Anda di halaman 1dari 6

Indonesia Kembali Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Ilegal di

Laut Natuna

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali berhasil menangkap dua kapal
perikanan asing (KIA) ilegal. Penangkapan itu dilakukan oleh kapal pengawas (KP) Perikanan
ORCA 02, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP),
KKP. Sekretaris Direktorat Jenderal PSDKP, Waluyo Sejati Abutohir mengatakan bahwa dalam
penangkapan tersebut, kedua kapal mengibarkan bendera Malaysia. "Namun berdasarkan
pengamatan di lapangan diduga kuat kedua kapal tersebut merupakan kapal yang berasal dari
Vietnam," kata Waluyo dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/9/2017). Penangkapan dua
kapal itutelah dilakukan pada (17/9/2017) di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEEI) Laut
Natuna, Kepulauan Riau. "Saat ditangkap kapal ditemukan tidak mengantongi izin yang sah dari
Indonesia," ucap Waluyo. (Baca: Kisah Nelayan Indonesia yang Tewas Disiksa di Kapal Ikan
Taiwan) Kedua kapal yang ditangkap itu yakni, KM BD 95599 TS, dan KM BD 96623 TS,
dengan jumlah Anak Buah Kapal (ABK) sebanyak 29 orang berkewarganegaraan Vietnam.
"Kedua kapal dan seluruh ABK dikawal dan telah tiba di Pangkalan PSDKP Batam pada tanggal
(20/9/2017)," kata Waluyo. Selanjutnya untuk proses hukum akan dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan Pangkalan PSDKP Batam. Kapal-kapal tersebut diduga
melakukan pelanggaran dengan sangkaan tindak pidana perikanan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling banyak Rp 20 miliar. Penangkapan kedua kapal tersebut menambah
jumlah kapal perikanan ilegal yang berhasil ditangkap oleh armada Kapal Pengawas Perikanan
KKP selama tahun 2017. Sepanjang Januari-September 2017, telah ditangkap sebanyak 107
kapal perikanan ilegal yang terdiri dari 68 KIA berbendera Vietnam, 4 KIA berbendera
Philipina, dan 9 berbendera Malaysia. Sedangkan 26 kapal lainnya berbendera Indonesia.
Pencurian Ikan, 14 Kapal Ditangkap di NTT

KUPANG, Indonesia - Ketegasan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam
menindak pelaku ilegal fishing membuat para pencuri ikan di Perairan Indonesia kini harus
berpikir dua kali untuk melaksanakan aksi mereka.

Sebab, jika tertangkap, kapal mereka akan langsung ditenggelamkan. Sejak menjabat
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, misalnya, Susi telah menghancurkan sekitar 100-an
kapal asing pelaku ilegal fishing di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wilayah perairan NTT memang dikenal kaya akan ikan. Sebelum Susi dilantik menjadi
menteri, kawasan ini menjadi surga bagi para pencuri ikan. Namun kini mereka harus gigit jari.

Meski begitu masih saja ada yang nekat mencuri ikan di Perairan NTT. Hal ini
setidaknya terlihat dari 14 kasus pencurian ikan yang terjadi di Perairan NTT sepanjang 2016 ini.

"Tahun ini, kami tangani 22 kasus ilegal fishing, dengan barang bukti belasan kapal,
sampan dan perahu," kata Kapolda NTT, E. Widyo Sunaryo di Kupang, NTT, Jumat, 23
Desember 2016.

Dari 22 kasus tersebut, Kapolda NTT Sunaryo melanjutkan, pihaknya mengamankan 14


kapal ikan, 4 perahu dan 7 sampan. Sementara hasil tangkapan dari para pelaku ilegal fishing ini
mencapai 7,468 ton ikan.

Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 24 orang ditetapkan sebagai tersangka, dua kasus
masih dalam proses penyidikan, satu kasus dilimpahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) NTT. 19 kasus lainnya dinyatakan lengkap (P21).

Kasus ilegal fishing yang paling menonjol yakni penangkapan Kapal Motor (KM) Duta
Rejeki yang melakukan pencurian ikan di perairan Alor. Dari kapal ini didapatkan barang bukti
berupa 4 ton ikan tuna.

Kasus lainnya yakni penangkapan KM Melatio 3 yang mencuri 1,5 ton ikan tembang di
perairan Lembata serta penangkapan KM Berkah yang mencuri 800 kilogram (kg) ikan tongkol
di perairan Flores Timur.
Kapal Asing Masih Mencuri Ikan di Perairan Indonesia

Pencurian ikan oleh kapal-kapal nelayan berbendera asing di wilayah perairan Indonesia
masih marak kendati pemerintah telah menenggelamkan sejumlah kapal yang berhasil ditangkap.

Melimpahnya stok ikan di perairan Indonesia sementara masih belum sempurnanya


patroli dan penjagaan perbatasan disinyalir memicu tetap maraknya pencurian ikan tersebut,
demikian kata pakar kelautan.

Walaupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menenggelamkan sebanyak


236 kapal dari 781 yang ditangkap, sejak 2014 hingga akhir 2016, kapal-kapal asing belum jera
mencuri ikan di Indonesia.

Pekan lalu, KKP menangkap 13 kapal berbendera Vietnam dan empat kapal asal Filipina
karena diduga mencuri ikan di perairan Indonesia, dekat Laut China Selatan.

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Eko
Djalmo Asmadi mengatakan petugas juga mengamankan 94 anak buah kapal (ABK) warga
Vietnam dan 37 dari Filipina.

“Mereka tidak dilengkapi dokumen yang sah dan menggunakan pukat ganda,” katanya
dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar di Jakarta, Senin, 27 Maret 2017.

Abdul Halim, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, mengatakan,
pencurian ikan oleh kapal asing terjadi karena stok ikan di laut Indonesia berlimpah.

“Berlebihnya sumber daya ikan yang kita miliki membuat nelayan dari negara-negara
lain seperti Vietnam, Thailand bahkan China datang ke wilayah kita,” katanya.

Menurut Halim, upaya pemberantasan illegal fishing semakin rumit karena ada indikasi
negara asal kapal ikut terlibat.

“China melalui coast guardnya adalah negara yang paling sering memberi pengawalan
pada kapal-kapal pencari ikan mereka yang masuk perairan Indonesia sehingga banyak kapal
yang terdeteksi melakukan pencurian ikan lolos dari kejaran aparat,” katanya kepada
BeritaBenar.

Tahun lalu, sempat beberapa kali terjadi insiden di dekat Kepulauan Natuna antara
petugas KKP dan TNI Angkatan Laut Indonesia dengan coast guard China yang berusaha
menghalangi petugas KKP menangkap kapal nelayan berbendera China yang menangkap ikan
secara ilegal.
Halim menambahkan, kelengkapan patroli dan teknologi aparat penjaga perbatasan juga
masih kurang, ditambah lagi belum adanya dukungan penuh dari lembaga terkait dalam
pemberantasan illegal fishing.

“Dukungan dana dari 12 kementerian dan lembaga yang terlibat dalam pemberantasan
illegal fishing belum maksimal sehingga kapal-kapal asing itu masih banyak yang masuk ke
Indonesia,” ujarnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, pekan lalu mengatakan pihaknya akan
memperkuat armada pengawasan perairan dengan pengadaan kapal lebih besar.

Menurutnya, sektor perikanan Indonesia meningkat 8,96 persen sejak pemerintah


menindak tegas kapal-kapal asing yang beroperasi secara ilegal di perairan Indonesia.

Akhir 2016 lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia mengalami kerugian
hingga Rp260 triliun akibat maraknya pencurian ikan.

Penenggelaman

Eko Djalmo mengatakan kapal-kapal asing yang melakukan penangkapan ikan secara
ilegal akan dijerat dengan undang-undang perikanan.

“Ancaman hukuman pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak
Rp20 miliar," katanya.

Pahrur Rozi, anggota Satgas 115 yang menangani penangkapan ikan ilegal, mengatakan
lembaganya mendorong agar kapal-kapal yang ditangkap bisa ditenggelamkan secepatnya tanpa
menunggu selesainya proses pengadilan.

“Cara ini kami rasa bisa menimbulkan efek jera bagi mereka (pelaku illegal fishing). Jika
ditenggelamkan, kapal-kapal itu masih bisa menjadi rumah untuk ikan-ikan,” ujarnya kepada
BeritaBenar.

Anggota Komisi IV DPR RI, Rahmad Handoyo, mengatakan penting dilakukan


penindakan terhadap pelaku, bukan hanya terhadap kapal.

“Untuk menimbulkan efek jera sebaiknya selain kapal yang ditenggelamkan, para pelaku
juga harus diganjar hukuman maksimal dan bukan hanya berupa denda,” katanya.

Pengamat kemaritiman, Aji Sularso, mengatakan penenggelaman tanpa proses peradilan


mungkin saja dilakukan.

“Keputusan tersebut memang diserahkan kepada pejabat berwenang. Pada masa saya
menjabat, jika ada kapal asing yang ditangkap, kapal-kapal tersebut kami tenggelamkan dan
kami pilih satu atau dua kapal yang kondisinya baik untuk memulangkan awaknya,” ujar Aji,
yang menjabat Dirjen PSDKP pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dia menambahkan, jika harus menunggu proses pengadilan yang memakan waktu lama,
maka pemerintah harus menanggung logistik (makan dan penginapan) para awak kapal.

Lelang

Selain menenggelamkan, jalan lain yang bisa diambil pemerintah adalah melelang kapal-
kapal asing yang masih bagus untuk dimanfaatkan industri perikanan dalam negeri.

KKP pernah melakukan pelelangan, November tahun lalu. Saat itu, kementerian ini
memperoleh Rp3,2 miliar dari hasil lelang lima kapal.
"KKP sepertinya 'alergi' dengan pemanfaatan kembali kapal-kapal eks tangkapan lewat
lelang, karena kebanyakan yang mendapatkan kapal itu adalah perusahaan-perusahaan besar
yang pernah terlibat aktivitas pidana di bidang perikanan," ujar Halim.

Jalan keluarnya, ujarnya, pengadilan bisa memutuskan perusahaan mana saja yang bisa
ikut lelang dengan syarat tidak pernah terlibat kasus tindak pidana perikanan.

Menurut data KKP, Natuna merupakan wilayah paling sering menjadi sasaran pencurian
ikan, selain Arafuru dan laut utara Sulawesi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan jumlah


kapal asing yang melakukan penangkapan ikan ke perairan Natuna mencapai 900 unit.

"Saya tidak percaya waktu dapat laporan jumlah kapal pencari ikan asing yang masuk ke
Natuna jumlahnya besar sekali. Kami akan konsolidasi bagaimana mengurangi angka ini. Kita
akan ketemu dengan Satgas 115 dan Kementerian Pertahanan," katanya.
Kapal Malaysia Ditangkap di Selat Malaka, 4 ABK Turut
Diamankan

BANDA ACEH – Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Ilegal
(Satgas 115) Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengamankan satu kapal unit asing asal
Malaysia di Perairan Selat Malaka, pada Rabu 24 Januari 2018 sekira pukul 04.46 WIB.

‘’Ditangkap oleh Kapal Pengawas Perikanan, KP HIU 12 yang dinahkodai Kapten Novri
Sagiang di Perairan Selat Malaka. Kapal beserta BB dan ABK di Adhock ke Pangkalan Lampulo
Aceh dan rencana di proses di Langsa," kata Kepala Pangkalan PSDKP Lampulo Aceh, Basri
kepada Okezone, Kamis (25/1/2018).

Atas penangkapan itu, dari kapal bernama SLFA 4935 itu, Tim Satgas berhasil
mengamankan alat tangkap trawl GT 29,17, mesin Cummins NY, serta seabnyak empat orang
anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Myanmar.

Kepala Seksi Pengawasan dan Penanganan Pelanggaran, Pangkalan PSDKP Lampulo,


Yusni Hafrialdi mengatakan, saat ini kapal asing tersebut sedang dalam perjalanan menuju ke
pangkalan. Semua barang bukti beserta empat ABK juga ikut diboyong ke Pangkalan Lampulo.

‘’Perkiraan berkisaran dua atau tiga hari ke depan kapal tersebut akan sampai. Kami juga
belum dapat komunikasi lebih lengkap dengan kapten kapal karena terkendala susah signal kom

Anda mungkin juga menyukai