Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka meningkatkan


kesejahteraan masyarakat diperlukan kondisi inflasi yang rendah dan stabil.
Inflasi yang rendah dan stabil akan berdampak positif kepada kondisi sosial
ekonomi masyarakat dengan terjaganya daya beli.

Karakteristik inflasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain terjadinya


bencana seperti banjir maupun kemarau yang sangat panjang yang
menyebabkan gangguan produksi terutama hasil pertanian (bahan makanan).
Disamping itu juga dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga BBM/LPG yang
memberikan dampak pada inflasi komoditas yang harganya diatur oleh
pemerintah. Kebijakan kenaikan harga eceran BBM/LPG dapat memicu
terjadinya kenaikan inflasi dan berdampak pada kenaikan tarif angkutan dan
beberapa bahan komoditas baik barang maupun jasa lainnya.

Langkah-langkah yang diambil untuk menekan laju inflasi antara lain


memperkuat kelembagaan, meningkatkan koordinasi dan komunikasi,
monitoring langsung ke pasar-pasar guna memantau ketersediaan pasokan,
stok, perkembangan harga dan kondisi permintaan barang kebutuhan pokok,
mempengaruhi ekspektasi publik melalui media cetak/pers rilis, kebijakan
operasi pasar melalui pasar murah dan mempercepat penyaluran program
raskin. Koordinasi antara Pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah
dengan Bank Indonesia (Bank Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia diberikan mandat atau
tugas pokok untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
dalam penjelasan bermakna stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah). Koordinasi
yang kuat antara Pemerintah dengan Bank Indonesia dalam mengendalikan
inflasi diperkuat dengan terbentuknya TPI di tingkat pusat dan TPID di tingkat
daerah.

1
Untuk Kabupaten Sleman TPID terbentuk tahun 2013 dengan dikeluarkannya
SK Bupati No. 500/Kep.KDH/A/2013 tanggal 22 November 2013 tentang Tim
Pelaksana Pengendalian Inflasi Daerah.

1.2. DASAR KEGIATAN

Kegiatan Fasilitasi Koordinasi Tim Pelaksana Pengendalian Inflasi Daerah ini


dilaksanakan berdasarkan DPA Bagian Perekonomian Nomor :
02/3.00.01.01/Kep.Ka.BKAD/DPA-SKPD/2018 tanggal 10 Desember 2018.

1.3. MASUKAN
a. Sumber Dana : Rp. 7 .566.750,-
b. Tenaga : 43 orang
c. Waktu : 12 bulan
d. Lokasi : Kabupaten Sleman

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud
Maksud dibentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah adalah untuk
mengkoordinasikan SKPD dalam menjamin produksi, ketersediaan pasokan
dan kelancaran distribusi serta pengendalian harga pangan pokok dalam
rangka pengendalian inflasi Daerah.
B. Tujuan
Tujuan dibentuknya TPID adalah :
a. Melakukan inventarisasi data, mengindentifikasi dan menganalisa
permasalahan perekonomian daerah yang dapat mengganggu
keterjangkauan barang dan jasa.
b. Merumuskan rekomendasi kebijakan yang bersifat sektoral terkait upaya
menjaga keterjangkauan barang dan jasa.
c. Merumuskan kebijakan yang akan ditempuh terkait pengendalian inflasi
Daerah.
d. Melakukan komunikasi, sosialisasi dan publikasi serta memberikan
himbauan (moral suasion) kepada masyarakat mengenai hal-hal yang
diperlukan dalam upaya menjaga stabilitas harga.

2
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten Sleman tahun 2019


merupakan kegiatan atau program kerja Pemerintah Daerah atas dasar
rekomendasi TPID, terutama dalam stabilitas harga baik ketersediaan, harga,
distribusi dan kerawanan pangan.

2.1. Stabilitas Harga Pangan :


2.1.1. Ketersediaan
 Ketersediaan kebutuhan pokok cenderung tercukupi bahkan
cenderung surplus terutama untuk komoditas beras, cabe, daging
ayam, telur dan ikan.
Tabel 2.1
Data produksi, kebutuhan dan ketersediaan beberapa komoditas
bulan Februari 2019

No. Komoditas Produksi (ton) Kebutuhan (ton) Surplus/Minus (ton)

1. Beras 16.686,17 12.317,29 4.368,87

2. Cabe Merah N. A. 262,44 N. A.

3. Cabe Rawit N. A. 166,06 N. A.

4. Bawang Merah N. A. 527,24 N. A.


5. Daging Sapi 40,62 91,47 -50,85

6. Daging Ayam 1.809,31 1.428,22 381,10


7. Telur 2.115,17 1.593,30 521,87
8. Ikan N. A. 6.505,49 N. A.
Sumber data : Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Tahun 2019

2.1.2. Bahan Bakar


 Kuota LPG Bersubsidi Tahun 2019 untuk Kabupaten Sleman
sebanyak 37.256 MT (12.418.666 tabung).

3
 Untuk mengatasi adanya peningkatan penggunaan LPG 3 Kg
terutama pada hari-hari besar nasional, upaya yang dilakukan
adalah :
a. Pada Tahun 2019 ini Fungsi Domestik Gas (unit usaha
Pertamina) menambah alokasi LPG 3 Kg sebesar 7 % dari
rata-rata harian normal untuk persiapan Natal 2019 & Tahun
Baru 2020 Selain itu ada tambahan 2 % di seluruh SPBU untuk
stabilisator.
b. Menambah outlet siaga penjualan LPG di beberapa SPBU dan
modern outlet agar masyarakat tetap dapat mudah membeli
LPG khususnya menjelang natal 2019 dan tahun baru 2020
(sebagai antisipasi kemungkinan pangkalan-pangkalan
tutup/libur).
c. Penambahan armada dan awak mobil tangki.
d. Menyiapkan Reguler Alternatif Emergency (RAE) Supply di
Depot dan Terminal LPG Pertamina.
e. Menambah jam operasional Stasiun Pengisian dan
Pengangkutan Bulk Elpiji (SP(P)BE) & Stasiun Pengisian dan
Pengiriman Elpiji Khusus (SPPEK) sesuai dengan kebutuhan.
f. Mewajibkan SPBU jalur utama untuk buka 24 jam.
g. Memastikan penambahan permintaan SPBU untuk semua jenis
Bahan Bakar Minyak (BBM) / Bahan Bakar Khusus (BBK).
h. Memperpanjang pelayanan terminal BBM , jika diperlukan s.d
24 jam.
i. Membuat SPBU Kantong di jalur padat pariwisata (rencana di
SPBU Gading dan SPBU Duwet Gunungkidul).
j. Koordinasi aparat terkait pengamanan pasokan BBM.

2.1.3. Harga
Harga rata-rata bahan pokok khususnya bahan pokok dari bulan
Januari s/d Maret 2019 rata-rata stabil. Harga kebutuhan pokok
mengalami kenaikan biasanya menjelang hari-hari besar nasional dan
libur sekolah. Perkembangan Harga Kebutuhan Bahan Pokok Tiap
Bulan Tahun 2019 seperti tampak pada tabel dan grafik dibawah ini.

4
1. Beras
Harga beras pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 cenderung
stabil.
Tabel 2.2
Harga Rata-rata Beras Bulan Januari s.d Maret Tahun 2019
JAN PEB MARET

11,383 11,367 11,500

Grafik 2.1

2. Gula Pasir
Harga gula pasir pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
mengalami peningkatan pada bulan Maret Perkembangan harga
selama bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 dapat dilihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Harga Rata-rata Gula Pasir bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET

Gula Pasir 10,417 10,417 10,583

Grafik 2.2
Harga Rata-rata Gula Pasir bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

5
3. Minyak Goreng
Harga minyak goreng pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
mengalami penurunan pada bulan januari sampai dengan bulan
Februari. Bulan Maret mengalami kenaikan Perkembangan harga
minyak goreng selama bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 dapat
dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4.
Harga Rata-rata Minyak Goreng bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET


Minyak Goreng Curah 10,200 10,033 10,117

Grafik 2.3
Harga Rata-rata Minyak Goreng bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

4. Daging Sapi

6
Harga daging sapi pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 stabil.
Perkembangan harga daging sapi bulan Januari s.d. Maret tahun
2019 dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Harga Rata-rata Daging Sapi bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
KOMODITAS JAN PEB MARET
Daging Has 118,333 118,333 118,333

Grafik 2.4
Harga Rata-rata Daging Sapi bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

5. Daging Ayam Potong


Harga daging ayam potong pada tahun 2019 cenderung menurun.
Perkembangan harga bulan bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6.
Harga Rata-rata Ayam Potong bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET


Ayam Potong 38,833 32,667 31,250
Grafik 2.5
Harga Rata-rata Ayam Potong bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

7
6. Telur
Harga telur ayam pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 dapat
dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7.
Harga Rata-rata Telur bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET


Telur Ayam Broiler 25,417 22,000 21,500

Grafik 2.6
Harga Rata-rata Telur bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

7. Cabe Keriting
Harga cabe keriting pada bulan bulan Januari s.d. Maret tahun
2019 secara rinci seperti pada tabel 2.8.

Tabel 2.8.
Harga Rata-rata Cabe Keriting bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
KOMODITAS JAN PEB MARET
Cabe Keriting 29,167 17,000 15,583

Grafik 2.7
Harga Rata-rata Cabe Keriting Per Bulan Tahun 2019
8
8. Cabe Rawit Merah
Harga cabe rawit merah pada bulan bulan Januari s.d. Maret tahun
2019 secara rinci seperti pada tabel 2.9.

Tabel 2.9.
Harga Rata-rata Cabe Rawit Merah bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET


Cabe Rawit Merah 40,667 20,333 21,333

Grafik 2.8
Harga Rata-rata Cabe Rawit Merah Per Bulan Tahun 2019

9. Bawang Merah
Harga bawang merah pada bulan bulan Januari s.d. Maret tahun
2019 secara rinci seperti pada tabel 2.10.

Tabel 2.10.
Harga Rata-rata Bawang Merah bulan Januari s.d. Maret tahun 2019
9
KOMODITAS JAN PEB MARET
Bawang Merah 28,833 23,333 24,500

Grafik 2.9
Harga Rata-rata Bawang Merah bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

10. Bawang Putih


Harga bawang putih bulan Januari s.d. Maret tahun 2019 secara
rinci seperti pada tabel 2.11.
Tabel 2.11.
Harga Rata-rata Bawang Putih bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

KOMODITAS JAN PEB MARET


Bawang Putih 23,667 27,667 34,667

Grafik 2.10.
Harga Rata-rata Bawang Putih bulan Januari s.d. Maret tahun 2019

2.2. Distribusi

10
Jalur distribusi untuk angkutan kebutuhan pokok selama bulan Januari
s.d. Maret tahun 2019 relatif lancar dan apabila terjadi kemacetan dan
kerusakan armada distribusi dari Hubkominfo, Organda dan Polres siap untuk
mengantisipasi, dengan menambah jumlah armada, memperbaiki jalur yang
rusak dan membuat pos-pos keamanan dititik rawan kemacetan dan
kerawanan terutama di daerah perbatasan.

2.3. Pemantauan Barang dan Jasa


1. Pemantauan barang rutin dilakukan oleh Tim yang terdiri dari Dinas
Perindag, BPOM, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan, Dinas
Kesehatan, Pol PP, Kecamatan serta SKPD terkait lainnya dengan hasil
pemantauan sebgai berikut :
a. Makanan yang mengandung RhoB (Rodhamin B) : lanting.
b. Makanan yang mengandung Formalin : teri nasi, teri nasi putih, cumi
asin kering.
c. Makanan yang mengandung Borax : mie basah dan mie matang.
2. Pemantauan utamanya dilakukan untuk merazia praktek penimbunan
barang, barang yang kadaluwarsa dan penggunaan bahan berbahaya.
Pemantauan penggunaan bahan berbahaya dilaksanakan oleh Tim
Pengawasan Terpadu Penyalahgunaan Bahan Berbahaya dalam Pangan.
3. Bagi pedagang yang masih ditemukan menjual makanan yang
mengandung zat berbahaya diberikan sanksi berupa surat peringatan
sampai dicabut ijinnya.
4. Untuk menampung aduan masyarakat telah disediakan website :
slemankab.go.id, Lapor Sleman atau melalui kotak pengaduan di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.

2.4. Kerawanan Pangan dan Keamanan


A. Kerawanan Pangan
Untuk menjaga bahan pangan sampai ke konsumen dalam kondisi
aman untuk dikonsumsi maka diperlukan pengawasan terhadap
peredaran barang-barang terutama kebutuhan pangan yang mengandung
zat berbahaya dan sudah kadaluwarsa. Pengawasan dilakukan di pasar-
pasar maupun toko-toko. Tahun 2019 pengawasan peredaran barang
berbahaya dilakukan bekerjasama dengan dinas teknis dan BPOM
11
terutama menjelang Hari Raya Idhul Fitri dan Natal yaitu pada bulan Juni
dan Desember 2019. Hasil dari pengawasan tersebut ditemukan beberapa
bahan kebutuhan pangan yang mengandung zat berbahaya misalnya
lanting yang positif mengandung rodamin B dan teri nasi putih positif
mengandung formalin. Tindakan yang diambil apabila pedagang
kedapatan menjual barang yang mengandung zat berbahaya maka akan
dibuatkan surat peringatan sampai dilakukan penutupan usahanya.

B. Keamanan
Untuk mengeliminir adanya tingkat kerawanan keamanan terutama
dengan adanya isue-isue negatif yang meresahkan masyarakat, pihak
berwenang melakukan beberapa antisipasi dilapangan, yaitu dengan
melakukan operasi penjualan minuman berakohol di tempat-tempat
tertentu, membuat pos-pos keamanan di tempat keramaian terutama
tempat-tempat pariwisata, ibadah, mall dan terminal.

2.5. Kegiatan Strategis Untuk Menjaga Stabilitas Harga :


Kegiatan Strategis untuk Menjaga Stabilitas Harga :
a. TTI (Toko Tani Indonesia) di 10 lokasi di Kecamatan Godean,
Gamping, Ngaglik, Depok dan Sleman, dengan komoditas
yang dijual berupa beras yang disalurkan oleh 3 Gapoktan
(Kapoktan Hastorejo, Sendangrejo, Minggir: Gapoktan Ngudi
Kamulyan, Sindumartani, Ngemplak: Gapoktan Sidomulyo,
Sidomulyo, Godean).
b. Pemanfaatan pekarangan untuk budidaya tanaman buah,
sayur, peternakan dan perikanan.
c. Program RPK (Rumah Pangan Kita) bekerjasama dengan
bulog sebanyak 126 outlet. Bahan yang dijual di RPK antara
lain beras, gula dan minyak goreng dengan harga yang sudah
ditetapkan Bulog.
d. Program penggunaan produk lokal
 Komitmen bersama
Penandatanganan Pernyataan Komitmen Bersama
Pengembangan Produk Lokal Kabupaten Sleman antara

12
Bupati dengan para pengusaha dan UMKM Kabupaten
Sleman.
 Surat himbauan Nomor 500/19921 tanggal 2 Agustus
2015 perihal Penggunaan Produk Lokal.
 Pengembangan tanaman cabe seluas 115 Ha
 Pasar tani yang dilaksanakan setiap Jumat di Lapangan
Pemda
 Surat Edaran Nomor 521/02735 tanggal 18 Oktober 2018
tentang Penggunaan Beras Sleman Bagi ASN
 Surat Edaran Nomor 500/03205 tanggal 29 November
2018 tentang Pengutamaan Penggunaan Produk Lokal
(Beras Sleman, Air Minum Dalam Kemasan Daxu, Salak
Pondoh dan Olahannya, Batik Khas Kabupaten Sleman
dan Kerajinan Bambu).

13
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Evaluasi
3.1.1. Evaluasi Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana harga barang secara umum mengalami
kenaikan terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam negeri. Inflasi
Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan inflasi
tersebut karena adanya penurunan harga beberapa komoditas bahan pokok
terutama bawang merah dan cabe dengan datangnya musim panen di daerah
pemasok serta langkah-langkah yang nyata terutama pemantauan harga
sekaligus sidak di pasar-pasar tradisional oleh TPID.
Tabel 3.2.
Inflasi Bulanan Kabupaten Sleman
Tahun 2019
Jan Peb Mrt
INFLASI 0,40 -0,01 0,13

3.1.2. Evaluasi Kegiatan


Koordinasi pelaksanaan kegiatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang
direncanakan sebanyak 5 kali, sampai dengan bulan Maret belum ada kegiatan
Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

3.2. Permasalahan dan Solusi


3.2.1. Permasalahan Inflasi
Inflasi Kabupaten Sleman tahun 2019 banyak dipengaruhi oleh harga
kebutuhan pangan yang tinggi pada hari-hari besar nasional, menjelang liburan
dan tahun baru. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Rantai pasar produk pertanian yang terlalu panjang, hasil panen/produksi
petani masyarakat Sleman dijual ke luar wilayah Kabupaten Sleman dan baru
dijual kembali ke warga Sleman, sehingga harga menjadi lebih tinggi.

14
2. Kurangnya koordinasi dari Dinas teknis dalam mendukung pengendalian
kenaikan harga terutama pelaporan perkembangan kegiatan yang tertuang
dalam program kerja TPID tiap tahun.

3.2.2. Solusi Permasalahan


1. Diperlukan perbaikan tata niaga distribusi bahan-bahan hasil pertanian antara
lain dengan memperpendek distribusi pasar antara lain mempertemukan
langsung ke produsen dengan buyer/konsumen..
2. Pemetaan ketersediaan dan stok.
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan membuat kajian tentang
ketersediaan dan stok.
3. Koordinasi rutin untuk mengetahui perkembangan progress program kerja tiap
dinas teknis.
4. Peningkatan kerjasama antar daerah terutama diperbatasan dalam rangka
memenuhi kebutuhan bahan pangan masyarakat.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Stabilitas Harga Pangan


a. Ketersediaan
Ketersediaan kebutuhan pokok Kabupaten Sleman bulan Januari s.d
Maret tahun 2019 secara umum tercukupi bahkan cenderung surplus.
Hanya komoditas tertentu yang minus karena pengaruh cuaca dan
serangan hama, namun masih bisa dicukupi dari daerah lain.
b. Distribusi
Distribusi kebutuhan pokok dari produsen ke konsumen cenderung
lancar. Antisipasi terhadap penyebab terganggunya jalur distribusi
sudah diantisipasi dengan baik, misalnya perbaikan jalan yang rusak,
jembatan runtuh dan mengalihkan arus lalulintas bila terjadi
kemacetan.
c. Harga
Harga kebutuhan pokok cenderung stabil dan terjangkau oleh
masyarakat Komoditas tertentu yang harganya mengalami kenaikan
terutama disebabkan musim kemarau yang panjang sehingga
mempengaruhi hasil panen, larinya komoditas ke luar daerah,
kebijakan nasional dalam menaikkan BBM, LPG dan TDL.
d. Keamanan Pangan
Masih ditemukan makanan yang mengandung zat berbahaya terutama
di pasar-pasar perbatasan. Pengawasan dan pemantauan rutin
dilakukan untuk mengamankan konsumen dan memberikan efek jera
kepada produsen dengan langkah-langkah tindakan yang tegas.

2. Inflasi Kabupaten Sleman dari bulan Januari s.d Maret tahun 2019
mengalami penurunan pada bulan Februari menjadi sebesar -0,01 %.

16
3. Kelembagaan TPID
a. Koordinasi rutin TPID tingkat Kabupaten dan Provinsi dapat segera
memberikan solusi kebijakan bila terjadi kenaikan harga kebutuhan
pokok.
b. Inflasi dapat dikendalikan bila semua aspek yang terlibat didalamnya
dapat terkendali karena adanya kebijakan tepat yang diambil oleh
pemerintah.

4.2 Saran
Usulan Kebijakan
Inflasi tahun 2019 cenderung turun dibandingkan inflasi sebelumnya. Hal
demikian harus disikapi dengan tindakan-tindakan yang lebih nyata. Koordinasi
antar TPID baik tingkat daerah,provinsi dan nasional perlu diintensifkan. Berikut
ini, beberapa langkah kedepan yang perlu dilakukan :
1. Perlunya pemahaman (mindset) yang sama bagi anggota TPID Kabupaten
Sleman terhadap pentingnya menjaga stabilitas harga agar tidak terjadi
gejolak sosial ekonomi di masyarakat.
2. Kerjasama dengan wartawan melalui Bagian Humas dan Protokol sebagai
dukungan media untuk menjaga ekspektasi masyarakat.
3. Melakukan pertemuan rutin TPID baik Kabupaten, Provinsi dan Nasional
untuk mengatasi permasalahan yang ada khususnya menjelang hari-hari
besar nasional maupun adanya kenaikan harga BBM.
4. Melakukan kunjungan lapangan ke pasar-pasar untuk memantau
perkembangan harga, distribusi dan ketersediaan.
5. Menjalin kerjasama dengan daerah lain yang mempunyai ketersediaan
bahan lebih banyak untuk mensupply komoditas pokok di Kabupaten
Sleman khususnya dan DIY pada umumnya.
6. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap distributor agar lebih
menjaga ketersediaan dan memperlancar distribusi sehingga stabilitas
harga terjaga.

17

Anda mungkin juga menyukai