Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA

Dosen Pengampu : Cynthia Azhara Putri, SH., M.KN.

KKP TANGKAP 5 KAPAL BERBENDERA VIETNAM YANG MAU


CURI CUMI

Disusun Oleh :

Darin Nasywa Syahirah (07041182126034)


Kezia Agata Purba (07041182126012)
Nadra Athyah (07041282126053)
Niswatul Jannah (07041182126018)
Shonia Devita Sulaiman (07041182126006)

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika berbicara tentang illegal fishing, maka yang akan segera terlintas di pikiran kita ialah
suatu aktivitas penangkapan ikan yang mana dilakukan secara ilegal di daerah perairan suatu negara.
Illegal fishing bukan merupakan hal yang baru di Indonesia, isu inilah yang kerap menimpa daerah
perairan milik Indonesia.
Sudah kita ketahui juga bahwasanya illegal fishing telah diatur dalam sebuah UU Perikanan
yang mana dengan adanya UU khusus yang mengatur terkait perikanan ini, dapat menjadi dasar atau
fondasi dalam memutuskan perkara hukum yang terpaut dengan illegal fishing.
Illegal fishing juga berkaitan erat dengan Pengadilan Perikanan, karena merupakan hasil
pengamalan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan yang mempercayakan
pemerintah membentuk suatu pengadilan khusus yang mengatur perihal perikanan, yakni Pengadilan
Perikanan. Meskipun Pengadilan Perikanan termasuk dalam jenis pengadilan khusus sama halnya
seperti Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Perikanan masih berada di bawah Peradilan
Umum.
Pembentukan Pengadilan Perikanan juga pada dasarnya sebagai bentuk nyata dari komitmen
pemerintah dalam upaya melindungi sumber daya ikan, juga beserta ekosistemnya. Jika dipikirkan
lagi juga kalau Pengadilan Perikanan tidak terbentuk sampai sekarang, maka para oknum-oknum
pelaku tindak kejahatan di perairan Indonesia termasuk illegal fishing tidak akan merasa jera dan
kemungkinan besar justru akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa kapal-kapal Vietnam tersebut menangkap cumi-cumi di perairan Indonesia?
2. Bagaimana respon penegak hukum terhadap kasus pencurian cumi-cumi di perairan
Indonesia?
3. Apa upaya Indonesia dalam memperketat keamanan daerah perairannya?

1.3 Kerangka Teori


Seperti yang kita ketahui bahwa negara kita yaitu negara Indonesia mempunyai letak yang
sangat strategis yaitu digaris khatulistiwa dan diapit oleh 2 benua dan 2 samudra, yaitu benua asia dan
benua Australia serta diapit juga oleh 2 samudra yaitu Samudra pasifik dan Samudra hindia, laut yang
ada di perairan Indonesia ini memiliki atau mempunyai banyak sekali sumber daya laut atau
ekosistem ekosistem lainnya hal ini yang membuat perairan di negara kita yaitu negara Indonesia
seringkali mengalami illegal fishing oleh kapal kapal negara lain, disini kami terlebih dahulu akan
menjelaskan apa itu illegal fishing secara garis besar dapat dikatakan bahwa Illegal Fishing adalah
kegiatan perikanan yang tidak sah atau kegiatan perikanan yang dilaksanakan bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan. Kegiatan yang dapat dikategorikan
sebagai salah satu kegiatan illegal fishing adalah menangkap spesies spesies yang ada di laut tanpa
izin seperti menangkap ikan atau spesies lainnya seperti cumi-cumi, gurita, udang, lobster, dan lain
lain. Selain itu menangkap spesies spesies yang ada di laut dan yang tidak sesuai dengan izin yang
diberikan dan menangkap spesies spesies yang ada di laut dengan menggunakan izin yang palsu maka
itu dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari kegiatan illegal fishing. Terdapat Undang
undang yang mengatur secara spesifik mengenai illegal fishing yaitu Undang-Undang No. 31 Tahun
2004 yang diubah menjadi Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Ada beberapa dampak
bagi perairan di Indonesia apabila terjadi illegal fishing ini seperti kurangnya atau punahnya spesies
spesies yang ada di laut, rusaknya ekosistem ekosistem yang ada di laut, rusaknya terumbu karang dan
lain lain, dampak selanjutnya adalah terganggunya perekonomian dan pekerjaan para nelayan karena
mata pencaharian merekapun diganggu oleh kapal dari negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alasan kapal-kapal vietnam menangkap cumi-cumi di perairan Indonesia


Cumi-cumi merupakan salah satu hewan laut yang menjadi kekayaan perairan Indonesia.
Tak hanya karena populasinya yang banyak sehingga menempati urutan ketiga setelah ikan dan udang
di Indonesia, namun nilai ekonomis hewan unik yang satu ini juga lumayan tinggi, jika dibandingkan
dengan hasil tangkapan dominan lainnya, yaitu 30.000/kg.
Dengan keuntungan yang sebegini tingginya, tak heran para nelayan berbondong-bondong
memburu cumi-cumi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sebagai kasus illegal fishing
yang dilakukan Vietnam kali ini. Bukan sekali ini saja Vietnam melakukan illegal fishing di perairan
Indonesia. Sejak tahun 2014 hingga 2019 saja, terdapat 321 kapal asal Vietnam yang menyalahi batas
zona laut dan melakukan pencurian ikan di Indonesia. Pada Agustus 2021, kapal asal Vietnam
kembali ditangkap dan diduga sudah mencuri ikan di perairan Indonesia seberat 2 ton. Ini menjadikan
Vietnam berada di urutan pertama sebagai negara yang paling sering melakukan illegal fishing di
Indonesia dengan sangat agresif.
Alasan mengapa Vietnam seringkali mencuri ikan di perairan Indonesia antara lain karena
sistem pengelolaan perikanan yang cenderung buruk dan tidak terkontrol di sana. Dijelaskan bahwa
para nelayan Vietnam kerap kali menggunakan trol atau jaring besar untuk menangkap ikan. Cara ini
memang terbilang cukup efektif, namun efek samping dari penggunaan trol ini adalah dapat merusak
terumbu karang. Dengan rusak dan habisnya terumbu karang, ikan-ikan menjadi tak lagi punya tempat
tinggal, dan ikan-ikan di perairan Vietnam pun pindah ke perairan Indonesia. Orang-orang Vietnam
ini kemudian berlayar ke perairan Indonesia untuk menangkap ikan mereka. Ketika mencuri ikan di
perairan Indonesia pun, kapal-kapal Vietnam ini masih saja menggunakan trol atau jaring besar
dengan tujuan dapat memperoleh hasil tangkapan yang jauh lebih banyak. Jika hal ini terus dibiarkan,
bukan tidak mungkin terumbu karang di perairan Indonesia juga akan terkikis habis.
Dalam kasus illegal fishing yang dilakukan Vietnam di Laut Natuna, rata-rata produk atau
komoditas yang banyak dicuri ialah cumi-cumi, baik yang berukuran kecil maupun besar. Ini
merupakan modus operandi baru mereka dalam pencurian ikan di Indonesia. Pengungkapan modus
operandi yang baru ini semakin menegaskan bahwa kebanyakan pelaku illegal fishing di Indonesia
mengincar kekayaan lautnya yang memang sangat berlimpah. Hal ini memaksa Indonesia untuk
semakin memperketat keamanan dan pengawasan di wilayah-wilayah perbatasan.
Dalam kasus seperti ini, peran pengadilan perikanan sangatlah dibutuhkan. Di dalam Pasal
71 A UU No. 45/2009 dijelaskan bahwasanya kewenangan absolut dari Pengadilan Perikanan yaitu
terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia, baik yang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maupun warga negara asing.
Secara garis besar, terdapat dua Tindak Pidana Perikanan, mengacu pada UU No.45/2009 tersebut,
yaitu:
1. Pasal 84, 85, 86, 89, 91, 92, 93, dan Pasal 94 UU Perikanan, yang mengatur tentang Tindak
Pidana Kejahatan di bidang perikanan.
2. Pasal 87, 89, 90, 95, 96, 97, 98, 99, dan Pasal 100 UU Perikanan, yang mengatur tentang
Tindak Pidana Pelanggaran di bidang perikanan
Terdapat serangkaian Prosedur Beracara dalam pelaksanaan penegakan Pengadilan
Perikanan yang tentunya diatur oleh Undang-Undang Perikanan. Dalam beberapa kasus dengan
situasi dan kondisi tertentu, dapat pula dilakukan Prosedur Penenggelaman Kapal Asing yang
melakukan illegal fishing di Indonesia sebagai hukuman dengan harapan dapat menimbulkan efek jera
pada pelaku.

2.2 Respon penegak hukum terhadap kasus pencurian cumi-cumi di perairan Indonesia
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa pada satu tahun belakang ini, Kelautan dan
Perikanan (KKP) telah memproses hukum 72 kapal yang terjerat kasus pencurian ikan di laut
Indonesia, yang mana 7 di antaranya berasal dari Vietnam, 5 berasal dari Malaysia, dan 60 kapal
yang berasal dari negeri ini sendiri. Penangkapan ini dilakukan karena aksi-aksi yang telah
dilakukan para oknum awak kapal tersebut merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap
kedaulatan negara, di samping mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, yang mana sudah bukan
menjadi rahasia lagi jika Indonesia dengan kedudukannya sebagai negara gugusan pulau terbesar
kedua di dunia memiliki aset sumber daya perairan yang melimpah serta sumber daya hayati yang
bermacam-macam. Tindakan para oknum awak kapal tersebut dikenal dengan nama illegal
fishing.
Pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam sebuah negara tentunya memiliki
kekhawatiran tersediri ketika menyangkut kedaulatan dari daerah perairannya. `
2.3 Upaya Indonesia dalam memperketat keamanan daerah perairannya
Illegal Fishing adalah kegiatan yang lumrah terjadi di perairan di Indonesia, perairan di
Indonesia sering mengalami kegiatan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan illegal
fishing, lalu ada beberapa upaya penanganan untuk mengatasi kegiatan illegal fishing yang ada di laut
Indonesia contohnya seperti penenggelaman kapal dari negara lain yang melakukan kegiatan illegal
fishing di perairan Indonesia, penenggelaman kapal ini bertujuan untuk bisa membuat para oknum
oknum yang melakukan kegiatan illegal fishing ini mendapatkan efek jera, selanjutnya upaya dalam
cara penanganan kegiatan illegal fishing tersebut dengan cara memperbanyak pos pos pemantauan di
daerah daerah yang rawan terjadi kegiatan illegal fishing tersebut upaya ini dilakukan agar bisa
memantau dan menjaga daerah daerah rawan terjadi kegiatan illegal fishing yang ada di perairan
Indonesia. Beberapa cara penanganan diatas diharapkan bisa dan mampu mengatasi kegiatan kegiatan
illegal fishing yang ada di perairan Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai