Anda di halaman 1dari 13

TUGAS EKONOMI MANAGERIAL

KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Laurentius Ready Setya Dharma

Nim : 21210038

UNIVERSITAS MAHARDIKA
2023
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara agraris memilki peluang yang besar untuk
mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui sector pertanian.
Pemerintah terus berupaya untuk melakukan pembangunan di sector pertanian agar
mampu berkembang terus setiap waktu. Pembangunan sector pertanian akan
berdampak positif terhadap perekonomian negara, ketersediaan bahan pangan, serta
mampu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.

Salah satu komoditas unggulan dalam sub sektor perkebunan adalah tanaman
kopi. Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja,
terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat
tinggi atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman.

Indonesia adalah salah satu negara produsen kopi paling besar di dunia.
Produksi kopi Indonesia menempati posisi keempat pada tahun 2016 dengan total
produksi sebanyak 11.491.000 ton setelah Brazil yang menduduki posisi pertama
dengan total produksi sebanyak 55.000.000 ton. Sementara di Indonesia, produksi kopi
mengalami fluktuatif namun memiliki trend yang meningkat seperti terlihat dari gambar
1.1 berikut ini.

Produksi Kopi di Indonesia, 2017-


2021
780,000
760,000 765,415
756,051 753,941
740,000 752,511
720,000 717,962
700,000
680,000
2017 2018 2019 2020 2021

Gambar 1.1 Produksi Kopi di Indonesia tahun 2017 – 2021

Sumber: www.pertanian.go.id

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukkan bahwa produksi kopi di Indonesia


memiliki trend yang meningkat dari tahun 2017 meningkat di tahun 2018 namun
mengalami penurunan di tahun 2019 dan kembali meningkat di tahun 2020 hingga
2021. Namun berbeda dengan produksi kopi di Jawa Timur yang mengalami
penurunan seperti terlihat pada gambar 1.2 berikut ini.

Produksi Kopi di Jawa Timur, 2017-2021


70,000
64,711
60,000 64,529
50,000 48,498 48,675
49,157
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2017 2018 2019 2020 2021

Gambar 1.2 Produksi Kopi di Jawa Timur tahun 2017 – 2021

Sumber: www.pertanian.go.id

Berdasarkan gambar 1.2 menunjukkan bahwa produksi Kopi di Jawa Timur


mengalami penurunan dari tahun 2017 hingga tahun 2020, sedangkan di tahun 2021
mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Menurut Kementrian Pertanian (2013),
Indonesia menghasilkan tiga jenis kopi berturut-turut berdasarkan volume produksinya
yaitu Robusta, Arabika, dan Liberika. Ketiga kopi tersebut ditanam pada tanah dan
ketinggian yang berbeda. Menurut Kusumawati (2005), produk Kopi Arabika akan
bernilai tinggi sebagai komoditas ekspor, akan tetapi dalam proses pengolahannya
memerlukan tingkat pengolahan yang tinggi pula. Lain halnya dengan jenis Kopi
Robusta, pengolahannya lebih mudah tetapi kualitas produk yang dihasilkan lebih
rendahSalah satu komoditas unggulan dalam sub sektor perkebunan adalah tanaman
kopi. Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja,
terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat
tinggi atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman.

1. Indonesia adalah salah satu negara produsen kopi paling besar di dunia.
Produksi kopi Indonesia menempati posisi keempat pada tahun 2016 dengan
total produksi sebanyak 11.491.000 ton setelah Brazil yang menduduki posisi
pertama dengan total produksi sebanyak 55.000.000 ton

1.2 Permasalahan yang dihadapi secara managerial


.

UD. Triyasa Barata, mempunyai ciri khas dengan konsep tempat (adanya
tempat produksi langsung), konsep pelayanan, konsep penjualan yang fokus pada
konsumen. UD. Triyasa Barata Surabaya Jawa Timur berdiri tahun 2017. Pemilihan
UD. Triyasa Barata sebagai objek penelitian sudah cukup dikenal oleh kalangan
masyarakat daerah sekitar. Sejak awal berdirinya UD. Triyasa Barata berusaha untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dan untuk penikmat kopi bubuk giling yang memiliki
ciri khas tersendiri. Akan tetapi, dalam perkembangannya, UD. Triyasa Barata
mengalami permasalahan pada penghasilan yang mengalami penurunan. Berikut
peneliti sajikan data jumlah penghasilan UD. Triyasa Barata selama bulan Januari
2021 – Oktober 2021:
Tabel 1.1 Data Penjualan 2021

Bulan Penghasilan Perkembangan

Januari 2022 Rp 150.500,000

Februari 2022 Rp 165.550.000 10%

Maret 2022 Rp 167.205,500 1%

April 2022 Rp 168.877,555 1%

Mei 2022 Rp 153.678,575 -9%

Juni 2022 Rp 137.542,000 -11%

Juli 2022 Rp 123.788,092 -10%

Agustus 2022 Rp 100.268,355 -19%

September 2022 Rp 110.295,000 10%

Oktober 2022 Rp 121.324,709 10%

Sumber UD. Triyasa BarataTahun 2021

Berdasarkan tabel data diatas penjualan Kopi Bubuk UD. Triyasa Barata ada
pada kondisi fluktuatif pada bulan Januari 2022 – Oktober 2022. Saat memasuki bulan
April 2022- Agustus 2022 UD. Triyasa Barata mengalami penurunan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi yaitu adanya Pandemi Covid19 yang semakin memburuk.

Karena itu, usaha Kopi Bubuk UD. Triyasa Barata perlu adanya penetapan
strategi pemasaran yang tepat guna dapat meningkatkan dan menstabilkan penjualan
serta penghasilan UD. Triyasa Barata. Analisis SWOT dapat membantu usaha bisnis
untuk menganalisis bagaimana Strategi Pemasaran yang harus dijalankan usaha
bisnis tersebut dalam mencapai tujuannya. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunites), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

1.3 Langkah-Langkah Permasalahan


Guna memberikan masukan bagi perusahaan yang mengalami penurunan di dalam
objek penjualan maka langkah-langkah diambil sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi akan kelemahan kekuatan peluang dan ancaman yang terjadi


pada perusahaan
2. Memberikan masukan-masukan dengan strategi yang diterapkan pada
perusahaan

1.4 Landasan Teori

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup banyak


dibudidayakan di Indonesia baik oleh rakyat maupun perkebunan besar. Tanaman
kopi mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1969. Menurut Najiyati dan Danarti (2004)
tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya mulai berproduksi pada umur 2,5-3
tahun. Kopi robusta sudah mulai berproduksi pada umur 2,5 tahun dengan umur
ekonomis dapat mencapai 15 tahun, sedangkan kopi arabika mulai berproduksi pada
umur 2,5-3 tahun. Tingkat produksi kopi sangat dipengaruhi oleh tingkat
pemeliharaan, seperti pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan pemilihan
bibit.

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari
Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh
masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya,
yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Hamni, 2013).

Menurut Hayati (2012) kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling
atau ditumbuk hingga menyerupai serbuk halus. Kopi juga nikmat bila disantap ketika
pagi hari, karena kopi memiliki khas rasa yang dapat menggairahkan peminumnya.
Kopi juga dapat bernilai ekonomis yang tinggi, karena banyak kalangan yang
menyukainya baik usia muda sampai tua. Minuman kopi juga dapat disajikan dengan
berbagai inovasi, inilah yang dapat memberikan rasa kenikmatan untuk selalu
menikmati setiap hasil olahan minuman ini. Olahan kopi yang berbeda tiap
kemasananya akan memberikan ciri khas yang berbeda, tiap daerah dan waktu akan
memeberikan khas yang beragam, hal ini menjadikan kopi dapat dijadikan lahan
bisnis yang dapat memberikan keuntungan.
1.4.1 Jenis Kopi

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yakni kopi arabika (Coffea arabika) dan
robusta (Coffea canephora). Sementara itu, ada juga jenis Coffea Liberika dan Coffea
congensis yang merupakan perkembangan dari jenis robusta.

1. Arabika

Nama ilmiah kopi arabika adalah Coffea arabica. Carl Linnaeus, ahli botani
asal Swedia, menggolongkannya kedalam keluarga Rubiaceae genus Coffea.
Sebelumnya tanaman ini sempat diidentifikasi sebagai Jasminum arabicum oleh
seorang naturalis asal Perancis. Kopi arabika diduga sebagai spesies hibrida
hasil persilangan dari Coffea eugenioides dan Coffea canephora (Hamni, 2013).

Berikut ciri-ciri kopi arabika:

a. Aromanya wangi sedap mirip pencampuran bunga dan buah. Hidup di


daerah yang sejuk dan dingin.
b. Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta.
c. Memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut.
d. Rasa kopi arabika lebih mild atau halus. Kopi arabika juga terkenal pahit.
2. Robusta

Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 18981 oleh ahli
botani dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi
daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan
secara besar-besaran di awalabad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di
Indonesia. Kopi jenisini memiliki sifat lebih unggul dan sangat cepat
berkembang, oleh karena itu jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh petani
kopi di Indonesia. Beberapa sifat penting kopi robusta yaitu resisten terhadap
penyakit (HIV) dan tumbuh sangat baik pada ketinggian 0-900 meter dari
permukaan laut. Namun idealnya ditanam pada ketinggian 400-800 meter.
Suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini sekitar 26°C dengan curah hujan
2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang
memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 5-6,5 (Panggabean, 2011)
3. Liberika

Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan di Indonesia, tetapi sekarang sudah


ditinggalkan oleh pekebun dan petani. Pasalnya, bobot biji kopi keringnya
hanya 10% dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot basah dan bobot
kering, rendeman biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu faktor
tidak berkembangnya jenis kopi liberika di Indonesia. Rendeman kopi Liberika
hanya sekitar 10 – 12%. Karakteristik, biji kopi Liberika hamper sama dengan
jenis 5 arabika. Pasalnya, jenis kopi liberika merupakan pengembangan dari
jenis arabika. Kelebihannya, jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama
Hemeliavastatrixi dibandingkan dengan kopi jenis arabika (Panggabean, 2011).

1.4.2 Penggilingan Kopi

Pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pedagang pengecer,


industry kecil, dan pabrik. Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya
dilakukan secara tradisional dengan alat – alat sederhana. Hasilnya pun biasanya
hanya dikonsumsi sendiri atau dijual bila ada pesanan. Pembuatan kopi bubuk oleh
pedagang pengecer atau industry kecil sudah agak meningkat dengan mesin-mesin
yang cukup baik, tetapi masih dalam jumlah terbatas. Namun, hasilnya hanya
dipasarkan sendiri atau dipasarkan ke pedagang pengecer yang lebih besar.

Pembuatan kopi bubuk oleh pabrik biasanya dilakukan secara modern dengan
skala cukup besar. Hasilnya dikemas dalam bungkus rapi dengan menggunakan
kertas aluminium foil agar kualitasnya terjamin, serta dapat dipasarkan ke berbagai
daerah yang lebih luas. Pembuatan kopi bubuk biasanya dibagi dalam dua tahap, yaitu
tahap perenangan dan tahap penggilingan (Najiyati dkk, 2008).

1. Perendangan (penyangraian)

Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras pada


suhu 200-2500. Pada proses perendangan, kopi juga mengalami perubahan
warna dari hijau atau cokelat hijau menjadi cokelat kayu manis, kemudian
menjadi hitam dengan permukaan berminyak. Bila kopi sudah berubah menjadi
warna kehitaman dan mudah pecah (retak) maka penyangraian segera
dihentikan. Selanjutnya kopi segera diangkat dan didinginkan. Perendangan
secara tradisional umumnya dilakukan oleh petani secara terbuka dengan
wajan yang terbuat dari tanah (kuali). Bila alat ini tidak ada, bisa pula dilakukan
dengan wajan yang terbuat dari besi/baja. Peredangan kopi oleh pedagang
atau pabrik dilakukan secara tertutup dengan mesin yang harganya cukup
mahal seperti batch roaster sehingga sering tidak terjangkau oleh industri kecil
yang modalnya terbatas (Najiyati dkk, 2008).

2. Penggilingan (Penumbukan)

Penggilingan adalah proses pemecahan butir-butir biji kopi yang telah


direndang untuk mendapatkan kopi bubuk berukuran maksimum 75 mesh.
Ukuran butir-butir (partikel-partikel) bubuk kopi berpengaruh terhadap rasa dan
aroma kopi. Secara umum, semakin kecil ukurannya maka rasa dan aromanya
semakin baik. Hal ini dikarenakan semakin besar bahan yang terdapat di dalam
kopi dapat larut di dalam air Ketika diseduh.

Penggilingan tradisional dilakukan dengan cara menumbuk kopi


menggunakan alat penumbuk yang disebut lumpang dan alu. Lumping terbuat
dari kayu atau batu, sedangkan alu terbuat dari kayu. Setelah ditumbuk hingga
halus, bubuk kopi disaring denga nayakan paling besar 75 mesh. Bubuk kopi
yang tidak lolos ayakan dikumpulkan dan ditumbuk lagi.

Penggilingan oleh industry kecil atau pabrik menggunakan mesin giling.


Mesin ini biasa nya sudah dilengkapi alat pengatur ukuran partikel kopi
sehingga secara otomatis bubuk kopi yang keluar berukuran seperti yang
diinginkan dan tidak perlu disaring lagi (Najiyati dkk, 2008).

3. Penyimpanan

Kopi yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahan, misalnya
perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan. Kopi bubukdisimpan di tempat terbuka
akan kehilangan aroma dan berbau tengik selama 2 – 3 minggu. Kehilangan aroma ini
disebabkan oleh menguap nya zat caffeol yang beraromakhas kopi. Sementara
ketengikan disebabkan oleh reaksi antara lemak yang terdapat dalam kopi dengan
oksigen di udara. Untuk menghindari penurunan mutu kopi yang telah direndang
selama penyimpanan, sebaiknya kopi disimpan sebelum digiling. Kopi yang sudah
digiling sebaiknya segera disimpan dan Dipak dengan lapisan kedap udara (misalnya
plastic atau aluminium foil). Di pabrik modern, bisanya kopi bubuk dikemas dalam
kemasan atau kaleng hampa udara sehingga kopi tahandisimpan (Najiyati, dkk, 2008)
2. Pendapat Pribadi

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk


merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian, perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis


faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang
paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Tercakup disini
pemantauan lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Menurut Rangkuti
(2016:19) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).
3. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Nana Herdiana. 2015. Manajemen Strategi Pemasaran. Bandung: CV


Pustaka Setia

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Kopi Indonesia 2017.


https://www.bps.go.id/publication/2018/12/20/71e7ada61b13e59be0b1bf8
0/statistik-kopi-indonesia-2017.html.

Bappenas RI. 2020. Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia Triwulan II 2019.
Journal of Chemical Information and Modeling.

Departemen Perindustrian. 2009. Road Map Industri Pengolahan Kopi. Direktorat


Jenderal Agro dan Kimia. Jakarta

Diatprasojo, Lantip. 2018. Manajemen Strategi.Yogyakarta: UNY Press

Hafsah, M.J. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Infokop
Nomor 25 Tahun XX

Hamni. 2013. Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung.


Jurnal Mechanical, Volume 4, Nomor 1.

Hasrianti. 2017. Data Kandungan Gizi Bahan Pangan Pokok dan Penggantinya.
Makasar: Universitas Hassanudin

Kotler, Philip dan Kevin L. Keller. 2016. Marketing Management, 15th Edition. England:
Pearson Education, INC

____________________________. 2018. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jilid 2.


Jakarta: PT Indeks

Malau, Harman. 2018. Manajemen Pemasaran. Bandung : Alfabeta


Manap, Abdul. 2016. Revolusi Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama, Mitra Wacana
Media : Jakarta.

Najiyati, S dan Danarti. 2006. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar
Swadaya, Jakarta. 192 hlm.

____________________. 2008. Kopi Budidaya & Penanganan Pascapanen. Jakarta:


Penebar Swadaya

Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka.

PartomoTitikSartika dan Abd RachmanSoedono. 2002. Ekonomi Skala


Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia

Pasaribu, A. M. 2012. Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Yogyakarta: Andi.

Pudji Rahardjo. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai