Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

“Kebijakan Impor Beras”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. Drs. Luqman Hakim, M.Sc.

Disusun Oleh:

Yumna Aliffa Lestari 185030201111095

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Impor beras menjadi kebijakan dari pemerintah yang berhubungan langsung dengan
kegiatan bisnis dan kepentingan politik. Namun, mirisnya kebijakan ini mengabaikan nasib
rakyat kecil, khususnya petani. Indikasi pertama bahwa stok pangan cukup sampai akhir
tahun. Impor beras ini jelas hanya untuk mengejar keuntungan bagi pengusaha tertentu
yang tidak mengerti nasib petani. Kedua, amburadulnya kinerja Bulog ditutupi dengan
pangan cukup dari impor. Logikanya jika kinerja jelek maka Bulog harusnya tahu diri dan
memperbaiki diri melalui penyerapan gabah petani, bukan menguntungkan petani luar
negeri.
Justru dengan impor beras ini maka harga beras petani dalam negeri akan anjlok dan
membuat perekonomian lokal menjadi lesu. Petani akhirnya membeli beras dengan harga
tinggi, karena para tengkulak beras menyimpan beras sampai menunggu kenaikan harga.
Kondisi diatas menguatkan bahwa beras sebagai alat politik yang sering disalahgunakan.
Hal ini menimbulkan tunutan dari masyarakat khususnya para petani padi dan pedagang
beras kecil yang merasa dirugikan atas kebijakan ini.
1.2 Rumusan masalah

Bagaimana sistem politik dari kebijakan Impor Beras Indonesia

1.3 Tujuan Masalah

Untuk Mengetahui Tentang sistem politik dari kebijakan Impor Beras Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Beras merupakan bahan pokok utama masyarakat. Khususnya masyarakat Indonesia yang
setiap harinya mengkonsumsi beras, bahkan ada pepatah “jika makan tak pakai nasi, namnya
bukan makan” itulah kebiasaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia pada tahun
2018 mengkonsumsi beras rata-rata 2,5 juta ton dilihat dari data BPS (Badan Pusat
Statistik).

Impor beras menjadi kegiatan tahunan Indonesia, tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia melakukan Impor beras sejak tahun 2000 hingga saat ini. padahal, Indonesia
merupakan salah satu Negara penghasil beras terbesar dan juga dikenal sebagai Negara
agraris yang seharusnya kegiatan impor beras ini bias dihindari. Pada bulan februari hingga
September 2018 produksi beras Indonesia selalu berada di atas tingkat konsumsi beras,
namun saying, lahan panen dari bulan Oktober hingga Desember 2018 diperkirakann
merosot tajam. Sehingga BPS memperkirakan konsumsi beras padda periode Oktober-
Desember 2018 akan melebihi tingkat produksi dimana selisihnya mencapai 3.51 juta ton
selama periode tersebut.
Selain itu Enggar (Menteri Perdagangan) menjelaskan, ada alasan lain mengenai suplai
produksi beras yang saat ini terbatas. Yaitu karena alih fungsi lahan sawah yang saat ini
semakin gencar dilakukan. Beberapa proyek pembangunan kota seperti pembangunan
pelabuhan, bandara sampai infrastruktur, turut menyumbang pengurangan lahan sawah di
Indonesia.

Petani Indonesia menegaskan melakukan penolakan akan adanya impor beras yang
dilakukan oleh pemerintah saat ini, para petani beranggapan impor beras kurang sesuai
dilakukan pasalnya stok beras saat ini dinilai cukup seiring dengan musim panen raya yang
sedang berlangsung.dilihat dari sisi produksi, hasil panen petani saat ini lumayan tinggi.
Meski dilanda kemarau, namun produksi padi petani rata-rata bisa mencapai 6,2 ton per
hektare. Menurut petani Indonesia kualitas padi yang dihasilkan petani saat ini pun cukup
bagus seiring kondisi cuaca yang mendukung di saat panen. Kebijakan impor beras sangat
mengecewakan para petani. Bahkan, gairah mereka untuk menanam padi juga jadi melemah.
Jika hal tersebut terus berlanjut, maka akan mengancam produksi padi.Keresahan yang
dialami oleh para petani didukung oleh Dirut Perum Bulog Budi Waseso yang menegaskan
stok beras di gudang masih aman hingga akhir tahun. Namun Menteri Perdagangan
bersikeras akan melakukan impor beras 1 juta ton hingga akhir September ini.

Tuntutan adanya impor beras yang dilakukan oleh pemerintah ini mendapat kecaman dari
beberapa pihak. Dari pihak mahasiswa sampai aliansi petani Indonesia. BEM-KM
Universitas Andalas (Unand) dalam memperingati Hari Tani Nasional.Mahasiswa
melakukan penolakan terhadap kebijakan impor yang selama ini dilakukan Menteri
Perdagangan. Massa menilai, sebagai negara agraris, pertanian di Indonesia harusnya
menjadi sektor yang berdaulat, tapi yang terjadi justru kebalikannya.

Mereka menuntut pemerintah meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, khususnya


padi, jagung, kedelai, dan tanaman sembako. Pemerintah juga dituntut menjamin stabilitas
harga produk-produk pertanian dan peternakan.Simpang siur informasi dan data mengenai
kebijakan impor beras justru menjadi blunder dan tak mencapai sasarannya untuk
pendukung ekonomi negara Indonesia. Padahal, yang diharapkan dari kebijakan oleh sebuah
pemerintahan adalah menjaga stabilitas ekonomi, dalam kasus beras stabilitas harga pangan
dalam negeri.

Timbulnya perbedaan pandangan dari kedua tokoh pemerintah ini maka dilakukan
pembahasan lebih lanjut pada tingkat legislatif di komisi IV DPR dimana komisi IV DPR
dan Dirut Bulog menyatakan menolak kebijakan impor beras selama persediaan beras masih
mencukupi. Namun, menteri perdagangan yang bersikeras bahwa stok beras pemerintah saat
ini di Bulog hanya sekitar 900 ribu ton. Angka tersebut dikatakannya tidak cukup untuk
mengamankan stabilitas harga, sebelum musim panen datang, sehingga kementerian
perdagangan mengeluarkan peraturan Pasal 1 ayat (4) Nomor 01 Tahun 2018 Tentang
Ekspor dan Impor Beras.
Munculnya peraturan ini menjadi tugas baru pemerintah untuk mensosialisasikannya kepada
masyarakat khusunya para Petani, Mahasiswa, dan LSM. Dimana pada dasarnya kebijakan
yang diambil pemerintah ini guna untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan
masyarakat. bisa jadi juga impor beras ini untuk memutus rantai perdagangan beras yang
panjang, dan untuk mengurangi peluang mafia beras melakukan penimbunan beras.

Namun, setelah kebijakan impor beras ini disosialisasikan dan tentunya diterapkan
menimbulkan kritikan lagi dari Ombudsman Republik Indonesia selaku lembaga perwakilan
yang memeiliki kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yakni ada empat indikasi
kegiatan impor beras iini menjadi ajang bagi pihak yang berkepentingan untuk memperoleh
keuntungan. indikasi pertama adalah impor dilakukan melalui PT Perusahaan Perdagangan
Indonesia/PPI (Persero), padahal semestinya dilakukan oleh Perum Bulog. Indikasi yang
kedua Kedua, pemerintah dalam hal ini, Kementerian Perdagangan dianggap menggunakan
kewenangan untuk tujuan lain.karena seharusnya ketika Dalam situasi current stock pas-
pasan dan tak merata, tugas yang harus dioptimalkan adalah pemerataan stok, bukan malah
melakukan impor. Ketiga, Ombudsman juga menyorot prosedur koordinasi yang tidak
komprehensif dilakukan oleh penetapan kebijakan impor beras. Karena terjadi perbedaan
pendapat antara Kementerian Perdagangan yang memutuskan impor dengan Kementerian
Pertanian yang yakin jika produksi beras nasional cukup memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat. Dan indikasi yang terakhir adalah Permendag Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Ekspor dan Impor yang dibuat begitu cepat sehingga belum tersosialisasikan juga berpotensi
mengabaikan prosedur. Sehingga hal ini memicu adanya indikasi permainan politik di dalam
pembuatan kebijakan impor beras terssebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakn impor berasa yang dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun 2018 mengacu
pada data yang disampaikan BPS(Badan Pusat Statistik) Indonesia diperkirankan pada
akhir tahun januari akan mengalami krisis beras jika tidak dilakukan Impor beras. Maka
dari itu menteri perdagangan Enggar menyatakan akan diadakan Impor beras dari beberapa
Negara tetangga Indonesia. Namun, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan
pemerintah ataupun masyarakat.

Dirut perum Bulog Budi Waseso menegaskan kebijakan impor beras ini tidak perlu
dilakukan karena stok beras digudang bulog masih aman hingga akhir tahun 2018. Dan
tentunya kebijakan impor beras ini mendapat penolakan dari mahasiswa, LSM dan
tentunya para petani beras itu sendiri.

Adanya pro-kontra ini maka kebijakan impor beras ini dibahas lebih lanjut pada tingkat
legislatif di komisi IV DPR yang kemudian menghasilkan peraturan menteri Pasal 1 ayat
(4) Nomor 01 Tahun 2018 Tentang Ekspor dan Impor Beras.
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/perseteruan-buwas-vs-enggartiasto-impor-beras-hingga-bawang-
putih-dnrw

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180919192519-4-33905/dear-pak-buwas-
ini-jawaban-mendag-soal-impor-beras

https://katadata.co.id/berita/2018/09/20/kisruh-impor-beras-ketika-kemendag-dengan-bulog-
berbeda-sikap

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/08/23/pdwp07377-impor-beras-jelang-
panen-petani-kami-menolak

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/08/23/pdwp07377-impor-beras-jelang-
panen-petani-kami-menolak

https://news.detik.com/berita/d-4226805/mahasiswa-di-penjuru-ri-demo-impor-beras-bakar-
patung-mendag

https://tirto.id/pro-kontra-impor-beras-data-kemendag-dan-kementan-berbeda-cDbg

http://www.bulog.co.id/berita/37/2164/10/11/2010/Impor-Beras,-Siapa-Yang-Diuntungkan.html

http://dpr.go.id/berita/detail/id/20860/t/Komisi+IV+dan+Bulog+Sepakat+Tolak+Rencana+Imp
or+Beras+Tahap+II+Oleh+Kemendag

Anda mungkin juga menyukai