PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam
proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan
produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat
Budidaya tanaman kopi di Aceh berkembang begitu pesat dan begitu juga di dataran
Tinggi Gayo kopi arabika di Tanah Gayo sebagaimana daerah lain dikembangkan oleh
pemerintah Kolonial Belanda. Hal tersebut dikarenakan tanaman kopi sangat sesuai dengan
ketinggian tanah di Gayo. Bagi masyarakat Gayo kopi dapat dikatakan sebagai sumber utama
bagi kehidupan. Mayoritas petani di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menanam
kopi, baik yang dikerjakan secara tradisional maupun modern. Semua keluarga dalam tradisi
dan budaya Gayo memiliki peran dalam proses produksi kopi, mulai dari membuka lahan,
menanam, merawat hingga memanen kopi. Pertanian kopi merupakan tradisi yang merupakan
1
Gayo Menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia yaitu kopi arabica dan
robusta. Produksi kopi yang di hasilkan sudah menempati posisi yang khusus pada
masyarakat Gayo sendiri hingga sampai saat ini kopi Gayo diakui sebagai salah satu kopi
terbaik di dunia.
Terdapat beberapa perbedaan antara dua jenis kopi yang di tanam di dataran tinggi
gayo. Kopi arabika adalah produk berkualitas yang banyak diekspor ke luar negeri seperti
Amerika, eropa, Jepang,dan Australia. Hal ini karena kopi jenis ini memiliki biji yang besar
dan rasa asam yang khas yang berbeda dengan kopi robusta. selain itu kopi arabika memiliki
Kopi robusta memiliki biji yang lebih kecil dari biji kopi arabika. Selain itu jenis kopi
ini memiliki rasa yang berbeda dengan kopi arabika, kopi ini memiliki rasa yang sedikit
pahit. Bentuk inilah yang membuat kopi robusta lebih banyak di konsumsi atau digemari
Terdapat sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor sedangkan sisanya
dikonsumsi di dalam negeri dan di simpan sebagai cadangan oleh pedagang dan eksportir,
selain itu sebagai cadangan bila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi
yang diekspor adalah ketergantungan Indonesia pada situasi dan kondisi pasar kopi dunia.
(Yahmadi, 2005).
2
Tabel Perkembangan Produksi dan Ekspor Kopi Arabica Aceh
Kopi Arabika
Persentase
Produksi
Kopi Total Kopi Kopi Total Kopi
Arabika Arabika
2000 28.352 41.535 4.209,34 4.262,44 14,85
2001 28.352 40.919 4.384,50 4.705,50 15,46
2002 26.748 40.025 10.768,72 10.832,92 40,25
2003 21.593 33.985 9.386,70 9.391,86 43,47
2004 22.757 37.382 6.619,02 6.669,72 29,09
2005 28.930 35.012 3.651,99 3.716,49 12,62
2006 35.597 41.894 6.818,62 7.055,62 19,16
2007 28.730 46.943 6.038,44 6.038,44 21,02
2008 41.076 47.124 7.435,84 7.435,84 18,10
2009 41.592 50.190 5.606,92 5.606,92 13,48
2010 41.025 49.861 7.854,46 7.854,46 19,15
Bagi masyarakat Gayo yang lebih dominan yang ditanam adalah kopi arabika. Namun
bukan berarti kopi robusta menjadi komoditas yang terasing karena jarang dilirik pasar dunia.
Hal ini terlihat dari diliriknya kopi jenis ini bagi masyarakat lokal, di warung-warung terlihat
Hal yang menarik ketika melihat dua komoditas dengan perlakuan berbeda. Kopi
arabika menjadi sebuah primadona karena menjadi komoditas ekspor, sedangkan kopi robusta
menjadi sebuah komoditas yang dinikmati sebagai gaya orang gayo dalam menikmati kopi.
Alhasil ketika berbicara menikmati kopi maka akan berbicara menikmati kopi robusta,
3
sedangkan ketika berbicara komoditas ekspor maka akan berbicara kopi arabika yang
berkualitas tinggi.
Tahun 2012 adalah tahun yang menandai Kebangkitan Kopi Arabika Gayo. Pada
dasarnya, banyak hal yang terjadi terkait perkembangan kopi Arabika Gayo yang puncaknya
terjadi di tahun 2012, Harga kopi dan hasil yang cukup baik 2011 dan 2012 memberi dampak
yang sangat hebat terhadap pertumbuhan ekonomi di dataran tinggi Gayo. Salah satu contoh
efeknya adalah peningkatan daya beli petani terhadap kenderaan bermotor, roda dua
misalnya. Sempat mengalami antrian disalah satu dealer di Takengon. Kondisi pasar kopi
dunia yang mengedepan kualitas tinggi merangsang lahirnya penguji kualitas (Q-Grader)
Di Tahun 2012 terjadi modernisasi meminum kopi, bermunculan cafe dan usaha
roasting.Tumbuhnya kopi shop atau kopi retail yang saat ini sudah berjamur dan berjumlah
sedikitnya 12 kedai atau toko dengan merek Kopi Gayo yang meyakinkan kita bahwa kopi
Gayo memang sedang tumbuh dan bermetamorfosis menuju Kopi Gayo yang lebih mantap.
Disini terjadi perubahan tentang cara menikmati kopi dimana kopi arabika mulai dilirik
sebagai kopi yang juga dinikmati, tidak sekedar sebuah komoditas ekspor. Disinilah peneliti
Titik pertama yang dapat dilihat bagaimana pemaknaan kopi tergambar dari selera
masyarakat Gayo terhadap kopi hasil bentukan mereka. Bertolak dari pandangan tersebut
sehingga Gayo kini dapat dikatakan sebagai daerah dengan pengetahuan akan kopi yang
Selain Jakarta dan Bandung, Gayo mencuri perhatian dengan keseluruhan struktur dan
kultur kopi yang kuat yang ini di buktikan dengan berbagai pameran yang diikuti oleh
koperasi tani di Indonesia coffe festival 2012 dan 2013 di bentuknya Gayo cuppers team,
4
hingga rencana festival kopi di takengon 2007. Merupakan sebuah kebanggan, kopi Gayo
sudah menjadi sebuah komoditas yang sangat berharga. Aktor-aktor utama kopi kini sedang
Perkembangan pengetahuan dan cara menikmati kopi gayo secara tidak langsung akan
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kopi gayo. Hal ini tentu akan menimbulkan
sebuah perubahan yang merujuk pada perubahan fungsi dari kopi gayo tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana perubahan fungsi kopi bagi masyarakat Gayo sebagai salah satu
Setiap peneliitian memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian.
Hal ini sebagai dasar yang menjadikan sebuah penelitian tersebut layak dilakukan. Adapun
Menjelaskan fungsi kopi bagi masyarakat Gayo dari berbagai sudut pandang.
Menjelaskan perubahan fungsi kopi Gayo saat ini.
Mengetahui faktor-faktor pergeseran fungsi kopi Gayo tersebut.
5
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi terhadap kajian ilmu sosial,
budaya. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat guna menelusuri isu mengenai asal-mula
selera atas secangkir kopi yang diminum hari ini. Selera merupakan hasil endapan antara
proses pemaknaan atas kopi yang berujung pada selera masyarakat Gayo. Adapun Manfaat
Menambah pengetahuan tentang perubahan fungsi Kopi Gayo yang ada di Desa Bandar
Penelitian sosial terkait tentang kopi telah banyak ditulis oleh ilmuwan. Hal ini
menyebabkan penelitian tentang kopi bukan sesuatu yang baru.untuk itu berbagai kajian
tentang kopi terus berkembang sehingga deskripsi maupun analisisnya juga semakin menarik
dan mendalam.
Penelitian Kopi biasanya terkait dengan pengetahuan petani kopi dan bagaimana
pengetahuan petani kopi bertahan dan digunakan sebagai cara mereka mengambil keputusan
baik itu keputusan yang berhubungan dengan ekonomi maupun keputusan mereka
6
Beberapa penelitian yang lain juga mengekspresikan bagaimana fenomena warung
kopi yang hidup di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini tentu saja menarik ketika melihat
komoditas kopi menjadi barang yang berharga dan menjadi alat kebutuhan untuk sekedar
Penelitian Nurazizi tentang warung kopi (2013) mengungkapkan bahwa saat ini
warung kopi sudah mengalami pergeseran makna, dimana mengunjungi warung kopi bukan
hanya sebagai tempat sebagian orang melakukan aktivitas konsumsi akan tetapi mengunjugi
warung kopi juga sudah menjadi salah satu gaya hidup bagi sebagian masyarakat saatini.
Seiring perkembangannya perubahan fisik juga tampak pada berdirinya kedai-warung kopi
adanya sebuah jarak di kalangan konsumen atau pengunjung dalam mengunjungi warung
kopi. Karena warung kopi ini memberikan berbagai fasilitas baik dari segi menu maupun
sarana prasarana yang berbeda dengan warung kopi pada umumnya. Dan perbedaan yang
paling menonjol adalah dari segi harga minuman kopi yang jauh lebih mahal dibanding menu
kopi di warung kopi biasa. Kehadiran coffee shop menawarkan aktivitas ngopi yang berbeda
Melihat kejadian yang ada di warung kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang
melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya
yang khas tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau
harganya, nilai yang nyata di warung kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari
kehidupan masyarakat. Warung kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman
selain rumah untuk berkomunikasi, bersenang-senang, warung kopi menjadi tanda yang
7
mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang, suku,
Pandangan yang lebih luas, warung kopi juga bagian dari subkultur yang
mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi juga bukan sekadar soal
Menurut Rasul (2010) Awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan
tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini warung kopi menjadi
sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas
sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda warung kopi memiliki peran yang benar-benar
memberikan ruang untuk berkreasi, berdiskusi hiburan walaupun muncul konflik – konflik
kecil didalamnya. Tetapi dalam beberapa hal, warung kopi juga didirikan dengan latar
belakang yang berbeda, Lebih jauh lagi, aktifitas warung kopi ini, membentuk kultur dan
kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.
Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa
dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu
menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi
bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya
para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan
relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna
jika dilakukan di warung kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun
menjadikan warung kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari – hari
8
Fahrizal (2014) mengungkapkan bahwa Penikmat kopi juga beragam, mulai dari
buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini
membuktikan bahwa warung kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring
masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat warung kopi
yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, warung
penikmat kopi. Ruang bebas dimana obrolan yang terjadi bisa menjadi begitu cair. Hal ini
terlihat ketika satu dua orang bercengkrama satu sama lain kemudian mulai mengobrolkan
sesuatu yang mereka anggap menarik seperti permasalah bola, namun dapat begitu cairnya
Berbeda dengan penelitian tentang kopi yang sudah pernah dibuat, Penelitian tentang
perubahan fungsi kopi Gayo ini memberikan sebuah pemaparan tentang adanya sebuah
pembaharuan fungsi kopi Gayo yang awalnya hanya dipandang sebagai komoditas tanaman,
menggambarkan perubahan fungsi sosial kopi Gayo. Hal ini menggugah peneliti untuk
melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung tingkah laku yang rutin dari seluruh
karakteristik individu yang dipelajari. Pengamatan harus dilakukan secara langsung dalam
secara hati-hati, tidak gegabah, perlu juga memberikan perlakuan spesial terhadap hasil
9
1.6 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Bandar Lampahan, Kecamatan
Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Alasan peneliti memilih lokasi ini
adalah karena di Desa ini hampir 90% penduduknya bekerja sebagai petani kopi dan
penikmat kopi di tambah lagi perkebunan kopi masyarakat daerah ini sangat luas, Panen
kopinya juga sangat bagus dan bermutu hingga terkenal sampai ke Manca Negara. Selain itu
tempat ini menjadi salah satu daerah yang menjadi pusat perhatian karena setiap tahunnya
hasil dari panen kopi semakin meningkat. Penikmat kopi juga semakin banyak dari yang tua,
muda sampai remaja sekalipun menyukai kopi. Dan perkembangan warung kopi tradisional
menjadi modern secara otomatis akan berdampak pada perubahan gaya hidup baik itu cara
penyajian kopi, pengelolahan, peningkatan konsumen kopi, dan harga yang ditawarkan
beragam. Selain itu hal ini akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.
Disisi ini lah peneliti tertarik mengambil lokasi Desa Bandar Lampahan menjadi tempat
penelitan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia
mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta.
Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru
10
dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah
asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC. Tanaman
kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi
karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai
komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk
11
2.2. Jenis-Jenis Kopi
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering
dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi
berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini
1. Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di
Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering
sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat
tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 – 1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi
cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa
yang kuat.
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi liberika
tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas.
Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari
kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah.
12
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk
tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari
Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau
varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari
golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh
karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan.
Kopi yang dipetik dari pohon disebut dengan buah cherry, akan tetapi jika petani
menjadi gabah. Setelah gelondong menjadi gabah, kemudian dijemur oleh petani sampai
setengah kering, lalu dijual / dibawa ke pabrik untuk dilakukan proses pengeringan kembali.
Setelah itu dilakukan sortasi kemudian disimpan digudang penyimpanan ( kopi dengan
sebutan DP), hasil sortasi dipisahkan antara yang bagus dengan yang jelek (sisa). Akan tetapi
yang jelek juga tetap akan dijual kepada siapa saja yang ingin membelinya dan akan dikirim
juga ke luar negeri, harganya mencapai RP.34.000 Per Kg. Kopi gayo merupakan kopi
termahal serta terbaik dan nomor 1 di seluruh dunia (sudah mendapatkan penghargaan).
13
Setelah disortir kemudian kopi disuton kembali untuk menghilangkan debu dan batu
(alat yang disebut dengan suton ready) atau siap untuk diekspor, kemudian langsung
dimasukkan ke dalam kemasan dan dijahit (packing). Berat isi setiap kemasan mencapai 60
Kg atau 320 bag. Untuk masalah pembayarannya sendiri akan ditransfer terlebih dahulu,
setelah itu kopi akan dikirim, hal itu disebabkan karena pihak dari pengelola kopi gayo
Awalnya pengelola kopi gayo hanya mengirimkan stempel (PSS) kemudian pihak luar
negeri akan mengirimkan balasannya, contoh “oke / baik, stempel anda sudah kami setujui”.
Kemudian pengelola kopi gayo mengirimkan kontrak dan pihak yang bersangkutan akan
menandatangani.
Starbuck (Amerika) pun tidak sanggup jika membeli full kopi gayo karena harganya
yang cukup mahal. Sehingga Starbuck juga membeli kopi asal Brazil, Meksiko, Kosta Rika,
dll. Apabila kopi asal Negara lain tidak dicampur dengan kopi gayo maka rasanya akan
hambar, jadi kopi gayo ini sebagai penikmat rasa. Starbuck sendiri membeli kopi gayo setiap
Syarat mutu dibagi menjadi dua yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum
adalah persyaratan bagi setiap biji kopi yang dinilai dari tingkat mutunya. Biji kopi yang
tidak memenuhi syarat umum tidak dapat dinilai tingkat mutu kopinya. Sementara syarat
Kopi robusta memiliki tekstur lebih kasar dari kopi arabika. Jenis lainnya dari kopi
robusta seperti Qillou, Uganda dan Chanepora. Dalam pertumbuhannya kopi robusta hampir
14
sama dengan kopi arabika yakni tergantung pada kondisi tanah, cuaca, proses pengolahan.
Pengemasan kopi ini akan berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit
Kopi robusta biasanya digunakan sebagai kopi instant atau cepat saji. Kopi robusta
memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi, rasanya lebih netral, serta aroma kopi yang
lebih kuat. Kandungan kafein pada kopi robusta mencapai 2,8% serta memiliki jumlah
kromosom sebanyak 22 kromosom. Produksi kopi robusta saat ini mencapai sepertiga
Biji kopi memiliki kandungan yang berbeda baik dari jenis dan proses pengolahan
kopi. Perubahan ini disebabkan karena adanya oksidasi pada saat proses penyangraian.
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian menuju kadar air
kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar air dimana mutu bahan
pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim dan aktifitas serangga (Hederson and
Perry, 1976). Sedangkan menurut Hall (1957) dan Brooker et al., (1974), proses pengeringan
adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat
memperlambat laju kerusakan bahan pertanian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum
Pengeringan adalah proses pemindahan panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya
berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai dimana
15
terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu
Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan yang dilakukan
dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringan adalah memperkecil volume dan
berat bahan dibanding kondisi awal sebelum pengeringan, sehingga akan menghemat ruang
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari proses
pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udara pada bahan kering biasanya
mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang, penguapan air pada
bahan akan terhenti dan jumlah molekul-molekul air yang akan diuapkan sama dengan
jumlah molekul air yang diserap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat bergantung
pada perbedaan antara kadar air bahan dengan kadar air keseimbangan (Siswanto, 2004).
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan
semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari
bahan pangan. Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan pangan dapat berupa uap
air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di sekitar bahan pangan yang
dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar bahan pangan akan menjadi jenuh oleh
uap air sehingga memperlambat penguapan air dari bahan pangan yang memperlambat proses
16
2.6 Pengeringan Biji Kopi
Kombinasi suhu dan lama pemanasan selama proses pengeringan pada komoditi biji-
bijian dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan biji. Suhu udara, kelembaban relatif
udara, aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar akhir bahan merupakan faktor yang
Biji kopi yang telah dicuci mengandung air 55%, dengan jalan pengeringan
kandungan air dapat diuapkan, sehingga kadar air pada kopi 8 mencapai 8-10%. Setelah
1. Pengeringan dengan sinar matahari, dengan cara semua biji kopi diletakkan dilantai
tersebut terdiri atas tromol besi dengan dindingnya berlubang – lubang kecil (Aak, 1980).
Pengeringan pada kopi biasanya dilakukan dengan tiga cara yaitu pengeringan secara
1. Pengeringan Alami
Pengeringan alami hanya dilakukan pada musim kemarau karena pengeringan pada
musim hujan tidak akan sempurna. Pengeringan yang tidak sempurna mengakibatkan kopi
berwarna coklat, berjamur, dan berbau apek. Pengeringan pada musim hujan sebaiknya
dilakukan dengan cara buatan atau kombinasi cara alami dan buatan. Pengeringan secara
alami sebaiknya dilakukan dilantai semen, anyaman bambu, atau tikar. Kebiasaan menjemur
17
kopi di atas tanah akan menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan (Najiyati
Cara penjemuran kopi yang baik adalah dihamparkan di atas lantai dengan ketebalan
maksimum 1.5 cm atau sekitar 2 lapisan. Setiap 1–2 jam hamparan kopi di bolak-balik
dengan menggunakan alat menyerupai garuh atau kayu sehingga keringnya merata. Bila
matahari terik penjemuran biasanya berlangsung selama 10–14 hari namun bila mendung
2. Pengeringan Buatan
mendung. Pengeringan buatan memerlukan alat pengering yang hanya memerlukan waktu
sekitar 18 jam tergantung jenis alatnya. Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap
pertama, pemanasan pada suhu 65-100 oC untuk menurunkan kadar air dari 54% menjadi
30%. 9
Tahap kedua pemanasan pada suhu 50–60 oC untuk menurunkan kadar air menjadi 8-
18
2.7 Proses Pengolahan Bubuk Kopi
Proses pengolahan bubuk kopi terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu sebagai
berikut:
1. Penyangraian
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan
tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan
panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk
citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai
atau sering disebut derajat sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai
Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan
suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat
kering terutama gas dan produk pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini
sangat menentukan citarasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu
penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3
golongan yaitu ligh roast suhu yang digunakan 193 °C sampai 199 °C, medium roast suhu
yang digunakan 204 °C dan dark roast suhu yang digunakan 213 °C sampai 221 °C. Light
roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast menghilangkan 5-8% dan 10 dark roast
Penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch atau continous. Pemanasan
dilakukan pada tekanan atmosfer dengan media udara panas atau gas pembakaran.
Pemanasan dapat juga dilakukan dengan melakukan kontak dengan permukaan yang
dipanaskan, dan pada beberapa desain pemanas, hal ini merupakan faktor penentu pada
19
pemanasan. Desain paling umum yang dapat disesuaikan baik untuk penyangraian secara
batch maupun continous yaitu berupa drum horizontal yang dapat berputar. Umumnya, biji
kopi dicurahkan sealiran dengan udara panas melalui drum ini, kecuali pada beberapa roaster
dimana dimungkinkan terjadi aliran silang dengan udara panas. Udara yang digunakan
langsung dipanaskan menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada desain baru digunakan
sistem udara daur ulang yang dapat menurunkan polusi di atmosfer serta menekan biaya
Tingkat penyangraian dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu ringan (light), medium dan
gelap (dark). Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi sangrai diukur dengan
pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum disangrai mempunyai warna permukaan
kehijauan yang bersifat memantulkan sinar sehingga nilai Lovibondnya (L) berkisar antara
60-65. Pada penyangraian ringan (light), sebagian warna permukaan biji kopi berubah
kecoklatan dan nilai L turun menjadi 44-45. Jika proses penyangraian dilanjutkan pada
tingkat medium, maka nilai L biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38-40.
Pada penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam karena senyawa
hidrokarbon terpirolisis menjadi unsur karbon. Sedangkan senyawa gula mengalami proses
karamelisasi dan akhirnya nilai L biji kopi sangrai tinggal 34-35. Kisaran suhu sangrai untuk
tingkat sangrai ringan adalah antara 190 oC-195 oC, sedangkan untuk tingkat sangrai
medium adalah di 11 atas 200 oC. Untuk tingkat sangrai gelap adalah di atas 205 oC (Mulato,
2002).
Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, menurut Ukers
dan Prescott dalam Ciptadi dan Nasution (1985) seperti swelling, penguapan air, tebentuknya
terbentuknya gas sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya aroma yang karakteristik pada kopi.
Swelling selama penyangraian disebabkan karena terbentuknya gas-gas yang sebagian besar
20
terdiri dari kemudian gas-gas ini mengisi ruang dalam sel atau pori-pori kopi. Senyawa yang
membentuk aroma dan rasa di dalam kopi menurut Mabrouk dan Deatherage dalam Ciptadi
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam klorogenat,
Di dalam proses penyangraian sebagian kecil dari kafein akan menguap dan terbentuk
komponen-komponen lain yaitu aseton, furfural, amonia, trimethilamin, asam formiat dan
asam asetat. Kafein di dalam kopi terdapat baik sebagai senyawa bebas maupun dalam bentuk
kombinasi dengan klorogenat sebagai senyawa kalium kafein klorogenat. Biji kopi yang
disangrai dapat langsung dikemas. Pengemasan dilakukan dengan kantong kertas, ketika kopi
dipisahkan dari outlet khusus dan digunakan langsung oleh konsumen. Tempat penyimpanan
yang lebih 12 baik serta kemasan vakum diperlukan untuk mencegah deteriorasi oksidatif
jika kopi tidak melewati outlet khusus. Saat ini digunakan kemasan vakum dari kaleng yang
mampu menahan tekanan yang terbentuk atau menggunakan kantung yang dapat melepaskan
21
Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan. Ini untuk
mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna, flavor,
volume atau tingkat kematangan biji yang diinginkan. Beberapa cara dapat dilakukan antara
lain pemberian kipas, ataupun dengan menaruhnya kebidang datar (Pangabean, 2012).
Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan di dalam bak
pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut
dan biji kopi menjadi gosong (over roasted). Selama pendinginan biji kopi diaduk secara
manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi
untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai (Mulato,
2002).
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi
bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif
besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa
dan senyawa penyegar mudah larut dalam air seduhan (Mulato, 2002).
Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor dengan
perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti
aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat
mudah menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas di
dalam seduhan makin berkurang secara signifikan. Biji kopi secara alami 13 mengandung
cukup banyak senyawa calon pembentuk cita rasa dan aroma khas kopi antara lain asam
amino dan gula. Selama penyangraian beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi
22
menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti
tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah kadar air.
perkembangan organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap banyaknya
air yang diuapkan dan lamanya proses pengeringan (Taib et al., 1988).
Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan
yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau dalam persen basis kering (dry
basis). Kadar air basis basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan
kadar air basis kering lebih 100%. Kadar air basis basah (Mwb) adalah perbandingan antara
berat air yang ada dalam bahan dengan berat total bahan.
Struktur bahan secara umum dapat didasarkan pada kadar air yang biasanya
ditunjukkan dalam persentase kadar air basis basah atau basis kering. Kadar air basis basah
(Mwb) banyak digunakan dalam penentuan harga pasar sedangkan kadar air basis kering
Metode penentuan kadar air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Metode langsung menerapkan metode oven dan metode destilasi.
Pada metode oven, sampel bahan diletakkan ke dalam oven hingga diperoleh berat konstan
pada bahan. Penentuan kadar air pada metode oven didasarkan pada banyaknya air yang
hilang dari produk. Adapun pada metode destilasi, kadar air dihilangkan dengan memanaskan
23
biji ke dalam air dan selanjutnya menentukan volume atau massa air yang hilang pada biji
dalam uap yang terkondensasi atau dengan pengurangan berat sampel (Brooker et al., 1974).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya
24
BAB III
Foto kegiatan
25
26