Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia


Dosen pengampu: Dr. Drs. Luqman Hakim, M.Sc.

Disusun Oleh:

Yumna Aliffa Lestari 185030201111095

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

1
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau dari
Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari
2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Merupakan suatu Negara dengan luas perairan lebih besar dari pada luas daratan,
maka dari itu Indonesia disebut sebagai Negara Maritim.
Potensi maritime di Indonesia sangatlah melimpah dan Sebagai negara maritim dengan
hutan bakau dan perairan yang hangat, seharusnya rakyat Indonesia bisa hidup makmur dari
ikan dan sumber daya laut yang berlimpah ruah. Namun selama puluhan tahun, ikan-ikan di
lautan Indonesia telah dicuri oleh kapal-kapal ilegal. Kapal-kapal yang sebagian besar berasal
negara tetangga tersebut telah menguras sumber daya laut Indonesia. Mereka datang dengan
kapal besar, modal besar, dan alat tangkap yang merusak lingkungan. Sementara nelayan
tradisional kita dengan peralatan terbatas terdesak tanpa daya, mengais sisa-sisa ikan kecil
yang masih tersisa di pinggir pantai.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana tanggapan pemerintah mengenai maraknya illegal fishing di Indnesia.
1.3 Tujuan Masalah
Untuk Mengetahui tanggapan pemerintah mengenai maraknya illegal fishing di
Indnesia.
1.4 Metode Penelitian
Kajian ini bersifat kajian kebijakan yang dirancang untuk memahami satu atau lebih
aspek yang berhubungan dengan proses kebijakan sosial, termasuk pembuatan keputusan
yang dilakukan dengan metode studi kualitatif deskriptif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia memeiliki laut yang teramat luasdengan sumber daya yang melimpah. Hal ini
menjadi suatu peluang besar bagi masayarakat Indonesia khususnya para nelayan untuk hidup
lebih makmur dari ikan dan sumber daya laut yang ada di perairan Indonesia. Namun,
kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi, ikan-ikan yang ada di perairan Indonesia
para nelayan dengan tradisional dengan peralataan terbatas hanya mampu mengais ikan-ikan
kecil yang tersisa akibat adanya Ilegal Fishing.
Illegal Fishing adalah penangkapan ikan secara illegal atau melanggar hukum di yang
telah ditetapkan di suatu Negara dapat berupa penangkapan ikan dengan pukat harimau,
penangkapan ikan yang tidak dilaporkan pada pemerintah yang terkait ataupun kapal-kapal
yang melakukan penangkapan ikan diluar batas territorial perairan negaranya.
Permasalahan illegal fishing di Indonesia tidak dapat dihindari dari tahun ketahun
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia melakukan penangkapan pada pelaku illegal
fishing dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Illegal fishing menjadi permasalahan
utama di Perairan Indonesia yang tidak ada hentinya. Dengan maraknya illegal fishing di
Indonesia ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang menjerat para pelaku illegal
fishing dalam UU No 45 Tahun 2009 yang menyataka bahwa para pelaku Illegal fishing
harus ditindak dengan tegas baik pelakunya warga Negara Indonesia ataupun warga Negara
asing.
Namun setelah undang-undang tersebut keluar belum ada tindakan tegas dari
pemerintah terkait mengenai penindakan secara tegas terhadapa para pelaku illegal fishing
sehingga illegal fishing masih marak terjadi di perairan perairan Indonesia. Hal ini
menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi para nelayan dan para
pecinta lingkungan. Para nelayan yang menggantungkan hidupnya pada perairan Indonesia
merasa resah dan terancam dengan maraknya illegal fishing ini, hasil tangkapan mereka
berkurang drastis yang berakibat pada menurunnya pendapatan nelayan itu sendiri. Adanya
illegal fishing juga berakibat pada punanhnya ekosistem laut Indonesia sebgaai contoh
nelayan yang melakukan illegal fishing dengan menggunakan pukat harimau akan
memeperoleh tangkapan yang melimpah namun hal ini menjadi dampak negative terhadap
kelangsungan ekosistem laut Indonesia. Banyak ikan yang belum memasuki masa
penangkapan yang ideal ikut tertangkap dan terumbu karang di perairan Indonesia juga

3
hancur hal ini akan berakibat pada ikan-ikan tiak akan tumbuh dengan maksimal karena
rumahnya telah hancur oleh pukat harimau.
Illegal fishing yang marak terjadi menimbulkan tuntutan dari para nelayan indonesia
yang terancam kehilangan mata pencahariannya, mereka menginginkan ketegasan dari
pemerintah Indonesia untuk menindak lanjuti para pelaku illegal fishing yang mengancam
mata pencaharian utama mereka. Dan diharapkan setelah adanya ketegasan dari pemerintah
ekosistem yang ada di perairan Indonesia kian membaik dan berakibat pada peningkatan
jumlah tangkapan para nelayan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Bukan hanya
tuntutan dari nelayan, namun masyarakat Indonesia lainnya merasa resah akan punahnya
ekosistem Indonesia pun menginginkann hal yang sama yakni penindak tegasan para pelaku
illegal fishing.

Melihat begitu besarnya tuntutan dari para nelayan dan masyaramat Indonesia menteri
Kelautan dan Perikanan Indonesia Ibu Susi Pudjiastuti secara memberikan pernyataan
terbuka kepada pemerintah Indonesia guna memberikan tindakan tegas kepada pelaku illegal
fishing baik dari warga Negara Indonesia atau bahkan warga Negara asing. Maka dari itu
mengacu pada UU No 45 Tahun 2009 tentang perikanan Indonesia menteri perikanan
kelautan Indonesia melakukan penenggelaman kapal di perairan Indonesia terhadap kapal
yang melakukan illegal fishing. Diikuti oleh diputuskannya pasal Pasal 59 ayat (3) pada UU
No 32 Tahun 2014 tentang Kelautan mengatur pembentukan Badan Keamanan Laut. Badan
Keamanan Laut (Bakamla) dan pada tahun 2015 Presiden Republik Indonesia Bapak Joko
Widodo mengeluarkan Perpres Perpres Nomor 115 Ta / 2015 tentang Satuan Tugas
Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Illegal (Illegal Fishing).

Penindak tegasan dari pemerintah Indonesia yakni dengan melakukan penenggelaman


kapal pelaku illegal fishing juga menimbulkan permasalahan baru bagi Indonesia ketika hal
ini diterapkan pada penenggelaman tiga kapal asing Vietnam yang melakukan penangkapan
ikan menggunakan pukat harimau di perairan Indonesia. Tuntutan tuntutan kian bermunculan
dari luar terutama dari Negara Vietnam mengenai warga negaranya yang tertangkap di
perairan Indonesia. Penenggelaman kapal Vietnam ini menjadi sorotan dari berbagai Negara,
dan hal ini menjadi masalah baru mengenai kebijakan diplomasi dan kerjasama antara Negara
Indonesia dengan Negara Asing. Pemerintah Indonesia guna menanggapi berbagai ancaman
dariluar ini perlu melakukan perundingan dengan Negara yang bersangkutan khususnya pada
Negara yang terlibat masalah illegal fishing denganmelakukan kegiatan diplomasi guna
mencari titik tengah antara kedua Negara yang tidak merugikan salah satu Negara manapun.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Illegal fishing yang marak terjadi di Indonesia memerluka tindakan tegas dari
pemerintah kepada para pelaku untuk membulkan rasa kekhawatiran bagi para pelaku yang
akan melakukan kegiatan illegal fishing. Dan juga pemerintah harus memperhatikan adanya
tuntutan tuntutan yang timbul baik dari nelayan tradisional Indonesia yang terancam
kehilangan mata pencaharian utama meraka dan juga masyarakat Indonesia yang khawatir
akan punahnya ekosistem perairan Indonesia yang begitu indah dan luasnya. Adanya
peraturan yang dikeluarkan pemerintah indonesia menjadi titik terang bagi perairan
Indonesia, namun hal ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah mengenai
pelaksanaan peraturan ini agar pelaku illegal fishing tidak semakin marak di Perairan
Indonesia.

Dalam UU No 45 Tahun 2009 tentang perikanan yang titegaskan oleh menteri


perikanan dan kelautan Indonesia dengan melakukan penenggelaman dan pembakaran kapal
illegal fishing menjadi titik terang dari permasalahan illegal fishing di Indonesia. Namun juga
menimbulkan permasalahan baru di Dunia Internasional yakni banyak Negara
yangmenyororti tindakan penenggelaman kapal asing ini, hal ini berakibat pada hubungan
kerjasama anatara Negara Indonesia dengan Negara asing. Maka perlu adanya kebijakan dari
pemerintah untuk dilakukannya diplomasi dengan Negara yang terkait illegal fishing guna
menyelesaikan masalah kedua Negara dengan tidaka adanya Negara satupun yang dirugikan.

Dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa penetapan


upah minimum dilakukan oleh kepala daerah berdasarkan rekomendasi dewan pengupahan
yang terdiri atas perwakilan pengusaha, buruh, dan pemerintah. Jika masih banyak para buruh
melakukan aksi demo, itu tidak masalah karena negara Indonesia adalah negara demokrasi
jadi tidak msalah jika dilakukan unjuk rasa. Kali ini pemerintah akan lebih cepat membuat
keputusan, dan tidak akan mencabut Peraturan Pemerintah pengupahan ini. Peraturan
Pemerintah No 78 Tahun 2015 telah resmi ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada tanggal
23 Oktober 2015 dan sudah resmi diundangkan.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. https://jppol.ub.ac.id/index.php/jppol/article/view/9/9
2. https://news.kkp.go.id/index.php/tag/illegal-fishing/
3. https://kominfo.go.id/content/detail/5623/stop-illegal-fishing-jaga-laut-indonesia/0/infografis

Anda mungkin juga menyukai