Anda di halaman 1dari 5

Tugas teks editorial

“jatuhnya pesawat lion air”

Nama kelompok :

 Dyandra Aulia
 Endson Alam
 Fitri Marati .S
 Fajar Sugeng .H
Lion Air: Pesawat JT 610 yang Jatuh Baru Dioperasikan 2 Bulan
Reporter: Chitra Paramaesti
Editor: Rr. Ariyani Yakti Widyastuti

Senin, 29 Oktober 2018 11:59 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Lion Air dengan Nomor Penerbangan JT 610 yang


pagi ini jatuh usai 13 menit lepas landas di Tanjung Karawang, Jawa Barat
diproduksi oleh Boeing. Umur pesawat dengan tipe Boeing 737-8 Max tersebut
tergolong muda karena merupakan pesawat keluaran tahun ini.

Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan


pesawat tersebut buatan tahun 2018. Lion Air pertama kali mengoperasikan
pesawat tersebut pada 15 Agustus 2018. "Pesawat dinyatakan laik operasi," ujar
dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 29 Oktober 2018.

Pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang, diterbangkan oleh pilot
berpengalaman. "Pesawat dikomandoi oleh Kapten Bhave Suneja," kata dia.

Danang menuturkan, Kapten Suneja memiliki jam terbang di atas 6.000 jam
terbang. Kemudian, Co Pilot Harvino, jam terbangnya lebih dari 5.000 jam.

Kemudian, awak kabin yang ikut dalam penerbangan ini ialah Shintia Melina, Citra
Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda,
dan Deny Maulana.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar


pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10
WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkalpinang pada Pukul 07.10 WIB.
Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar.
Data Flightware.com sebelumnya menyebutkan, sebelum hilang kontak, Lion Air
JT 610 ketinggiannya terpantau turun drastis. Ketinggian pesawat dari semula
5.400 feet (1.800 meter) turun drastis ke 2.800 feet (933 meter).

Data Flightaware bukan merupakan radar penerbangan resmi, tapi data itu bisa
digunakan sebagai acuan untuk melacak keberadaan lintasan penerbangan
sebuah pesawat. Adapun hal-hal yang dapat dilacak melalui data tersebut terkait
posisi pesawat dan jadwal lepas landas serta tinggal landasnya.

Korban Lion Air, Jannatun Cintya Teridentifikasi dari Sidik Jari

Reporter: Tempo.co
Editor: Rina Widiastuti

Kamis, 1 November 2018 08:17 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification


System Badan Reserse Kriminal Polri, Brigadir Jenderal Hudi Suryanto,
mengatakan tim telah berhasil mengidentifikasi satu jenazah korban jatuhnya
pesawat Lion Air JT 610. Jasad tersebut dapat dikenali dari lima sidik jari tangan
kanannya. “Keluarga juga menyerahkan foto selfie korban,” kata Hudi di Jakarta,
Rabu, 31 Oktober 2018.

Kepolisian dapat mengenali dari dua tanda itu karena kondisi jenazah masih baik.
Korban yang telah diidentifikasi ini adalah Jannatun Cintya Dewi, 24 tahun, asal
Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur.

Jenazah Jannatun dipulangkan tadi malam ke Sidoarjo. Ayah Jannatun, Bambang


Supriyadi, hadir dalam konferensi pers dan penyerahan jenazah di Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat Satu Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Bambang, dengan mata berair, mengatakan anaknya terbang dari Jakarta ke
Pangkalpinang untuk menjalankan tugas dinas dari kantornya, Kementerian Energi
Sumber Daya Manusia. Jenazah anaknya akan dimakamkan di kampung halaman
di Sidoarjo.

Nadzir Ahmad Firdaus, adik Jannatun, mengatakan kakaknya adalah sosok yang
sangat perhatian terhadap keluarga. Meski bekerja di Jakarta, Jannatun selalu
berusaha pulang ke Sidoarjo setiap pekan. “Kakak itu support saya dalam belajar,”
kata dia.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kramat Jati, Komisaris Besar Musyafak,


mengatakan dua tanda fisik jenazah diidentifikasi pertama kali oleh tim Disaster
Victim Identification (DVI) berdasarkan keterangan keluarga. Tanda fisik tersebut
biasanya berupa tahi lalat, rambut, cincin, atau bekas operasi. “Tanda fisik
kemudian dicocokkan ulang saat proses forensik dengan foto yang diserahkan
keluarga,” kata Musyafak.

Ia mengatakan identifikasi fisik jenazah penumpang Lion JT 610 akan kian sulit
dilakukan dengan terus berjalannya waktu pencarian. Tim DVI Kepolisian RI
mengatakan tes deoxyribonucleic acid atau tes DNA menjadi solusi akhir untuk
mengenali jenazah.

Hingga kemarin, 191 anggota keluarga penumpang telah melapor ke kepolisian.


Baru sebanyak 147 orang diambil contoh DNA-nya dari rambut dan ludah. DNA
keluarga inti menjadi pembanding dengan DNA korban karena kode genetik yang
cenderung serupa. Proses ini membutuhkan waktu paling cepat lima hari.

Sampai hari ketiga pencarian, kemarin, belum ada satu pun dari 188 penumpang
dan kru pesawat yang ditemukan selamat. Badan Pencarian dan Pertolongan tak
ingin menduga nasib mereka. Sejak hari pertama pencarian, tim gabungan
menemukan serpihan pesawat, barang-barang pribadi milik penumpang yang
tercecer hingga puluhan kilometer dari lokasi akhir pesawat, serta sejumlah
potongan tubuh manusia. Potongan badan dibawa dari lokasi pencarian ke
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit
Bhayangkara, Jakarta Timur.

 Kritik
-Danang menuturkan, Kapten Suneja memiliki jam terbang di atas 6.000
jam terbang. Kemudian, Co Pilot Harvino, jam terbangnya lebih dari
5.000 jam.
- "Pesawat dinyatakan laik operasi," ujar dia dalam keterangan tertulisnya,
Senin, 29 Oktober 2018.
 Prediksi
- Proses ini membutuhkan waktu paling cepat lima hari
- Ia mengatakan identifikasi fisik jenazah penumpang Lion JT 610 akan
kian sulit dilakukan dengan terus berjalannya waktu pencarian.

Permasalahan tokoh

 Danang Mandala Prihantoro : seorang communication strategic dari pihak


lion air yg menyatakan bahwa pesawat boeing 737-8 max layak untuk
dipakai, akan tetapi terjadi kesalahan pada pesawat tersebut yang
mengakibatkan kecelakaan ini terjadi
 Kapten suneja dan co-pilot harvino : pilot dan copilot di pesawat tersebut
yang mengalami error sehingga ketinggian pesawat turun drastic dan
akhirnya terjatuh
 Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti
Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maulana : awak pesawat yang terjatuh
dan tidak ada korban yang selamat
 Jenderal Hudi Suryanto : jendral kepolisian yang diberikan selfie salah satu
korban kecelakaan pesawat tersebut untuk mengidentifikasi korban
 Jannatun Cintya Dewi : salah satu korban kecelakaan pesawat yang dapat
diidentifikasi, jenazahnya dikembalikan ke sidoarjo
 Bambang Supriyadim : dari jannatun yang tidak kuat menahan air mata
pada konferesi pers dan sangat bersedih atas kematian anaknya
 Ahmad Firdaus : adik jannatun yang memperoleh semangat belajar dari
kakaknya
 Komisaris Besar Musyafak ; kepala rumah sakit, memerlukan tanda fisik
untuk menjalankan pengidentifikasian secara forensic

Anda mungkin juga menyukai