan tanpa tambahan biaya dan pengembalian dana

dalam bentuk saldo akun kredit yang berlaku 2 tahun, dan melakukan kegiatan promosi

seperti Unlimited Pass. Selain itu, kami turut menyempurnakan platform digital yang kami

miliki, termasuk penawaran yang diberikan untuk menyesuaikan dengan peralihan gaya hidup

masyarakat ke platform digital.

Kami pun tidak hanya mempromosikan penerbangan dengan maskapai AirAsia, tetapi juga

penerbangan dengan maskapai lain, pemesanan hotel, paket SNAP yang menggabungkan

penerbangan dan penginapan, hingga aktivitas. Selanjutnya, pada Oktober 2020, sebagai

bagian dari AirAsia Group, kami mendukung peluncuran logo dan identitas baru situs grup

airasia.com yang diperkenalkan kembali sebagai aplikasi super ASEAN.

Hal ini menegaskan posisi kami sebagai maskapai berbiaya rendah modern yang berbasis

teknologi digital. Sementara itu, dari segi layanan, kami memperluas diri ke ragam layanan

sewa untuk mengangkut logistik berupa pasokan medis dan barang bantuan dan repatriasi

warga asing di Indonesia serta warga Indonesia di negara asing, dan juga Charter dengan

salah satu Perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan.

9
Perseroan juga terus berupaya meyakinkan calon penumpang mengenai keamanan dan

keselamatan penerbangan di masa pandemi dengan memberlakukan protokol kesehatan yang

ketat dan melakukan berbagai penyesuaian layanan baik di bandara maupun pesawat.

AirAsia Group terpilih sebagai salah satu merek maskapai penerbangan terkemuka yang

berada dalam posisi baik untuk melewati krisis Covid-19, dinilai berdasarkan posisi

keuangan, kekuatan merek, dan nilai mereknya, menurut konsultan penilaian merek

independen Brand Finance.

Krisis Covid-19 saat ini menghadirkan ancaman berbahaya bagi maskapai penerbangan

yang akan sulit ditanggulangi karena maskapai penerbangan harus berjuang untuk

memulihkan kembali permintaan yang hilang dan berisiko kehilangan hingga 20% dari nilai

merek secara keseluruhan.

Satu-satunya hal yang akan mendorong preferensi pelanggan di masa sulit ialah kekuatan

merek tersebut dan merek maskapai yang lebih lemah bahkan mungkin tidak selamat dari

krisis ini. Setelah sempat menghentikan sementara operasionalnya selama pandemi Covid-

19, AirAsia pekan lalu telah kembali melayani penerbangan domestik berjadwal di Malaysia

dan Thailand dengan protokol kesehatan yang ketat dan pemberlakuan jaga jarak sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Sementara itu, operasional AirAsia di Filipina, Indonesia,

India, dan Jepang akan segera menyusul, termasuk kembali melayani rute internasional di

sekitarnya setelah situasi membaik dan pemerintah mencabut pembatasan perjalanan.

10
11

Anda mungkin juga menyukai