Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROFIL PERUSAHAAN JASA

PT GARUDA INDONESIA

OLEH

KELOMPOK 5

Hesti Hardana : 12030115120009


Dhafi Rahmatul Ikma ; 12030115120010
Azizah Putri Eryani : 12030115120005
Ria Sri Nastiti : 12030115120079
Rizqy Ade Katutari : 12030115140152

Kelas D
Manajemen Operasi

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan, Perusahaan


terus mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi
dan wisata baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Sejarah penerbangan komersial
Indonesia dimulai saat bangsa Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi
RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama Indonesian Airways dilakukan pada
26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3
Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo Garuda Indonesian
Airways, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno.
Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways. Selain
berpusat di Jakarta, Garuda Indonesia juga memiliki kantor perwakilan yang tersebar di
hampir seluruh kota besar di Indonesia dan juga kota kota di luar negeri.

Garuda bukan hanya sebuah perusahaan penerbangan kecil tetapi merupakan


sebuah perusahaan yang besar dan juga memiliki beberapa anak perusahaan yang
bergerak dalam bisnis atau usaha pendukung bisnis penerbangan seperti PT. GMF Aero
Asia (merupakan pusat pelayanan perawatan pesawat terbang), PT. Aerowisata
(perusahaan yang bergerak dibidang jasa perhotelan, travel, dan catering) PT. Abacus
(merupakan perusahaan penyedia layanan sistem reservasi untuk penerbangan) dan PT.
Gapura Angkasa (penyedia layanan ground handling dalam bisnis penerbangan).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana profil PT Garuda Indonesia sebagai perusahaan jasa?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami profil umum PT Garuda Indonesia.

2. Mengetahui sejarah singkat PT Garuda Indonesia

3. Mengetahui kapasitas produksi

4. Mengetahui produk PT Garuda Indonesia

5. Mengetahui lokasi usaha

6. Mengetahui proses operasi PT Garuda Indonesia

7. Mengetahui tata letak


8. Mengetahui pengolaan kualitas dan persediaan PT Garuda Indonesia

9. Mengetahui Perawatn fasilitas operasi PT Garuda Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Umum PT Garuda Indonesia

1. Nama Perusahaan
PT Garuda Indonesia. Nama Garuda diberikan oleh Presiden Soekarno dimana
nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa
itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine
uw einladen", yang artinya, Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya
tinggi di atas kepulauan Anda

2. Alamat :
PT Garuda Indonesia beralamat di Jl. M1, Area Perkagntoran Gedung Garuda
City Center,Soekarno-Hatta International Airport,Cengkareng, Indonesia.
Untuk mendukung ekspansi bisnis perusahaan, Perusahaan telah membuka hub-
nya yang ketiga di Makassar, melengkapi 2 hub yang sebelomnya dimiliki Perusahaan
yaitu di Jakarta dan Bali. Disamping Makassar yang telah dibuka di pertengahan tahun
2011, Garuda juga membuka hub Balikpapan dan Medan

3. Bidang Usaha
PT Garuda Indonesia bergerak diusaha Perusahaan Jasa Penerbangan atau Bidang
Transportasi Udara

B. Sejarah PT Garuda Indonesia

1. Dekade 1920-1930-an : Perintis transportasi udara

Penerbangan pertama diawali oleh Wright Bersaudara pada Tahun 1903 di Kitty
Hawk, Carolina Utara. Membuat para penerbang lain bermunculan dan mulai melakukan
berbagai penjelajahan yang luar biasa seperti yang dilakukan oleh Charles Lindbergh
yang melakukan penerbangan dari New York menuju Paris melintasi Samudera Atlantik
juga mendorong para negara penjajah untuk memanfaatkan daerah jajahannya dengan
melengkapi teknologi yang baru saja diadakan ini, termasuk Belanda.
Belanda dalam rangka memperkuat sistem penjajahannya, mereka memperkuat
sistem perhubungan yang berpengaruh, dengan mendirikan perusahaan tranportasi udara
yang bernama KNILM pada tanggal 24 Oktober 1928 dengan modal sebesar 5 juta
Gulden yang dihimpun dari 32 perusahaan dan pengusaha besar. Setelah berkembang
lama, maskapai ini mati akibat Perang Dunia 2 yang diakibatkan oleh invasi Jepang ke
Asia Tenggara

2. Dekade 1940-1950-an: Awal pendirian, perjuangan, dan menjadi maskapai nasional

Setelah penerbangan KNILM bubar pada tahun 1940, Belanda kembali


mendirikan maskapai lagi yang bernama KLM Interinsulair Bedrijf pada tanggal 1
Agustus 1947. Tak lama kemudian pada tanggal 26 Januari 1949 KLM IIB diganti
namanya menjadi Garuda Indonesia (Sehingga hari tersebut dijadikan sebagai hari jadi
Garuda Indonesia), di mana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari
Jogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas,
yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat seharga
120.000 Dollar Malaya ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh. Maskapai ini tetap
mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Garuda Indonesia
mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari pemerintah Republik Indonesia pada
tahun 1950 dari KLM. Selain itu, Pemerintah Birma juga membantu mendirikan
maskapai ini. Garuda Indonesia pada awalnya adalah hasil joint venture antara
pemerintah Indonesia dengan KLM dengan kalkulasi pemerintah Indonesia memiliki
51% saham. Selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM. Tetapi karena
paksaan nasionalis, KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke
Pemerintah Indonesia dan pada waktu yang bersamaan, maskapai ini memiliki 46
pesawat. Tahun 1956, Garuda Indonesia meresmikan pelayanan penerbangan haji menuju
Mekkah dengan pesawat Convair CV-340.

3. Dekade 1960-1970-an: Perkembangan signifikan dan berekspansi

Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C


Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi
nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan
wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963. Pada tahun 1966, Garuda
kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu
Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat
turboprop baru seperti, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969
hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar
domestik yang terus berkembang.

4. Dekade 1970-1980-an: Berkembang maju dan mendunia

Dilanjutkan pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda


Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan
layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada
serta menambah rute Domestik dan Internasional kemudian, beberapa pesawat di jual
untuk menggarap pasar domestik dengan Fokker F-27 dan Fokker F-28 dan pada
pertengahan 1970an, Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia dan Eropa
dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus
A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak). Memiliki inisiatif dan inovasi
yang menarik di Garuda Indonesia. Kemudian pada tahun 1985 Garuda Indonesia dan
memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan
Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan
perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute.

5. Dekade 1990-2000-an: Kesulitan ekonomi, kecelakaan beruntun dan reputasi buruk

Selama dekade 1990an, Garuda Indonesia melakukan peremajaan armada dengan


melakukan pembelian beberapa armada. Pada masa ini juga, Garuda Indonesia
mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat yang memakan korban dalam
jumlah yang cukup besar, yaitu peristiwa Garuda Indonesia Penerbangan 865 yang
terbang dari Fukuoka, Jepang, dan satunya lagi terjadi pada pesawat Garuda Indonesia
Penerbangan 152 yang bertempat kejadiankan di Desa Sibolangit, Sumatera Utara.
Musibah yang kedua ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai
ini sejak 1997 juga terkena imbas Krisis Finansial Asia yang juga membuat keuangan
Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak
menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika. Disamping
menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga melakukan
penyesuaian ulang terhadap rute domestik yang ada, serta mengganti jumlah pesawat
yang sudah tua secara bertahap dengan menjual, mengalihkan dan memensiunkan armada
Fokker F28 dan Airbus A300 yang ada.

6. Dekade 2007

Garuda Indonesia bersama dengan maskapai Indonesia lainnya (termasuk anak


perusahaan Garuda Indonesia, Citilink), dilarang terbang menuju Eropa karena kejadian
yang menimpa pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan 200. Setahun kemudian,
maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA)
dari IATA yang menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan
penerbangan Internasional. Perbaikan layanan dan meningkatnya kualitas layanan
maskapai membuat Garuda menjadi pemenang kategori "World's Most Improved
Airline" dari Skytrax.

7. Dekade 2010-Sekarang

1 Juni 2010 menjapada hari bersejarah bagi Garuda Indonesia, di mana


pembukaan kembali rute Amsterdam dilaksanakan menggunakan Pesawat Airbus A330-
200 dengan perhentian di Dubai.
Tahun 2013, Garuda Indonesia mendapat dua penghargaan dari Skytrax yaitu
"World Best Economy Class" dan "World Best Economy Class Seat" dan "World's Best
Cabin Crew".

11 Desember 2014, bertepatan dengan mundurnya Dirut Garuda Indonesia saat


itu, Emirsyah Satar. Garuda Indonesia mendapat Anugerah penghargaan sebagai
maskapai "berbintang 5" sedunia dari Skytrax dan menjadi anggota dari 7 maskapai dunia
yang mendapat penghargaan tersebut.

C. Kapasitas dan Layanan


PT Garuda Indonesia bergerak pada bidang perusahaan jasa, oleh karena itu kapasitas dan
layanan utamanya adalah armada dan penumpang.

Volume Penumpang Pesawat udara Domestik dan Pangsa Pasar Tahun 2004 dan 2005
2004 (%) 2005 (%)
Garuda Indonesia 6.297.351 26,6 6.987.870 24,1

D. Proses Operasi
E. Produk
Sebagai perusahaan jasa, PT Garuda Indonesia memberikan produk berupa jasa
penerbangan keberbagai daerah baik itu nasional aupun internasional. 3 kategori utama jasa
penerbangan tersebut adalah:
1. International Flights
2. Domestic Flights
3. Hajj Flights

Dalam menyediakan jasa penerbangan, Garuda Indonesia juga memberikan


pelayanan kepada penumpang, baik dalam bentuk meningkatkan kualitas penerbangan,
kenyamanan maupun keamanan penumpang melalui program Peningkatan Pelayanan dan
Nilai Tambah bagi Pelanggan.yaitu:

1. E-travel campaign untuk mendorong transaksi langsung melalui call centredan


pembayaran lewat e-payment
2. Garuda Frequent Flyer (GFF) member relationship: set up sebanyak item dari GFF
service standard (Blue, Gold, Silver,platinum, dll)
3. Peningkatan layanan oleh frontliner: pelatihan bagi frontliner untuk grooming &
courtesy
4. Penyelenggaraan Call Centre Agent Award.
5. Peningkatan pre-journey service image: spesifikasi kebersihan, antrian dan anganan
pada kantor penjualan telah disiapkan.
6. Restrukturisasi network penerbangan untuk meningkatkan utilisasi dan profitabilitas
7. Peningkatan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dalam bentuk Corporate sales
yang memberi manfaat bagi kedua belah pihak.
8. Kerjasama dengan bank-bank untuk melakukan pembayaran melalui internet taupun
ATM dan Handphone/Call Center, dan lainnya.
9. Peningkatan kenyamanan dan fasilitas dalam Lounge khusus pelanggan Garuda
Indonesia di beberapa bandara utama di Indonesia

F. Lokasi Usaha

Lokasi usaha Garuda Indonesia tersebar disetiap bandara yang telah menjadi rutenya.

1. Sisi Udara (Air Side)

a. Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat.


b. Apron atau tempat parkir pesawat yang dekat dengan terminal building,
sedangkan taxiway menghubungkan apron dan runway
c. Air Traffic Controller, berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio
control dan radar.
d. Unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan
pemadam kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran,
ambulans, dan peralatan penolong lainnya.
e. Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.
2. Sisi Darat (Land Side)
a. Terminal bandar udara atau
b. Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam
bangunan terminal
c. Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput,
termasuk taksi
G. Tata Letak
1. Layout Terminal
Contoh : Soekarno-Hatta

2. Layout Penumpang
Contoh : Boeing 777-300ER
a. Sliding door disetiap suite.
b. Kursi ergonomis yang dirancang secara optimal, dengan luas 82 inci dan lebar 22
inci yang dapat diubah menjadi tempat tidur datar (180) dan dilengkapi dengan
matras, selimut, bantal, dan lengkap dengan ottoman.
c. Meja yang bisa digunakan untuk menikmati hidangan menu yang disajikan.
d. Seat control dengan panel layar sentuh untuk kemudahan penggunaan.
e. Pembatas untuk suite pada lini tengah yang dapat disesuaikan untuk mempermudah
percakapan dengan penumpang suite yang berada di sebelahnya.
f. In-flight entertainment dengan 23.5 inci touch screen LCD, dilengkapi dengan
remote control dan headphone kedap suara.
g. Lemari penyimpanan pribadi.
h. Lampu baca pribadi.

Contoh 2: Boeing 737-800NG

a. Kecepatan Terbang: Mach 0,78, 440 kt (815 km/h) (NG)


b. Jangkauan jelajah maksimum: 2.745 mil laut (5.080 km) (800)
c. Jarak dari ujung sayap kiri ke ujung sayap kanan: antara 28,3 m sampai 34,3 m
(93,0 kaki - 112,6 kaki) (36 m untuk sayap lawi bagi -700, -800, -900)
d. Kapasitas: 85 hingga 189 penumpang

H. Pengelolaan Kualitas
Pengelolaan kualitas dilihat melalui Budaya perusahaan Garuda Indonesia yang
terdiri dari nilai-nilai efficient & effective, loyalty, costumer centricity, honesty &
openness dan integrity yang dirancang sejak tahun 2005 dan kemudian disosialisasikan
pada tahun 2007 hingga saat ini, telah menjadi panduan/pedoman perilaku insan Garuda
Indonesia melalui program internalisasi yang terstruktur dan tersistem.
Untuk meningkatkan mutu penerbangan, Garuda Indonesia berupaya
meningkatkan kualitas melalui program berikut:
1. Perawatan secana teliti dan kontiniu oleh ahli
2. Promosi dengan harga yang sehat serta tidak mengabaikan keselamatan. Prioritas
utama penerbangan adalah keselamatan.
3. Program penumpang setia (GarudaMiles)
Merupakan program maskapai bagi para penumpang yang setia menggunakan
Garuda. Penumpang maskapai bisa mendapatkan Miles setiap melakukan
penerbangan yang dilakukan bersama Garuda bersama partner yang akumulasinya
dapat ditukarkan menjadi Award Ticket yang memberi setiap penumpang
kesempatan untuk mencoba destinasi favorit atau Upgrade Awards penumpang
dari kelas ekonomi ke bisnis pada penerbangan pilihan Anda.
4. Layanan sebelum penerbangan (First Class Lounge)
Lounge ini memiliki berbagai fasilitas yang berkelas dunia kualitasnya seperti,
hidangan selamat datang yang terdiri dari minuman dan makanan, Wi-fi dan Spa
selagi menunggu penerbangan dengan dibantu oleh First Class Assistant,
penumpang juga dapat tidur dengan duduk di kursi panjang yang terletak di quiet
room dan jika bersama sekeluarga, juga terdapat ruang keluarga. Terdapat
perpustakaan kecil, ruangan merokok, pantry, ruang sholat (Mushola), ruang
perawatan bayi, dan toilet. Setelah menikmati kenyamanan First Class Lounge,
Anda tentunya akan diantar menuju pesawat dengan keistimewaan menggunakan
layanan prioritas pada saat boarding atau pada saat transfer dan transit sebagai
bentuk layanan Garuda Indonesia First Class.[52]

5. Business Class Lounge


Fasilitas penunjang para penumpang seperti business center, wireless internet
connection, refreshing area, reflexology machine, shower, nursery room dan
ruang beribadah. Selain fasilitas, amskapai juga menyediakan menu makanan dan
minuman untuk dinikmati oleh para penumpang. Setiap minggu, maskapai selalu
menyajikan menu yang berbeda untuk mempromosikan berbagai variasi makanan
Indonesia yang beraneka macam. serta gerai mini bar. Saat ini, Garuda Indonesia
memiliki dua Executive Lounge yang berada di Bandara Internasional Soekarno-
Hatta dan Bandara Internasional Ngurah Rai, Executive Lounge berlaku untuk
penumpang kelas Executive Class, anggota GFF Platinum dan anggota GFF Gold.

6. Kelas ekonomi/economy class


Tersedia di semua pesawat. Ruang kaki terdiri dari 30" hingga 35" tergantung
jenis pesawat, dengan panjang kursi 17". Pesawat Airbus A330-200, Airbus A330-
300 dan Boeing 737-800 NG memiliki kursi kelas ekonomi yang lebih baru yang
menawarkan layar sentuh LCD 9-inci dengan AVOD. Makanan dan minuman
ditawarkan tergantung lamanya penerbangan. Anggur dan bir juga ditawarkan
dalam penerbangan internasional.

7. Layanan Wi-Fi
Diperkenalkan pertama kali di dalam armada Boeing 777-300ER Tahun 2013,
Garuda Indonesia menyediakan jasa Wi-Fi di dalam rute jarak jauhnya, terutama
rute ke Eropa. Rencananya, Garuda Indonesia akan memperluas jaringan Wi-Fi
ini ke semua armada mereka.

8. Pelayanan imigrasi dalam penerbangan


Garuda juga menawarkan Immigration on Board (IoB) yang merupakan hasil
kerjasama dari Dirjen Keimigrasian dan Kemenkumham yang bertujuan untuk
memberikan kenyamanan dan nilai tambah maskapai bagi penumpang dan
Garuda juga memberlakukan IoB ini di beberapa tujuan Garuda, yaitu: Bandara
Internasional Pudong (PVG), Shanghai Bandara Internasional Soekarno-Hatta
(CGK), Jakarta

a. Bandara Internasional Incheon (ICN) Seoul Bandara Internasional


Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
b. Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney Bandara Internasional
Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
c. Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney Bandara Internasional Ngurah
Rai (DPS), Denpasar
d. Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo Bandara Internasional Soekarno-
Hatta (CGK), Jakarta
e. Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo Bandara Internasional Ngurah
Rai (DPS), Denpasar
f. Bandara Internasional Kansai (KIX), Osaka - Ngurah Rai International Airport
(DPS), Denpasar
9. Tanggung Jawab Sosial kepada Pelanggan
a. Memberikan kemudahan kenyamanan dan rasa aman dalam melakukan
perjalanan.
b. Masa liburan
Pada musim liburan, Garuda Indonesia menyiapkan tempat duduk atau
perbangan ekstra pada periode peak season.
c. Penanganan Krisis\
Garuda Indonesia memiliki komitmen untuk mengedepankan para pelanggan
sebagai prioritas yang utama
1) Pelanggan yang mengalami luka
Garuda Indonesia memberikan uang simpati kepada seluruh pelanggan
yang mengalami luka dengan cara mengunjungi kediaman pelanggan atau
kerumah sakit .
2) Pelanggan yang meninggal
Untuk menyatakan rasa berduka yang mendalam kepada para pelanggan
yang meninggal dan juga untuk membantu meringankan beban yang
dalam, Perusahaan menyerahkan uang santunan kepada keluarga korban
dan penghibahan sisa mileage kepada keluarga korban yang meninggal.

I. Maintenance Fasilitas Operasi Garuda Indonesia


1. GMF AeroAsia
Merupakan salah satu anak perusahaan Garuda Indonesia yang dijadikan tempat
pusat perawatan mesin pesawat, serta area pendeteksian dini kerusakan ringan yang
terjadi pada pesawat yang masih mengudara. Caranya melalui sistem komputerisasi.Saat
ini ada 2.500-an karyawan bekerja di GMF AeroAsia yang awalnya adalah divisi
teknologi Garuda Indonesia.
Fasilitas perawatan pesawat dilakukan di area berikat GMF seluas 972.123 meter
persegi di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dekat dengan kantor pusat
Garuda Indonesia. GMF memiliki empat hangar dengan hangar yang keempat merupakan
hangar terbesar di dunia seluas 66.940 meter persegi.
Di salah satu fasilitas operasi, GMF juga tengah menggarap pengecatan lebih dari
30 pesawat milik Virgin Atlantic. Saat ini, GMF AeroAsia dapat melakukan perawatan
pesawat yang mencangkup 8 tipe pesawat, antara lain Boeing 737 Classic, Boeing 737
New Generation, Boeing 747, Boeing 777, Airbus A320, Airbus A330, ATR dan
Bombardier CRJ-1000.

Garuda Indonesia terus melakukan maintenance rutin untuk mempertahankan


standart keamanan dan kenyamanan penumpang melalui pihak GMF yang senantiasa
menjaga kekonsistenan dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan mulai dari mesin
dan body pesawat. Sesuai aturan, setiap 11 ribu jam terbang pesawat Garuda Indonesia
harus melakukan pengecekan mesin pesawat. Kemudian setiap 7 ribu jam terbang,
pesawat harus dicek kondisi sparepartnya. Seluruh pesawat Garuda Indonesia dari
berbagai jenis dan ukuran secara berkala selalu menjalani pengecekan, pemeliharaan
maupun perbaikan dengan ketat dan konsisten.

J. Pengelolaan Persediaan
1. Armada pesawat
Perseroan pada waktu ke waktu dapat membeli unit pesawat langsung kepada
perusahaan manufaktur. Umumnya, pembelian tersebut awalnya didanai melalui arus kas
dari kegiatan operasi dan pendanaan lewat penerbitan utang, yang kemudian akan di
konversi menjadi perjanjian sewa guna operasi melalui transaksi penjualan dan
penyewaan kembali dengan perusahaan sewa guna operasi pesawat, hal ini akan
memungkinkan Perseroan mendapatkan kembali pembayaran PDP yang telah dibayarkan
yang akan berdampak pada penurunan beban belanja modal Perseroan. Pada perjanjian
pembelian pesawat, harga akuisisi bergantung kepada penyesuaian eskalasi, yang
tergantung diantaranya, pada inflasi dan kenaikan indeks gaji seperti yang telah
ditentukan berdasarkan formula yang telah disetujui sebelumnya pada perjanjian
pembelian tersebut
Jumlah armadanya terdiri dari 178 pesawat yang terdiri dari: 2 pesawat Boeing
747-400, 9 pesawat Boeing 777-300ER, 13 pesawat Airbus A330-300, 9 pesawat Airbus
A330-200, 35 pesawat Airbus A320, 82 pesawat Boeing 737, seperti seri 500 (2), seri 800
NG (80), 17 Unit Bombardier CRJ1000 NextGen dan 11 pesawat ATR 72-600.

Persediaan Armada

2. Groudhanding (Power dan Non-Power)

3. Airline

K. Aspek Lain yang Relevan


Penghargaan maskapai :

1. Four Star Rated Airlines (Skytrax Rating Awards 2010).


2. World's Most Improved Airlines (Skytrax Awards 2010).
3. Asia's Leading Airlines Services Quality (CAPA Awards 2010).
4. Best International Airlines (Roy Morgan Survey in January, February & July 2012).
5. The World's Best Regional Airline (Skytrax Awards 2012).
6. ASEAN Premium Airlines (Frost& Sullivan Survey 2012).
7. Best Asia & Australasia Airlines (Passanger Choice Awards 2013).
8. World Best Airline Food on Long Haul Flight & Top 5 Airline Food on Short Haul
Flight (Asia Pacific Airline Food Awards 2013).
9. The World's Best Economy Class & Best Economy Class Airline Seat (Skytrax
Awards 2013).
10. World's Best Cabin Crew (Skytrax Awards 2014).
11. Five Star Airlines (Skytrax Rating Awards 2014).
12. World's Best Cabin Crew (Skytrax Awards 2015).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
T. Garuda Indonesia sudah mampu membangun afeksi positif dari pelanggan, hal ini
terlihat bahwa pelanggan sangat kritis terhadap suasana didalam pesawat, sehingga mereka
merasa puas secara emosional. Pada faktor afeksi negatif PT Garuda Indonesia sudah
mampu meredam rasa khawatir dan takut akan keselamatan penerbangan, dan hasil
menunjukkan hal ini tidak berpengaruh langsung terhadap kepuasaan pelanggan. Tingkat
kepuasaan pelanggan terhadap kualitas kinerja atribut utama pelayanan Garuda Indonesia
sudah baik, baik dari segi pelayanan, kinerja staff dan awak kabin, seragam awak kabin,
hiburan dan makanan, bantuan dan kecakapan kerja para staff dan awak kabin yang
diberikan selama penerbangan. Pada diskonfirmasi, perusahaan dinilai sudah mampu untuk
memenuhi apa yang menjadi harapan pelangganya, hal ini ditandai dengan banyaknya
pelanggan yang merasa apa yang mereka rasakan dan yang diperoleh selama menggunakan
layanan Garuda Frequent Flyer (GFF) sama dengan apa yang mereka harapkan. Namun hal
ini akan lebih baik apabila diperhatikan karena apabila ekspektasi pelanggan yang biasa
biasa saja tidak dikembangkan menjadi diatas harapan pelanggan maka perusahaan dapat
dinilai tidak berkembang dan tidak melakukan perubahan guna untuk menambag nilai nilai
kepuasan yang tentunya nanti secara tidak langung akan menjadi keuntungan baik bagi
perusahaan sendiri maupun pada pelanggan.

B. Saran

PT. Garuda Indonesia disarankan untuk terus menjaga kualitas layanan jasa PT. Garuda
Indonesia dalam rangka mempertahankan eksistensi diindustri penerbangan dimata para
pelanggannya, jika terdapat disatisfaction customer maka segera lakukan service recovery,
sehingga pada akhirnya pelanggan akan menjadi puas dan menjadi market leader, serta terus
melakukan elemen program kepuasaan pelanggan, karena pada dasarnya apabila elemen
program kepuasaan pelanggan dilakukan dengan baik maka pelanggan akan menuju kepada
pembelian ulang.

Anda mungkin juga menyukai