Anda di halaman 1dari 8

TELAAHAN STAF

Kepada Yth. : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Dari : Koordinator Program dan Evaluasi
Perihal : Konsep Telaah Staf Perkembangan Harga Kedelai
Tanggal : 5 Agustus 2021

I. Dasar Pertimbangan
Sejak awal tahun 2021, harga kedelai domestik melonjak tajam dan sempat menyebabkan
pengrajin tahu dan tempe menghentikan usahanya. Penyebab lonjak harga utamanya
dipicu oleh kenaikan harga kedelai di pasar internasional, sementara produksi kedelai
domestik masih terbatas. Harga kedelai di pasar internasional sejak September 2020 telah
menembus US$400 per ton dan sejak Desember 2020 hingga Juli 2021 konsisten di atas
US$500 per ton; dan bahkan pada bulan Mei-Juni 2021 sempat menyentuh di atas US$600
per ton. Mencermati perkembangan harga kedelai domestik dan situasi pandemi Covid-19
saat ini, potensi isu lonjak harga kedelai perlu dikendalikan sedini mungkin agar tidak
mengganggu kinerja Kementerian Pertanian.
II. Pra Anggapan
Di masa pandemi Covid-19 saat ini, tahu dan tempe merupakan sumber utama protein
yang paling murah yang dapat diakses oleh masyarakat. Terkait hal tersebut, kedelai
sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe, harus diupayakan
ketersediaannya dan dengan tingkat harga yang masih dapat dijangkau oleh pengrajin
tahu dan tempe. Kelangkaan dan/atau tingkat harga kedelai yang terlampau tinggi (saat ini
harga kedelai sekitar Rp10.000-Rp12.000 per kg) akan menyebabkan gangguan dalam
proses produksi tahu dan tempe.
III. Fakta-Fakta Yang Berpengaruh
1. Berdasarkan data Pink Sheet World Bank, harga kedelai di pasar internasional sejak
bulan September 2020 hingga Juli 2021 berkisar antara US$400-US$644 per ton. Sejak
awal 2015 sampai Agustus 2020, harga kedelai relatif stabil dikisaran US$300-US$400
per ton (tidak sampai di atas US$500 per ton). Lonjakan harga di pasar dunia utamanya
dipicu oleh peningkatan permintaan kedelai yang cukup besar oleh Tiongkok dan
adanya gangguan produksi di negara produsen utama, khususnya Brasil, serta
menunggu masa panen kedelai di Amerika Serikat.
2. Diprediksi harga kedelai dunia akan turun seiring dengan panen di Amerika Serikat,
namun biaya logistik yang diperkirakan masih akan tinggi sebagai akibat pandemi
Covid-19 yang berkepanjangan, akan mengkondisikan harga kedelai impor relatif tinggi.
3. Fakta anecdotal (penuturan para pihak di media massa) menunjukkan bahwa
peningkatan harga kedelai domestik yang saat ini sudah berkisar Rp10.000-Rp12.000
per kg, berpotensi meningkatkan harga tahu dan tempe. Harga tempe saat ini berkisar
Rp17.000-Rp18.000 per kg; sementara harga tahu sekitar Rp700 per potong.
Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Perdagangan Dalam Negeri menyatakan
bahwa para pengrajin tahu dan tempe tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan
kedelai karena saat ini masih ada stok sekitar 610 ribu ton yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan kedelai tiga bulan ke depan.
4. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan harga kedelai domestik selama Maret-
Agustus 2021 konsisten berada dalam kisaran Rp12.000an per kg. Tingkat harga
tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang berkisar Rp9.000-Rp10.000 per kg.
IV. Kesimpulan
1. Harga kedelai domestik sejak Maret 2021 hingga Agustus 2021 masih stabil di kisaran
Rp12.000an per kg. Tingginya harga kedelai domestik yang sebagian besar masih
diimpor, selaras dengan harga kedelai dunia yang sejak Desember 2020 hingga Juli
2021 stabil dikisaran harga US$500an per ton.
2. Harga kedelai dunia tiga bulan terakhir sudah menunjukkan tren menurun karena petani
kedelai di Amerika Serikat satu hingga dua bulan ke depan akan memasuki panen raya.
Namun harga kedelai impor di Indonesia diperkirakan akan masih relatif tinggi karena
biaya logistik yang meningkat tajam akibat pandemi Covid-19.
3. Stok kedelai saat ini mencapai 610 ribu ton yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pengrajin tahu dan tempe selama tiga bulan ke depan. Namun demikian,
perlu diantisipasi adanya permainan spekulan yang dapat menyebabkan naiknya harga
kedelai domestik.
V. Saran Kebijakan
1. Mengantisipasi terjadinya kelangkaan dan lonjak harga kedelai yang saat ini sudah
relatif tinggi, disarankan untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan untuk memastikan ketersediaan stok
kedelai dan mengkondisikan tidak terjadinya permainan spekulan importir kedelai.
b. Pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan tanaman kedelai yang dilakukan
oleh Ditjen Tanaman Pangan harus dipersiapkan dengan baik, untuk mengantisipasi
isu kenaikan harga kedelai.
c. Ditjen Tanaman Pangan dan Badan Ketahanan Pangan memantau realisasi impor
kedelai berdasarkan RIPH dan Surat Izin Impor yang telah diterbitkan Kementerian
Perdagangan.
2. Perlu diantisipasi terjadinya lonjak harga kedelai di pasar dunia pada tahun 2022 yang
dipicu oleh peningkatan permintaan dari negara importir besar, khususnya Tiongkok.
Salah satu upaya yang disarankan adalah segera disusun neraca kebutuhan kedelai
domestik, sehingga dapat diputuskan kebutuhan kedelai yang harus diimpor.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian arahan lebih lanjut Bapak Kepala Pusat, kami
sampaikan terima kasih.

Sumedi
700

600

500

400

300

200
2020 2021
100

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2020 387,05 375,63 372,61 361,26 359,17 369,58 381,07 384,55 423,41 454,25 499,98 510,94
2021 576,3 578,26 585,71 597,13 643,65 614,68 600,0 515,3

Gambar 1. Harga Kedelai Dunia Tahun 2020-2021 (US$/ton)

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000
2020 2021

2.000

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2020 9.533 10.383 10.217 10.383 10.233 10.350 10.200 10.167 10.100 10.150 10.150 10.183
2021 10.950 11.333 12.282 11.266 12.300 12.350 12.467 12.450

Gambar 2. Harga Kedelai Domestik Tahun 2020-2021 (Rp/Kg)

Anda mungkin juga menyukai