A. Pengertian Demand
a. Permintaan Individual
Permintaan individu adalah alternatif jumlah barang yang diminta oleh seorang
konsumen pada tinglat harga tertentu (Qdx).
b. Permintaan kolektif
Permintaan kolektif adalah alternatif jumlah barang yang diminta oleh pasar
(seluruh konsumen) pada tingkat harga tertentu (QDx).
B. Demand Schedule
Sesuai dengan yang disinggung sebelumnya bahwa ada yang disebut dengan
Ceteris Paribus yang artinya jika dianggap yang mempengaruhi permintaan
hanyalah faktor harga maka faktor lain diluar harga dianggap konstan (tidak
berubah) → diabaikan.
Maka fungsinya :
Ada dua kemungkinan yang akan terjadi akibat perubahan diluar harga
terhadap permintaan, antara lain:
1. Peningkatan Permintaan
H. TEORI ELASTISITAS
I. TEORI BIAYA
J. TEORI PRODUKSI
K. TEORI PASAR
L. TEORI PERILAKU KONSUMEN
Teori Permintaan dan Penawaran (Demand and Supply
Theory)
A. Pengertian Demand
Permintaan individu adalah alternatif jumlah barang yang diminta oleh seorang
konsumen pada tinglat harga tertentu (Qdx).
contoh: Harga barang X yang berlaku di pasar adalah Rp 1000. Permintaan
untuk barang adalah A=1, B=4, C=3, D=9, E= 8, F=15
b. Permintaan kolektif
Permintaan kolektif adalah alternatif jumlah barang yang diminta oleh pasar
(seluruh konsumen) pada tingkat harga tertentu (QDx).
contoh: A+B+C+D+E+F= 40
Px = 500 → QDx = 60
Dari pengertian diatas dapat diketahui hukum permintaan. Jika semua asumsi
diabaikan (ceteris paribus) : Jika harga semakin murah maka permintaan atau
pembeli akan semakin banyak dan jika harga naik maka permintaan atau
pembeli akan semakin sedikit/berkurang.
B. Demand Schedule
QDx = f(Px)
QDx = aPx + b
40 = a 1000 + b
60 = a 500 + b
-20 = a 500 +b (subtitusi)
maka
a = -20/500 = -1/25
Demand Curve adalah alat yang digunakan berupa grafik yang menggambarkan
tempat kedudukan titik yang menghubungkan berbagai jumlah barang yang
diminta pada berbagai tingkat harga.
Bentuk demand curve adalah negative slope/slope downward atau menurun dari
kiri atas ke kanan bawah. hal tersebut dapat dibuktikan dengan rasio
penambahan harga dan jumlah barang yang diminta.
ΔPx
ΔQ
x
= negatif
Sesuai dengan yang disinggung sebelumnya bahwa ada yang disebut dengan
Ceteris Paribus yang artinya jika dianggap yang mempengaruhi permintaan
hanyalah faktor harga maka faktor lain diluar harga dianggap konstan (tidak
berubah) → diabaikan.
Maka fungsinya :
Ada dua kemungkinan yang akan terjadi akibat perubahan diluar harga
terhadap permintaan, antara lain:
1. Peningkatan Permintaan
Dengan permintaan yang tetap permintaan meningkat.
Meningkatnya permintaan mengakibatkan tingkat harga naik.
2. Penurunan Permintaan
Dengan harga yang tetap (sama) permintaan menurun.
Menurunnya permintaan mengakibatkan tingkat harga turun.
TEORI PENAWARAN (SUPPLY THEORY)
Untuk mempelajari teori penawaran digunakan tiga pendekatan:
1. Arti Supply: dalam bentuk definisi
2. Supply Schedule : dalam bentuk tabel
3. Supply Curve : dalam bentuk grafik
A. Definisi Supply
Fungsi Penawaran:
B. Supply Schedule
Fungsi Penawaran bisa dinyaakan dalam bentuk tabel Supply Schedule berikiu
ini:
Supply Schedule adalah daftar yang menunjukan hubungan antara berbagai
jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
QSx = aPx + b
50 = a1000 + b
100 = a1500 + b -
-50 = -500a
a = 0,1
b= -50
C. Supply Curve
Bentuk kurva penawaran adalah belereng positif (positive slope) atau naik dari
kiri bawah ke kanan atas.
Ini dapat dibuktikan dari rasio penambahan harga denga penambahann jumlah
barang yang ditawarkan adalah positif →
ΔPx
ΔQ
x
= positif
Jika yang diperhatikan hanya harga barang itu sendiri maka faktor lain
dianggap konstan (tetap) → ceteris Paribus
Kemungkinan yang akan terjadi dari adanya perubahan harga barang itu sendiri
terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan:
Jika yang dianalisis perubahan diluar harga barang itu sendiri maka faktor
harga dianggap konstan (tetap).
Berarti akibat perubahan diluar harga akan terjadi pergeseran kurva penawaran
kekanan atau ke kiri (shift in supply).
1. Pengertian Elastisitas
Secara sederhana elastisitas dapat diartikan sebagai derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap
perubahan gejala ekonomi lain. Pengertian lain elastisitas dapat diartikan sebagai tingkat kepekaan
perubahan kuantitas suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lain. Ukuran
yang dipakai untuk mengukur derajat kepekaan digunakan rasio/perbandingan persentase perubahan
kuantitas barang yang diminta atau barang yang ditawarkan dengan persentase perubahan faktor-faktor
yang menyebabkan kuantitas barang itu berubah. Penyebab kuantitas suatu barang yang
diminta/ditawarkan bisa berubah dapat dikelompokkan dalam tiga hal :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain
c. Income atau pendapatan.
Jika dikaitkan dengan penyebab kuantitas suatu barang bisa berubah, maka kita mengenal 3 (tiga)
macam elastisitas, yaitu :
Elastisitas Harga (Price Elasticity), membahas perbandingan/ratio persentase perubahan
kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga
barang itu sendiri.
Elastisitas Silang (Cross Elasticity),membahas perbandingan/ratio persentase perubahan
kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan
harga barang lain (barang Y).
Elastisitas Pendapatan/Income, membahas perbandingan/ratio persentase perubahan
kuantitas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan dengan persentase perubahan
income/pendapatan.
Dari ketiga macam elastisitas di atas, kita hanya akan mempelajari secara mendalam pada elastisitas
harga saja. Elastisitas harga bisa dibedakan menjadi 2 (dua) macam :
Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity of Demand)atau yang lebih dikenal sebagai
Elastisitas Permintaan.
Elastisitas Harga dari Penawaran (Price Elasticity of Supply)atau lebih dikenal dengan
Elastisitas Penawaran.
2. Elastisitas Permintaan
Sebagaimana kita ketahui pada umumnya konsumen peka/sensitive terhadap perubahan harga. Ketika
terjadi perubahan harga (baik harga naik atau harga turun) akan mempengaruhi keputusan konsumen
dalam pembelian. Ukuran kepekaan konsumen inilah yang disebut dengan Elastisitas Harga dari
Permintaan atau sering disebut Elastisitas Permintaan disimbolkan Ed.
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membeli atau menyewa input yang dipergunakan dalam proses produksi, termasuk gaji pegawai,
sewa tanah atau bangunan, pembelian bahan, dan lain-lain yang berbentuk kas.
Biaya implisit adalah biaya yang dicerminkan oleh nilai input yang dimiliki dan
digunakan sendiri oleh perusahaan di dalam proses produksinya dalam bentuk nonkas.
Biaya implisit harus ditambahkan ke biaya eksplisit untuk mendapatkan biaya total (total
cost).
Biaya Jangka Pendek
Jangka pendek adalah periode di mana input yang tersedia tidak dapat diubah (fixed).
Dalam jangka pendek untuk mengubah output, variabel input harus diubah. Dalam jangka
pendek, untuk mengubah output, pengusaha bisa mengubah variabel input (misal;jam kerja
tenaga kerja) tanpa mengubah fixed input (bangunan dan mesin). Untuk menambah output,
variabel input dinaikkan atau diturunkan.
Jadi dalam jangka pendek fungsi produksi= Q= f(K,L), di ana K=konstanta (fixed), dan
L=variable. Karena K=konstan, jadi dalam jangka pendek Q=f(L).
Secara umum biaya produksi jangka pendek dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang yang
dihasilkan/diproduksi. Artinya, biaya yang dikeluarkan tidak berubah berapapun jumlah barang
yang dihasilkan oleh perusahaan itu. Produksinya sedikit atau banyak bahkan tidak berproduksi
sekalipun, biaya ini tetap harus dikeluarkan sama besarnya. Itu sebabnya bentuk kurva FC adalah
horizontal. Contoh biaya tetap adalah pembayaran gaji, sewa gedung/peralatan, membayar bunga
pinjaman dari bank. Besarnya biaya tetap total (TFC), merupakan jumlah seluruh biaya total
yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu tertentu. Contoh, suatu perusahaan menghasilkan
produksi 800 unit dengan biaya tetap total 250.000. Berapakah biaya tetap yang dikeluarkan jika
produksi kurang dari 800 unit.
Jawaban:
Besar biaya tetap total Rp. 250.000, karena berapapun produksi besar biaya tetap tidak berubah
AFC = TFC
Q
Keterangan:
AFC =biaya tetap rata-rata
TFC =Biaya tetap total
Q =Jumlah produk
3) Biaya Variabel atau Varible Cost (VC)
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada juml;ah barang yang
dihasilkan. Jadi, biaya ini dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilakan. Semakin banyak
jumlah barang yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula biaya variabelnya. Contoh biaya
variabel adalah pembayaran upah, pembelian barang-barang baku/input, bahan bakar, listrik dsb.
Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Besarnya
biaya variabel total (TVC) jumlah seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menghasilkan sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total dapat
menggunakan rumus berikut :
TVC = VC × Q
Keterangan :
TVC =biaya variable total
VC =biaya variable per unit
Q =jumlah produksi
Contoh :
Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp. 2.000,00. Berapakah
biaya variabel total ?
Jawab :
Diketahui VC = 2.000,00 dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000
4) Biaya Variabel Rata-rata atau Average Variable Cost ( AVC )
Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi
dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya
berubah rata-rata dihitung dengan rumus:
AVC = TVC
Q
Keterangan :
AVC =biaya variable rata-rata
TVC =biaya variable total
Q =jumlah produk
Contoh Perhitungan Biaya Variabel Rata-rata
Jumlah Produksi (Q) Biaya Variabel (TVC) Biaya Variabel Rata-rata
(Unit) (Rp) (AVC=TVC:Q) (Rp)
10 550 55
20 650 32,5
30 750 25
40 850 21,25
50 950 19
60 1055 17,5
70 1150 16,4
80 1250 15,6
90 1350 15
100 1450 14,5
5) Biaya Total atau Total Cost ( TC )
Biaya total adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang atau jasa. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Contoh :
Produk sebanyak 800 unit memerlukan biaya tetap Rp. 250.000 dan biaya variabel per unit Rp.
4000, maka besarnya biaya total ?
Jawab :
Diketahui TFC = 250.000
TVC = 800 x 4000 = 3.200.000
TC = TFC + TVC = 250.000 + 3.200.000 = 3.450.000
6) Biaya Rata-rata atau Average Cost ( AC )
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output.
Besar biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC =
FC + VC, maka biaya rata-rata sama dengan biaya tetap rata-rata ditambah biaya variable rata-
rata.
Rumus untuk mencari AC sebagai berikut :
AC = TC
Q
Keterangan :
AC =biaya rata-rata
TC =biaya total
Q =jumlah produk
7) Biaya Marjinal atau Marginal Cost ( MC )
Biaya marjinal adalah berapa biaya total bertambah ( ∆ TC ) jika produksi dimabah
dengan satu unit ( ∆Q ). Munculnya MC diakibatkan adanya perluasan produksi yang dilakukan
perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkan. MC dapat dihitung dengan
cara tambahan TC (TC) dibagi tambahan produk (Q), jika dirumuskan:
MC = ∆TC
∆Q
Keterangan :
Mc = biaya marginal
∆TC = Tambahan biaya total
∆Q = Tambahan produk
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perhitungan biaya marginal, yaitu:
1. Biaya total setelah peningkatan produksi.
2. Biaya total sebelum peningkatan produksi.
3. Jumlah produksi sebelum peningkatan produksi.
4. Jumlah produksi setelah peningkatan produksi
Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan
output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga
merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari
berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed.
Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan
tenaga kerja dan bahan baku.
Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk
memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah
segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi
pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya tertarik untuk
membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda atau down payment
sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya
harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari
kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak
akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar Rp.2 juta tadi.
KARAKTERISTIK BIAYA (COST CHARACTERISTIC)
1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Tetap adalah biaya yang sampai
dengan jumlah output tertentu tidak akan berubah walaupun output
yang dihasilkan tersebut berubah jumlahnya. Jadi sifat Biaya Tetap : -
Untuk jangka pendek tidak akan berubah (tetap), asalkan dalam
kegiatan yang sama dan relevan. - Dalam jangka panjang cenderung
akan berubah, terutama apabila kapasitas produksinya (dalam hal ini
kapasitas mesinnya dirubah, karena harus meningkatkan kapasitas
mesin atau membeli mesin yang baru). Faktor-faktor yang harus
diperhatikan perusahaan di dalam merumuskan Biaya
Tetap : v Keterkendalian Biaya (Cost Controllability) Ada biaya-biaya
tetap yang dapat dikendalikan manajemen dalam jangka pendek, dan
setiap tahunnya ditentukan berdasarkan kebijakan
manajemen. v Hubungan dengan Kegiatan Perusahaan - Biaya tetap
timbul karena karena tersedianya kapasitas produksi. - Biaya tetap
bukan sebagai akibat dari melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input
yang akan digunakan. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya
tetap dan biaya berubah. Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu biaya
yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya
marjinal. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan
biaya marjinal.
Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang dapat memperluas kapasitas
produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plan size) yang akan
meminimumkan biaya produksi dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik dapat digambarkan
kurva biaya rata-rata. (AC). Sehingga analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis
kegiatan produksinya dalam usaha meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan
memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan yaitu tingkat produksi
yang akan dicapai serta sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.
a) Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (Long-run Average Cos t/ LAC)
Biaya total rata-rata jangka panjang adalah biaya total dibagi jumlah output.
LAC = LTC/Q
LMC = ∂LTC / ∂Q
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermaanfaat yang kemudian dapat
diamalkan dalam kehidupan. Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dengan kesempurnaan dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-
makalah kami di lain waktu.
a. Pengertian Pasar
Menurut Mankiw (2007) pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah
barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan
permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan
penawaran terhadap produk (Zayinul Fata, 2010).
Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen)
dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah
mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan
kuantitas tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual,
mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli hestanto.web.id
mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya
sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan
untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.
Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat yaitu adanya penjual, adanya
pembeli, tersedianya barang yang tempat transaksi jual beli antara penjual (pedagang)
dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sukirni, 2000 dalam Zayinul Fata, 2010):
1) Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan
produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan
barang-barang hasil produksi kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen
dapat memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya. Melalui
transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat.
3) Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi, karena di pasar banyak
dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya memasang spanduk, membagikan brosur penawaran, membagikan sampel
atau contoh produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.
b. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar
1) Jumlah penjual atau produsen
Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalamsuatu industri atau pasar.
Semakin banyak produsen yang memproduksi barang yang sama maka akan semakin
keras persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja secara
efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun produk yang dihasilkan
sama tetapi orang dapat membedakan karena merek, kualitas atau hestanto.web.id
kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap dalam persaingan yang sering disebut
persaingan monopolistik. Jika dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar
monopoli. Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup banyak
produsen disebut struktur pasar oligopoli.
2) Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan menentukan pula struktur
sifat atau jenis barang yang mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang yang
dihasilkan sama dan homogin atau berbeda dan tidak dapat diganti dengan produk
yang dihasilkan oleh produsen lain.
2) Pasar Monopoli
Pengertian monopoli murni adalah suatu pasar hanya ada satu penjual atau produsen
yang tidak ada substitusinya. Struktur pasar yang demikian ini di mana hanya ada satu
penjual atau produsen tidak dipengaruhi harga dan produk dari produsen lain.
Pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai ciri-ciri yaitu hanya ada satu
penjual, tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti secara baik
(close subtitute) output yang dijual monopolis, ada halangan (baik alami maupun
buatan) bagi perusahaan lain untuk memasuki pasar.
4) Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli yaitu pasar yang terdiri dari beberapa produsen saja, namun ada
kalanya pasar oligopoli terdiridari dua perusahaan saja, yang dinamakan duopoli
(Sukirno, 2000).
Dalam pasar oligopoli tidak terdapat keseragaman dalam sifat-sifat berbagai industri.
Sebagian perusahaan menghasilkan barang yang sangat bersamaan, tetapi ada pula
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang berbeda corak. Biasanya struktur
industri dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai
sebagian besar pasar oligopoli, antara 70% sampai 80% dari seluruh nilai penjualan.
Ciri-ciri pasar ologopoli yaitu jika dalam pasar hanya terdapat dua penjual disebut
duopoly, jika produk yang dijual homogen disebut pure poligopoly, jika produk yang
dijual hestanto.web.id adalah berbeda disebut differentiated oligopoly, kemungkinan
produsen baru dapat masuk dalam pasar atau industri, dan kemudian masuknya
produsen tersebut tidak sulit seperti monopoli dan tindakan seorang produsen dalam
pasar oligopoli akan mempengaruhi produsen lain.
5) Pasar Tradisional
Menurut Laksono yang dimaksud sebagai pasar tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola oleh pemerintah. Pemerintah daerah, Swasta, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan
swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola
pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala
kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.
Penjelasan tentang Teori Perilaku Konsumen
Individu yang berperan sebagai konsumen dalam proses perekonomian melakukan beragam hal, mulai dari
mencari, membeli, menggunakan, menilai, hingga melepas produk yang telah dikonsumsi olehnya dalam
rangka memenuhi kebutuhan.
Ada tahapan yang dikenal dalam perilaku konsumen. Tahap pertama adalah sebelum pembelian. Pada tahap
ini, konsumen mencari informasi tentang produk yang akan dibeli. Tahap kedua ialah saat pembelian. Pada
tahap ini, konsumen melakukan transaksi dengan penjual guna mendapatkan produk tersebut. Tahap ketiga
adalah setelah pembelian. Pada tahap ini, konsumen menggunakan atau menikmati produk yang telah ia beli,
menilainya, lalu melepas atau membuang produk tersebut pada saat kegunaan produk telah habis ataupun pada
saat konsumen telah merasa bosan.
Ada beberapa teori yang membahas perilaku konsumen, di antaranya teori ekonomi mikro dan teori psikologis.
Dalam teori ekonomi mikro, terdapat anggapan bahwa setiap konsumen selalu berusaha memperoleh kepuasan
maksimal dalam melakukan kegiatan konsumsi. Sehingga, konsumen akan terus-menerus melakukan
pembelian terhadap produk yang mampu memberikannya kepuasan tersebut.
Sementara, dalam teori psikologis, perilaku konsumen dilihat sebagai suatu hal yang dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan di sekitarnya dan di dalam dirinya. Teori ini membahas perilaku konsumen
secara kompleks dengan melakukan pengamatan terhadap mental yang dimiliki masing-masing konsumen.
Apa Saja Jenis Perilaku Konsumen?
Secara garis besar, perilaku konsumen dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku konsumen rasional
Menurut KBBI, rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis. Dalam melakukan konsumsi,
konsumen dapat melakukannya secara rasional. Kegiatan konsumsi yang dilakukan tersebut dapat dikatakan
rasional apabila:
Produk yang dikonsumsi dapat memberikan rasa puas dan memiliki nilai guna yang optimal.
Produk tersebut betul-betul dibutuhkan konsumen, bukan keinginan semata.
Konsumen mempertimbangkan kualitas produk yang terjamin.
Konsumen mempertimbangkan kemampuan ekonominya sebelum melakukan transaksi.
2. Perilaku konsumen irasional
Kamu tentu tahu bahwa irasional adalah lawan kata dari rasional. Menurut KBBI, irasional berarti tidak
berdasarkan akal (penalaran) yang sehat. Ternyata, dalam melakukan kegiatan konsumsi, konsumen juga dapat
bertindak irasional. Sebuah kegiatan konsumsi dapat dikatakan irasional apabila:
Konsumen membeli produk karena tertarik pada promosi dan iklan, bukan berdasarkan kebutuhan.
Konsumen hanya mau menggunakan merek terkenal.
Konsumen membeli produk demi gengsi semata.
Prinsip dalam Analisis Perilaku Konsumen
Pada saat melakukan analisis terhadap perilaku konsumen, terdapat sejumlah prinsip dasar yang harus kamu
pikirkan, di antaranya:
1. Pendapatan yang terbatas
Hal ini adalah masalah ekonomi bagi konsumen. Untuk menyiasatinya, ia harus berpikir bijak sebelum
melakukan kegiatan konsumsi agar tercipta keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Jika konsumen
butuh meningkatkan konsumsi suatu produk, ia tentu perlu mengurangi konsumsi produk lainnya.
2. Kemampuan konsumen dalam membedakan biaya dan manfaat
Biaya dan manfaat adalah hal penting yang selalu diperhatikan konsumen sebelum membeli suatu produk. Jika
ada dua macam produk dengan harga sama, konsumen akan memilih produk dengan manfaat yang lebih besar.
Begitupun jika ada dua macam produk dengan manfaat sama, konsumen akan memilih produk dengan harga
yang lebih rendah.
3. Adanya hukum berkurangnya tambahan kepuasan
Terdapat sebuah hukum ekonomi yang memaparkan bahwa semakin banyaknya jumlah produk yang
dikonsumsi seseorang, maka semakin kecil kepuasan atau manfaat yang dapat dihasilkan. Jika ada tambahan
biaya, konsumen cenderung akan beralih ke produk lain.
Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Tentu saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, di antaranya:
1. Faktor sosial
Konsumen yang termasuk kelas sosial tinggi tentu tidak akan berpikir panjang sebelum membeli suatu produk.
Yang penting baginya adalah dapat terpenuhinya kebutuhannya. Hal ini berbeda dengan konsumen dalam
kelas sosial rendah yang harus mampu memperhitungkan setiap pengeluarannya sebaik-baiknya.
2. Faktor marketing strategy
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dapat pula mempengaruhi perilaku konsumen dengan
beberapa variabelnya, yaitu produk, harga, iklan, dan distribusi.
3. Faktor pribadi
Last but not least, seseorang tentu saja punya preferensi pribadi sebagai alasan di balik perilaku konsumen
yang dilakukannya.
So, what do you think, Quipperian? Ternyata, saat kamu memenuhi kebutuhanmu sehari-hari, ada perilaku
yang diamati para ekonom, ya. Semoga artikel ini mengenai teori perilaku konsumen ini bisa bikin nilai
Ekonomi kamu semakin meningkat, ya. Jangan lupa subscribe Quipper Video biar makin hits belajarnya.
Sampai jumpa!