Dan mulai sekitar tahun 1983 produksi perikanan terus meningkat secara
signifikan dan tetap sebagian besar hasil perikanan dihasilkan oleh nelayan
tradisional. Namun walau prosukdi perikanan meningkat pesat, daya konsumsi
hasil perikanan di Indonesia tetap minim dan perhatian pemerintah terhadap
sektor ini masih minim atau dapat dikatakan masih dianaktirikan. Sedangkan
perikanan di negara lain di asia seperti Jepang sangat dipusingkan karena semakin
menurun sejak awal era 1970an terkait dengan semakin meluasnya adopsi
UNCLOS 1982 yang membatasi pergerakan perikanan lepas pantai dan samudra.
Penurunan ini mendorong beberapa negara di asia seperti jepang menjalin
kerjasama dengan negara lain di asia termasuk dengan Indonesia.
Namun tahun 2001 diketahui sumber daya perikanan Indonesia telah dieksploitasi
secara berlebihan sehingga hasil perikanan Indonesia seakan telah mencapai batas
dan tidak bisa bertambah drastis lagi. Namun bila dipikir dari penangkap ikan di
Indonesia yang mayotitas masih menggunakan alat dan kapal tradisional, terasa
mustahil bisa mengeksploitasi melebihi batas. Karena sumberdaya perikanan
Indonesia ini seakan tidak terbatas mana mungkin dengan alat tradisional bisa
habis. Maka tidak lain opsi lain pasti akibat kapal asing yang mengkeruk gilagilaan sumberdaya perikanan Indonesia dengan kapalnya yang besar dan alat
tangkapnya yang perusak yang bahkan masih berlangsung hingga saat ini.
Sektor perikanan dan kelautan mulai mendapat perhatian secara khusus lebih
ketika Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan lahirnya Departemen Ekplorasi
Laut dengan Keppres 136/1999, dan kemudian menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan, yang saat ini disebut Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Pembentukan DKP ini didasari atas kesadaran bahwa sumberdaya darat telah
terkuras secara berlebihan dan sudah mencapai batas sehingga dibutuhkan
alternatif lain seperti sumberdaya perikanan yang tidak terbatas dan sangat
penting untuk pemenuhan konsumsi untuk kesehatan dan kecerdasan bangsa.
Lembaga inilah yang kini yang memiliki peran utama dalam pembuatan dan
pelaksaan kebijakan kebijakan yang menyangkut segala aspek dalam perikanan.
Pada tahun 2004 Lahirnya UU No. 31/2004 tentang Perikanan juga merupakan
inisiatif dari DPR-RI untuk melahirkan suatu perubahan landasan hukum di
bidang Perikanan. Disamping itu UU No. 31/2004 ini juga merupakan salah satu
solusi strategis agar sektor perikanan mampu berperan lebih besar dalam
perekonomian yang mampu mensejahterakan rakyat. Dan juga sangat diperlukan
untuk kepentingan internal DKP maupun masyarakat perikanan lainnya.
Penerapan UU No. 31/2004 tentang perikanan ini ditindaklanjuti dengan
penetapan peraturan pemerintah yang akan disusun DKP. Kebijakan tersebut
mencakup berbagai aspek dalam perikanan seperti ketentuan produksi keamanan
pangan, ketentuan kapal dan alat tangkap, hal pencemaran perairan, dan
dilengkapi dengan sangsi juga dendanya.
Setelah tahun milenium terlihat perikanan Indonesia sudah mengalami
perkembangan yang besar terutama dalam hal kebijakan nasional maupun daerah
menyangkut perikanan untuk kesejahteraan rakyat. Walau produksi perikanan
tangkap seakan sudah mencapai batas akibat overfishing tapi selalu muncul
gagasan baru dan cerdas untuk peningkatan perikanan di Indonesia. Seperti
kebijakan yang di keluarkan KKP pada masa kepemimpinan Fadel Muhammad
dalam hal minapolitan untuk meningkatkan produksi ikan terutama melalui
budidaya perikanan tidak lagi bergantung pada perikanan tangkap. Namun setelah
berganti kepemimpinan KKP yaitu Sharif C. Sutardjo, kebijakan pengelolaan
perikanan sepertinya menjadi terfokus pada kualitas produk perikanan tidak lagi
kuantitas.
Sumber
https://pobersonaibaho.wordpress.com/2012/03/22/sejarah-singkat-kebijakanperikanan-indonesia-dari-masa-ke-masa/