Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis investasi dan manajemen risiko
Oleh:
Perseroan lantas menawarkan program pensiun dini untuk para karyawan hingga 19
Juni 2021 mendatang demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi
dan utang. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 100 karyawan yang mengajukan pensiun dini.
Baca juga: Wamen BUMN Buka-Bukaan Soal Kondisi Garuda Indonesia yang Terus Merugi
Selain pensiun dini, sejumlah aksi yang turut dilakukan Garuda Indonesia di antaranya
memaksimalkan kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong peningkatan pendapatan.
Sementara itu dari pihak pemerintah berencana memangkas jumlah komisaris Garuda
Indonesia hingga mengubah orientasi bisnis perseroan yang semula melayani rute
penerbangan internasional menjadi hanya berfokus pada penerbangan domestik saja.
Sehingga timbulnya polemik antara pihak pihak yang bersangkutan dengan Laporan
keuangan Tahunan PT Garuda Indonesia yang akan dibahas dan dianalisis pada makalah ini
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi perusahaan garuda pada saat ini?
2. Bagaimana kinerja keuangan laporan keuangan garuda?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui kondisi fundamental garuda
2. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan garuda
BAB II
Pembahasan
A. Gambaran Umum Perusahaan
Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis
penerbangan komersial. Segmen operasi perusahaan dikelompokkan berdasarkan aktivitas
usaha yang dikerjakan, antara lain segmen operasi penerbangan yang menyediakan jasa
penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal di pasar domestik dan internasional; segmen jasa
pemeliharaan pesawat yang menyediakan jasa pemeliharaan pesawat milik perusahaan dan
milik umum; dan segmen lain-lain yang menyediakan pelayanan penerbangan pendukung,
seperti jasa boga, ground handling, fasilitas, hotel & transportasi, teknologi informasi,
pelatihan dan kesehatan.
Jasa penerbangan berjadwal menyediakan jasa penerbangan penumpang dengan
layanan Full Service Carrier (FSC). Khusus untuk layanan jasa penerbangan penumpang di
segmen Low Cost Carrier (LCC) dilayani oleh perusahaan melalui entitas anak Citilink.
Selain itu jasa penerbangan berjadwal juga memberikan layanan kargo, kelebihan bagasi dan
pengantaran surat dan dokumen. Jasa penerbangan tidak berjadwal berpenumpang memiliki
tujuan domestik dan internasional khusus untuk para rombongan jamaah haji (layanan haji)
dan layanan charter.
Segmen jasa pemeliharaan pesawat atau disebut Aircraft Maintenance Management
meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikan pesawat line maintenance dan technical ground
handling serta jasa pemeliharaan dan perbaikan pesawat airframe, engine dan component.
Perusahaan memiliki juga sumber pendapatan ancillary revenues, yang merupakan
pendapatan perusahaan di luar penjualan tiket, yang dihasilkan baik melalui penjualan
langsung maupun tidak langsung kepada penumpang sebagai bagian dari travel experience.
Ancillary revenues merupakan hal yang umum dilakukan oleh berbagai maskapai di dunia,
baik low cost carrier hingga full service carrier. Aktivitas usaha yang menghasilkan ancillary
revenues bagi perusahaan, meliputi fitur a-la carte, produk commission-based, frequent flyer
program dan penjualan iklan.
Perusahaan memiliki kantor cabang, Passenger Sales Agent (PSA), Cargo Regional
Offices dan Cargo Service Centre (CSC) yang tersebar di berbagai kota di Sumatra, Jawa,
Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua; dan di luar negeri yaitu Australia, China,
Hong Kong, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Eropa, Singapura, Thailand, Inggris,
Kanada, Kuwait, Laos, Selandia Baru, Filipina, Qatar, Arab Saudi, Sri Lanka, Taiwan, Uni
Emirat Arab, Amerika, Vietnam dan Pakistan.
B. Laporan Keuangan Perusahaan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dimana biasanya sering dilakukan
audit oleh lembaga pemerintah, akuntan, firma, atau lembaga lainnya dengan tujuan untuk
memastikan akurasi dan untuk tujuan pajak, pembiayaan, atau investasi.Pada Makalah studi kasus
ini yang menjadi sampel laporan keuangan adalah garuda Indonesia.Berikut ini meurpakan data
ikhtisar data laporan keuangan garuda Indonesia:
Laporan posisi Keuangan
Laporan Laba rugi
C. Analisis Fundamental Laporan Keuangan
Analisi dengan melihat laproan keuangan Bisnis Garuda Indonesia (kode saham
GIAA) sangat tidak menguntungkan, bisa dilihat dari analisa data-data laporan keuangannya.
Bagi investor yang membeli sahamnya di bursa, juga tidak menguntungkan, karena sejak IPO
harga saham GIAA turun. Yang beruntung mungkin hanya beberapa trader saham yang
memanfaatkan momentum jangka pendek saja. Daya tarik Garuda bukan di kinerja (baik
bisnis maupun sahamnya) yang menguntungkan, tapi dari ramainya pembicaraan karena
menyangkut pelayanan public yang sangat penting. Isu kecil saja terjadi, maka akan langsung
menuai polemik di media-media.Selain itu sentiment negative dan menurun nya jumlah
penumpang akibat covid menjadi factor utama dalam menurun nya kinerja keuangan garuda
selain itu banyak factor dan isu-isu lain yang menjadi problem di garuda. Jika melihat laporan
keuangan maka dapat dilihat terdapat kenaikan utang yang terus meninfgkat dengan
dibarengio oleh kerugian pada laporan laba ruginy. Data tersebut bisa di tunjukan pada data
yang terlampir sebagai berikut:
Dari tahun 2004 sampai 2020 jumlah utang terus meningkat dengan modal semakin
menuru bahkan di tahun 2020 modal mengalami penurunan yang besar akibat kenaikan
hutang yang tinggi di sebabkan factor-faktor naiknya bunga dan kurang nya pendapatan
garuda akibat dari corona serta permasalah lainnya yang mengganggu kinerja garuda.
Roa tahun 2020 sebesar (22.95) mengalami penurunan dibandingkan tahum 2019
yang sebsar(1,00%). Roe tahun 2020 sebesa (127,46%) juga mengalami penurunan dibanding
dengan tahun 2019 yang sebesar (7,65%).
Buruknya kinerja keuangan tersebut disebabkan oleh pandemic dan factor
pengolaan.Akibat pandemic perseroan mencatatkan penurunan kinerja usaha yang signifikan
khususnya dari capaian angkutan penumpang, imbas adanya kebijalan pembatasan mobilitas
masyarakat sebagai dampak pandemi. Lebih dari itu, karakteristik usaha industri penerbangan
yang memiliki cost structure dengan dominansi fixed cost, menjadikan beban usaha
Perseroan turut meningkat menyusul ketidakseimbangan faktor supply and demand yang ada.
Dengan kebutuhan kapital yang besar dan nilai margin keuntungan yang sangat tipis, sektor
penerbangan menghadapi tantangan kinerja yang sangat menantang.