Anda di halaman 1dari 2

KASUS

Komando armada (Koarmada) I menangkap tiga kapal ikan asing (KIA) di Perairan Natuna, Kepulauan Riau.
Ketiga kapal itu diduga melakukan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).

PENYEBAB
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan asing tidak pernah jera melakukan pencurian atau
ilegal fishing di laut Indonesia, sebab laut mereka tidak lagi memiliki banyak sumber daya. Sementara itu, kondisi laut
Indonesia yang kaya akan hasil laut menjadi nampak seksi di mata para pelaku ilegal fishing tersebut.

"Apa yang terjadi dengan KRI kita (ditubruk) bukan pertama kali. Kenapa mereka enggak jera? ya namanya butuh
bagaimana jera, di laut sendiri sudah tidak ada sumber daya laut," kata Menteri Susi dalam acara konfrensi pers di
Bandara Halim Perdanakusuma,

Dia mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir ini agresivitas kapal asing yang melakukan ilegal fishing kian
meningkat, salah satunya di wilayah perairan Natuna.

"Sumber daya laut mereka sudah habis rata-rata jadi lari ke bawah (mencuri di laut negara lain)," ujarnya.

Selain itu, keagresifan tersebut juga didorong dengan adanya spekulasi bahwa kebijakan pemerintah Indonesia
kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera untuk para pelaku. Dia menegaskan, penenggelaman kapal
adalah hukuman paling ampuh untuk dapat memberikan efek jera.

Oleh sebab itu dia menyatakan penjagaan keamanan kemaritiman harus lebih ditingkatkan.

"Sumber konflik di dunia akan beralih dari politik dan ideologi menjadi kebutuhan pangan dan laut menjadi salah satu
sumber daya protein yang paling murah dan paling mudah didapat," ujar Susi Pudjiastuti.

UPAYA PENANGGULANGAN
Lelang Kapal Pencuri Ikan Bukan Solusi
Berkaca pada berbagai capaian itu, ia menilai bahwa wacana pelelangan kapal eks ikan asing bukanlah solusi yang
tepat untuk mengatasi permasalahan IUU Fishing di Indonesia.

"Kalau ikan dilelang okelah. Tapi kalau kapal yang dilelang, kita jual lagi dan dijadikan alat mencuri lagi, akhirnya kita
tangkap lagi untuk kedua kali. Apa mau jadi dagelan negeri kita?,” ucapnya.

Hal itu mengacu pada sejumlah kejadian di mana beberapa kapal yang melanggar hukum dan dilelang, digunakan
kembali untuk menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya pemerintah tidak
boleh ragu dan harus bersikap tegas untuk memberikan efek jera pada para pelaku dengan memusnahkan kapal
tersebut.

"Tapi persoalannya kadang-kadang kita ragu, kita tidak confident. Baru dua tahun, oh kenapa enggak dilelang,
kenapa enggak sayang itu barang ditenggelamkan. Sedangkan itu harga Rp 10 miliar, kalo dilelang Rp 1 miliar.
Sementara (ikan) yang dicuri satu trip saja dia dapat Rp 3 miliar. Kamu sayang enggak sama ikan kita? Sumber daya
ekonomi kita,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, mengapresiasi langkah pemerintah untuk
memusnahkan kapal pelaku IUU Fishing. Bahkan ia menyarankan agar proses pemusnahan kapal ikan ilegal
dipercepat sesaat setelah ditangkap.

“Saya selaku gubernur, sangat sangat setuju dengan penenggelaman kapal illegal fishing ini. Bahkan ini prosesnya
terlalu lama. Seharusnya tangkap, seminggu (kemudian langsung) tenggelamkan. Sudah selesai. Soalnya begini,
dari sisi aspek hukumnya, ketika itu jadi barang bukti dan tidak langsung dimusnahkan, mereka (bisa) banding. Nah,
terus (kalau) kapal tangkapan itu sudah dalam kondisi gimana gitu, mereka bisa tuntut kita dan itu hak dia masih
berlaku di situ. (Kalau) kemudian rusak, kan mereka bisa tuntut. Nah aturan kan kita yang buat, masa berhadapan
dengan negara luar, aturan kita tidak berpihak pada kita sendiri,” ujarnya.

Merespons hal itu, Menteri Susi pun sependapat dan menyatakan akan mempertimbangkan untuk mendorong
percepatan penindakan kapal pelaku IUU Fishing yang masuk di perairan Indonesia.

Peraturan penenggelaman kapal


Penenggelaman kapal pelaku illegal fishing dilakukan dengan mengacu pada Pasal 76A UU No. 45/2009 tentang
Perubahan Atas UU No 31/2004 tentang Perikanan, yaitu benda dan/atau alat yang digunakan dalam dan/atau yang
dihasilkan dari tindak pidana perikanan dapat dirampas untuk negara atau dimusnahkan setelah mendapat
persetujuan ketua pengadilan negeri, dan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap (inkracht) sebagaimana diatur dalam KUHAP

Menjadi habitat baru untuk ikan


Penenggelaman kapal kali ini tidak dilakukan dengan cara diledakkan, melainkan dengan melubangi badan kapal. Untuk
memudahkan kapal tenggelam ke dasar perairan, juga dimasukkan pasir dan batu ke dalam badan kapal. Selain itu,
ditambahkan pemberat untuk memperkuat posisi kapal sehingga tidak bergeser dari titik penenggelaman. Baca juga: Polisi
Sempat Dihadang Coast Guard Vietnam saat Amankan 2 Kapal Pencuri Ikan di Natuna Sebelum ditenggelamkan, dipatikan
bahwa tidak terdapat bahan bakar serta bahan-bahan kimia lainnya pada kapal yang dapat menimbulkan pencemaran
perairan. Penenggelaman tersebut merupakan cara pemusnahan kapal yang dipandang ramah lingkunga. Kapal-kapal yang
tenggelam pun dapat berfungsi sebagai terumbu karang buatan (artificial reef) dan menjadi habitat baru bagi ikan.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3957539/menteri-susi-tenggelamkan-13-kapal-pencuri-ikan-
asal-vietnam-di-kalbar

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3954245/menteri-susi-ungkap-alasan-kapal-asing-tak-kapok-
curi-ikan-di-laut-ri

https://regional.kompas.com/read/2019/05/12/13164151/menteri-susi-kembali-pimpin-
penenggelaman-13-kapal-vietnam-di-natuna?page=all

Anda mungkin juga menyukai