Anda di halaman 1dari 7

RESUME

ISU TERKINI TERKAIT EKONOMI PANGAN DAN GIZI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pangan dan Gizi

DOSEN PEMBIMBING

Naning Hadiningsih, M.Si

Disusun oleh :

Vinka Citra Primadisya

NIM. P20631119037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI TASIKMALAYA


JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020/2021
A. SEKILAS ISU PANGAN TERKINI

“4 Komoditas Pangan yang Diimpor Indonesia Jelang Ramadan, Ini Rinciannya”

Kementerian Pertanian menjelaskan, Indonesia masih harus melakukan impor terhadap


beberapa komoditas panganmulai dari kedelai hingga gula.

Impor pangan ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan komoditas dalam negeri, apalagi
bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri akan segera datang.

"Untuk sebagian komoditas seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula
memang masih membutuhkan impor," ujar Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono
dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).

Momon membeberkan, hingga Mei 2021, Indonesia masih harus mengimpor kedelai
sebanyak 1 juta ton. Untuk bawang putih, besarannya mencapai 257 ribu ton. Lalu daging
sapi/kerbau 145 ribu ton dan gula pasir 646 ribu ton.

Untuk gula pasir, terdapat kebutuhan terhadap gula rafinasi sekitar 3 juta ton (raw sugar).
Momon mengatakan, total kebutuhan gula hingga Mei nanti mencapai hampir 6 juta ton.

"Kita baru memenuhi 2,1 jutanya (produksi gula konsumsi dan rafinasi dalam negeri hingga
Mei 2021)," jelasnya.

Lanjut Momon, impor daging sapi/kerbau sendiri sebenarnya belum mencukupi kebutuhan
hingga Mei mendatang karena masih akan defisit.

"Khusus daging sapi, walau sudah impor, neraca sampai akhir Mei diperkirakan masih defisit
sekitar 14 ribu ton," jelasnya.

Sementara untuk komoditas lain mengalami surplus, seperti jagung sebesar 3,4 juta ton,
bawang merah 28 ribu ton, cabai besar 64 ribu ton, cabai rawit 56 ribu ton, daging ayam ras
202 ribu ton, telur ayam ras 73 ribu ton serta minyak goreng 475 ribu ton.
B. RESUME

Berdasarkan cuplikan berita diatas, didapatkan informasi bahwa Indonesia masih


melakukan impor pangan. Hal ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri,
utamanya untuk hari raya idul fitri yang akan dating. Pangan yang diimpor diantaranya
seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula.

Total, ada 12 item komoditas pokok yang datanya disampaikan oleh Mentan. Sebanyak 4
komoditas dipenuhi lewat impor dan 8 lainnya sudah mencukupi dari kebutuhan dalam
negeri. Rinciannya yaitu:

1. Kedelai

Stok akhir kedelai 2020 sebanyak 413.000 ton dan perkiraan produksi local 42.000 ton.
Sementara perkiraan kebutuhan mencapai 1,3 juta ton. Untuk itu, perkiraan imponya sebesar
1 juta ton.

2. Bawang putih

Stok akhir bawang putih 2020 sebesar 134.000 ton dan perkiraan produksi local 14.000
ton. Sementara perkiraan kebutuhan mencapai 243.000 ton. Untuk itu, perkiraan impornya
257.000 ton.

3. Daging sapi atau kerbau

Adapun stok akhir daging sapi dan kerbau pada 2020 sebesar 34.000 ton dan perkiraan
local 120.000 ton. Sementara perkiraan kebutuhan mencapai 280.000 ton. Untuk itu perkiraan
impornya sebesar 111.000 ton.

4. Gula pasir

Untuk stok gula pada 2020 sebesar 804.000 ton dan perkiraan produksi local 135.000.
Sementara kebutuhan mencapai 1,2 juta ton. Untuk itu, perkiraan impornya 646.000 ton.

Sementara itu, tidak ada rencana impor untuk 8 komoditas pokok lainnya. Sebab produk
negeri dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai Mei 2021. 8 Komoditas itu
meliputi beras, jagung, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, ayam ras, telur ayam ras, dan
terkahir minyak goring.

C. PENYEBAB ISU

Ada beberapa alasan mengapa Indonesia masih melakukan impor komoditas pangan
pokok tersebut. Khususnya untuk bawang putih, disebabkan kondisi iklim Indonesia yang
sulit untuk melakukan produksi.Bawang putih itu jenis komoditas di negara subtropis. Oleh
karena itu memang kita masih harus kejar lebih kuat.
Selain itu, menurutnya perjanjian perdagangan bilateral juga menyebabkan masih ada
kegiatan impor pangan pokok. Misalnya dengan India yang ada semacam 'barter', khususnya
pada komoditas daging kerbau dengan kelapa sawit.

Ini perjanjian-perjanjian bilateral, yang mau atau tidak Indonesia masuk ke perdagangan
global. Dalam kesepakatan itu, kita bisa melakukan ekspor, tapi impor juga. Dan itu
dibahasnya cukup panjang dalam Ratas (rapat terbatas). Contohnya kita harus bisa menerima
daging dari India, tapi India juga penerima sawit kita yang terbesar. Ini proses-proses
perdagangan yang normative.

Namun, untuk komoditas pangan dasar seperti beras tak bisa disebut sebagai komoditas
impor, karena produksi dalam negeri sangatlah besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Penyebab lain kegiatan impor ini yaitu ketahanan pangan Indonesia terus mengalami
gangguan. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor cuaca dan
pencadangan pangan domestik yang kurang. Sebab, perubahan cuaca mempengaruhi
produksi dan distribusi pangan kepada masyarakat, sehingga menyebabkan komoditas seperti
daging sapi, kedelai, cabai rawit merah menjadi mahal. Selain itu, faktor lainnya terkait
pencadangan pangan domestik yang kurang.

D. SOLUSI

Persoalan impor bahan pangan yang tidak ditangani secara tuntas akan menjadi sebuah
ancaman serius, terutama impor komoditas pangan yang jumlahnya mencapai jutaan ton. Hal
ini bukan masalah baru, namun pemerintah tak kunjung menemukan solusi yang tepat dalam
mengatasinya. Menghadapi persoalan klasik tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meminta aktivitas yang berkaitan dengan pangan harus diseriusi. Dalam arahan pada
pembukaan "Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2021" awal pekan ini, Presiden
Jokowi mengaskan, kedelai, jagung, gula perlu diawasi kerena masih impor jutaan ton.
ujarnya. Karena itu, pemerintah sedang mencari cara atau desain yang tepat dalam
meminimalkan masalah impor pangan.

Untuk tahun ini, pemerintah menyiapkan lahan 325.000 hektare untuk menggenjot
produksi kedelai. Hanya, lahan seluas itu cuma mampu menghasilkan 1,5 juta ton kedelai.
Para petani juga kurang berminat menggarap kedelai karena keuntungannya kecil dengan
biaya produksi tinggi. Boleh jadi, sama dengan komoditas pangan impor lainnya menjadi
tidak ekonomis bila diproduksi di dalam negeri. Ini masalah besar bila tidak ditemukan solusi
secepatnya, mengingat penduduk negeri ini yang harus diberi makan mencapai 270 juta.

Pemerintah sebenarnya punya dua solusi. Pertama, menyusun neraca komoditas yang
merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
Kedua, membentuk Badan Pangan Nasional (BPN) yang merupakan amanah dar UU Nomor
18 Tahun 2012 tentang Kelembagaan Pangan.

Dari sisi neraca komoditas, nantinya berbagai informasi terkait pasokan, stok, dan kebutuhan
produksi akan ada di satu wadah. Rincian ini juga sudah mempertimbangkan kebutuhan
industri dan konsumsi rumah tangga.

Neraca ini mencakup tiga aspek, yaitu penetapan rencana kebutuhan dan pasokan, penetapan
rencana komoditas itu sendiri, penerbitan persetujuan ekspor dan impor. Jadi nantinya
kementerian/lembaga setiap tahun menyusun rencana produksi setahun ke depan.

Selanjutnya, data itu akan dikompilasi oleh Indonesian National Single Window (INSW)
untuk kemudian ditetapkan sebagai data acuan. Penetapan data akan dilakukan setiap
Desember pada tahun berjalan, sebelum neraca komoditas berlaku untuk tahun selanjutnya.

Komoditas ini akan dibatasi komoditas kebutuhan pokok dan barang-barang strategis sesuai
usulan kementerian/lembaga. Setelah hal ini disusun, baru nanti terlihat, kira-kira kita butuh
impor atau tidak, dan di sini peran dari Kementerian Perdagangan dan pelaku usaha bisa
mengajukan.

Sementara untuk BPN, saat ini masih dalam pembahasan antar kementerian/lembaga dan
belum ada keputusan opsi seperti apa yang akan diterapkan. Pembentukan BPN turut
melibatkan masukan dari Badan Legislasi (Baleg) DPR.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah memastikan beras impor tidak akan masuk ke
Indonesia hingga Juni 2021. Ia menjamin beras dari petani akan diserap oleh Bulog.

Untuk itu, Jokowi berharap perdebatan impor beras segera dihentikan karena bisa menekan
harga jual gabah di tingkat petani anjlok.

Rekomendasi Kebijakan

Kemampuan untuk mengamankan pangan lebih cepat pada harga yang terjangkau sangat
penting saat keadaan darurat seperti krisis Covid-19 ini. Berikut ini adalah beberapa tindakan
yang direkomendasikan:

 Indonesia harus mempertimbangkan untuk mengeliminasi tarif impor pangan untuk


memaksimalkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Strategi ini telah dilakukan oleh
beberapa negara, seperti Cina, El Salvador, Kosta Rika, Mauritania, dan Maroko
(International Trade Center, 2020).

 Kementerian Perdagangan sebaiknya menghapus SPI dan persyaratan kuota untuk


komoditas pokok seperti daging sapi dan gula. Importir mana pun dengan Angka
Pengenal Importir (API) seharusnya diizinkan untuk bertindak secepatnya. Sistem
perizinan otomatis sudah diaplikasikan di Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat
(ASEAN Briefing, 2020a; ASEAN Briefing 2020b). Hal tersebut dapat mempercepat
proses impor dan mengizinkan importir untuk mendapatkan komoditas pangan segera
dalam rangka antisipasi kenaikan harga dunia. Meskipun demikian, prosedur
karantina dan prosedur sanitari lainnya tetap harus dijalankan untuk memastikan
kualitas pangan.

 Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri perlu menggunakan segala


perangkat diplomasi ekonomi yang cocok untuk memastikan negara-negara
pengekspor tetap membuka perdagangan mereka. Pada deklarasi baru-baru ini,
Indonesia bersama dengan 12 negara lainnya termasuk Singapura, Kanada, dan Korea
Selatan telah setuju untuk tetap membuka rantai pasokan (Septiari, 2020). Termasuk
di dalamnya untuk pangan dan produk pertanian. Ahli FAO dan para ahli lainnya
telah sejak lama menyimpulkan bahwa Krisis Harga Pangan Dunia tahun 2007/2008
adalah perbuatan manusia dan bukan hasil dari faktor-faktor alami. Tanpa adanya
serangkaian keputusan kebijakan yang tidak tepat oleh beberapa negara, harga dunia
tidak akan mencapai angka tinggi seperti yang dialami kala itu (Sharma, 2011).

 Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, perlu memberikan dukungan


ekstra untuk menjaga rantai pasokan pertanian tetap berjalan dengan menyediakan
upaya proteksi kesehatan di pelabuhan, kantor bea dan cukai, karantina, fasilitas
pemrosesan, dan fasilitas penyimpanan dengan pendingin. Fasilitas-fasilitas tersebut
harus dilengkapi dengan upaya perlindungan yang memadai seperti masker dan
fasilitas cuci tangan atau hand sanitizers untuk melindungi para pekerja. Hal tersebut
akan memastikan aliran pangan dan pertanian akan terus berjalan sebaik mungkin
tanpa membahayakan para pekerja yang mendukung rantai pasokan penting ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bisnis.com. 2021. Tak Ada Beras Mentan Beberkan Rencana Impor Bahan Pokok ke DPR.
Ekonomi.bisnis.com : https://ekonomi.bisnis.com/read/20210318/12/1369235/tak-ada-beras-
mentan-beberkan-rencana-impor-4-bahan-pokok-ke-dpr

Lidyani, V. 2020. Terungkap! Ini Alasan RI Masih Impor Bawang Putih hingga Daging Sapi.
Finance.detik.com : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5305692/terungkap-
ini-alasan-ri-masih-impor-bawang-putih-hingga-daging-sapi?
_ga=2.219913626.2033453022.1620612642-1981597203.1620612639

Rahma, A. 2021. 4 Komoditas Pangan yang Diimpor Indonesia Jelang Ramadan, Ini
Rinciannya. Liputan6.com : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4506613/4-komoditas-
pangan-yang-diimpor-indonesia-jelang-ramadan-ini-rinciannya

Koran Sindo. 2021. Impor Bahan Pangan Solusi Serius. Nasional.sindonews.com :


https://nasional.sindonews.com/read/301662/16/impor-bahan-pangan-butuh-solusi-serius-
1610629298

Santia,T. 2021. Ketergantungan Impor, Penyebab Ketahanan Pangan Indonesia Bermasalah.


Liputan6.com : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4471955/ketergantungan-impor-
penyebab-ketahanan-pangan-indonesia-bermasalah

CNN. 2021. Solusi Kementas Agar Polemik Impor Beras Tak Terulang. Cnnindonesia.com :
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210326201951-92-622694/solusi-kementan-agar-
polemik-impor-beras-tak-terulang

Amanta, F. Aprilianti, I. 2020. Kebijakan Perdagangan Pangan Indonesia saat Covid-19.


CIPS Indonesia : https://www.cips-indonesia.org/post/ringkasan-kebijakan-kebijakan-
perdagangan-pangan-indonesia-saat-covid-19

Anda mungkin juga menyukai