Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH : MANAJEMEN PEMASARAN


SEMESTER : 1 (SATU)
DOSEN : DR. ANDI SYARIFUDDIN, SE, MSI

ANALISIS STRATEGI DAN PENGEMBANGAN SWOT PADA INDUSTRI


PENERBANGAN PT. GARUDA INDONESIA

Oleh :

KELOMPOK V

MUH REZA REZKIWANTO PM (PP120032)


YONATAN KURNIA DUDUNG (PP120038)
ANDI NURATIKA (PP120041)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

STIE YPUP MAKASSAR

2021
ANALISIS STUDI KASUS PT GARUDA INDONESIA

GAMBARAN SINGKAT PT. GARUDA INDONESIA AIRLINES

A. PROFIL PT. GARUDA INDONESIA

PT. Garuda Indonesia Airlines adalah maskapai penerbangan Indonesia yang


berkonsep sebagai Full Service Airlines (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat
ini PT. Garuda Indonesia Airlines mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33
rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara,
Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa
(Amsterdam). Sebagai bentuk kepeduliannya akan keselamatan PT. Garuda
Indonesia Airlines telah mendapatkan sertifikasi IATA Operational Safety Audit
(IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar
internasional di bidang keselamatan dan keamanan.

Dalam rangka pelayanan, PT. Garuda Indonesia Airlines telah meluncurkan


layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience".Layanan baru ini
menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala
aspek.Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi dengan
interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual di
seluruh Business Class dan Economy Class. Selain itu, penumpang juga
dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD) yaitu sistem hiburan
yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing
penumpang Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh PT. Garuda Indonesia
Airlines sebagai bukti dari keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan
PT. Garuda Indonesia Airlines sebagai “Four Star Airline” dan sebagai “The
World's Most Best Improved Airline”.Selanjutnya pada Juli 2012, PT. Garuda
Indonesia Airlines mendapatkan penghargaan sebagai “World's Best Regional
Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”.
Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation
(CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan kepada PT.
Garuda Indonesia Airlines sebagai "Maskapai yang Paling Mengubah Haluan
Tahun Ini", pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti
independen di Australia, juga memberikan penghargaan kepada PT. Garuda
Indonesia Airlines sebagai “The Best International Airline” pada bulan Januari,
Februari dan Juli 2012. PT. Garuda Indonesia Airlines memang telah berhasil
mengubah haluannya, sehingga terhindar dari kegagalan di masa krisis dan
meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010.

Setelah melalui masa-masa sulit, kini PT. Garuda Indonesia Airlines


melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan program 5 tahun ekspansi secara
agresif. Program ini dikenal dengan nama„Quantum Leap‟. Program ini
diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan jaringan
yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik. Saat
ini PT. Garuda Indonesia Airlines memiliki tiga hub di Indonesia.Pertama adalah
hub bisnis yang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.Kedua adalah hub di
daerah pariwisata yang berada di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.Kemudian
untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, PT.
Garuda Indonesia Airlines juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin
Makassar, Sulawesi Selatan.Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai
penerbangan, PT. Garuda Indonesia Airlines juga memiliki unit bisnis (Strategic
Business Unit/SBU) dan anak perusahaan.

Unit bisnis PT. Garuda Indonesia Airlines adalah Garuda Cargo dan Garuda
Medical Center. Sedangkan anak perusahaan PT. Garuda Indonesia Airlines
adalah PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier), PT
Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering), PT Abacus
Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT
Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk
industri pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility
(GMF Aero Asia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat,
perbaikan, dan overhaul.

B. SEJARAH SINGKAT PT. GARUDA INDONESIA

Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Ir. Soekarno di mana nama tersebut
diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto
Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine
uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan
sayapnya tinggi di atas kepulauan anda”. Berawal dari penerbangan perdana di
tahun 1949, Garuda Indonesia, yang sebelumnya bernama Garuda Indonesian
Airways, mulai mengembangkan armadanya.PT. Garuda Indonesia Airlines pada
saat itu mengoperasikan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota dan PBY
Catalina.Berikutnya, PT. Garuda Indonesia Airlines mengoperasikan armada DH
Heron and Convair 340.Pada tahun 1956, untuk pertama kalinya PT. Garuda
Indonesia Airlines melayanI jamaah haji Indonesia ke tanah suci Mekkah di Saudi
Arabia, dengan menggunakan armada Convair 340.Periode 1960-an adalah masa
dimana PT. Garuda Indonesia Airlines tumbuh dengan pesat.Pada tahun 1961,
armada Lockheed Electra didatangkan ke Bandara Kemayoran, Jakarta. Lima
tahun kemudian,

PT. Garuda Indonesia Airlines memperkuat armadanya dengan jet empat


mesin, yaitu Douglas DC-8. Di samping itu, armada lain seperti DC-3/C-47
Dakota, Convair 340, Convair 440, Lockheed Electra, Convair 990A, Fokker F-
27 and DC-8 juga melengkapi kekuatan maskapai PT. Garuda Indonesia Airlines.
Kemudian pada tahun 1976, untuk pertama kalinya PT. Garuda Indonesia Airlines
mengoperasikan pesawat berbadan lebar Douglas DC-10, yang terdaftar sebagai
PK-GIA. Satu tahun kemudian PT. Garuda Indonesia Airlines tidak lagi
menggunakan pesawat turboprop engine Fokker F-27. Hal ini membuat PT.
Garuda Indonesia Airlines sebagai satu-satunya maskapai yang hanya
mengoperasikan pesawat jet, yaitu dengan armada DC-10, DC-9, DC-8 dan F-
28.Perkembangan armada yang terus melesat pada tahun 1980, membuat PT.
Garuda Indonesia Airlines mendatangkan pesawat berbadan lebar Boeing 747-
200.

Dua tahun kemudian, maskapai membeli pesawat berbadan lebar lainnya,


yaitu Airbus A300B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit).Pesawat dengan
kokpit yang berisi dua orang ini adalah ide dari Wiweko Soepono, mantan
Presiden Direktur Garuda Indonesia.Pada tahun 1984, barisan armada Garuda
Indonesia secara lengkap adalah Boeing 747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9
and F-28.Dengan 36 unit pesawat F-28, pada saat itu PT. Garuda Indonesia
Airlines adalah operator F-28 terbesar di dunia.Pada tahun 1994, PT. Garuda
Indonesia Airlines memperkuat armadanya dengan pesawat berbadan paling lebar
pada era 90-an, yaitu Boeing 747-400. Sebagai tambahan, barisan armada PT.
Garuda Indonesia Airlines juga dilengkapi dengan Boeing 737 seri 300, 400 dan
500. Selanjutnya pada tahun 2009, PT. Garuda Indonesia Airlines menambah
armada berteknologi tinggi, dengan memperkenalkan Airbus A330-300 dan
Boeing 737-800 Next Generation.Kedua jenis pesawat ini dilengkapi dengan
perangkat in-flight entertainment, Audio and Video on Demand (AVOD), di
setiap tempat duduknya.Perangkat ini memungkinkan penumpang untuk memilih
sendiri berbagai macam hiburan seperti film, program televisi, video musik dan
permainan.Sebagai tambahan, tenpat duduk Business Class PT. Garuda Indonesia
Airlines Airbus A330 juga dapat sepenuhnya berbaring hingga 180 derajat (flat
bed seat).
C. VISI DAN MISI PT. GARUDA INDONESIA
1. Visi Perusahan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan
yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan
Indonesia.
2. Misi Perusahaan
1. Melaksanakan usaha jasa angkutan udara yang memberikan kepuasan
kepada pengguna jasa yang terpadu dengan industri lainnya melalui
pengelolaan secara profesional dan didukung oleh sumber daya manusia
yang mempunyai kompetensi tinggi.
2. Menghasilkan keuntungan dengan jaringan domestik yang kuat untuk
terus meningkatkan pangsa pasar domestik dan internasional bagi
usahawan, perorangan, wisatawan dan kargo termasuk penerbangan
borongan.
3. Memiliki bisnis unit yang mendukung produk inti untuk meningkatkan
keuntungan serta menghasilkan pendapatan tambahan dari usaha unit
pendukung tersebut

Saat ini Maskapai Garuda Indonesia menjadi trending topik dalam industry
penerbangan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh penemuan lembaga audit mengenai
kejanggalan yang ada pada laporan keuangan Garuda sehingga tim Audit menolak
dan pihak Garuda akhirnya merevisi kembali laporan keuangannya. Berikut kutipan
artikel :

Kronologi Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia


CNN Indonesia | Selasa, 30/04/2019 19:38 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang


berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari
2017 yang merugi US$216,58 juta menuai polemik. Dua komisaris Garuda Indonesia,
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan keuangan
2018. Keduanya menolak pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan
konektivitas (wifi) dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata)
dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata
hingga akhir 2018.

Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT Trans Airways
selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Hingga saat ini, polemik laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir.
Berikut adalah kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:

1 April 2019

Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun


buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan
dengan kode saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu,
berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58 juta.
Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan
masih merugi sebesar US$114,08 juta.

24 April 2019

Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.


Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018.
Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria
selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui
surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan
dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.
Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun 2018. "Laporan tidak berubah, kan sudah diterima di RUPST. Tapi
dengan dua catatan yaitu ada perbedaan pendapat. Itu saja," jelas Chairal.

Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta
terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta. Dua komisaris berpendapat
dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan.
Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari yang sebelumnya rugi menjadi
untung. Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda
Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban
karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong
perusahaan.

25 April 2019

Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan
kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama,
Kamis (25/4). Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari
sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau turun
persen.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda


Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan
manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen
perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP)
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan
perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).

26 April 2019

Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil


manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas
kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah
Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen
akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait
pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan
maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei
2019. Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat
Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda
Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh
dua komisaris
Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak
kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia
maskapai tersebut. Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru
membantah akan melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono
menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang
saham dengan manajemen saat ini.

30 April 2019

BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB.
Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa
menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. "Bursa meminta
semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui
IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata Direktur Penilaian
Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri Keuangan mengaku telah
meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari
kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut. (ulf/agi)

D. MIND MAPPING PROBLEMS

Management : budaya
GRUP BISNIS : GMFI, Finance :keuangan yang FLY-HI (efficient &
AIRPLANE,Aerowisata tidak sehat dengan Rasio
effective, loyalty,
(Hotel & Resort) Gapura Hutang Jangka pendek
sebesar 55% dan defisit costumer centricity,
Angkasa, GI Holiday
laporan keuangan serta honesty &
Sutterstock Sabre Travel
besarnya biaya operasional openness dan integrity.
Network.
yang mengkonsumsi lebih

Kompetitor : Domestik : HRD: Belanja


memasuki pasar oligopoly Pegawai sangat
semenjak mengakuisisi besar menjadi salah
sriwijaya air. (Kompetitor
Lion Air Grup) International PT GARUDA INDONESIA satu faktor penyebab
: Singapore Emirates, dsb defisit anggaran.

Captive Market: Domestik


Politik : Merupakan (Oligopoli dengan Lion Air
BUMN yang sangat semenja mengakuisisi
terpengaruh dengan Sriwijaya), International
(potensi pasar indonesia sbg
kisruh politik wisatawan asia pasifik)
Indonesia
E. ANALISIS SWOT
KEKUATAN KELEMAHAN

INTERNAL 1. Maskapai penerbangan 1. Biaya Operational yang tinggi


terbesar di Indonesia terutama pada belanja pegawai
2. Ada layanan visa di kapal dan pengadaan pesawat sehingga
(Imigrasi di atas Kapal) menyerap lebih dari tujuh puluh
3. Konsep pelayanan yang persen hasil usaha (resource
focus pada Hospitality yang lap.keuangan garuda th.2018-
mereka sebut “Garuda 2019)
Indonesia Experience” 2. Hutang yang tinggi terutama
4. Kabin kru terbaik (Skytrax) Rasio Hutang jangka pendek yang
5. Grup Bisnis yang cukup berada pada prosentase 55%
besar yang dikembangkan (bahan bakar,dll)
oleh jajaran direksi Garuda 3. Perusahaan telah memiliki atau
Indonesia antara lain: GMFI, pasti akan defisit pada modal
EXTERNAL Aerplane, Aerowisata Hotel kerja (working capital)dimasa
& Resort, Gapura Angkasa yang akan datang
GI Holiday Sutterstock, dan
Sabre Travel Network

Opportunity Strategy OS Strategi OW

1. Bisnis yang direkayasa ulang dengan Tetap konsisten dalam 1.Membuka Lini usaha baru yang
mengembangkan kargo adalah potensi menyediakan Layanan berpotensi besar dalam menunjang
besar untuk Garuda kembangkan di terbaik untuk pelanggan pergerakan penjualan digital di
Indonesia yang sedang massive terutama dalam unit bisnis Indonesia seperti Jasa Pengiriman
pergerakan penjualan digital. pariwisata yang dimiiki barang.
2. “Excelent Indonesian Hospitality” oleh (Aerowisata) 2.Banyak merekrut karyawan
Garuda untuk meningkatkan berkualitas di “bidangnya”. Untuk
pengalaman pelanggan terutama pada efektivitas belanja pegawai.
jalur internatioan di era pengembangan 3.Meningkatkan profit usaha untuk
pariwisata di Indonesia menutupi Cost yang besar dalam
Terus memperkenalkan Operasional
layanan “Garuda Indonesia
3.Indonesia merupakan salah satu Negara Experience” kepada Memberikan Tarif yang bersaing di
dengan perkembangan populasi seluruah penumpang baik area penerbangan Asia Pacific guna
terbesar di ASEAN sehingga potential domestik maupun menjaga dan menjaring seluruh
Market garuda masih sangat besar internasional pelanggan Domestik yang akan
4.Indonesia temasuk ke dalam kategori bepergian ke Asia Pacific
pertumbuhan industry tercepat di pasar (meningkatnya jumlah wisatawan
penerbangan Indonesia ke korea dan area Asia
5.Pertumbuhan industry penerbangan Pacific Lainnya)
Asia Pacifik yang cepat
THREATS Strategi TS Strategi TW

1.Pergolakan politik domestik yang Mengembangkan lagi Mengelola kembali Biaya Terutama
mengarah pada ancaman utama yang infrastruktur Bandara seperti yang terkait dengan belanja Pegawai
mewabahi perekonomian Indonesia Landasan pacu, Jewel Changi, dan Hutang guna mempertahankan
yang berdampak pada Garuda
dsbnya. Modal.
2.Kelebihan kompetisi yang berkaitan
dengan persaingan harga antara
kompetitor utamapesaing Garuda
mungkin menjadi fator yang
mengancam hasil penjualan
3.Maskapai Asing melakukan penetrasi
pasar ke Indonesi Untuk
mengkompensasi penurunan Meningkatkan kapasitas serta Menambah lebih banyak lagi
penumpang internasional karena krisis
menambah lebih banyak rute sumberdaya untuk industry
global.
4.Peningkatan kapasitas penurunan harga penerbangan Internasional penerbangan.
tiket dan semakin banyak rute
penerbangan baru yang dibuka oleh
perusahaan penerbangan lain.
5.Kehadiran dari faktor fasilitas yang
diberikan oleh bandara yang tidak bisa
dikontrol seperti pemblokiran,
ketepatan waktu penerbangan (OTP)
dan pembatasan runway.

F. REKOMENDASI
Menghadapi kondisi perusahaan saat ini dengan sejarah, performa, dan brand
image yang dimiliki, bisnis Garuda dapat bertahan dan berkembang. Untuk itu pihak
manajemen Garuda Indonesia sebaiknya melakukan perombakan atau reformasi kerja
besar-besaran dengan merekrut tenaga kerja yang berkualitas dan berkompetensi
dibidangnya untuk efektifitas belanja pegawai yang sangat besar menyedot hasil kerja
perusahaan. Selain itu pihak manajemen utamanya direksi sebaiknya
mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi pada unit bisnis Hotel dan Resort
yang menunjang core bisnis perusahaan serta jasa pengiriman/kargo, membuka dan
menambah jalur penerbangan internasional yang beragam (sesuai analisis swot) dan
berani berekspansi di unit bisnis lain yang berbeda seperti yang dilakukan oleh
Singapore Airlines dan Emirates sebagai pemimpin pasar penerbangan internasional.
Transportasi udara berkelanjutan dalam pengembangan bisnis maskapai termasuk
operasi kompleks di mana berbagai sistem ekonomi, sosial, danlingkungan perlu
berinteraksi secara efisien, tidak hanya di lingkunganmaskapai itu sendiri, tetapi juga
dengan masyarakat di sekitarnya. Transportasi udara berkelanjutan dalam
pengembangan maskapai perlu didukung dengan strategi yang seimbang.

G. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah :
Cintya Dwi Lestari1 , Lathifah Husnun2 , Salahudin Rafi3 , Novi Indah S4 : A
COMPETITIVE ANALYSIS OF AIRLINE INDUSTRY IN INDONESIA
REGARDING ASEAN OPEN SKIES POLICY CASE STUDY : GARUDA
INDONESIA AIRLINES, Conference on Global Research on Sustainable
Transport (GROST 2017) https://www.atlantis-press.com/proceedings/grost-
17/25889401

Website
https://www.emirates.com/id/indonesian/about-us/group-companies.aspx
https://www.singaporeair.com/in_ID/id/flying-withus/our-story/our-
subsidiaries/
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-
390927/kronologi-kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia

Anda mungkin juga menyukai