Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila yang kita ketahui, memiliki fungsi sebagai fondasi utama negara Indonesia
yang memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum yang mengatur seluruh pemerintahan, tentunya juga memiliki peran
penting dalam bidang ekonomi. Mengapa bidang ekonomi harus berlandaskan dengan
Pancasila?

Mungkin kita pernah mendengar apa yang dinamakan dengan Ekonomi Pancasila.
Ekonomi Pancasila adalah ekonomi pasar yang mengacu kepada ideologi Pancasila. Sistem
ekonomi Pancasila sebagai identitas perekonomian Indonesia harus sesuai dengan jati diri
Indonesia dan tidak mudah terpengaruh globalisasi. Kita sebagai bangsa Indonesia tidak
boleh melupakan makna dari sistem ekonomi Pancasila itu sendiri. Banyak cara dan upaya
yang dapat kita lakukan untuk mendukung sistem ekonomi Pancasila.

Tidak menutup fakta bahwa sistem ekonomi Pancasila berasaskan kekeluargaan dan
kegotongroyongan sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Oleh rakyat dan untuk rakyat dibawah
pimpinan dan pengawasan pemerintah.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil suatu rumusan
masalah. Terdapat 5 rumusan masalah yang diuraikan di bawah ini.

1. Mengapa Pancasila dapat dijadikan pedoman kebijakan negara dalam bidang


ekonomi?
2. Apa saja contoh penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan perekonomian Indonesia
sehari-hari?
3. Bagaimana implikasi sila pertama hingga terakhir Pancasila dalam bidang ekonomi?

1.3 TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini, dapat diambil tujuan-tujuan yang dijelaskan melalui
poin-poin di bawah ini.

1. Untuk memberikan penjelasan kepada pembaca akan pentingnya Pancasila.


2. Untuk menjelaskan pentingnya Pancasila dalam membuat kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.
3. Untuk memberikan contoh dan penjelasan penerapan nilai-nilai Pancasila bagi
perekonomian Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANCASILA

Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi
tetap bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi
bagi negara Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan negara. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia
yang mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.

2.1.1 ASAL MULA KATA PANCASILA

Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) yaitu panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi
secara harfiah, “Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar”.

2.1.2 SEJARAH ISTILAH PANCASILA

Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
dimana sila-sila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan
masyarakat maupun kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara
konkrit. Menurut kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu
sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan yang lima”.

2.1.3 PENGERTIAN PANCASILA MENURUT PARA AHLI

Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik.
Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara
yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara
Indonesia.
Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.
2.2 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa nilai nilai yang
terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat Indonesia.
Nilai pancasila dasarnya adalah nilai nilai filsafat yang mendasar yang di jadikan
peraturan dan dasar dari norma-norma yang berlaku dalam Indonesia. Nilai dasar
pancasila bersifat normatif dan abstrak yang bisa di jadikan landasan dalam kegiatan
bernegara. Pancasila sebagai dasar Negara berarti pancasila di jadikan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan segala norma-norma hukum dan dalam
penyelenggarakan Negara.
Pada masa sekarang perlu di adakan tentang penegasan dan mengembalikan
kembali kedudukan pancasila sebagai dasar negara, dan ini merupakan hal yang
sangat penting karena sudah terlalu banyak terjadi kesalahan penafsiran tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan penafsiran itu menyatakan bahwa pancasila bukan
sebagai dasar Negara tetapi pancasila sebagai alat kekuasaan yang dapat
mengendalikan semua apapun yang di lakukan di negara Indonesia.
Menurut Dr.Koentowijoyo dalam tulisanya mengenai radikalisasi pancasila
(1998) bahwasanya pancasila perlu di berikan ruh yang baru sehingga pancasila dapat
bergerak menjadi kekuatan yang menggerakkan sejarah. Dari hal ini kita sudah
membawa bahwasanya telah banyaknya penyelewengan terhadap makna dan tujuan
pancasila sebagai dasar Negara dalam masa Orde baru maupun Orde lama.
Nilai nilai dasar pancasila di Indonesia belum bersifat yang kongkrit sesuai
dengan keinginan kita bersama. Sebagai nilai yang bersifat abstrak pancasila harus
bersifat kongkrit dan upaya pancasila agar bersifat kongkrit yaitu menjadikan nilai-
nilai dasar pancasila sebagai norma dasar dan sumber normative bagi penyusunan
hukum Negara Indonesia yang positive bagi Negara.

Menurut Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang di kemukakan dalam


pembukaan, bahwasanya pancasila dapat di jadikan sebagai dasar dasar Negara yang
melingkup norma dasar negara, staat fundamental norma, norma pertama, pokok
kaidah Negara yang fundamental dan cita hukum (Rechtsidee).
Dalam Undang Undang dapat di simpulkan bahwasanya pancasila
berkedudukan sebagai dasar Negara yang menjadi sumber, landasan norma, serta
memberi fungsi konstitutif dan regulative bagi penyusunan hukum negara.

2.3 IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEBIJAKAN NEGARA DI BIDANG


EKONOMI
Implementasi tiap-tiap sila dalam Pancasila dapat mengantarkan Indonesia menjadi
bangsa yang lebih baik. Kita dapat menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam
melaksanakan kebijakan-kebijakan negara di bidang ekonomi. Penerapan/aktualisasi tiap
sila dalam Pancasila akan memberikan pedoman dalam pembangunan di bidang
ekonomi, politik, maupun sosial dan budaya.

2.3.1 MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


DALAM PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI

Berpedoman kepada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha


Esa serta menjadikan landasan spiritual, moral dan etika bagi penyelenggaraan
pembangunan ekonomi. Dengan demikian, ekonomi Pancasila dapat dikendalikan
oleh kaidah-kaidah moral dan etika sehingga pembangunan dapat meningkatkan
akhlak warga negara. Pancasila yang sudah disepakati sebagai dasar negara etika
dalam kehidupan bernegara, tentu sudah semestinya hasil pembangunan ekonomi
sebagai hasil usaha bersama yang dapat menciptakan terwujudnya nilai-nilai
Ketuhanan YME.

Demokrasi ekonomi merupakan bentuk ekonomi sosialis religius. Disebut


sosialis karena berlandaskan pada Pasal 33 UUD 1945 yang dijiwai roh sosialisme,
ditandai dengan adanya kepemilikan faktor-faktor produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak oleh negara, dan dengan adanya asas kebersamaan yang
melandasi kegiatan perekonomian. Namun, tidak hanya sosialis, demokrasi
ekonomi yang ditawarkan Bung Hatta juga bercorak religius karena dijiwai oleh
Pancasila yang termasuk dalam sila pertamanya. Hal ini diperkuat dengan bukti
bahwa tidak ada satu pun agama di dunia yang mengajarkan kepada pemeluknya
untuk menomorsatukan individualisme. Dengan demikian, pelaksanaan demokrasi
ekonomi memiliki basis ontologis pada tradisi komualisme yang menjadi ciri khas
kehidupan masyarakat yang berketuhanan dan beragama di Nusantara.

2.3.2 MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN


BERADAB DALAM PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia sehingga dijadikan


pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin
dalam masyarakat yang heterogen (beraneka ragam). Pancasila kemudian menjadi
jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental
maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Setiap
sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi dasar norma dan aturan dalam
kehidupan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab dan harus kita terapkan, antara lain seperti mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
Menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan
fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di
samping itu, yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di
Indonesia yang kini semakin kuat. Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh
asing untuk dikotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh
pandangan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa.
Salah satu tolak ukur sisi humanistik dari ekonomi adalah keadilan. Tidak
adanya diskriminasi bagi setiap warga negara berarti mengakui bahwa di balik
setiap perbedaan warga negara terdapat sebuah kesamaan, yaitu sebagai manusia
yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban setara yang diakui undang-undang
dan dilandasi nilai-nilai kemanusiaan universal. Inilah dimensi humanistik dalam
perekonomian. Hal ini ditandai dengan kesamaan peluang dan akses (equal
opportunity) bagi setiap warga negara dalam berekonomi dan menikmati
pembangunan ekonomi. Dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan
dari negara Indonesia adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan sosial sebagai sila pamungkas Pancasila di sini semestinya juga menjadi
tujuan dari pelaksanaan ekonomi di Indonesia.
Berbicara keadilan maka bisa dilihat dari adanya pemerataan hasil
pembangunan ekonomi di Indonesia yang mana pembangunan ekonomi merupakan
salah satu pilar tumbuhnya rezim Orde Baru. Pemerintah Orde Baru bukannya
tidak berusaha mengatasi ketidaksesuaian rencana dan hasil pembangunan
ekonomi berupa ketimpangan dan belum meratanya hasil pembangunan. Sejak
Pelita II (1979-1984) terjadi beberapa perubahan pokok. Trilogi Pembangunan
yang pada mulanya, urutannya ialah pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas,
kemudian sejak Pelita tersebut diubah menjadi pemerataan, pertumbuhan, dan
stabilitas. Disusun pula dengan perancangan dua pokok kebijaksanaan
pembangunan, yaitu: (1) mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan; dan (2) melaksanakan delapan jalur pemerataan yang meliputi
pemerataan pembagian pendapatan, penyebaran pembangunan di seluruh daerah,
kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha,
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan kesempatan memperoleh keadilan.
Pemerataan ekonomi yang akan dicapai tidak hanya untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang humanistik, namun juga mengamalkan amanat yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa tujuan negara
Indonesia adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Wujud nyata dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab itu dapat
dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif dalam bidang
ekonomi, antara lain:
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Berani membela kebenaran dan keadilan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Nilai-nilai di atas dapat diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, yaitu:

a. Distribusi pendapatan dalam suatu kegiatan usaha sesuai dengan hak dan
kewajiban serta kedudukan masing-masing.
b. Membantu pekerja yang lemah baik melalui bimbingan keterampilan maupun
dalam bentuk material.
c. Gemar memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain.
d. Mengakui bahwa keberhasilan suatu usaha atas kerja semua pihak.
e. Menghormati rekan kerja serta menjamin hubungan baik antara orang-orang
yang terlibat dalam komunitas produsen dengan konsumen.

2.3.3 MAKNA DAN AKTUALISASI SILA PERSATUAN INDONESIA DALAM


PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI
Paham Nasionalisme dengan kegiatan ekonomi suatu negara sungguh terkait
erat. Perkembangan ekonomi dunia yang semakin pesat telah dimulai semenjak
terjadinya proses pengintegrasian berbagai kawasan di dunia seiring dengan
keberadaan kolonialisme negara Eropa di Amerika, Asia, dan Afrika antara abad
ke-XVI sampai XX Masehi. Kolonialisme itu sendiri merupakan manifestasi dari
nasionalisme chauvinistik negara-negara Eropa berupa imperialisme yang
berambisi meningkatkan kekayaan nasional (gold), mengukuhkan peran sebagai
aktor pemberadaban dunia baru dengan panduan kitab suci, dan mengunggulkan
kejayaan dan kebanggaan diri.
Globalisasi sebagai suatu isme yang mulai dianut sebagian besar negara di
dunia ini telah menjadi suatu keniscayaan historis yang tidak terbantahkan meski
tersimpan agenda kepentingan nasional negara maju di dalamnya. Motor paling
kuat di balik globalisasi adalah kepentingan ekonomi murni, yaitu hasrat
memaksimalkan profit. Bagaimana pasar di negara berkembang terbebaskan dari
berbagai regulasi dengan serangkaian konsep free trade, sedangkan produk-produk
negara berkembang dibatasi masuk dalam pasar di negara maju.
Dalam mengaktualisasikan sila Persatuan Indonesia dalam bidang ekonomi
dapat dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain:
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

2.3.4 MAKNA DAN AKTUALISASI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH


HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN
PERWAKILAN DALAM PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI
Mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, ada tiga unsur demokrasi ekonomi yaitu
aspek produksi, aspek distribusi, dan aspek kepemilikan usaha bersama oleh
rakyat. Adapun garis besar substansinya dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi
nasional. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses pembentukan
produksi nasional menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem
ekonomi kerakyatan. Hal itu sejalan dengan bunyi Pasal 27 UUD 1945 yang
menyatakan, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Kedua, partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil
produksi nasional. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan, harus ada jaminan
bahwa setiap anggota turut serta menikmati hasil produksi nasional, termasuk para
fakir miskin dan anak-anak terlantar. Hal itu antara lain dipertegas oleh Pasal 34
UUD 1945 yang menyatakan, Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara. Wujud konkret dari demokrasi ekonomi, yaitu dengan tersedianya sistem
jaminan sosial nasional yang mencakup kaum fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Ketiga, kegiatan produksi dan pembagian hasil produksi nasional itu harus
berlangsung di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Artinya, dalam rangka perwujudan demokrasi ekonomi, anggota masyarakat tidak
boleh hanya menjadi obyek, namun harus diupayakan agar menjadi subjek
perekonomian.
Melalui sila keempat aparat negara yang membuat kebijakan negara diarahkan
oleh hikmat/kebijaksanaan, maka mereka akan ingat bahwa apapun pemikiran yang
dimiliki harus didasarkan pada kepentingan masyarakat Indonesia secara umum,
terlepas dari partai politik atau golongan wakil rakyat.
Dalam rangka mengaktualisasikan sila keempat dalam bidang ekonomi dapat
dipertimbangkan alternatif perilaku sebagai berikut:
 Keseimbangan hak dan kewajiban.
 Mewujudkan rasa keadilan sosial.
 Hak masyarakat atau warga pekerja untuk tahu.
 Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main yang berlaku.
 Membiasakan menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
 Selalu bertanggung jawab atas keputusan musyawarah.
 Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.
 Iktikad baik dengan penuh tanggung jawab dalam menerima suatu tugas dan
jabatan.

2.3.5 MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH


RAKYAT INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat diuraikan secara
singkat sebagai suatu tata masyarakat asil dan makmur, sejahtera lahiriah batiniah,
yang setiap warga mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai
dengan hakikat manusia adil dan beradab. Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat yang merupakan pengamalannya, setiap warga harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak
dan kewajibannya serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada
orang yang memerlukan agar dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian
ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup
bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini


perlu dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika
pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan
ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal
ini menggalakkan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan
program pinjaman modal dan lain-lain. Langkah pemerintah tersebut berguna
untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam mengaktualisasikan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia dalam bidang ekonomi dapat dilakukan sikap berikut ini:

a. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri


sendiri.
b. Tidak menggunakan hak milik usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
c. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
d. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan
atau kepentingan umum.

Aktualisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui Keadilan Sosial


bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat dipertimbangkan alternatif berikut:
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

2.3.6 IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN


NEGARA DALAM BIDANG EKONOMI
Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan pancaran dari Pancasila. Empat pokok tersebut mewujudkan cita-cita
hukum yang menguasai hukum dasar negara,yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok pikiran tersebut
mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok
pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD 1945. Kebijakan Negara dalam
bidang ekonomi tertuang dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34.
- Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ketentuan ini memancarkan asas
kesejahteraan atas asas keadilan sosial dan kerakyatan yang merupakan hak asasi
manusia atas penghidupan yang layak.

- Pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian disusun sebagai usaha bersama


berdasar atas asas kekeluargaan, sedangkan pada ayat (2) ditetapkan bahwa
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara,dan pada ayat (3) ditegaskan bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ayat (1) pada pasal ini
menunjukkan adanya hak asasi manusia atas usaha perekonomian, sedangkan ayat
(2) menetapkan adanya hak asasi manusia atas kesejahteraan sosial.

- Pasal 33 ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan


berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berawasan lingkungan, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sesuai dengan
pernyataan ayat (5) pasal ini, maka pelaksanaan seluruh ayat dalam pasal 33 diatur
dalam undang-undang. Pasal 34 ayat (1) mengatur bahwa fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar dipelihara oleh negara

- Pada ayat (2) dinyatakakn negara mengembangkan sistem jamian sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai martabat kemanusiaan.ketentuan dalam ayat (2) ini menegaskan adanya hak
asasi manusia atas jaminan sosial.

- Pasal 34 ayat (4) ditetapkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.pelaksanaan mengenai isi pasal ini, selanjutnya diatur dalam undang-undang
sebagaimana dinyatakan pada ayat (5) pasal 34 ini.
Pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34 diatas adalah penjabaran dari pokok-
pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing
merupakan pancaran dari sila keempat dan kelima Pancasila. Kadua pokok pikiran
ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi Pancasila dan kehidupan
ekonomi nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan
kebijakan Negara dalam bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan untuk
menciptakan system perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan
ekonomi kerakyatan. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan denga nilai-nilai
moral kemanusiaan.
Dengan demikian, sistem perekonomian yang berdasarkan pada Pancasila dan
yang hendak dikembangkan dalam pembuatan kebijakan Negara bidang ekonomi
di Indonesia harus terhindar dari system persaingan bebas, monopoli dan lainnya
yang berpotensi menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesame
manusia. Sebaliknya, system perekonomian yang dapat dianggap paling sesuai
dengan upaya mengimplementasikan Pancasila dalam bidang ekonomi adalah
sistem ekonomi kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat secara luas.

2.4 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA

2.4.1 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PADA MASA ORDE LAMA


Indonesia dituntut untuk mampu menghidupi negaranya sendiri dalam
berbagai aspek kehidupan, terutama aspek ekonomi. Perkembangan ekonomi
Indonesia mengalami perkembangan mulai masa pemerintahan Presiden Soekarno
yang dikenal dengan zaman Orde Lama. Kemudian mengalami perkembangan
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang dikenal dengan zaman Orde Baru.
Hingga zaman reformasi yang mengalami perubahan besar-besaran dalam aspek
ekonomi. Periode kekuasaan di Indonesia yaitu Orde Lama, Orde Baru, dan
reformasi memiliki ciri khas masing-masing yang pada akhirnya juga membawa
dampak yang berbeda-beda bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Orientasi
pembangunan yang dimaksud adalah orientasi pembangunan keluar, yakni
pembangunan dengan melakukan stabilisasi ekonomi negeri dengan memanfaatkan
sumber luar negeri dan pembangunan berorientasi ke dalam, yang merupakan
usaha stablisasi ekonomi dengan memperkuat usaha-usaha dalam negeri (Mas’oed,
1989:95).
Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno bersikap anti batuan asing dan
berorientasi ke dalam. Soekarno menyatakan bahwa nilai kemerdekaan yang paling
tinggi adalah berdiri di atas kaki sendiri atau yang biasa disebut “berdikari”
(Mas’oed, 1989:76). Soekarno tidak menghendaki adanya bantuan luar negeri
dalam membangun perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia
haruslah dilakukan oleh Indonesia sendiri. Bahkan Soekarno melakukan kampanye
Ganyang Malaysia yang semakin memperkuat posisinya sebagai oposisi bantuan
asing. Semangat nasionalisme Soekarno menjadi pemicu sikapnya yang tidak
menginginkan pihak asing ikut campur dalam pembangungan ekonomi Indonesia.
Padahal saat awal kemerdekaan, Indonesia membutuhkan pondasi yang kuat dalam
pilar ekonomi. Sikap Soekarno yang anti bantuan asing pada akhirnya membawa
konsekuensi tersendiri yaitu terjadinya kekacauan ekonomi di Indonesia. Soekarno
cenderung mengabaikan permasalahan mengenai ekonomi negara, pengeluaran
besar-besaran yang terjadi bukan ditujukan terhadap pembangunan, melainkan
untuk kebutuhan militer, proyek mercusuar, dan dana-dana politik lainnya.
Soekarno juga cenderung menutup Indonesia terhadap dunia luar terutama negara-
negara barat. Hal itu diperkeruh dengan terjadinya inflasi hingga 600% per tahun
pada 1966 yang pada akhirnya mengakibatkan kekacauan ekonomi bagi Indonesia.
Kepercayaan masyarakat pada era Orde Lama kemudian menurun karena rakyat
tidak mendapatkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi.

2.4.2 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PADA MASA ORDE BARU


Kemudian fase baru dimulai dalam perkembangan Indonesia, yakni masa
Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Di era Orde Baru di bawah pimpinan
Soeharto, slogan “Politik sebagai Panglima” berubah menjadi “Ekonomi sebagai
Panglima”. Karena pada masa ini, pembangunan ekonomi merupakan keutamaan,
buktinya, kebijakan-kebijakan Soeharto berorientasi kepada pembangunan
ekonomi. Kepemimpinan era Soeharto juga berbanding terbalik dengan
kepemimpinan era Soekarno. Jika kebijakan Soekarno cenderung menutup diri dari
negara-negara barat, Soeharto malah berusaha menarik modal dari negara-negara
barat. Perekonomian pada masa Soeharto juga ditandai dengan adanya perbaikan di
berbagai sektor dan pengiriman delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman
dari negara-negara barat dan juga IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam
menstabilkan harga-harga melalui “injeksi” bahan impor ke pasar.
Orde Baru berpandangan bahwa Indonesia memerlukan dukungan baik dari
pemerintah negara kapitalis asing maupun dari masyarakat bisnis internasional
pada umumnya, yakni para banker dan perusahaan-perusahaan multinasional
(Mochtar 1989,67). Orde Baru cenderung berorientasi keluar dalam membangun
ekonomi. Langkah Soeharto dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, tahap
penyelamatan yang bertujuan untuk mencegah agar kemerosotan ekonomi tidak
menjadi lebih buruk lagi. Kedua, stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi, yang
mengendalikan inflasi dan memperbaiki infrastruktur ekonmi. Ketiga,
pembangunan ekonomi. Hubungan Indonesia dengan negara lain dipererat melalui
berbagai kerjasama, Indonesia juga aktif dalam organisasi internasional, terutama
PBB, dan penyelesaian konflik dengan Malaysia.
Awalnya bantuan asing sulit diperoleh karena mereka telah dikecewakan
oleh Soekarno, namun dengan berbagai usaha dan pendekatan yang dilakukan,
kucuran dana asing tersebut akhirnya diterima Indonesia. Ekonomi Indonesia mulai
bangkit bahkan akhirnya menjadi begitu kuat. Sayangnya, kekuatan ekonomi itu
didapatkan dari bantuan asing yang suka atau tidak harus dikembalikan. Suntikan
bantuan dari Amerika Serikat maupun Jepang cukup berperan besar dalam
perbaikan ekonomi di Indonesia. Begitupun dengan IMF yang dinilai sangat
bermanfaat dalam memperjuangkan Indonesia di hadapan para kreditor asing
(Mas’oed, 1989:84). Namun, bantuan tersebut tidak serta merta membuat
Indonesia tumbuh dengan prestasi ekonomi, Indonesia ternyata semakin terjerat
keterpurukan perekonomian dalam negeri akibat syarat-syarat dan bunga yang
telah direncanakan negara penyuntik bantuan. Booth (1999) menjelaskan
kegagalan industri dalam negeri di pasar global serta terjun bebasnya nilai rupiah
juga menjadi warisan keterpurukan ekonomi pada Orde Baru yang berorientasi
pada pembangunan ekonomi keluar. Maka, kini hal tersebut menjadi tantangan
pemerintahan reformasi untuk menuntaskan permasalahan ekonomi dalam negeri.

2.4.3 MASA REFORMASI (1998 – Sekarang)

Presiden B.J.Habibie
Tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS
mengalami goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan ‘jual’
karena mereka para investor asing tidak percaya lagi terhadap prospek
perekonomian negara tersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Pemerintah
Thailand meminta bantuan IMF. Pengumuman itu mendepresiasikan nilai baht
sekitar 15% hingga 20% hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 baht per
dolar AS. Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merebet ke Indonesia dan
beberapa negara Asia lainnya. Rupiah Indonesia mulai merendah sekitar pada
bulan Juli 1997, dari Rp2.500,- menjadi Rp2.950,- per dolar AS. Nilai rupiah
dalam dolar mulai tertekan terus dan pada tanggal 13 Agustus 1997 rupiah
mencapai rekor terendah, yakni Rp2.682,- per dolar AS sebelum akhirnya ditutup
Rp2.655,- per dolar AS. Pada tahun 1998, antara bulan Januaru-Februari sempat
menembus Rp11.000,- per dolar AS dan pada bulan Maret nilai rupiah mencapai
Rp10.550; untuk satu dolar AS.

Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki


karakteristik sebagai berikut:
 Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat itu dari
Rp2.500,- menjadi Rp2.650,- per dollar AS. Sejak masa itu keadaan rupiah
menjadi tidak stabil.
 Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisis ekonomi yang
kemudian memunculkan krisis politik terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
 Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan
reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan
sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai
masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan.

Yang dilakukan habibie untuk memperbaiki perekonomian indonesia :


1. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar
lebih fokus mengurusi perekonomian. Bank Indonesia adalah lembaga negara
yang independent berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang merupakan 3 (tiga)
bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
 Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
 Mengatur dan mengawasi Bank
2. Melikuidasi beberapa bank bermasalah. Likuiditas adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain
adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau
utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Banyaknya utang
perusahaan swasta yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan pada
akhirnya pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah dengan tujuan
menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa itu masih rapuh.
3. Menaikan nilai tukar rupiah. Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar
rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp9.200,- dan selanjutnya menurun menjadi
sekitar Rp8.000,- dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah
cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei. Kecenderungan
meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998 terkait dengan kondisi
sosial politik yang bergejolak. nilai tukar rupiah menguat hingga Rp6.500,- per
dollar AS di akhir masa pemerintahnnya.
4. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.

Presiden Abdurahman wahid


Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai
mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju
inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri
juga sudah mulai stabil. Hubungan pemerintah di bawah pimpinan Abdurahman
Wahid dengan IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti
Amandemen UU No.23tahun 1999 mengenai bank Indonesia, penerapan otonomi
daerah (kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN
2001 yang terus tertunda.

Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor
asing menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia. Makin rumitnya
persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,
dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian
dalam perdagangan saham di dalam negeri. Pada masa kepemimpinan presiden
Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan
ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat
skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.

Presiden Megawati Soekarnoputri


Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi
antara lain:
1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan
Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar
Rp116,3 triliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil
penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi
4,1%. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
3. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi.
Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk
menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan
nasional.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


Pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kebijakan yang
dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia atau menaikkan harga
Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat
miskin akan tetapi bantuan tersebut di berhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada
sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan
SBY dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus bank century
yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya Rp93
miliar untuk menyelesaikan kasus bank century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami
perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di
tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi
sepanjang 2008 hingga 2009.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5%-6% pada 2010 dan meningkat menjadi
6%-6,5% pada 2011. Dengan demikian, prospek ekonomi Indonesia akan lebih
baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak
positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja
ekspor non-migas Indonesia yang pada triwulan IV – 2009 mencatat pertumbuhan
cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17% dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan
pengurangan utang negara. Masalah-masalah besar lain pun masih tetap ada.
Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh
lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kita sebagai warga negara Indonesia harus mengerti dan menanamkan nilai-nilai
Pancasila ke dalam diri kita serta memahami betapa besarnya peran Pancasila dan
implementasinya dalam segala aspek kehidupan kita. Meskipun dengan adanya globalisasi,
kita tidak boleh melupakan jati diri bangsa Indonesia dan tetap teguh memegang dasar negara
kita.

3.2 SARAN

Kemiskinan bangsa Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh sistem ekonomi
yang kurang tepat. Saran kami, pemerintah sebagai lembaga yang bertugas mengatur negara
harus menjalankan kewajibannya dengan baik serta mementingkan rakyat diatas kepentingan
pribadi. Revitalisasi juga harus diperhatikan agar dapat menciptakan sistem ekonomi yang
paling cocok dengan negara Indonesia tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai yang menjadi
ciri khas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Fiefiekuu. 2018. Online: (https://www.scribd.com/doc/54037524/Arti-Pancasila-Sebagai-


DasarNegara)

Rahman, Habib. Online: (http://rahman8194.blogspot.com/2013/11/peran-pancasila-dalam-


bidang-ekonomi.html?m=1)

Syarbaini, Syahrial. 2009. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia


Indonesia

Tambun, Bakri. Online:


(https://www.kompasiana.com/tambipessybackrie/599049da4d6be90fdb0267b2/ekono
mi-kerakyatan-berbasis-nilai-nialai-pancasila-untuk-perekonomian-dunia-yang-lebih-
baik)

Wordpress and Poseidon. http://sosiologis.com/sistem-ekonomi-pancasila

Yovi, Muhammad. Online: (http://woocara.blogspot.com/2016/02/pengertian-pancasila-


fungsi-arti-lambang-pancasila.html?m=1)

Anda mungkin juga menyukai