Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya tanaman kopi di Aceh berkembang begitu pesat dan begitu juga

di dataran Tinggi Gayo kopi arabika di Tanah Gayo sebagaimana daerah lain

dikembangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, Hal tersebut dikarenakan

tanaman kopi sangat sesuai dengan ketinggian tanah di Gayo. Bagi masyarakat

Gayo kopi dapat dikatakan sebagai sumber utama bagi kehidupan. Mayoritas

petani dikabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menanam kopi, baik yang

dikerjakan secara tradisional maupun modern. Semua keluarga dalam tradisi dan

budaya Gayo memiliki peran dalam proses produksi kopi, mulai dari membuka

lahan, menanam, merawat hingga memanen kopi. Pertanian kopi merupakan

tradisi yang merupakan bagian kehidupan sosial ekonomi masyarakat Gayo.

Gayo Menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia yaitu kopi

arabica dan robusta. Produksi kopi yang di hasilkan sudah menempati posisi yang

khusus pada masyarakat Gayo sendiri hingga sampai saat ini kopi Gayo diakui

sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.

Terdapat beberapa perbedaan antara dua jenis kopi yang di tanam di

dataran tinggi gayo. Kopi arabika adalah produk berkualitas yang banyak diekspor

ke luar negeri seperti Amerika, eropa, Jepang,dan Australia. Hal ini karena kopi

jenis ini memiliki biji yang besar dan rasa asam yang khas yang berbeda dengan

kopi robusta. selain itu kopi arabika memiliki kadar caffein yang lebih rendah dari

kopi robusta.
1

Universitas Sumatera Utara


Kopi robusta memiliki biji yang lebih kecil dari biji kopi arabika. Selain

itu jenis kopi ini memiliki rasa yang berbeda dengan kopi arabika, kopi ini

memiliki rasa yang sedikit pahit. Bentuk inilah yang membuat kopi robusta lebih

banyak di konsumsi atau digemari masyarakat lokal dan jarang menjadi sebuah

komoditas ekspor.

Terdapat sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor

sedangkan sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan di simpan sebagai cadangan

oleh pedagang dan eksportir, selain itu sebagai cadangan bila terjadi gagal panen.

Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan

Indonesia pada situasi dan kondisi pasar kopi dunia. (Yahmadi, 2005).

Tabel 1.1 Perkembangan Produksi Dan Ekspor Kopi Arabika Aceh

Produksi Kopi Volume Ekspor Kopi Kopi Arabika


(Ton/Thn) (Ton/ Thn) Persentase Volume
Tahun
Ekspor Terhadap
Kopi Total Kopi Total Produksi
Arabika Kopi Arabika Kopi
2000 28.352 41.535 4.209,34 4.262,44 14,85
2001 28.352 40.919 4.384,50 4.705,50 15,46
2002 26.748 40.025 10.768,72 10.832,92 40,25
2003 21.593 33.985 9.386,70 9.391,86 43,47
2004 22.757 37.382 6.619,02 6.669,72 29,09
2005 28.930 35.012 3.651,99 3.716,49 12,62
2006 35.597 41.894 6.818,62 7.055,62 19,16
2007 28.730 46.943 6.038,44 6.038,44 21,02
2008 41.076 47.124 7.435,84 7.435,84 18,10
2009 41.592 50.190 5.606,92 5.606,92 13,48
2010 41.025 49.861 7.854,46 7.854,46 19,15
Sumber ; BPS Aceh ( Diolah), catatan jumlah kopi arabika dan kopi robusta.

Menurut Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG 2009) produksi

kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI 2008) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara


luas penanaman kopi Gayo masing-masing kabupaten di Dataran Tinggi Gayo

yaitu Aceh Tengah 46.000 ha, Bener Meriah 37.000 ha, dan Gayo Lues 4.000 ha.

Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan

luas tanam sekitar 3.938 ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues, 2011).

Sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 -

800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) (Dinas Perkebunan

dan Kehutanan Aceh Tengah, 2011) dan 39.533 ha (Bener Meriah) (Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Bener Meriah, 2011).

Tabel 1.2. Luas Areal, Produksi Komoditi Kopi Arabika dan Jumlah
Perkebunan Rakyat Pada Tahun 2015.
Luas Total Jumlah
No Kab/Kota Produksi(Ton)
(Ha) Petani
1 Aceh tengah 48.000 25.187 33.474
2 Bener Meriah 39.679 14.286 27.628
Aceh 87.679 39.473 61.102
Sumber: Dinas Kehutanaan dan Perkebunan Provinsi Aceh - 2015

Bagi masyarakat Gayo yang lebih dominan yang ditanam adalah kopi

arabika. Namun bukan berarti kopi robusta menjadi komoditas yang terasing

karena jarang dilirik pasar dunia. Hal ini terlihat dari diliriknya kopi jenis ini bagi

masyarakat lokal, di warung-warung terlihat banyak sajian kopi robusta yang

khas.

Hal yang menarik ketika melihat dua komoditas dengan perlakuan

berbeda. Kopi arabika menjadi sebuah primadona karena menjadi komoditas

ekspor, sedangkan kopi robusta menjadi sebuah komoditas yang dinikmati

sebagai gaya orang gayo dalam menikmati kopi. Alhasil ketika berbicara

menikmati kopi maka akan berbicara menikmati kopi robusta, sedangkan ketika

berbicara komoditas ekspor maka akan berbicara kopi arabika yang berkualitas

tinggi.
3

Universitas Sumatera Utara


Tahun 2012 adalah tahun yang menandai Kebangkitan Kopi Arabika

Gayo. Pada dasarnya, banyak hal yang terjadi terkait perkembangan kopi Arabika

Gayo yang puncaknya terjadi di tahun 2012, Harga kopi dan hasil yang cukup

baik 2011 dan 2012 memberi dampak yang sangat hebat terhadap pertumbuhan

ekonomi di dataran tinggi Gayo. Salah satu contoh efeknya adalah peningkatan

daya beli petani terhadap kenderaan bermotor, roda dua misalnya. Sempat

mengalami antrian disalah satu dealer di Takengon. Kondisi pasar kopi dunia

yang mengedepan kualitas tinggi merangsang lahirnya penguji kualitas (Q-

Grader) sebelum di ekspor di Gayo terbentuklah Gayo Cupper Team.

Di Tahun 2012 terjadi modernisasi meminum kopi, bermunculan cafe dan

usaha roasting.Tumbuhnya kopi shop atau kopi retail yang saat ini sudah

berjamur dan berjumlah sedikitnya 12 kedai atau toko dengan merek Kopi Gayo

yang meyakinkan kita bahwa kopi Gayo memang sedang tumbuh dan

bermetamorfosis menuju Kopi Gayo yang lebih mantap. Disini terjadi perubahan

tentang cara menikmati kopi dimana kopi arabika mulai dilirik sebagai kopi yang

juga dinikmati, tidak sekedar sebuah komoditas ekspor. Disinilah peneliti merasa

menarik ketika melihat perubahan fungsi kopi gayo.

Titik pertama yang dapat dilihat bagaimana pemaknaan kopi tergambar

dari selera masyarakat Gayo terhadap kopi hasil bentukan mereka. Bertolak dari

pandangan tersebut sehingga Gayo kini dapat dikatakan sebagai daerah dengan

pengetahuan akan kopi yang pertumbuhannya sangat cepat.

Selain Jakarta dan Bandung, Gayo mencuri perhatian dengan keseluruhan

struktur dan kultur kopi yang kuat yang ini di buktikan dengan berbagai pameran

yang diikuti oleh koperasi tani di Indonesia coffe festival 2012 dan 2013 di

Universitas Sumatera Utara


bentuknya Gayo cuppers team, hingga rencana festival kopi di takengon 2007.

Merupakan sebuah kebanggan, kopi Gayo sudah menjadi sebuah komoditas yang

sangat berharga. Aktor-aktor utama kopi kini sedang bergerak mengikuti

pengetahuan berkembang.

Perkembangan pengetahuan dan cara menikmati kopi gayo secara tidak

langsung akan mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kopi gayo. Hal ini

tentu akan menimbulkan sebuah perubahan yang merujuk pada perubahan fungsi

dari kopi gayo tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian untuk mengetahui sejauh mana perubahan fungsi kopi bagi masyarakat

Gayo sebagai salah satu kopi organik terbaik di dunia.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

• Bagaimana Pandangan masyarakat tentang Gaya hidup masyarakat Gayo?

• Bagaimana perubahan konsumsi kopi Gayo bagi masyarakat Gayo?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap peneliitian memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah

penelitian. Hal ini sebagai dasar yang menjadikan sebuah penelitian tersebut layak

dilakukan. Adapun tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut:

• Menjelaskan fungsi kopi bagi masyarakat Gayo dari berbagai sudut

pandang.

Universitas Sumatera Utara


• Menjelaskan perubahan fungsi kopi Gayo saat ini.

• Mengetahui faktor-faktor pergeseran fungsi kopi Gayo tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi terhadap kajian ilmu

sosial, budaya. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat guna menelusuri isu

mengenai asal-mula selera atas secangkir kopi yang diminum hari ini. Selera

merupakan hasil endapan antara proses pemaknaan atas kopi yang berujung pada

selera masyarakat Gayo. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

• Menambah pengetahuan masyarakat tentang perubahan fungsi Kopi Gayo

yang ada di Desa Blang Tampu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener

Meriah.

• Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

• Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di

Program Studi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara.

1.5. Tinjauan Pustaka

Penelitian sosial terkait tentang kopi telah banyak ditulis oleh ilmuwan.

Hal ini menyebabkan penelitian tentang kopi bukan sesuatu yang baru.untuk itu

berbagai kajian tentang kopi terus berkembang sehingga deskripsi maupun

analisisnya juga semakin menarik dan mendalam.

Penelitian Kopi biasanya terkait dengan pengetahuan petani kopi dan

bagaimana adaptasi di kehidupan mereka sehari-hari. Seperti Tambunan (2013)

yang m enuliskan tentang pengetahuan petani kopi di daerah Sidikalang. Beliau

mengungkapan bagaimana pengetahuan petani kopi bertahan dan digunakan

Universitas Sumatera Utara


sebagai cara mereka mengambil keputusan baik itu keputusan yang berhubungan

dengan ekonomi maupun keputusan mereka menghadapi perubahan iklim.

Beberapa penelitian yang lain juga mengekspresikan bagaimana

fenomena warung kopi yang hidup di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini tentu

saja menarik ketika melihat komoditas kopi menjadi barang yang berharga dan

menjadi alat kebutuhan untuk sekedar bersenda gurau sehari-hari.

Penelitian Nurazizi tentang warung kopi (2013) mengungkapkan bahwa

saat ini warung kopi sudah mengalami pergeseran makna, dimana mengunjungi

warung kopi bukan hanya sebagai tempat sebagian orang melakukan aktivitas

konsumsi akan tetapi mengunjugi warung kopi juga sudah menjadi salah satu

gaya hidup bagi sebagian masyarakat saatini. Seiring perkembangannya

perubahan fisik juga tampak pada berdirinya kedai-warung kopi yang bernuansa

modern atau yang lebih dikenal coffee shop .

Nurazizi (2013) melihat Kecenderungan lahirnnya coffee shop bisa

menimbulkan adanya sebuah jarak di kalangan konsumen atau pengunjung dalam

mengunjungi warung kopi. Karena warung kopi ini memberikan berbagai fasilitas

baik dari segi menu maupun sarana prasarana yang berbeda dengan warung kopi

pada umumnya. Dan perbedaan yang paling menonjol adalah dari segi harga

minuman kopi yang jauh lebih mahal dibanding menu kopi di warung kopi biasa.

Kehadiran coffee shop menawarkan aktivitas ngopi yang berbeda dengan kedai-

warung kopi sebelumnya

Melihat kejadian yang ada di warung kopi kini muncul menjadi sebuah

identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan

semata, gaya hidup dan gaya yang khas tetapi kini fungsinya semakin

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di

warung kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan

masyarakat. Warung kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman

selain rumah untuk berkomunikasi, bersenang-senang, warung kopi menjadi

tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya

beragam orang, suku, agama, lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang

multikultur.

Pandangan yang lebih luas, warung kopi juga bagian dari subkultur yang

mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi juga bukan

sekadar soal keakraban, didalamnya kerap terjadi pertukaran informasi, wacana,

dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun .

Menurut Rasul (2010) Awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu

luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini

warung kopi menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu

luang maupun waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda

warung kopi memiliki peran yang benar-benar memberikan ruang untuk berkreasi,

berdiskusi hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya. Tetapi

dalam beberapa hal, warung kopi juga didirikan dengan latar belakang yang

berbeda, Lebih jauh lagi, aktifitas warung kopi ini, membentuk kultur dan

kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang

biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi

kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi

manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang

Universitas Sumatera Utara


akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati

secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga

dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di

warung kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun

menjadikan warung kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan

sehari – hari bahkan warung kopi menjadi rumah kedua bagi mereka

Fahrizal (2014) mengungkapkan bahwa Penikmat kopi juga beragam,

mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa

peminat kopi. Ini membuktikan bahwa warung kopi mempunyai potensi kultural

yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari

salah satu manfaat warung kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan

gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, warung kopi adalah sumber informasi

dan inspirasi.

Tulisan Fachrizal (2014) mengungkapkan adanya ruang yang terjadi

diantara penikmat kopi. Ruang bebas dimana obrolan yang terjadi bisa menjadi

begitu cair. Hal ini terlihat ketika satu dua orang bercengkrama satu sama lain

kemudian mulai mengobrolkan sesuatu yang mereka anggap menarik seperti

permasalah bola, namun dapat begitu cairnya ketika dibawa obrolan hingga ke

masalah politik yang tengah hangat.

Berbeda dengan penelitian tentang kopi yang sudah pernah dibuat,

Penelitian tentang perubahan fungsi kopi Gayo ini memberikan sebuah pemaparan

tentang adanya sebuah pembaharuan fungsi kopi Gayo yang awalnya hanya

dipandang sebagai komoditas tanaman, kini kopi Gayo mampu hidup menjadi

sebuah Identitas.

Universitas Sumatera Utara


1.5.1. Teori Perubahan

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang

lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai

nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,

interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada

masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan

cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Perubahan

dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu. Namun, sekarang perubahan-

perubahan berjalan dengan sangat cepat sehingga dapat membingungkan manusia

yang menghadapinya

(Lumintang, 2015 :1).

Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor lingkungan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh masyarakat yang

bersangkutan. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi

aspek-aspek kehidupan sosial dan budaya dalam mayarakat yang bersangkutan

tersebut (Fitrianto, 2013:1).

Perubahan masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang

terus-menerus, artinya bahwa pada setiap masyarakat pada kenyataannya akan

mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Betrand

(dalam Lumintang, 2015:5) menyatakan bahwa perubahan sosial pada dasarnya

tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang pada faktor yang tunggal. Pendapat

10

Universitas Sumatera Utara


dari paham diterminisme monofaktor kini sudah ditinggalkan zaman, dan ilmu

sosiologi modern tidak akan menggunakan interpretasi sepihak yang menyatakan

bahwa perubahan itu hanya disebabkan oleh suatu macam rangkaian faktor saja.

Secara tipelogis maka perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:

(a) sosial proses: the circulation of various rewords, facilities


and personel in an exiting structure; (b) segmentation the
proliferation on structural units that do not diffequalitatively
from exiting units; (c) structure change: the emerge of
qualitatively now complexes of roles and organisatio; (d)
change in groups, structure: the shifts in the composition of
groups, and the level of canciosness of group, and the relation
among the group in society.

Dalam mendeskripsikan fungsi dari kopi tersebut pasti terjadi yang

namanya perubahan sosial, dimana perubahan sosial menurut Robert H Lauer

(1993;338) perubahan sosial adalah normal dan berkelanjutan tetapi menurut arah

yang berbeda dan tingkat kehidupan sosial dengan berbagai tingkat kecepetan.

Defenisi Robert Lauer ini menekankan bahwa perubahan sosial merupakan

fenomena yang kompleks dalam arti menembus keberbagai tingkat kehidupan

sosial, karena keseluruhan aspek kehidupan sosial terus menerus berubah dengan

cepat.

Menurut soekanto (1994;338) perubahan sosial adalah sebagai segala

aspek perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial lainnya termasuk

didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola-pola perilaku diantara dalam kelompok-

kelompok masyarakat. Tekanan defenisi ini terletak pada himpunan pokok

manusia dan perubahan, dalam lembaga ini akan mempengaruhi segi- segi

kemasyarakatan lainnya. Dimana dalam penelitian ini peneliti membahas

perubahan fungsi kopi Gayo, dimana hal ini terjadinya perubahan-perubahan

11

Universitas Sumatera Utara


fungsi dan perubahan tersebut juga mempengaruhi budaya serta gaya hidup

masyarakat Gayo.

1.5.2. Teori Fungsi

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam

ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi

(pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis

fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-

institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud.

Bronislaw Malinowski dalam bukunya “ The Group and The Individual in

Functional Analysis ” mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan

fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur

kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata

lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa

setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan,setiap kepercayaan dan sikap

yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi

beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan (Ihromi, 2006 : 59).

Malinowski (Dalam Ihromi, 2006) menekankan betapa pentingnya

meneliti fungsi dari suatu sistem. Hal ini karena keutuhan kerja masyarakat/

budaya secara keseluruhan merupakan Fakta-fakta antropologis. Menurut

Malinowski, peranan yang dimainkan oleh fakta tersebut dapat menjaga sistem

masyarakat/kebudayaan satu keseluruhan yang terintegrasi.

Selanjutnya Malinowski (dalam Ihromi 2006), mengajukan sebuah

orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi

bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu

12

Universitas Sumatera Utara


terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan

mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan,

setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam

suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang

bersangkutan.

Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya adalah

kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa

kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para

warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi

(melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort), keamanan,

kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul

kebutuhan jenis kedua (derived needs), kebutuhan sekunder yang harus juga

dipenuhi oleh kebudayaan.

Orientasi teori fungsi melihat masyarakat yang terdiri dari elemen-elemen

yang membentuk satu pola ketika berinteraksi satu sama lain. Pola ini menjadikan

sistem ini berbeda dengan lingkungannya. Bagian-bagian sistem ini terkait secara

simbiotis dan interaksi mereka tidak ditentukan oleh kekuatan menyeluruh

(Rizer,2014:278). Konteks fungsi kopi gayo mencoba memberikan gambaran

tentang orientasi fungsi sosial kopi gayo.

Menurut Malinowski tentang fungsi sosial berisi tentang tingkah laku

manusia dan pranata sosial dalam masyarakat. Dalam konteks perubahan fungsi

kopi gayo, fungsi sosial ini terlihat dari bagaimana pengetahuan dan cara

13

Universitas Sumatera Utara


menikmati kopi sebagai bentuk dari tingkah laku manusia dalam masyarakat

gayo.

1.5.3. Perubahan Fungsi Dan Keterkaitan Dengan Kopi Gayo

Subbab sebelumnya telah menjelaskan tentang teori perubahan dan fungsi.

Teori perubahan berguna untuk melihat tentang aspek atau hal yang berubah dari

kajian dan fungsi yang melihat tentang sistem ataupun tatanan yang berlaku.

Sedangkan perubahan fungsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah

perubahan dari sebuah sistem atau tatanan tersebut.

Perubahan fungsi dalam konteks peneltian ini adalah melihat perubahan

tatanan ataupun sistem yang ada dari kopi gayo. Sistem yang dilihat berubah

dalam penelitian ini tentang perubahan fungsi terkait mengkonsumsi kopi dan

perubahan fungsi terkait penyajian kopi.

Pola konsumsi dan penyajian kopi sesuai dengan yang dikatakan Yasraf

amir piliang (dalam Subandy, 1997) tidak lagi sekedar bersifat fungsional, yaitu

pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kini, lebih dari itu, konsumsi bersifat

materi sekaligus simbol. Konsumsi, dalam pengertian yang sesungguhnya,

mengekspresikan posisi dan identitas seseorang di dunia. Kecenderungan ini

mengarah pembentukan identitas melalui gaya.

14

Universitas Sumatera Utara


Bagan 1.1. Alur Pikir Penelitian

Kopi Gayo

Fungsi Sosial

(Gaya Hidup)

konsumsi kopi
Penyajian kopi

Warung kopi Caffe Modern


tradisional

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai perubahan fungsi pada kopi

tersebut menggunakan kacamata etnografi. Dimana etnografi merupakan

pekerjaan yang mendripsikan suatu kebudayaan tujuan utama aktifitas ini adalah

memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli,

sebagaimana dikemukakan oleh ( malinowsky dalam spradley 1997;3) tujuan

etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli hubungannya dengan

kehidupan untuk mendapatkan pandangan di dunia.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat etnografi. Peneliti mencoba

menggambarkan perubahan fungsi sosial kopi Gayo seperti yang diungkapkan

dalam buku Clifford (1992) tentang “Writing New Culture” mencoba menuliskan

15

Universitas Sumatera Utara


kebudayaan dengan menggabungkan antara narasi pribadi dan deskripsi yang

objektif untuk menghasilkan etnografi. Berikut pernyataan Clifford (1992) :

Praktek menggabungkan narasi pribadi dan


descriptionis yang objektif merupakan penemuan
etnografi modern. Dan untuk menggabungkan
keduanya, tidak dipisahkan dari sejarah etnografi
sebelumnya. Dimana hal ini menjadi bahan
pembanding dan bahan pembedanya.

Clifford (1992) juga mengungkapkan bahwa “Writing culture” atau

menulis budaya sebagai wacana kritis tentang kebudayaan. Dimana kebudayaan

menjadi fokus kajian kritis. Sehingga tidak sekedar sebuah deskripsi tentang

kebudayaan namun mampu mengkritik tentang kebudayaan tersebut.

Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia berkaitan

dengan perkembangan teknologi komunikasi dalam setting sosial dan budaya

tertentu. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara

mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dengan teknik “observatory

participant”, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena

mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau

komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik sejatinya metode ini merupakan

akar dari lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan kajian masyarakatnya itu.

Dalam buku Metode Etnografi ini, Spardley (1999) mendefinisikan

budaya sebagai yang diamati dalam etnografi. Selain itu juga sebagai proses

belajar yang mereka gunakan untuk megintepretasikan dunia sekeliling mereka

dan menyusun strategi perilaku untuk menghadapinya. Dalam pandangannya ini,

Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti Other

culture (masyarakat kecil) yang terisolasi, namun juga masyarakat kita sendiri,

masyarakat multicultural di seluruh dunia.


16

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa konsep yang menjadi fondasi bagi metode penelitian

etnografi ini. Pertama, Spradley mengungkapkan pentingnya membahas konsep

bahasa, baik dalam melakukan proses penelitian maupun saat menuliskan hasilnya

dalam bentuk verbal. Sesungguhnya adalah penting bagi peneliti untuk

mempelajari bahasa setempat, namun, Spredley telah menawarkan sebuah cara,

yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan etnografis. Konsep kedua adalah

informan. Etnografer bekerja sama dengan informan untuk menghasilkan sebuah

deskripsi kebudayaan. Informan merupakan sumber informasi; secara harfiah,

mereka menjadi guru bagi etnografer (Spradley, 1997: 35).

Pemikiran Spradley ini memberi pemetaan historis yang jelas mengenai

metode penelitian etnografi selain mamberi gambaran mengenai langkah-

langkahnya. Dengan cerdas, Spradley memaparkan bahwa etnografi baru bukan

hanya dapat diadaptasi sebagai metode penelitian dalam antropologi melainkan

dapat digunakan secara luas pada ranah ilmu yang lain. Penulis meletakkan

pemikiran Spradley ini di bagian awal dengan maksud agar kita memperoleh

pemahaman awal mengenai metode etnografi yang masih murni, umum, yang

berasal dari akarnya, yakni ilmu antropologi.

Jensen dan Jankowski (2002) menempatkan etnografi sebagai sebuah

pendekatan. Etnografi tidak dilihat sebagai alat untuk mengumpulkan data tetapi

sebuah cara untuk mendekati data dalam meneliti fenomena komunikasi. Menurut

Hammersley dan Atkinson (1983: 2 dalam Jansen and jankowski, 1991: 153),

etnografi dapat dipahami sebagai

“Simply one social research method, albeit anunusual one,


drawing on a wide range of sources information. The
erhnographerparticipates in people’s lives for an extended
period of time, watching whathappens, listeninf to what is
17

Universitas Sumatera Utara


said, asking questions, collecting whatever data
areavailable to throw light on issues with which he or she
concerned”

Etnografi secara alami dipandang sebagai penyelidikan mengenai aktivitas

hidup manusia. Oleh Greetz disebut sebagai “informal logic of actual life”.

Berbasis pandangan ini, seharusnya etnografi mampu menghasilkan deskripsi

secara detail dari pengalaman kongkrit dengan latar budaya dan aturan sosial

tertentu, pola-pola yang ada di dalamnya bukan berpatokan pada hukum yang

universal Namun kenyataannya, etnografi menjadi kajian mengenai audiens akhir-

akhir ini, tiba-tiba semua orang menjadi seorang etnografer.

Hal ini menggugah peneliti untuk melakukan pengamatan dan pencatatan

secara langsung tingkah laku yang rutin dari seluruh karakteristik individu yang

dipelajari; pengamatan harus dilakukan secara langsung dalam setting masyarakat

yang diteliti sebagai laboratorium alaminya. Kesimpulan digambarkan secara hati-

hati, tidak gegabah, perlu juga memberikan perlakuan spesial terhadap hasil

pengamatan dalam konteks yang berbeda-beda.

1.7. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Blang Tampu,

Kecamatan bukit, Kabupaten Bener Meriah Provinsi Naggroe Aceh Darusalam.

Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena di Desa ini hampir 90%

penduduknya bekerja sebagai petani kopi dan penikmat kopi di tambah lagi

perkebunan kopi masyarakat daerah ini sangat luas, Panen kopinya juga sangat

bagus dan bermutu hingga terkenal sampai ke Manca Negara. Selain itu tempat ini

menjadi salah satu daerah yang menjadi pusat perhatian karena setiap tahunnya

hasil dari panen kopi semakin meningkat. Penikmat kopi juga semakin banyak,

18

Universitas Sumatera Utara


dari yang tua, muda sampai remaja sekalipun menyukai kopi. Dan yang terpenting

di tempat ini lagi berkembangnya caffe-caffe modern. Dan perkembangan warung

kopi tradisional menjadi modern secara otomatis akan berdampak pada perubahan

gaya hidup baik itu cara penyajian kopi, pengelolahan,peningkatan konsumen

kopi, dan harga yang di tawarkan beragam. Selain itu hal ini akan berdampak

pada peningkatan perekonomian masyarakat. Disisi ini lah peneliti tertarik

mengambil lokasi Desa Blang Tampu menjadi tempat penelitan.

1.8. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data menjadi penting dalam setiap penelitian, hal

ini menjelaskan proses pengambilan data dilapangan. Apakah penelitian tersebut

sesuai dengan realitas yang ada. Tekhnik ini juga berguna sebagai bentuk

implementasi teori dan metode yang telah dipaparkan sebelumnya. Teori dan

metode yang digunakan akan menjadi jelas dan sesuai dengan penjelasan dari

catatan lapangan seorang peneliti.

Penggalian atas konstruksi sistem sosial dan budaya yang di masyarakat

yang dikaji menjadi sebuah keharusan. Untuk tahap awal pemahaman konstruksi

sistem sosial yang ada diperoleh dengan menggunakan pengamatan terlibat.

Namun demikian, teknik pengamatan bukan satu-satunya cara untuk

mengumpulkan data guna memahami konstruksi sistem sosial dan budaya

masyarakat yang dikaji. Untuk memperkaya, teknik wawancara menjadi pilihan

utama. Melalui wawancara proses pembentukan, keberadaan pihak dan peran

masing-masing pihak akan bisa digali seobjektif mungkin tentu dengan bantuan

ragam contoh yang bisa dilihat dari aktivitas sosial yang ada.

19

Universitas Sumatera Utara


Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis

melakukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan

ketika peneliti melakukan observasi partisipasi dilapangan adalah dengan

menggunakan metode wawancara,observasi partisipasi, wawancara mendalam

kepada beberapa informan dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara

yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam

dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin data-data mengenai

perubahan fungsi kopi Gayo yang dilakukan di Desa Blang Tampu Kecamatan

Bukit Kabupaten Bener Meriah. Selain itu wawancara dengan berbagai pakar kopi

seperti Gayo Cuppers Team, barista, hingga anggota forum kopi Indonesia juga

dilakukan, namun demikan fokus utama jelas ada pada berbagai informan dari

berbagai latar yang merupakan masyarakat Gayo seperti koperasi kopi, pedagang

kopi, pegawai negeri, petani,dan beberapa informan yang dirasa penting untuk

didalami terkait perannya dalam struktur masyarakat Gayo seperti kaum

perempuan Gayo dan generasi muda. Diharapkan dari ragam informan akan

terungkap pengalaman khas yang dapat menghasilkan data yang objektif. Baik

dari sisi intern maupun pandangan para ahli dalam menganalisis permasalahan ini.

Selain wawancara penelitian ini juga mengggunakan observasi

(pengamatan). Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadinya atau

berlangsungnya peristiwa,sehingga observasi berada bersama objek yang

diselidiki disebut observasi langsung.

20

Universitas Sumatera Utara


Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi yaitu peneliti ikut

serta dalam aktivitas. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan

yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diselidiki. Dalam

observasi lapangan didapatkan bingkai pendekatan dan gambaran mengenai

proses pembentukan selera yang berlangsung hingga kini. Observasi dilakukan

guna mendapatkan konteks utuh dari pandangan masyarakat Gayo mengenai

fungsi sosial kopi Gayo.Untuk itu peneliti melakukan observasi dibanyak tempat

seperti di warung kopi, perkebunan,hingga koperasi kopi di Aceh Tengah. Latar

Belakang yang diharapkan dapat menyusun penjelasan atas perumusan

permasalahan secara sistematis dan menyeluruh.

Dalam pengumpulan data di lapangan peneliti mengalami beberapa

kesulitan sewaktu meminta data penduduk dan profil desa Blang Tampu dalam

waktu yang bersamaan peneliti mendatangi rumah keuchik (kepala Desa) yang

rumahnya tidak jauh dari lokasi tempat tinggal peneliti, setelah peneliti sampai di

rumah keuchik (Kepala Desa) melapor dan memberikan surat izin penelitian

akhirnya di berikan izin untuk meneliti di desa Blang Tampu, kemudian peneliti

datang ke rumah sekdes untuk meminta data penduduk Desa dan profil Desa,

ternyata data profil desa yang ada sama sekdes semua hilang dengan alasan

komputer rusak. Sehingga peneliti di suruh untuk menunggu selama dua minggu

untuk mengumpulkan data yang hilang.

Dan akhirnya data yang di mintapun ada walaupun data yang di berikan

tidak begitu lengkap sehingga peneliti mencari orang yang dituakan di desa Blang

Tampu yaitu Awan Abddullah ( kakek) kebetulan rumah awan Abdullah tidak

begitu jauh dari tempat tinggal peneliti, akan tetapi kendala lainnya awan(kakek)

21

Universitas Sumatera Utara


jarang berada dirumah. Awan(kakek) lebih banyak menghabiskan waktunya

berkebun, sehingga beberapa kali peneliti mendatangi rumahnya pada siang hari

tidak ada ditempat, awan (kakek) berada dirumah hanya pada malam hari saja.

Setelah beberapa kali menemuinya di rumah akhirnya peneliti bertemu

dengan Awan Abdullah, dengan memperkenalkan diri tujuan dan maksud

kedatangan peneliti langsung menyakan beberapa pertanyaan terkait dengan

sejarah Desa Blang Tampu dan akhir Awan menjawab semua pertanyaan

walaupun tidak begitu sempurna tapi inti dari permasalahan terkait sejarah Desa

Blang Tampu sudah didapat. Kendala lainnya adalah ketika mencari informan,

peneliti sedikit kesulitan dalam mencari ,sebab peneliti terkendala dengan bahasa

yang digunakan terkadang mereka mecampurkan dua bahasa yaitu Gayo dan

Bahasa indonesia, jadi ketika beberapa kali peneliti melakukan wawancara selalu

mengulang pembicaraan yang telah disampaikan informan,sehingga peneliti

mengambil keputusan untuk membawa saudara yang kebetulan adalah asli orang

Gayo. Hal ini dapat membantu peneliti dalam berinteraksi. Kemudahan yang

didapat oleh peneliti adalah tidak begitu sulit untuk mencari informan yang dapat

memberikan informasi dalam kegiatan penelitian. Hal ini karna peneliti berasal

dari suku Gayo, sehingga mereka begitu bersemangat untuk membantu peneliti.

Di Desa Blang Tampu masih banyak terdapat warung-warung kopi

tradisional, ketika peneliti akan berjalan mencari warung kopi terdekat dengan

tujuan melakukan penelitian di warung kopi tidak jauh dari tempat tinggal

peneliti, terdapat warung kopi biasa masyarakat desa menyebut warung tesebut

dengan “warung kopi kita” warung kopi ini sudah berjalan sekitar 10 tahun dan

penikmat kopi yang sudah berlangganan di warung kopi tersebut sudah banyak,

22

Universitas Sumatera Utara


baik itu tua, muda, bahkan anak remaja sekalipun sudah mau ikut nongkrong di

warung kopi tersebut, warung kopi ini tidak lah begitu besar ukuran 5x5meter

hanya cukup menaruh 2 steling, 4 meja, 8 kursi panjang. Warung ini hampir setiap

hari di ramaikan dengan pengunjung dominan orang-orangtua yang mengunjungi

warung kopi tersebut, inilah mengapa peneliti tertarik mengunjungi “warung kopi

kita” pada saat peneliti pertama kali datang di warung kopi tersebut peneliti hanya

mengamati perilaku konsumen yang datang, dengan pembahasan-pembahasan

sederhana yang mereka bincangkan. Sewaktu peneliti mengamati perilaku

konsumen dan dengan berbagai macam pembahasan yang cukup menarik, seperti

pembahasan mengenai politik yang di indonesia dan kepemimpinan yang ada saat

ini, ada juga yang berbicara mengenai pengalaman hidupnya, ada juga yang

bercerita tetang keluarga dan pekerjaan banyak sekali pembahasan yang di

perbincangkan di warung kopi ini,warung kopi ini sudah seperti saksi bisu

mereka, karena di tempat ini juga sering terjadi perdebatan-perdebatan kecil

diantara mereka, perdebatan itu sering sekali mengenai permasalahan politik

ketika mereka beradu argumen tentang politik di indonesia mereka sangat

semangat terkadang ada yang sampai memukul meja, berdiri, dan mengeluarkan

suara keras.

Percuma saja adanya politik di indonesia ini, adanya


pejabat- pejabat tinggi yang mengatur negara ini, jika
masih banyak tikus-tikus berkepala hitam yang masih
dengan mudahnya mencuri uang-uang rakyat, omong
kosong itu semua.

Disini mereka seperti bisa meluapkan semua amarah terhadap pejabat-

pejabat tinggi indonesia, mereka bisa leluasa menyampaikan pendapat mereka

tentang berbagai kecurangan yang ada di negara nya sendiri seperti;

23

Universitas Sumatera Utara


Bagaimana rakyat indonesia bisa maju, kalau semua
dipersulit sekarang mau masuk PNS aja harus punya uang
50juta paling sedikit, kalo tidak ada ya tidak bisa jadi
pegawai, bagaimana negara ini mau maju jika mau maju
saja di persulit.

Terkait dengan wawancara peneliti juga mewawancarai pemelik warung kopi

menanyakan apa saja yang dijual di warung kopi ini dan ternyata di warung kopi

ini hanya menjual kopi tubruk dan selingan makanan lain seperti roti dan goreng-

gorengan tidak banyak yang di jual diwarung ini karena yang berjualan adalah

laki-laki jadi menjual yang simple- simple saja. Penghasilan yang didapat dari

penjualan kopi ini lumayan menguntungkan biasanya dalan sehari pemilik warung

kopi kita bisa mendapatkan keutungan 200 ribu per hari nya. Dalam penelitian ini

peneliti tidak begitu kesulitan hanya saja peneliti sedikit bingung dengan bahasa-

bahasa yang mereka gunakan hanya sedikit-sedikit saja pokok pembicaraan yang

dapat peneliti pahami.

24

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai