Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PPKN

Illegal Fishing Dalam Perspektif


Filsafat Pancasila

Disusun Oleh

Rudi Prabowo

26030115120013

Ananda Yanua R

26030115120014

Nanik Nurhana

26030115120015

Nindita P.D

26030115120016

Bima Sumaedy

26030115120017

Shinta Maharani

26030115120018

Andri Pangestu

26030115120019

Teknologi Hasil Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa adanya
kendala-kendala yang berarti. Makalah ini berisi kajian tentang illegal
fishing dalam perspectif filsafat pancasila.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
sedikit banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini, baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Bantuan tersebut sangat
membantu penyelesaian makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa
membalas segala kebaikan pihak-pihak tersebut dan meridhoi atas
selesainya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta
dapat membantu proses belajar bagi siapa saja yang menggunakannya
dengan baik dan benar. Amin.

Semarang, 21 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB 1
Pendahuluan ................................................................................................. 1
BAB 2
Permasalahan ............................................................................................... 4
BAB 3
Pembahasan ................................................................................................ 6
A. Illegal Fishing
B. Filsafat Pancasila
C. Keterkaitan antara Filsafat Pancasila dalam Pencegahan Illegal
Fishing (Penangkapan Ikan secara Ilegal).
D. Upaya untuk Menangani Kasus Illegal Fishing
E. Faktor-Faktor yang menyebabkan Illegal Fishing
BAB 4
Kesimpulan .................................................................................................. 10
Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Illegal fishing merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh
negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada
sejak dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum
dapat diberantas. Hal itu dikarenakan untuk mengawasi wilayah laut yang
banyak secara bersamaan itu merupakan hal yang sulit. Negara yang
sudah memiliki teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan
sekalipun pasti juga pernah terkena kejahatan illegal fishing. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pantai mengingat
status Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini tentu saja
mengakibatkan Indonesia juga terkena masalah illegal fishing. Apalagi
Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya hayati
yang besar.
Sumber perikanan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.167.940
ton per tahunnya. Namun, akibat letak posisi silang Indonesia yang
terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera
(Pasifik dan Hindia) menyebabkan wilayah Indonesia rawan terjadinya
illegal fishing. Adapun daerah yang menjadi titik rawan tersebut terletak di
Laut Arafuru, Laut Natuna, sebelah Utara Sulawesi Utara (Samudra
Pasifik), Selat Makassar, dan Barat Sumatera (Samudera Hindia). Kasus
illegal fishing di Indonesia sendiri sepertinya kurang mendapat perhatian
dari pemerintah Indonesia sendiri. Padahal kejahatan illegal fishing di ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia mengakibatkan kerugian yang tidak
sedikit bagi pemerintah Indonesia. Selain itu sumber perikanan di
Indonesia masih merupakan sumber kekayaan yang memberikan
kemungkinan yang sangat besar untuk dapat dikembangkan bagi
kemakmuran bangsa Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan protein
rakyatnya, maupun untuk keperluan ekspor guna mendapatkan dana bagi
usaha-usaha pembangunan bangsanya. 2 Hal ini jelas menunjukan betapa
pentingnya sumber kekayaan hayati dalam hal ini perikanan bagi
Indonesia.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.508 pulau,
wilayahnya terbentang sepanjang 3.9777 mil antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik telah menjadi salah satu negara dengan kekayaan laut
terbesar di dunia. Potensi sumber daya ikan Indonesia diperkirakan
mencapai angka 6,2 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 3,7 juta
ton per tahun. Sumber daya perikanan ini umumnya bersifat common
property, artinya kepemilikannya bersifat umum serta open access, yang

berarti pula akses terhadapnya bersifat terbuka. Namun pemanfaatan


sumber daya laut tersebut untuk kesejahteraan masyarakat ternyata belum
optimal. Renstra Departemen Kelautan dan Perikanan yang akan
menjadikan sebagai negara penghasil ikan terbesar sedunia pada Tahun
2015 terkendala oleh maraknya pencurian ikan baik oleh Kapal Ikan Asing
(KIA) dan Kapal Ikan Indonesia (KII), modus KIA operandinya biasa
melakukan kegiatan penangkapan tanpa dilengkapi dokumen dan tidak
pernah mendarat di pelabuhan perikanan Indonesia padahal kegiatannya
dilaksanakan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
(WPPRI), sedangkan KII melakukan kegiatan penangkapan dengan
dokumen asli tapi palsu (pejabat yang mengeluarkan bukan yang
berwenang). Data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
menyebutkan bahwa kerugian negara dari illegal fishing mencapai Rp 30
triliun setiap tahun. Kerugian ini sangat besar, misalnya apabila
dibandingkan dengan anggaran DKP tahun 2008 yang berkisar Rp 3,3
triliun. Geostrategi Indonesia membutuhkan kebijakan untuk menghadapi
globalisasi yang semakin menuntut tersedianya sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan tersedianya sumber daya alam
yang kaya Indonesia seharusnya mampu mengatur dan mengolah sumber
daya yang ada sesuai konsep geostrategi. Sedangkan Pancasila merupakan
dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945
dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD
1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan
pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat
bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan
bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi
dasar Negara.
Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme
yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang
kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai
sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap
kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila
juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat
pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik
sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula
mengenai apa hakikat tiap-tiap sila. Dalam tulisan ini saya akan mencoba
menggali bagaimana pancasila mengenai illegal fishing yang terjadi di
indonesia.
BAB 2

PERMASALAHAN
Indonesia kaya akan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan,namun
belum mampu meyejahterakan warga negara. Perikanan ilegal saat ini
telah menjadi perhatian dunia, termasuk FAO (Food and Agriculture
Organization). Lembaga ini menggunakan beberapa terminologi seperti
perikanan illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated
(tidak diatur) atau biasa disingkat dengan IUU fishing.
Akhir-akhir ini kita tahu bahwa Pemerintah bersikap tegas terhadap
aksi pencurian ikan atau illegal fishing yang merugikan negara hingga Rp
300 triliun per tahun. Kapal milik nelayan asing ditenggelamkan oleh TNI
AL, di perairan Anambas, Kepulauan Riau, jumat lalu,(5/12/2014), diliput
oleh Argianto Da Nugroho, reporter dari koran Tribun Batam. Ini juga
merupakan bukti akan ketegasan pemerintah dalam meningkatkan poros
maritimnya. Penenggelaman tiga kapal yang sangat merugikan negara
tersebut berasal dari negara Vietnam yang lokasi penenggelamannya di
kelurahan Tarempa, Anambas, Kepulauan Riau, oleh TNI AL. Peristiwa
penenggelaman ini telah dipastikan bukan menjadi yang terakhir kali,
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga sudah punya rencana
berikutnya.
Hari ini kita tenggelamkan 3 kapal Vietnam di Tarempa, minggu
depan di Batam dan di Laut Aru, kata Susi dalam seminar Tanoto
Enterpreneurship Series in Partnership with MM-UI, Jumat. Dalam
kesempatan itu dia pun menjawab beberapa kritik untuknya soal
peneggelaman kapal tersebut. Kenapa tidak dikasihkan saja ke nelayan?
(Karena), tangkapan (kapal) kita banyak, akan kita ambil, kita kasih ke
nelayan. Beberapa kita tenggelamkan untuk jera, tutur Susi jelas. Menurut
Susi, praktik penangkapan ikan ilegal tak berkorelasi dengan investasi di
bidang perikanan, apalagi mengancamnya. Betul investasi kita
dibutuhkan (dengan datngnya perusahaan perikanan asing). Tapi ini bukan
investasi, ini nyolong, tegas Susi.
Dari peristiwa diatas kita mengetahui bahwa negara Indonesia
sangat mengedepankan masalah kelautan atau disebut juga Maritim.
Seperti yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi dalam pemerintahan
barunya, yakni meningkatkan kekuatan stabilitas Maritim dan Kelautan
Indonesia untuk menjaga kedaulatan bangsa dan memberi kesempatan bagi
nelayan-nelayan lokal dalam mengembangkan ekonomi negara dalam hal

perikanan. Jokowi mengungkapkan akan meningkatakan katahanan laut


secara intensif. Ini dilakukan setelah langkah pemerintah dalam
penenggelaman kapal diberlakukan. Juga bertujuan agar tangkapan para
nelayan Indonesia bisa mencapai target, yaitu berdasarkan perhitungan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan harus mencapai target 200
Triliyun per-tahun, tidak seperti yang sebelumnya 11 milyar per-tahun.
Ketika target tersebut dicapai, maka pemerintah akan membantu para
rakyat miskin dalam meningkatkan perekonomian mereka, di perumahan
para nelayan. Oleh karena itu, korelasi atau hubungan antara Filsafat
Pancasila dengan Illegal Fishing di perairan Indonesia merupakan suatu
topik yang sangat hangat untuk dibahas.

BAB 3
PEMBAHASAN
A. Illegal Fishing
Illegal Fishing atau IUU-Fishing secara terminologis dapat
diartikan sebagai tindakan penangkapan ikan yang dilakukan dengan
mengabaikan aturan yang ada. Penangkapan dilakukan secara ilegal dan
tidak menyertakan laporan. IUU-Fishing yang marak di Indonesia
adalah IUU-Fishing yang dilakukan oleh pihak asing. Walhi (dalam
Lisbet, 2008: 5) menambahkan beberapa kasus yang masuk dalam
kategori IUU-Fishing di Indonesia, di antaranya adalah penangkapan ikan
dengan menggunakan izin palsu, penangkapan ikan yang dilakukan
dengan menggunakan alat tangkap yang dilarang, dan juga penangkapan
atas ikan dari jenis yang dilarang atau tidak sesuai dengan izin yang
dikeluarkan. Indonesia menyadari bahwa IUU-Fishing yang ada di
Indonesia merupakan akibat dari lemahnya hukum kelautan yang berlaku
di Indonesia. Indonesia kemudian melakukan beberapa perubahan undangundang yang terlampir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang perikanan. Dalam pasal 28 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan penangkapan ikan di
Indonesia harus memiliki Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) asli,
kecuali bagi nelayan dan/atau pembudi daya ikan kecil. IUUFishing marak terjadi di Indonesia termasuk di wilayah Laut China Selatan
karena wilayah tersebut merupakan titik pertemuan antara arus hangat dan
arus dingin sehingga menjadi pusat bagi jenis ikan pelagis kecil dan ikan
demersalnya.
Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di
perairan wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara.
Artinya kegiatan penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan
penangkapan ikan dari Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam IUU
fishing, pada dasarnya adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu
penangkapan ikan oleh negara lain tanpa izin dari negara yang
bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian ikan oleh pihak asing.
Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh
kapal asing dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang
dimiliki oleh pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera
lokal atau bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai
illegal fishing karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang
bukan haknya, pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung

mengirim hasil tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah


yang sah.Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana
kapal asing menggunakan benderanya sendiri untuk menangkap ikan di
wilayah negara lain.
B. Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kenegaraan dan kemasyarakatan harus didasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, pesatuan, kerakyatan dan yang terakhir keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan ini bertolak dari pandangan bahwa negara
merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi
kemasyarakatan, di mana merupakan masyarakat hukum.
C. Keterkaitan antara Filsafat Pancasila dalam Pencegahan Illegal
Fishing (Penangkapan Ikan secara Ilegal).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Pancasila merupakan
dasar ideologi negara Indonesia, juga sebagai dasar hukum dan cita-cita
Bangsa Indonesia demi mewujudkan negara yang berdaulat. Oleh karena
itu, pertahanan dan keamanan merupakan hal yang sangat diprioritaskan
oleh negara ini. Indonesia yang telah lama dijajah oleh bangsa Portugis,
Belanda dan Jepang pada akhirnya memproklamirkan kemerdekaanya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini terjadi akibat kesadaran bangsa
Indonesia itu sendiri dan keinginan yang kuat untuk lepas dari penjajahan
dari bangsa penjajah.
Untuk sekarang ini, demi menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia
yang telah lama berdaulat dan merdeka dari bangsa penjajah, sebagai
masyarakat dan berideologikan Pancasila, kita wajib menjaga negara kita
ini, baik dari segi pertahanan dan keamanan. Tentunya tidak lepas dari
nilai-nilai dan pengamalan Pancasila itu sendiri. Menurut Prof. Dr. H.
Kaelan, M.S dalam bukunya Pendidikan Pancasila, Pancasila sebagai
dasar negara dan mendasarkan pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan
pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok
negara. Dari sini sudah jelas bahwa Pancasila sebagai paradigma
pengembangan pertahananan dan keamanan bangsa ini. Dan sebagai
subjek dalam suatu negara, maka manusia wajib menjaga dan
mempertahankan keamanan dan pertahanan negaranya. Dan sekarang
bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang mendobrak mata
internasional mengenai penenggelaman kapal yang dilakukan terhadap
kapal asing yang melakukan Illegal Fishing di perairan laut Indonesia?
Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan apakah problem
tersebut termasuk bagian dari sila Pancasila sebagai dasar hukum di

Indonesia? Dari kejadian ini kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa illegal fishing yang dilakukan negara lain adalah tidak lain suatu
tindak kejahatan yang sangat mengancam keamanan dan pertahanan
negara. Pancasila yang menjadi sumber hukum dari segala hukum yang
ada juga sangat berperan dalam hal ini.
Mengapa demikian? Menurut Prof.DR. H. Kaelan, M.S dalam
bukunya Pendidikan Pancasila bahwa Pertahanan dan Keamanan harus
harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan
kemanusiaan yang termasuk pada sila keempat dan akhirnya pertahanan
dan keamanan diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup
bermasyarakat (terwujudnya suatu keadilan sosial) agar benar-benar
negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara
hukum dan bukannya negara yang berdasarkan atas kekuasaan.Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu sila kelima dari Pancasila. Sila
ini mencerminkan bahwa keadilan yang sesungguhnya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dimiliki apabila semua rakyat merasa adil dari apa yang
dimiliknya dengan rakyat yang lain dan terwujud dalam kehidupan
bersama. Contohnya saja dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat kelaskelas yang menjadi sorotan utama dalam bermasyarakat, yakni kaum
borjuis dan kaum proletar. Kaum borjuis meerupakan kaum bangsawan
dan para golongan masyarakat yang memiliki ekonomi diatas rata-rata
serta mempunyai harta diatas rata-rata, sedangkan kaum proletar kita
anggap saja petani dan nelayan yang mempunyai pendidikan yang rendah
dan memilih kehidupan sebagai nelayan serta petani. Para petani dan
nelayan dapat menuntut keadilannya kepada pemerintah diusik oleh para
pembajak sawah liar dan para pemancing atau kapal-kapal yang
menggencarkan illegal fishing. Dan menjadi keharusan bagi bangsa ini
untuk menjaga serta memproritaskan masalah perikanan yang akhir-akhir
ini diliput media massa sebagai salah satu problematika maritim Indonesia.
D. Upaya untuk Menangani Kasus Illegal Fishing
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menangani
permasalahan IUU-Fishing yang tidak menuai penyelesaian. Salah satunya
adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk menenggelamkan kapal
yang terbukti melakukan IUU-Fishing. Kebijakan tersebut tidak serta
merta dilakukan, namun disosialisasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan diplomasi konvensional. Diplomasi tersebut memiliki lima
tahap utama, yaitu designing and precondotioning, conditioning,
exercising, evaluating, dan reapproaching. Tahap pertama adalah
pengalokasian tentang feedback yang mungkin akan diterima dengan
adanya kebijakan ini. Tahap kedua merupakan tahap untuk memposisikan
ulang sejauh mana kesiapan Indonesia untuk menjalankan kebijakan
tersebut dengan meninjaufeedback yang diterima. Tahap ketiga adalah

tahap sosialisasi secara langsung kepada negara-negara dengan nelayan


yang sering melakukan pelanggaran di Indonesia seperti Malaysia,
Thailand, dan Vietnam. Dari hasil tahap ketiga ini, terbukti bahwa
kebijakan yang dilakukan oleh Indonesia memiliki respon positif dan
dipastikan tidak akan mengganggu hubungan bilateral ataupun multilateral
dengan negara-negara asal nelayan pelanggar. Tahap keempat dilakukan
untuk mematangkan kembali kebijakan yang akan dilakukan dengan
melihat dari respon negara-negara terkait. Tahap kelima merupakan tahap
penentuan tentang kebijakan atau langkah yang akhirnya akan dilakukan
(Lisbet, 2014: 7-8).
Kebijakan untuk menenggelamkan kapal IUU-Fishing sebenarnya
bukanlah kebijakan baru di Indonesia. Kebijakan ini pernah dilakukan
sebelumnya pada masa pemerintahan Megawati. Terbukti dengan
ditenggelamkannya 20 kapal asing pencuri ikan di wilayah Indonesia.
Ketentuan tersebut tercantum pada Pasal 69 ayat (1) dan (4) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.
Penenggelaman kapal pelaku IUU-Fishing juga memiliki beberapa syarat
yang harus diperhatikan. Syarat pertama adalah kapal yang akan
ditenggelamkan merupakan kapal pelaku IUU-Fishing dengan seluruh
awak kapal adalah warga asing dan merupakan kapal milik pemerintah
asing. Kapal tersebut haruslah berada di wilayah Indonesia dan yang tidak
memiliki kelengkapan dokumen serta izin dari pemerintah Indonesia.
Sebelum melakukan penenggelaman, seluruh awak kapal harus dievakuasi
ke tempat yang lebih aman, sedangkan hasil tangkapan ikan disimpan
untuk dijadikan barang bukti (Rohingati, 2014: 2).
E. Faktor-Faktor yang menyebabkan Illegal Fishing
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya illegal fishing di ZEE
Indonesia. Salah satunya yaitu celah hukum yang terdapat dalam ketentuan
Pasal 29 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam
ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan disebutkan bahwa orang atau badan hukum asing itu dapat
masuk ke wilayah ZEE Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan
ikan berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum
internasional. Namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka
melakukan pelanggaran dengan tindak illegal fishing. Faktor-faktor
lainnya diantaranya ialah kebutuhan ikan dunia meningkat, laut Indonesia
sangat luas dan terbuka, serta masih terbatasnya sarana dan prasarana
pengawasan serta SDM pengawasan. Faktor-faktor inilah yang seharusnya
di perbaiki agar tindak illegal fishiing tidak terus-terusan terjadi.

BAB V
KESIMPULAN
Negara Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya
Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan
wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Suatu bidang keamanan dan
pertahanan merupakan hal yang perlu juga diprioritaskan dalam bidang
kemaritiman bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdaulat, kita wajib
menjaga negara kita yang telah merdeka dari penjajahan, juga patut
meningkatkan koordinasi antara rakyat dan pemerintah dalam
mengeluarkan sebuah kebijakan dalam memberikan keputusan-keputusan
terhadap segala sesuatu yang dianggap mengganggu keamanan negara atau
dianggap telah menyalahi aturan Negara Indonesia. Hal-hal yang
mengenai masalah perikanan juga sangat penting untuk diperhatikan oleh
bangsa Indonesia, karena negara kita ini merupakan negara maritim, yang
di mana memeiliki kekayaan laut serta mempunya laut yang lumayan
banyak. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam penenggelaman
kapal yang melakukan illegal fishing merupakan suatu kebiajakan yang
sangat bijak, itu juga karena menyangkut keamana dan keadaulatan bangsa
Indonesia.
Maka dari itu, selagi kita masih mengenyam pendidikan di bangku
kuliah, kita wajib mempertahankan kedaulatan negara kita. Dengan cara
duduk di kelas dan juga membaca serta meningkatkan pengetahuan kita
tentang masalah kedaulatan negara kita dan tidak perlu langsung turun ke
lapangan dan menjadi pelaku dalam menenggelamkan kapal yang
melakukan illegal fishing. Dimulai dari kampus UNDIP kita
memperkenalkan pada Dunia bahwa mempertahankan keadaulatan dan
ketahanan negara itu sangat fundamental bagi keutuhan dan kedaulatan
negara kita.

DAFTAR PUSTAKA
Dendasurono. 2002. Pendidikan Lingkungan Kelautan. Rineka Cipta:Jakarta
Kaelan. 2009.Pendidikan Pancasila edisi kesembilan. Penerbit Paradigma :
Yogyakarta.
Lisbet. 2014. Diplomasi Indonesia Terhadap Kasus Penenggelaman Kapal
Nelayan Asing dalam Info Singkat Hukum. (5)(1):62-63
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Pancoran
Tujuh : Jakarta
Rohingati, Sulasi, 2014. Penenggelaman Kapal Ikan Asing: Upaya Penegakan
Hukum Laut Indonesia dalam Info Singkat Hukum.(6)(1) : 1-4
Sunoto. Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila.1985.PT
Hanindita : Yogyakarta
Tanpa Nama. http://news.detik.com/read/2009/10/09/080806/1218292/471/illegal
fishing-kejahatan-transnasionalyang-dilupakan.Diakses tanggal 20 Oktober
2015.
Undang-Undang Nornor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
DepLu, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai