Anda di halaman 1dari 12

PT.

GARUDA INDONESIA

M. TAUFIQ AM
02220180007
SEJARAH PT. GARUDA INDONESIA
Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional yang dimiliki oleh indonesia serta maskapai pertama dan
terbesar yang ada di Indonesia, Dengan tujuan serta pendekatan yang berorientasi untuk “melayani” serta Garuda
Indonesia juga mempunyai slogan yaitu “The Airline Of Indonesia”. Garuda ini sendiri diambil dari nama burung,
yaitu burung dari dewa Wisnu dalam legenda pewayangan. Sejarah perkembangan penerbangan dilakukan sejak dulu
pada saat Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaanya. Penerbangan komersial pertama yang dilakukan oleh
Indonesia menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama
“Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949 yang sekaligus juga menjadi hari jadi dari Garuda Indonesia.
Serta di tahun yang sama yaitu pada tanggal 28 Desember 1949 pertama kalinya pesawat Garuda di cat dengan logo
“Garuda Indonesian Airways” pesawat tipe Douglas DC3 dengan nomor registrasi PK-DPD, yang pada saat itu
terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput presiden pertama yaitu Presiden Soekarno.
SEJARAH PT. GARUDA INDONESIA

80-an Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasional mengalami restrukturisasi besar-besaran yang menuntut
perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong perusahaan mendirikan
Pusat Pelatihan Karyawan, “Garuda Training Centre” yang sekarang di kenal sebagai “Garuda Indonesia
Training Center – GITC” yang terletak di Jakarta Barat. Selain itu Pusat Pelatihan, Garuda Indonesia juga
membangun Pusat Perawatan Pesawat “Garuda Maintenance Facility (GMF)” di bandara internasional
SoekarnaHatta di masa itu.

90-an Strategi dengan jangka panjang Garuda Indonesia disusun hingga melampaui tahun 2000. Armada juga terus
ditingkatkan sehingga pada saat itu, Garuda Indonesia masuk kedalam daftar 30 maskapai terbesar di dunia.

2005 Tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di
bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi
perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan, memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah
memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia.
SEJARAH PT. GARUDA INDONESIA
Untuk menyokong segala bentuk kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5
(lima) Entitas Anak yang fokus pada produk atau jasa pendukung bisnis Perusahaan induk,
antara lain:

PT Abacus Distribution Systems Indonesia

PT Aero Wisata

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia

PT Aero Systems Indonesia

PT Citilink Indonesia

M I L I TA RY
SEJARAH PT. GARUDA INDONESIA MENUJU KANCAH INTERNASIONAL
1970-1980 Dirut Garuda Wiweko Soepono melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan,
mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik
dan Internasional. Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi
maskapai terbesar kedua se-Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di
belahan bumi bagian selatan.

1985 Garuda Indonesia dipimpin R.A.J Lumenta yang melakukan re-branding terhadap maskapai dengan mengubah
nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia. Selanjutnya memindahkan pangkalan utama
yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke
Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute.

2009 Di bawah kepemimpinan Emirsyah Satar kembali melakukan restrukturisasi dan revitalisasi layanan maskapai
Garuda Indonesia. Upaya tersebut dilakukan menyeluruh terhadap seluruh aspek maskapai. Upaya awal yang
dilakukan yakni program transformasi bisnis dan pengembangan pembangunan korporasi Quantum Leap,
melakukan berbagai penyegaran ulang kembali maskapai lewat seragam dan logo baru. Budaya kerja yang
sebelumnya sangat birokratis dan lamban eksekusinya membuat sistem yang ada menjadi tidak ramah dengan
ide dan kreativitas yang berakibat pada terhambatnya performa kompetitivitas Garuda Indonesia dengan
maskapai penerbangan lain. Oleh karena itu Garuda Indonesia mengubah budaya kerja yang mendukung
munculnya ide kreatif dan professional dari karyawan agar dapat berkompetisi dengan maskapai lain.
SEJARAH PT. GARUDA INDONESIA MENUJU KANCAH INTERNASIONAL
11 FEB 2011 Garuda Indonesia secara resmi menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
kode emiten saham GIAA. Upaya ini sekaligus untuk meningkatkan modal bagi pengembangan bisnis
perusahaan.
05 Sebagai langkah penting untuk mempersiapkan kehadirannya di kancah Internasional sekaligus fondasi dasar
MARET
2014
agar memiliki konektivitas yang luas dan menjangkau seluruh bagian didunia, Garuda Indonesia bergabung
dengan Skyteam, salah satu aliansi penerbangan di dunia. Tiga aliansi maskapai penerbangan penumpang
terbesar adalah SkyTeam, Star Alliance and Oneworld.
2013-2018 Garuda Indonesia GA terpilih sebagai Top 10 Global Airlines (10 Besar Maskapai Top Dunia) versi Skytrax.
2014-2018 Pada periode yang bersamaan, Garuda Indonesia menerima penghargaan ‘The World’s Best Cabin Crew (Awak
Kabin Terbaik di Dunia)’ dari Skytrax selama lima tahun berturut-turut. Salah satu tolok ukur kinerja
perusahaan penerbangan adalah ketepatan waktu penerbangan. Maskapai Nasional Garuda Indonesia berhasil
memperoleh pengakuan internasional sebagai “The Most Punctual Airline in the World” pada Punctuality
League 2020 oleh lembaga pemeringkatan On Time Performance independen asal Inggris, OAG Flightview
yang menilai kinerja tingkat ketepatan waktu maskapai dunia. Berdasarkan data yang dilansir oleh Punctuality
League 2020, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan capaian tingkat ketepatan waktu tertinggi sebesar
95,01% dari 57,5 juta flight record penerbangan dunia selama tahun 2019 sekaligus menjadi maskapai dengan
tingkat ketepatan waktu terbaik di Asia Pasifik.
Timeline Style
Keunikan, ciri khas, dan keunggulan yang melegenda dari maskapai Garuda Indonesia adalah selalu membawa Indonesia
ke dalam setiap penerbangan melalui berbagai touch points dalam konsep ‘Garuda Indonesia Experience’ yang didasarkan
pada panca indra atau “5 senses” (sight, sound, scent, taste, dan touch), antara lain:

01 02 04 05
Menggunakan corak Mengaransemen lagu-lagu Menyiapkan secara khusus Mengutamakan
atau motif batik Indonesia dengan nama berbagai menu khas ‘Indonesian Hospitality’
Indonesia di seragam ‘The Sound of Indonesia’ Indonesia untuk disajikan atau keramahtamahan
awak kabin dan dan memasangnya tidak di atas pesawat Indonesia dalam setiap
petugas lini depan, hanya di pesawat sebagai pelayanan
lounge atau ruang pengantar sebelum terbang
tunggu penumpang, tetapi juga di kantor
dan kantor penjualan penjualan Garuda
Garuda Indonesia Indonesia

M I L I TA RY
Lima masalah utama yang membelit Garuda Indonesia saat ini.

01 Pengangkatan direksi tidak berlandaskan kompetensi, jumlah direksi terlalu banyak.

02 Manajemen tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian
pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.

03 Flight dan rute manajemen payah. Yang dilakukan manajemen kata Rizal, hanya pemotongan
biaya via cross cutting, cross the board. Padahal sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran
disektor training.

04 Permainan atau patgulipat di Garuda terjadi juga dalam hal pembelian logistik. Sistem pengadaan
pun tidak kompetitif, sehingga harga yang dibeli konsumen kemahalan.

05 Rute manajemen yang payah. Seharusnya direktur operasi harus dipilih lebih canggih. Strategi
marketing Garuda amburadul. Ia mencontohkan, yang seharusnya premium airline malah
dicampur dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink.
HAMBATAN YANG DIALAMI PT. GARUDA INDONESIA
Pada Februari 2021, 
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan melakukan pemutusan kontrak sewa Bombardier CRJ1000 secara
sepihak. Perusahaan BUMN ini siap menanggung risiko bisnis akibat penghentian sewa kontrak pesawat Bomardier
CRJ1000. Setelah berulang kali mencoba negosiasi tanpa hasil, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menghentikan
kontrak sewa Bombardier CRJ1000 dari Nordic Aviation Capital. Penghentian sepihak yang didukung Pemerintah RI
itu diharapkan bisa menekan kerugian akibat penggunaan pesawat yang tidak sesuai kebutuhan pasar Indonesia itu.
Kontrak pengadaan pesawat itu merugikan Garuda lebih dari 30 juta dollar AS atau Rp 419,67 miliar per tahun.
Dari 18 pesawat tipe Bombardier CRJ1000 yang dioperasikan Garuda, 12 pesawat dikontrak dari perusahaan
penyewa pesawat Nordic Aviation Capital (NAC) di Denmark dengan skema sewa murni. Adapun enam pesawat
dikontrak dari perusahaan asal Kanada, Export Development Canada EDC, dengan skema tersedia opsi membeli.
Pemutusan kontrak mulai 1 Februari 2021 tersebut enam tahun lebih cepat dari masa kontrak yang seharusnya jatuh
tempo pada 2027. Pesawat yang dikontrak sejak 2011 itu diparkir di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten,
dengan status tidak digunakan lagi.
HAMBATAN YANG DIALAMI PT. GARUDA INDONESIA
Dari tahun ke tahun biaya menyewa pesawat tersebut senilai 27 juta dollar AS. Penyewaan pesawat itu merugikan
Garuda karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia.
Dengan pemutusan kontak lebih awal pada dari Februari 2021, Garuda Indonesia bisa menyelamatkan lebih dari 220
juta dollar AS. Hal ini sebagai upaya untuk menghilangkan atau minimal mengurangi kerugian penggunaan pesawat ini
di Garuda. Ditambah kondisi pandemi yang belum diketahui kapan berakhir, Garuda Indonesia tidak punya pilihan,
selain secara profesional menghentikan kontrak ini.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN mendukung langkah Garuda untuk menghentikan kontrak. Langkah
sepihak itu dinilai paling tepat untuk menyelamatkan uang perseroan dan negara dari kerugian terus-menerus. Untuk
memastikan konektivitas penerbangan tetap berlangsung, Garuda akan mengganti armada di rute penerbangan yang
selama ini menggunakan 12 Bombardier CRJ1000 dengan armada Boeing 737-800 yang dimiliki Garuda.
HAMBATAN YANG DIALAMI PT. GARUDA INDONESIA
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dengan mobilitas tinggi, Garuda Indonesia merespon
Pandemi Covid-19 dengan sejumlah kebijakan. Tujuannya untuk menjaga stabilitas perusahaan sekaligus tetap
memperhatikan keamanan dan kenyamanan konsumen.
Kebijakan-kebijakan Garuda Indonesia yaitu menyesuaikan kapasitas dan frekuensi atau menunda rute penerbangan,
memberikan diskon untuk rute penerbangan tertentu, mengoptimalkan potensi layanan kargo dan charter, berkoordinasi
dengan pemerintah, serta efisiensi biaya dan melakukan negosiasi ulang dengan vendor Garuda Indonesia Grup.
Penerbangan di masa awal pandemi tahun 2020 lalu frekuensi dan intensitasnya sangat sedikit. Bahkan, Garuda
Indonesia pada 25 April 2020 – 31 Mei 2020 atau selama sebulan memutuskan penundaan penerbangan hampir ke
semua rute domestik dan internasional. Hal tersebut dilakukan membatasi kemungkinan penyebaran Covid-19.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai