Anda di halaman 1dari 100

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP MINUMAN

KOPI KASAR DI KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh
Nur Laili Fitria
NIM. 161510601120

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian. Tanaman
perkebunan antara lain kelapa sawit, kapas, karet, kakao, tebu, teh, kelapa dan juga
kopi. Tanaman-tanaman tersebut merupakan tanaman perkebunan yang
dibudidayakan atau diusahakan di Indonesia. Terdapat beberapa tanaman
perkebunan yang dapat dijual secara langsung dan juga terdapat tanaman
perkebunan yang diolah terlebih dahulu. Tanaman perkebunan tersebut dijual di
dalam negeri maupun di luar negeri yang tentu saja dapat membantu perekonomian
negara. Berikut merupakan perkembangan volume ekspor berbagai komoditas pada
subsektor perkebunan.
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan pada Subsektor Perkebunan Tahun
2014-2015 dalam Ton.
Tahun Share
Rank
Komoditas Rata-rata (%)
2014 2015 2016 **)
**)
Kakao 414.087 333.679 330.029 359.265,00 1,31 4
Kopi 384.816 502.021 414.651 433.829,33 1,58 3
Kelapa
Sawit 22,892.387 26.467.564 22.759.305 24.039.752,00 87,60 1
Karet 2623.471 2.630.313 2.578.163 2.610.649,00 9,51 2
Jumlah 2.631.4761 29.933.577 26.082.148 27.443.495,33 100
Sumber : Kementerian Pertanian (2017)
Keterangan : **) Data diolah peneliti
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa kegiatan ekspor pada subsektor
perkebunan dilakukan oleh komoditas unggulan yaitu kakao, kopi, kelapa sawit,
dan karet. Rata-rata ekspor komoditas kakao dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2017 adalah sebesar 359.265,00 ton/tahun, untuk komoditas kopi sebesar
433.829,33 ton/tahun, untuk komoditas kelapa sawit sebesar 24.039.752,00
ton/tahun dan komoditas karet sebesar 2.610.649,00 ton/tahun. Kontribusi
komoditas subsektor perkebunan dalam kegiatan ekspor perkebunan yang tertinggi
adalah komoditas kelapa sawit dengan kontribusi sebesar 87,60%, kedua adalah
komoditas karet sebesar 9,51%, ketiga adalah komoditas kopi 1,58% dan yang
terakhir adalah komoditas kakao sebesar 1,31%.
Kopi merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia pada subsektor
pertanian yang tentu saja berkontribusi pada perekonomian nasional. Indonesia
sendiri menjadi negara keempat sebagai negara yang menghasilkan produksi kopi
terbesar di dunia. Biji kopi yang dihasilkan di Indonesia mempunyai tiga jenis yaitu
biji kopi arabika, biji kopi robusta dan biji kopi liberika. Indonesia mempunyai letak
geografis yang tepat dan juga jenis-jenis kopi tersebut merupakan jenis kopi yang
mudah dibudidayakan dan dirawat. Kopi juga menjadi salah satu komoditi
perkebunan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini
merupakan data konsumsi kopi di Indonesia tahun 2014-2018.
Tabel 1.2 Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2014-2018 dalam bungkus 60kg.
Tahun 2014 2015 2016 2017 2018
Konsumsi Kopi 4.333.000 4.500.000 4.600.000 4.700.000 4.700.000
Indonesia
Sumber : International Coffee Organization
Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa konsumsi kopi di Indonesia
pada tahun 2014 adalah sebanyak 4.333.000/bungkus 60kg. Tahun 2015 konsumsi
kopi di Indonesia sebesar 4.500.000/bungkus 60kg. Tahun 2016 konsumsi kopi di
Indonesia sebesar 4.600.000/bungkus 60kg. Tahun dan 2018 konsumsi kopi di
Indonesia sebesar 4.700.000/bungkus 60kg. Jumlah konsumsi kopi di Indonesia
dari tahun 2014 sampai dengan 2017 mengalami peningkatan, tetapi dari tahun
2017 ke tahun 2018 jumlah konsumsi kopi di Indonesia tidak berubah yaitu sebesar
4.700.000/bungkus 60kg.
Konsumsi kopi yang mengalami peningkatan salah satunya juga dapat
dipengaruhi oleh produksi kopi di Indonesia. Provinsi Jawa Timur menjadi salah
satu provinsi yang menghasilkan kopi di kegiatan pertaniannya. Jawa Timur
merupakan wilayah yang mempunyai potensi pada komoditas kopi. Terdapat
beberapa perkebunan kopi di Jawa Timur yang dikelola oleh BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) dan juga ada yang dikelola BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).
Berikut ini merupakan data produksi kopi menurut provinsi di Indonesia tahun
2015-2019.
Kopi diolah menjadi minuman siap jual baik dalam bentuk bubuk kopi dan
juga berbentuk minuman kopi yang siap minum. Terdapat beberapa kegiatan yang
harus dilakukan agar biji kopi dapat menjadi bubuk kopi yaitu dengan cara disangrai
kemudian dihaluskan menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi di Kabupaten Gresik tidak
hanya bubuk kopi halus tetapi juga terdapat bubuk kopi kasar. Perbedaan bubuk
kopi halus dengan kopi kasar sendiri adalah dari proses produksinya. Bubuk kopi
halus digiling menggunakan mesin sehingga dapat menghasilkan bubuk kopi yang
halus, sedangkan bubuk kopi kasar tidak digiling menggunakan mesin melainkan
ditumbuk secara tradisional sehingga tekstur bubuk yang dihasilkan adalah kasar.
Kualitas kopi bubuk bisa diukur melalui rasa kopi (Hariyanto, et al., 2019:4).
Menurut Solikatun, et al., (2015:61) mengatakan bahwa minum kopi bukan
hanya sekedar tuntutan selera, melainkan bagi sebagian masyarakat perkotaan
sudah menjadi gaya hidup. UMKM Gresik terdiri dari berbagai jenis usaha seperti
tempat makanan atau minuman yang menjual minuman kopi, mulai dari tempat
tradisional atau biasa disebut dengan warung sampai dengan tempat minum kopi
yang modern atau biasa disebut dengan cafe. Warung kopi di Kabupaten Gresik
menjadi salah satu UMKM yang merupakan tempat untuk menikmati minuman
kopi dan juga berdiskusi, bersosialisasi, dan juga menjadi tempat untuk menikmati
pemandangan atau suasana sekitar. Jenis usaha warung kopi ini sudah dilakukan
puluhan tahun oleh masyarakat Gresik dan masih eksis sampai sekarang (Halik, et
al., 2015:98).
Menurut Liputan Enam (2020), dijelaskan bahwa Gresik mempunyai kopi
yang unik dan menarik tentu dengan rasa yang otentik yaitu kopi kasar. Budaya
ngopi atau minum kopi sambil berdiskusi dan kopi kasar menjadi budaya khas dari
masyarakat Kabupaten Gresik. Minuman kopi kasar dapat menjadi menu favorit di
kalangan masyarakat, sehingga warung maupun cafe yang ada di Kabupaten Gresik
menyediakan menu kopi kasar. Beberapa warung atau cafe yang menyediakan
menu minuman kopi kasar tersebut antara lain warung Mbah Ladjiem, warung
Blvck Coffe, warung Cak Awi, Studio Kopi dan Kantin, Pitstop Kopi dan yang
lainnya.
Minuman kopi kasar sudah menjadi minuman khas di kabupaten Gresik.
Usaha minuman kopi kasar ini dapat menjadi peluang yang besar di Kabupaten
Gresik. Masyarakat di Kabupaten Gresik memiliki budaya ngopi juga dapat
menjadi peluang yang bisa menjadikan banyaknya usaha UMKM yang terfokus
pada warung kopi, cafe, tempat makanan atau minuman yang menjual minuman
kopi kasar. Penjualan minuman kopi kasar yang semakin meningkat juga akan
meningkatkan pendapatan masyarakat di Kabupaten Gresik khususnya yang
membuka usaha minuman kopi kasar. Pada zaman dahulu masyarakat biasanya
mengonsumsi kopi hanya pada pagi dan malam hari, tetapi sekarang masyarakat
dapat minum kopi kapan saja sehingga terjadi peningkatan konsumsi kopi
(Tanwijaya, et al., 2018:314).
Usaha minuman kopi kasar selain memiliki peluang juga memiliki beberapa
hambatan. Hambatan dalam usaha minuman kopi kasar seperti hambatan proses
produksi bubuk kopi kasar yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses
produksi bubuk kopi halus. Hambatan lain dalam usaha minuman kopi kasar adalah
harga minuman kopi kasar lebih mahal jika dibandingkan dengan harga minuman
kopi halus. Cara mengonsumsi minuman kopi kasar yang lebih rumit juga menjadi
salah satu hambatan, karena minuman kopi kasar tidak dapat dinikmati langsung
yang dimana berbeda dengan minuman kopi halus yang dapat dinikmati langsung.
Menurut Adminparbudgresik (2020), mengatakan bahwa penyajian kopi khas
Gresik ini terbilang unik. Penyajian minuman kopi kasar berbeda dengan minuman
kopi halus, karena ampas dari minuman kopi kasar akan mengambang di
permukaan gelas sedangkan ampas dari minuman kopi halus mengendap di dasar
gelas. Proses pembuatan menu minuman kopi kasar ini dimulai dari menuangkan
susu kental manis di dalam gelas, kemudian bubuk kopi kasar lalu diberi air,
nantinya ampas dari minuman kopi kasar akan mengambang dan diberi creamer di
atas ampas kopi kasar tersebut. Minuman kopi kasar tidak bisa langsung dinikmati
karena harus diaduk terlebih dahulu hingga susu, kopi serta creamer tercampur lalu
menunggu sampai ampas kopi mengambang di atas permukaan gelas dan kemudian
menyisihkan ampas kopinya dengan sendok atau saringan yang telah disediakan
oleh warung atau cafe tersebut. Cara menikmati minuman kopi kasar yang lebih
rumit jika dibandingkan dengan kopi halus tidak menjadikan minat masyarakat
terhadap kopi kasar menjadi sedikit, oleh karena itu diperlukan penelitian yang
berjudul “Preferensi Konsumen Terhadap Minuman Kopi Kasar di Kabupaten
Gresik”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten
Gresik?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian minuman kopi kasar oleh konsumen
di Kabupaten Gresik?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan pembelian
minuman kopi kasar oleh konsumen di Kabupaten Gresik?

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten
Gresik.
2. Untuk mengetahui proses keputusan pembelian minuman kopi kasar oleh
konsumen di Kabupaten Gresik.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
minuman kopi kasar oleh konsumen di Kabupaten Gresik.
1.3.2 Manfaat
1. Bagi penjual atau produsen, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
daya tarik konsumen terhadap kopi kasar di Kabupaten Gresik.
2. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan kebijakan
dalam peningkatan diversifikasi kopi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi untuk peneliti yang tertarik dengan penelitian perilaku konsumen
4. Bagi ilmu pengetahuan dapat dijadikan sebagai pendukung teori perilaku
konsumen yang sudah ada.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian Khasan dan Fauziyah (2019) yang berjudul
“Pemetaan Image Konsumen terhadap Produk White Coffee di Hypermart
Bangkalan” mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi proses keputusan
pembelian, mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian dan peta
image konsumen terhadap produk kopi putih (white coffee). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa proses keputusan pembelian kopi putih (white coffee) terdiri
dari lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan (sesuai kebutuhan, manfaat yang dicari
sebagai minuman selingan), pencarian informasi (iklan), evaluasi alternatif (rasa
dan variasi), proses keputusan pembelian (tempat membeli di toko, yang
mempengaruhi pembelian adalah iklan, dan cara memutuskan pembelian tidak
pernah direncanakan), dan perilaku pasca pembelian (merasa puas mengonsumsi
kopi putih, jika mengalami kenaikan harga konsumen akan tetap membeli, dan
menurut konsumen harga kopi putih tidak mahal dibandingkan dengan produk kopi
lainnya). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian kopi putih adalah
situasi atau waktu dan usia. Berdasarkan hasil analisis korespondensi menunjukkan
bahwa terdapat kemiripan beberapa atribut pada produk-produk kopi putih.
Berdasarkan penelitian Yalanda dan Sadeli (2019) yang berjudul “Pengaruh
Direct Marketing terhadap Keputusan Pembelian Kopi Arabika Malabar Mountain
Coffee (Studi Kasus pada Konsumen PT. Sinar Mayang Lestari)” mempunyai
tujuan untuk menganalisis pengaruh direct marketing terhadap keputusan
pembelian kopi arabika Malabar Mountain Coffee pelanggan PT. Sinar Mayang
Lestari. Hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tanggapan konsumen
terhadap keputusan pembelian Kopi Arabika Malabar Mountain Coffee dengan 5
indikator pertanyaan menghasilkan persentase nilai sebesar 85,0%. Lima indikator
pertanyaan beserta persentase tersebut antara lain pengenalan masalah (86,0%),
pencarian informasi (84,8%), evaluasi alternatif (82,3%), keputusan pembelian
(83,9%) dan perilaku pasca pembelian (88,5%). Hasil penelitian ini juga
disimpulkan bahwa direct marketing secara bersama-sama yaitu face to face selling
7
8

dan online marketing mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli


kopi arabika Malabar Mountain Coffee.
Berdasarkan penelitian Afriyanti dan Rasmikayati (2018) yang berjudul
“Studi Strategi Pemasaran Terbaik Berdasarkan Perilaku Konsumen dalam
Menghadapi Persaingan Antar Kedai Kopi di Jatinangor” mempunyai tujuan untuk
menentukan strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen di kedua kedai
kopi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen yang datang
adalah laki-laki berstatus mahasiswa. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perilaku pembelian konsumen yang terbagi menjadi lima tahap yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian
dan perilaku pasca pembelian. Manfaat yang dicari dari berkunjung ke Belike
Coffee adalah untuk rasa yang enak/nikmat, sedangkan manfaat yang dicari dari
berkunjung ke Balad Coffe Works adalah untuk menikmati suasana yang
ditawarkan. Apabila terjadi kenaikan harga, maka konsumen Belike Coffee akan
mengurangi frekuensi pembelian selanjutnya, sedangkan untuk konsumen Balad
Coffe Works tetap akan membeli. Potensi yang dimiliki oleh Belike Coffe adalah
jenis biji yang berasal dari nusantara terutama Jawa Barat dan diperoleh langsung
dari petani, sedangkan potensi Balad Coffee Works adalah jenis biji kopi yang
berasal dari seluruh nusantara bahkan luar negeri. Kendala yang dialami dalam
menjalankan usaha diakibatkan oleh pesaing yaitu terjadinya fluktuasi penjualan.
Strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan omzet di kedua kedai kopi
tersebut adalah strategi produk, harga, lokasi dan promosi.
Berdasarkan penelitian Nelwan, et al., (2019) yang berjudul “Analisis
Faktor Determinan Keputusan Pembelian Digerai Starbucks Manado Town
Square” mempunyai tujuan untuk menganalisis faktor pelayanan, faktor fasilitas,
faktor harga, dan faktor lokasi sebagai faktor penentu dalam melakukan keputusan
pembelian digerai Starbucks Mantos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang paling dominan dalam menentukan keputusan pembelian digerai
Starbucks Mantos secara berurutan adalah faktor pelayanan, faktor harga, faktor
lokasi, faktor fasilitas. Faktor pelayanan meliputi keramahan dan kesopanan,
kecepatan dalam merespon, ketanggapan dalam penanganan keluhan konsumen,
9

papan menu yang jelas dan lokasi yang aman. Faktor harga meliputi ketersediaan
jaringan internet, harga yang terjangkau, dan kesesuaian harga dengan kualitas.
Faktor lokasi meliputi potongan harga, akses yang mudah dan tidak macet. Faktor
fasilitas meliputi ketersediaan area untuk perokok, lingkungan yang bersih dan
nyaman. Starbucks harus meningkatkan kualitas pelayanan, karena dapat diketahui
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa faktor kualitas pelayanan
merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan dengan faktor lainnya,
sehingga sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian yang dilakukan oleh
konsumen.
Berdasarkan penelitian Hanafiah dan Wardhana (2019) yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Preferensi Konsumen (Studi pada Armor Kopi Bandung)
mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor
Kopi terdapat sepuluh faktor yang terdiri dari harga, kualitas layanan, kualitas
produk (rasa dan varian), suasana, promosi, kemasan, Merchandise assortment,
Communication mix, Store design & display, dan Location. Faktor baru yang
menjadi pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi terdapat
sebanyak dua komponen faktor yaitu Component Faktor I yang diberi label promosi
terdiri dari kualitas layanan, kualitas produk (rasa dan varian), suasana, promosi,
dan kemasan, sedangkan Component Faktor II diberi label Location yang terdiri
dari harga, Merchandise assortment, Communication mix, Store design & display,
dan Location. Component Faktor I lebih dominan dibandingkan dengan Component
Faktor II. Variabel yang paling dominan pada Component Faktor I adalah promosi
karena mempunyai nilai Loading Factor tertinggi, sedangkan pada Component
Faktor II variabel yang paling dominan adalah Location.
Berdasarkan penelitian Prabisiwi dan Kusmiati (2019) yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Produk Kopi Arabika Matt Coffee
di Kabupaten Bondowoso” mempunyai tujuan untuk mengetahui karakteristik
konsumen, keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk Kopi Arabika
Matt Coffee di Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
10

konsumen Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee didominasi oleh laki-laki
berusia produktif dengan penghasilan per bulan lebih dari Rp. 3.000.000,00. Proses
keputusan pembelian konsumen Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee
meliputi 5 tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian. Keputusan pembelian terhadap
produk Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee di Kabupaten Bondowoso
dipengaruhi oleh enam faktor utama yaitu faktor karakteristik produk, faktor
kepribadian, faktor pemasaran produk dan motivasi konsumen, faktor harga produk
dan lingkungan, faktor pendidikan dan faktor kandungan gizi produk.
Berdasarkan penelitian Mahardiyanto, (2010) yang berjudul “Pengaruh
Iklan Kopi “Top Coffee” terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen di Kota
Jember” mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan TOP
Coffee terhadap keputusan pembelian dan variabel mana yang paling
mempengaruhi terhadap keputusan pembelian pada konsumen di wilayah kota
Jember. Hasil dari penelitian ini adalah dari empat variabel iklan hanya sumber
iklan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, oleh karena itu pihak TOP
Coffee sebaiknya memperhatikan kualitas dan keunikan dari iklan tersebut agar
mampu menarik konsumen yang nantinya memutuskan untuk membeli produk TOP
Coffee.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu
karena penelitian ini dilakukan dengan melihat karakteristik konsumen, proses
keputusan pembelian serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian minuman
kopi kasar. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terdapat dalam
penelitian-penelitian terdahulu, seperti variabel usia, jenis kelamin, pendapatan,
pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan dan kepekatan
kopi, harga sesuai kualitas produk, harga lain seperti kopi halus, trend/gaya hidup,
kebiasaan, status sosial, dorongan dari dalam dirim keluarga, orang terdekat (selain
keluarga), promosi yang dilakukan, iklan sosial media, produk mudah ditemukan,
dan pengaruh penjual. Variabel penelitian yang berbeda dengan penelitian
terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tampilan penyajian kopi.
Penelitian ini juga menggunakan alat analisis faktor untuk menganalisis faktor-
11

faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian minuman kopi kasar oleh


konsumen.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Konsep Kopi Kasar
Kopi merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang
mempunyai nilai ekonomis. Kopi adalah tanaman tahunan, tetapi secara umum
perakaran kopi dangkal sehingga menyebabkan tanaman kopi mudah mengalami
kekeringan. Petani kopi mengatasi hal tersebut dengan meletakkan mulsa di daerah
perakaran tanaman kopi. Tanaman kopi juga menjadi salah satu komoditas tanaman
perkebunan yang banyak di ekspor. Kopi yang diekspor ke negara lain dijual dalam
bentuk biji kopi yang dipanggang dari dua varietas tanaman kopi yaitu arabika dan
robusta. Perbedaan varietas kedua kopi tersebut adalah dari rasa dan juga tingkat
kafeinnya. Kopi banyak diolah menjadi minuman yang mempunyai berbagai varian
rasa yang banyak diminati oleh penikmat kopi. Kopi mengandung beberapa
komponen kimia, seperti kafein, golongan asam, karbohidrat, lemak, serta mineral.
Golongan asam pada kopi akan mempengaruhi mutu dan memberikan aroma serta
cita rasa yang khas (Afriliana, 2018: 120)
Kopi sebelum siap untuk diminum atau dinikmati tentu saja harus melewati
proses yang panjang, mulai dari budidaya tanaman kopi sampai dengan pengolahan
kopi menjadi bubuk kopi. Menurut Achadiyah (2017: 3), biji kopi yang siap
diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging
buah, kulit tanduk dan kulit ari nya. Biji kopi biasanya diolah menjadi bubuk kopi
halus, tetapi ada juga beberapa orang ataupun agroindustri kopi mengolah biji kopi
menjadi bubuk kopi kasar. Bubuk kopi kasar pada dasarnya sama dengan bubuk
kopi halus, hanya saja yang membedakan pada saat proses produksi, yaitu pada saat
proses sangrai (roasting) dan penggilingannya. Proses roasting biji kopi untuk
menjadi bubuk kopi kasar dilakukan dengan menggunakan cara tradisional, dimana
menggunakan penggorengan yang berasal dari tanah liat, sedangkan roasting pada
bubuk kopi halus menggunakan cara modern dengan menggunakan mesin. Proses
penggilingan biji kopi untuk menjadi bubuk kopi kasar juga menggunakan cara
12

manual atau tradisional, dimana tidak di giling menggunakan mesin seperti hal nya
bubuk kopi halus, tetapi ditumbuk sehingga menghasilkan bubuk kopi yang kasar.
Bubuk kopi kasar tersebut lalu dapat disajikan menjadi minuman kopi kasar yang
mempunyai keunikan yang berbeda dari minuman kopi halus, dimana ampas
minuman kopi kasar mengambang diatas gelas, sedangkan ampas dari minuman
kopi halus berada di permukaan gelas. Berikut ini merupakan skema pembuatan
menu minuman kopi kasar.

Tuangkan susu kental manis pada gelas

Tuangkan bubuk kopi kasar

Tuangkan air dan kemudian ampas bubuk kopi


kasar akan mengambang ke permukaan gelas

Beri creamer pada permukaan minuman kopi


kasar (opsional sesuai permintaan konsumen)

Gambar 2.1 Skema Pembuatan Minuman Kopi Kasar


(Survey Pendahuluan, diolah peneliti)
Penyajian minuman kopi kasar berbeda dengan minuman kopi halus,
dimana letak perbedaan tersebut terdapat pada ampas dari minuman kopi nya.
Ampas minuman kopi halus berada di bawah permukaan gelas, sehingga konsumen
dapat langsung meminumnya, sedangkan untuk ampas minuman kopi kasar berada
di atas permukaan gelas, sehingga konsumen harus memisahkan ampas kopi ke
dalam gelas atau tempat lain yang sudah disediakan khusus untuk ampas kopi kasar.
Penjual minuman kopi kasar meyediakan tempat dan juga sendok yang dapat
digunakan oleh konsumen untuk mengangkat ampas kopi kasar. Setelah semua
ampas kopi kasar dipindahkan, maka konsumen dapat menikmati minuman kopi
kasar tersebut. Berikut ini merupakan skema cara mengkonsumsi minuman kopi
kasar.

Aduk minuman kopi kasar sampai kopi, gula dan


susu (opsional) tercampur rata.

Tunggu beberapa saat sampai ampas kopi


terangkat ke atas permukaan gelas

Pisahkan ampas kopi kasar ke tempat lain yang


sudah disediakan menggunakan sendok
13

Gambar 2.2 Skema Cara Mengkonsumsi Minuman Kopi Kasar


(Survey Pendahuluan, diolah Peneliti)

2.2.2 Konsep Perilaku Konsumen dan Karakteristik Konsumen


Menurut Juliandi dan Andriani (2019: 14), mengatakan bahwa perilaku
konsumen merupakan studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,
pengalaman serta ide-ide. Perilaku konsumen menjadi dasar seseorang atau
konsumen dalam mebuat keputusan pembelian. Seorang konsumen dalam
melakukan suatu keputusan pembelian tentu saja didasari oleh beberapa hal, seperti
harga produk, kualitas produk, manfaat produk, dan hal-hal lain yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk tersebut. Konsumen secara umum
terdiri dari dua jenis yaitu konsumen rasional dan konsumen irasional. Konsumen
rasional merupakan konsumen yang mengedepankan berbagai aspek konsumen
secara umum seperti kebutuhan mendesak dan kegunaan produk terhadap
konsumen. Konsumen irasional adalah konsumen yang mudah tepengaruh dan
terbujuk oleh potongan harga atau strategi marketing lainnya dari suatu produk
tanpa mengedepankan aspek konsumen secara umum.
Menurut Kotler dan Keller (2008: 166) perilaku konsumen juga dapat
diartikan sebagai studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau
pengalaman, untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Mempelajari
konsep perilaku konsumen tentu saja dapat memberikan manfaat yang berguna
terutama bagi pihak pemasar. Pemasar harus memahami perilaku konsumen agar
nanti dapat memahami dan mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan
14

dibutuhkan oleh seorang konsumen, sehingga pemasar dapat memenuhi permintaan


konsumen dan konsumen dapat terpenuhi kebutuhan dan keingingannya. Dalam
pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang
semakin tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan
konsumen menjadi semakin tinggi (Suryani, 2008: 8).
Menurut Sumarwan (2015: 5-6), riset perilaku konsumen terdiri dari tiga
perspektif yang sangat mempengaruhi cara berpikir dan mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, perspektif tersebut antara lain:
1. Perspektif Pengambilan Keputusan
Perspektif pengambilan keputusan ini berasumsi bahwa konsumen memiliki
masalah dan melakukan proses pengambilan keputusan rasional untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Perspektif Eksperensial (Pengalaman)
Perspektif eksperensial ini berasumsi bahwa konsumen sering kali mengambil
keputusan membeli suatu produk tidak selalu berdasarkan proses keputusan
rasional untuk memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen berdasarkan pengalaman
yang pernah ada.
3. Perspektif Pengaruh Behavioral
Perspektif pengaruh behavioral ini berasumsi bahwa seorang konsumen
membeli suatu produk sering kali bukan karena alasan rasional atau emosional
yang berasal dari dalam diri konsumen tersebut, tetapi dipengaruhi oleh faktor
dari luar diri konsumen tersebut.
Menurut Setiadi (2003: 3), perilaku konsumen adalah dinamis yang berarti
bahwa perilaku konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah
dan bergerak sepanjang waktu. Perilaku konsumen terfokus pada pemilihan suatu
produk maupun jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, dimana
kebutuhan seorang konsumen dari waktu ke waktu dapat berubah-ubah. Pemilihan
produk yang dilakukan oleh tiap konsumen juga berbeda-beda. Pemilihan produk
atau jasa yang dilakukan oleh konsumen tentu saja tidak lepas dari pengaruh dari
dalam diri konsumen dan juga pengaruh dari luar diri konsumen tersebut.
15

Konsumen juga akan melihat perbandingan dari produk-produk yang sama yang
akan dibeli, baik dari segi harga, kualitas dan juga kuantitas.

2.2.3 Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian adalah suatu tindakan yang dilakukan seorang
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk. Konsumen sebelum
membeli suatu produk tentu saja sudah mempertimbangkan segala hal, seperti
mempertimbangkan kualitas, harga, dan juga produk yang akan dibeli. Keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen tidak hanya berhenti pada pembelian,
tetapi berlanjut pada pengalaman konsumen setalah membeli suatu produk. Proses
keputusan pembelian dimulai apabila seorang konsumen menyadari suatu
kebutuhan atau masalah terhadap suatu produk yang diinginkan. Proses keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen membutuhkan informasi dan akan
melakukan upaya-upaya tertentu untuk memperoleh informasi tersebut. (Damiati,
et.al., 2017: 174).
Menurut Kotler dan Keller (2008: 184), keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen melalui lima tahapan, yaitu pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Lima tahapan dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen
merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh produsen/penjual untuk
menciptakan strategi pemasaran yang efektif, dengan memahami bagaimana
konsumen melalui proses pengenalan masalah, pencarian informasi, mengevaluasi
alternatif, memutuskan melakukan pembelian, dan perilaku pasca melakukan
pembelian. Berikut ini merupakan model proses tahapan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen.

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian
16

Perilaku Pasca
Pembelian

Gambar 2.2 Tahapan Keputusan Pembelian


(Kotler dan Keller, 2008:185)

1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah ini merupakan tahapan awal dari keputusan pembelian.
Kegiatan pembelian dimulai ketika seorang konsumen menyadari suatu
permasalahan atau kebutuhannya. Permasalahan tersebut disebabkan dari
rangsangan internal maupun eksternal. Rangsangan internal tersebut berasal dari
diri sendiri, seperti rasa lapar, haus, seks yang kemudian mengalami peningkatan
menjadi sebuah dorongan. Rangsangan eksternal merupakan rangsangan yang
berasal dari luar, seperti pengaruh lingkungan.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen setelah mengetahui permasalahan atau kebutuhannya
kemudian berusaha mencari informasi mengenai kebutuhannya tersebut.
Konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan
untuk membelinya. Informasi tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana
produk yang dijadikan sebagai pilihan sebelum diputuskan untuk dibeli.
Menurut Priansa (2017: 88), sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok antara lain:
a. Sumber Pribadi
Sumber informasi pribadi merupakan sumber informasi yang diperoleh dari
kerabat dekat konsumen, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan.
b. Sumber Komersial
Sumber informasi komersial ini diperoleh dari sesuatu yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan barang atau jasa, seperti iklan, situs web,
wiraniaga, penyalur, dan kemasan.
c. Sumber Publik
17

Sumber informasi publik merupakan sumber informasi yang berasal dari


masyarakat luas, seperti media massa, organisasi dan perangkat pemerintah.
d. Sumber Pengalaman
Sumber informasi pengalaman ini merupakan sumber informasi yang berasal
dari pengalaman seseorang yang pernah menggunakan suatu produk, hal
tersebut dapat diperoleh dari penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan
produk.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif ini merupakan tahapan dimana konsumen mengevaluasi
pilihan yang diberoleh berdasarkan informasi yang telah didapatkan, kemudian
konsumen mengembangkan kepercayaan terhadap suatu merek. Konsumen akan
memberikan kepercayaan lebih pada suatu merek apabila merek tersebut
dianggap lebih unggul dibandingkan merek yang lain.
4. Keputusan Pembelian
Konsumen setelah melakukan evaluasi alternatif kemudian mendapatkan pilihan
merek yang paling disukai dan kemudian dibeli. Keputusan pembelian tersebut
tentu saja tidak lepas dari pengaruh beberapa faktor, seperti pendapatan yang
dimiliki, gaya hidup, keluarga, dan juga pengaruh lingkungan.
5. Perilaku pasca pembelian
Perilaku pasca pembelian ini merupakan tahapan terakhir dari keputusan
pembelian. Konsumen yang sudah membeli sesuatu baik barang atau jasa tentu
saja akan merasakan kelebihan atau kekurangannya. Konsumen akan
memberikan penilaian terhadap produk yang sudah dibeli berdasarkan kepuasan
atau ketidakpuasan.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong, (2008: 159), pembelian konsumen sangat
dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Berikut ini
merupakan penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen:
1. Faktor Budaya
18

Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen tentu saja dipengaruhi oleh
beberapa faktor budaya, antara lain:
a. Budaya
Budaya merupakan penyebab utama seorang konsumen memutuskan untuk
membeli suatu produk atau jasa. Budaya di setiap negara tentu saja berbeda-
beda, oleh karena itu seorang penjual harus memperhatikan nilai-nilai
budaya yang ada di setiap negara untuk mengetahui cara terbaik memasarkan
produk yang sudah ada dan mencari peluang untuk produk yang akan
dihasilkan.
b. Subbudaya
Subbudaya merupakan bagian kecil dari budaya yang memberikan ciri atau
identitas yang lebih spesifik. Subbudaya ini seperti kebangsaan, agama,
kelompok ras, serta wilayah geografis. Seorang penjual tentu saja harus bisa
memetakan produk yang akan dipasarkan kepada konsumen yang sesuai
dengan subbudaya yang ada.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial ini terdiri dari sekelompok masyarakat yang cenderung
mempunyai kemiripan dalam beberapa hal, seperti cara berpakaian atau pola
berbicara. Kelas sosial juga memperlihatkan bahwa konsumen ada yang
cenderung memutuskan membeli produk atau jasa yang sederhana sampai
dengan yang mewah.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi merupakan semua kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seorang konsumen. Kelompok referensi ini juga disebut dengan kelompok
acuan dan kelompok keanggotaan dimana terdiri dari kelompok primer
seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi secara
langsung dan terus menerus dalam keadaan informal, selain itu terdapat
kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi
perdagangan.
19

b. Keluarga
Keluarga menjadi pengaruh yang paling utama terhadap sikap dan perilaku
konsumen, karena keluarga merupakan orang yang terdekat dengan
konsumen. Orang tua merupakan pihak keluarga yang tentu saja berpengaruh
signifikan dalam kegiatan pembelian yang dilakukan oleh seorang
konsumen. Dari orang tua, seseorang memperoleh suatu orientasi terhadap
agama, politik, dan ekonomi serta suatu rasa ambisi pribadi, penghargaan
pribadi, dan cinta (Hasan, 2018: 258).
c. Peran dan Status
Seorang konsumen tentu akan memilih produk atau jasa yang mencerminkan
status dan peran mereka tersebut, sehingga peran dan status berpengaruh
terhadap pembelian konsumen.
3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi tentu saja menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku seorang
konsumen. Faktor pribadi ini merupakan faktor yang berasal dari diri seseorang
itu sendiri. Faktor pribadi yang mempengaruhi tersebut antara lain:
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Usia dan tahap siklus hidup seorang konsumen tentu akan berpengaruh pada
sikap dan perilaku dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Usia
anak-anak, remaja dan dewasa tentu saja mempunyai pilihan produk atau
jasa yang berbeda-beda.
b. Pekerjaan
Pekerjaan akan berpengaruh pada perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian, dimana konsumen tersebut akan menyesuaikan pilihannya
dengan pekerjaan yang sedang dijalani.
c. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi juga menjadi pengaruh terhadap sikap konsumen dalam
melakukan pembelian, karena konsumen akan menyesuaikan pilihan produk
yang akan dibeli dengan pendapatan yang dimiliki.
d. Gaya Hidup
20

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam


keadaan psikografisnya. Seorang konsumen tentu saja akan memutuskan
membeli produk yang sesuai dengan pola hidupnya tersebut.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Setiap orang tentu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga hal
tersebut juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan
pembelian.
4. Faktor Psikologis
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor psikologis, antara lain:
a. Motivasi
Motivasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan
yang kuat dalam pemenuhan kebutuhan yang dilakukan untuk mencapai
kepuasan. Alasan seorang konsumen yang melakukan pembelian juga bisa
datang dari dorongan kebutuhan yang kuat tersebut.
b. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengatur sampai
dengan menginterpretasikan informasi yang telah didapatkan. Persepsi setiap
orang dapat berbeda-beda. Konsumen tentu saja akan memilih suatu produk
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
c. Pembelajaran
Pembelajaran ini merupakan suatu sikap yang menggambarkan perubahan
yang terjadi dalam perilaku seseorang akibat dari pengalaman yang telah
diperoleh.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
pemikiran deskriptif tentang sesuatu hal yang telah diperoleh baik dari orang
lain maupun pembelajaran diri sendiri. Keyakinan dan sikap merupakan
suatu kecenderungan seseorang untuk memberikan respons terhadap produk
dengan cara membentuk citra merek yang menjadi pengaruh dalam
pembelian konsumen.
21

2.2.5 Teori Pemasaran


Pemasaran adalah suatu kegiatan yang terencana dan terpadu yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi dalam melakukan kegiatan usaha
agar dapat mengakomodir permintaan pasar. Pemasaran juga dapat diartikan
sebagai kegiatan pokok atau primer dari suatu perusahaan atau organisasi yang
menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya tersebut. Tujuan utama pemasaran dalam perusahaan
adalah untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan agar produk dapat
terjual dengan sendirinya. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan perusahaan
yang secara langsung berhubungan dengan konsumen. Inti dari pemasaran
(marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial
(Kotler dan Keller, 2008: 5).
Pemasaran dimulai dari pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian
berkembang menjadi keinginan manusia. Kegiatan pemasaran tersebut dilakukan
dengan menciptakan produk yang mempunyai nilai jual, menentukan harga,
mempromosikan produk, dan saling bertukar tawaran dengan konsumen.
Pemasaran identik dengan proses pengenalan produk atau pelayanan kepada
konsumen potensial, dimana konsumen yang mempunyai daya beli terhadap suatu
produk baik barang ataupun jasa. Pemasaran mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi
pertukaran, fungsi distribusi fisik, dan fungsi perantara. Fungsi pemasaran ini
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan proses pemasaran.
Dengan kecerdasan pemasaran, kebutuhan pribadi atau sosial diubah menjadi
peluang bisnis yang mampu menghasilkan laba (Hery, 2019: 3).
Manajemen pemasaran adalah sebuah kegiatan perencanaan, penetapan
tujuan organisasi atau perusahaan, dan pelaksanaan kegiatan serta melakukan
pengawasan dan pengendalian agar dapat mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan secara efektif dan efisien. Manajemen pemasaran juga dapat diartikan
sebagai alat analisis, perencanaan, penerapan, serta pengendalian suatu program
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan yang sudah direncanakan untuk
menciptakan, mengembangkan sekaligus mempertahankan pertukaran agar dapat
memberikan keuntungan bagi organisasi atau perusahaan. Pemasaran sebagai
22

bagian dari aktivitas bisnis merupakan kegiatan yang kompleks, tidak hanya
sekadar promosi atau penjualan saja, tetapi bagaimana menciptakan produk atau
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga mereka puas
(Suryani, 2017: 23).

2.2.6 Analisis Faktor


Menurut Sutopo dan Slamet (2017: 167), analisis faktor merupakan suatu
teknik statistika multivariate yang digunakan untuk mengurangi/mereduksi dan
meringkas variabel terikat atau dependen yang jumlahnya banyak serta saling
ketergantungan. Reduksi dalam analisis faktor dilakukan untuk memberikan
deskripsi yang relatif sederhana. Analisis faktor merupakan tahapan untuk
mengidentifikasi variabel berdasarkan kemiripannya, yang ditunjukkan dari nilai
korelasi yang tinggi. Prinsip dasar analisis faktor yaitu menyederhanakan deskripsi
tentang data dengan cara mereduksi jumlah variabel.
Menurut Santoso (2018: 69), secara prinsip analisis faktor mencoba
menemukan hubungan (inter-relationship) antara sejumlah variabel-variabel yang
awalnya saling independen satu sama lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa
kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis faktor
mempunyai konsep utama yaitu korelasi,dimana variabel yang mempunyai korelasi
yang erat akan membentuk suatu faktor, apabila koefisien korelasi antar variabel
terlalu kecil maka mempunyai hubungan yang lemah dan analisis faktor tidak tepat.
Uji statistik yang digunakan pada analisis faktor adalah Barlett’s Test of Sphericity
yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak berkorelasi di dalam
populasi. Uji statistik lain yang digunakan adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) yang
digunakan untuk mengukur kecukupan sampling.
Menurut Firlana (2017: 67), terdapat dua piihan metode pada analisis faktor
yaitu PCA (Proncipal Component Analysis) dan CFA (Common Factor Analysis).
Berikut penjelasan dari dua metode tersebut:
1. PCA (Proncipal Component Analysis)
PCA (Proncipal Component Analysis) juga disebut dengan analisi faktor
eksploratori. Proncipal Component Analysis adalah metode dalam analisis faktor
23

yang bertujuan untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah variabel yang akan
dihasilkan. Pada dasarnya faktor-faktor atau variabel laten baru dalam analisis
faktor eksploratori adalah bersifat acak, yang kemudian dapat diinterpretasikan
sesuai dengan faktor atau komponen yang terbentuk.
2. CFA (Common Factor Analysis)
CFA (Common Factor Analysis) atau analisis faktor konfirmatori
merupakan metode dalam analisis faktor yang bertujuan untuk mengetahui struktur
dari variabel yang diteliti (karakteristik dan observasi). CFA dibentuk secara
sengaja berdasarkan teori dan konsep dalam upaya untuk mendapatkan variabel
baru atau faktor yang mewakili beberapa sub variabel yang merupakan variabel
teramati. Analisis faktor konfirmatori pada dasarnya bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi,
menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

2.3 Kerangka Pemikiran


Minuman kopi kasar merupakan salah satu minuman yang khas di
Kabupaten Gresik. Minuman kopi kasar ini merupakan minuman yang sama hal
nya dengan minuman kopi lainnya, hanya saja minuman kopi kasar dibuat dengan
menggunakan bubuk kopi kasar. Bubuk kopi kasar adalah biji kopi yang ditumbuk,
sehingga menghasilkan bubuk kopi yang memiliki tekstur kasar. Minuman kopi
kasar menjadi menu andalan di berbagai warung kopi yang ada di Kabupaten
Gresik.
Penjualan minuman kopi kasar tentu saja dapat memberikan banyak peluang
bagi warung kopi-warung kopi di Kabupaten Gresik yang menjual minuman
tersebut. Peluang dari penjualan minuman kopi kasar tersebut adalah karena
mempunyai ciri khas atau menjadi khas di Kabupaten Gresik maka minuman kopi
kasar akan banyak diminati oleh masyarakat penikmat kopi. Peluang yang ke dua
adalah dari peminat minuman kopi kasar yang banyak, maka bisa menjadi
keuntungan yang menjanjikan. Keuntungan yang menjanjikan tersebut dapat
menjadikan semakin banyaknya usaha tempat minum kopi yang menjual minuman
24

kopi kasar di Kabupaten Gresik, baik tempat tradisional (warung kopi) maupun
tempat modern (cafe).
Penjualan minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik tentu saja tidak lepas
dari hambatan-hambatan. Hambatan penjualan minuman kopi kasar ini seperti
proses produksi bubuk kopi kasar yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses
produksi bubuk kopi halus. Hambatan lainnya dari segi harga, harga minuman kopi
kasar lebih mahal jika dibandingkan dengan minuman kopi halus. Hambatan lain
dari minuman kopi kasar ini adalah cara mengonsumsi minuman kopi kasar yang
lebih rumit, karena minuman kopi kasar tidak bisa langsung dinikmati karena harus
diaduk terlebih dahulu hingga susu, kopi serta creamer tercampur lalu menunggu
sampai ampas kopi mengambang di atas permukaan gelas dan kemudian
menyisihkan ampas kopinya dengan sendok atau saringan yang telah disediakan
oleh warung atau cafe tersebut.
Permasalahan pertama yang muncul terkait karakteristik konsumen
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik, serta permasalahan kedua yang muncul
terkait proses keputusan pembelian konsumen terhadap minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, dimana semua hasil dari responden nantinya ditabulasikan
dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, kemudian dipresentasekan.
Karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik terdiri dari usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Tahap dari proses
keputusan pembelian konsumen minuman kopi kasar di kabupaten Gresik sendiri
terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan minuman kopi kasar, pencarian informasi
minuman kopi kasar, evaluasi alternatif, keputusan pembelian minuman kopi kasar
dan perilaku pasca pembelian minuman kopi kasar.
Permasalahan ketiga terkait apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian minuman kopi di Kabupaten Gresik. Variabel-variabel dalam penelitian
ini akan dianalisis dengan menggunakan alat analisis faktor yang bertujuan untuk
mereduksi variabel yang berjumlah banyak menjadi sedikit dengan cara
mengumpulkan variabel-variabel yang berkorelasi kedalam satu atau beberapa
faktor. Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin,
25

pendapatan, pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan
dan kepekatan kopi, tampilan penyajian kopi, kandungan gizi, harga sesuai kualitas
produk, harga produk lain seperti kopi halus, trend/gaya hidup, kebiasaan, status
sosial, dorongan dari dalam diri, keluarga, orang terderkat (selain keluarga),
promosi yang dilakukan, iklan sosial media, produk mudah ditemukan, dan
pengaruh penjual. Ketiga permasalahan tersebut dianalisis untuk mengetahui
bagaimana perilaku konsumen dalam pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten
Gresik. Berikut ini merupakan skema kerangka pemikiran.

Minuman kopi kasar di


Kabupaten Gresik

Peluang : Hambatan :
1. Kopi kasar merupakan minuman 1. Proses produksi bubuk
yang khas, sehingga akan laris. kopi kasar lebih lama.
2. Keuntungan yang menjanjikan. 2. Harga lebih mahal.
3. Banyak usaha tempat minum kopi 3. Cara mengonsumsi kopi
(warung/café) yang menjual kopi kasar lebih rumit.
kasar di Gresik dan di luar Gresik.
26

Studi Perilaku Konsumen Minuman Kopi Kasar dan Minuman Kopi di Kabupaten
Gresik

Karakteristik Konsumen Proses Keputusan Faktor-faktor yang


Minuman Kopi Kasar di Pembelian Minuman Mempengaruhi Keputusan
Kabupaten Gresik Kopi Kasar di Pembelian Minuman Kopi
Kabupaten Gresik Kasar dan di Kabupaten
Gresik
Analisis deskriptif Analisis deskriptif
Analisis Faktor
1. Usia 1. Pengenalan
(tahun) Masalah 1. Usia (X1)
2. Jenis 2. Pencarian 2. Jenis Kelamin (X2)
Kelamin Informasi 3. Pendapatan (X3)
(L/P) 3. Evaluasi 4. Pendidikan (X4)
5. Aroma Kopi yang Khas (X5)
3. Tingkat Alternatif 6. Cita Rasa yang Sesuai (X6)
Pendidikan 4. Keputusan 7. Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7)
4. Pekerjaan Pembelian 8. Tampilan Penyajian Kopi (X8)
5. Pendapatan 5. Perilaku 9. Harga Sesuai Kualitas Produk (X9)
(Rp/bulan) Pasca 10. Harga Produk Lain seperti Minuman Kopi
Halus (X10)
Pembelian
11. Trend/Gaya Hidup (X11)
12. Kebiasaan (X12)
13. Status Sosial (X13)
14. Dorongan dari Dalam Diri (X14)
15. Keluarga (X15)
16. Orang Terdekat (Selain Keluarga) (X16)
17. Promosi yang dilakukan (X17)
18. Iklan Sosial Media (X18)
19. Produk Mudah ditemukan (X19)
20. Pengaruh Penjual (X20)

Proses Keputusan Pembelian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Minuman Kopi Kasar dan Minuman Kopi di Kabupaten Gresik

Perilaku konsumen yang melakukan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik antara lain Usia (X1), Jenis Kelamin
(X2), Pendapatan (X3), Pendidikan (X4), Aroma Kopi yang Khas (X5), Cita Rasa
yang Sesuai (X6), Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7), Tampilan Penyajian Kopi
(X8), Harga Sesuai Kualitas Produk (X9), Harga Produk Lain seperti Kopi Halus
27

(X10), Trend/Gaya Hidup (X11), Kebiasaan (X12), Status Sosial (X13), Dorongan
dari Dalam Diri (X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (Selain KJeluarga) (X16),
Promosi yang Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah
Ditemukan (X19), Pengaruh Penjual (X20).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Metode yang digunakan untuk menentukan daerah penelitian yaitu dengan
menggunakan metode dengan sengaja (purposive method). Purposive method
merupakan salah satu teknik non random sampling dimana peneliti menentukan
sendiri ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat
menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut. Menurut
Sugiyono (2019: 144) teknik purposive dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan tertentu. Metode tersebut digunakan untuk menentukan daerah
penelitian dengan memperhatikan pertimbangan sehingga daerah tersebut dapat
dipilih untuk penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik. Lokasi penelitian tersebut
dipilih dengan pertimbangan bahwa minuman kopi kasar merupakan kopi khas di
Kabupaten Gresik. Penelitian ini mempunyai manfaat bagi produsen dari minuman
kopi kasar, karena nantinya dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan daya tarik konsumen
terhadap produk minuman kopi kasar. Penelitian ini dilakukan di empat tempat
yaitu Warung Mbah Ladjim, Warung Blvck Coffee, Pitstop Cafe Panglima
Sudirman dan Gresik Seru Cafe.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif ini merupakan data yang didapatkan dari sampel populasi
penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Menurut Yusuf
(2014: 62), penelitian deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar dan sistematis
untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan/atau qqmendapatkan
informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan
tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang
digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan juga metode analitik. Metode
deskriptif adalah desain penelitian yang bertujuan untuk menguraikan serta
28
29

menggambarkan sifat atau karakteristik suatu fenomena, sedangkan metode analitik


digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dibuat. Metode deskriptif
digunakan untuk menguraikan serta menggambarkan karakteristik konsumen dan
proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik. Metode analitik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian produk minuman kopi kasar dan menu
minuman kopi selain kopi kasar di Kabupaten Gresik.

3.3 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik sampel tanpa peluang (non probability sampling).
Teknik sampel tanpa peluang ini merupakan teknik yang tidak memberikan peluang
atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan metode
accidental sampling. Metode purposive sampling merupakan metode penentuan
sampel dengan adanya pertimbangan tertentu yang telah ditentukan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling yang merupakan
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat dijadikan sebagai sampel yang sesuai
sebagai sumber data (Martono, 2016:80).
Santoso (2018: 70), menjelaskan bahwa secara umum jumlah sampel yang
dianjurkan dalam analisis faktor adalah antara 50 sampai dengan 100 sampel.
Menurut 179, banyaknya elemen sampel (n) harus memadai sebagai petunjuk kasar,
apabila k merupakan banyaknya jenis variabel maka n=4 atau 5 kali k, maka jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
n=5xK
= 5 x 20 = 100 sampel
Keterangan :
n = jumlah sampel
K = Jumlah Variabel : Usia (X1), Jenis Kelamin (X2), Pendapatan (X3),
Pendidikan (X4), Aroma Kopi yang Khas (X5), Cita Rasa yang Sesuai (X6),
30

Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7), Tampilan Penyajian Kopi (X8), Harga
Sesuai Kualitas Produk (X9), Harga Produk Lain seperti Kopi Halus (X10),
Trend/Gaya Hidup (X11), Kebiasaan (X12), Status Sosial (X13), Dorongan dari
Dalam Diri (X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (Selain KJeluarga) (X16),
Promosi yang Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah
Ditemukan (X19), Pengaruh Penjual (X20).
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat ditentukan bahwa sampel yang
akan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 100 responden. 100 responden
tersebut nantinya dilakukan penyebaran di empat lokasi penelitian. Untuk jumlah
responden di masing-masing lokasi penelitian adalah sebanyak 25 responden.
Berikut ini merupakan penyebaran sampel konsumen minuman kopi kasar.
Tabel 3.1 Penyebaran Sampel Konsumen Minuman Kopi Kasar
No. Lokasi Penelitian Jumlah Sampel
1. Warung Mbah Ladjim 25 Responden
2. Warung Blvck Coffee 25 Responden
3. PitStop Cafe Panglima Sudirman 25 Responden
4. Gresik Seru Café 25 Responden
Total 100 Responden
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penyebaran sampel
dilakukan di empat lokasi penelitian, yaitu Warung Mbah Ladjim sebanyak 25
responden, Warung Blvck Coffee sebanyak 25 responden, PitStop Cafe Panglima
Sudirman sebanyak 25 responden dan Gresik Seru Cafe sebanyak 25 responden.
Total jumlah responden yang akan diteliti adalah sebanyak 100 responden. Kriteria-
kriteria responden yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Responden melakukan pembelian minuman kopi kasar di Warung Mbah Ladjim,
Warung Blvck Coffee, Pitstop Cafe Panglima Sudirman dan Gresik Seru Cafe.
2. Responden bersedia diwawancarai.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan prosedur yang berurutan dan sistematis
dalam kegiatan mengumpulkan data yang akan digunakan untuk penelitian. Data
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua jenis data, yaitu jenis data
31

primer dan sekunder. Data primer, data primer ini diperoleh langsung dari objek
penelitian yaitu konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Data
sekunder, diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini yang
berasal dari dinas atau instansi terkait serta buku atau jurnal terkait. Berikut ini
merupakan metode yang dilakukan untuk pengumpulan data :
1. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu metode
wawancara. Metode wawancara merupakan cara pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi langsung berasal dari sumbernya. Metode wawancara yang
digunakan yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
disiapkan untuk ditanyakan kepada responden yaitu konsumen minuman kopi
kasar. Kuesioner ini terdiri dari bagian yang terkait dengan perilaku konsumen yang
mengacu pada model perilaku konsumen, dan bagian yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen minuman kopi kasar
dan juga minuman kopi yang lain. Dalam melaksanakan wawancara, selain harus
membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, video, camera, gambar,
brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi
lancar (Sugiyono, 2019: 211).
2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur dari berbagai macam buku,
jurnal maupun instansi yang terkait dengan penelitian. Menurut Hermawan (2019:
135), studi pustaka adalah rangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian. Studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan tambahan informasi
serta teori-teori yang mendukung penelitian. Studi pustaka pada penelitian ini
meliputi Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, jurnal serta buku yang
berkaitan dengan perilaku konsumen.

3.5 Metode Analisis Data


32

3.5.1 Karakteristik Konsumen Minuman Kopi Kasar di Kabupaten Gresik


Rumusan masalah pertama yaitu mengenai karakteristik konsumen
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik yang dianalisis menggunakan analisis
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, berdasarkan fakta dan juga
bersifat akurat tentang fakta-fakta, sifat, dan juga hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Analisis deskriptif pada rumusan masalah pertama dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran umum konsumen minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik. Gambaran umum konsumen minuman konsumen kopi kasar
yang ingin diketahui seperti identitas dan latar belakang, antara lain usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Data dan juga informasi
yang diperoleh dari kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabulasi deskriptif.

3.5.2 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Minuman Kopi Kasar di


Kabupaten Gresik
Rumusan masalah kedua yaitu mengenai proses pengambilan keputusan
konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik yang dianalisis menggunakan
analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Semua hasil yang diperoleh dari
jawaban-jawaban responden dibuat tabulasi dan dikelompokkan berdasarkan
jawaban-jawaban yang sama dan kemudian dipersentasekan. Persentase terbesar
adalah faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang diteliti. Rumusan
masalah pertama dianalis menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan
teori Kotler dan Keller yang menjelaskan bahwa keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen melalui lima tahapan. Berikut ini tahapan proses
pengambilan keputusan konsumen minuman kopi kasar:
1. Pengenalan Minuman Kopi Kasar
Tahapan pertama yang dilakukan oleh konsumen adalah tahap pengenalan
masalah yaitu tahap mengenal minuman kopi kasar. Konsumen tentu saja harus
mengetahui terlebih dahulu minuman kopi kasar sebelum nantinya melakukan
pembelian.
2. Pencarian Informasi Minuman Kopi Kasar
33

Tahap kedua yang dilakukan adalah mengetahui lebih dalam mengenai minuman
kopi kasar. Pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan bertanya kepada
pihak-pihak yang sudah mengetahui atau melakukan pembelian minuman kopi
kasar.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi alternatif dimana konsumen memikirkan
melakukan pembelian minuman kopi kasar atau tidak setelah melalui dua tahap
sebelumnya yaitu tahap pengenalan dan pencarian informasi terkait minuman
kopi kasar.
4. Keputusan Pembelian Minuman Kopi Kasar
Tahap keempat adalah tahap keputusan pembelian minuman kopi kasar. Tahap
ini konsumen sudah memutuskan untuk melakukan pembelian minuman kopi
kasar. Konsumen mengonsumsi minuman kopi kasar setelah mengenali
minuman kopi kasar sampai dengan mencari informasi mengenai minuman kopi
kasar.
5. Perilaku Pasca Pembelian Minuman Kopi Kasar
Tahap perilaku pasca pembelian merupakan tahap terakhir dimana konsumen
dapat memberikan penilaian terhadap barang/jasa yang sudah dibeli. Penilaian
tersebut dapat berupa kepuasaan atau ketidakpuasaan pada barang.jasa yang
sudah dibeli Pada penelitian ini konsumen yang sudah mengonsumsi minuman
kopi kasar dapat melakukan penilaian bagaimana minuman kopi kasar.

3.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Kopi


Kasar di Kabupaten Gresik
Permasalahan ketiga yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik yang dianalisis menggunakan
analisis faktor. Analisis faktor adalah salah satu teknik dalam analisis multivariat
yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubugan
antara variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Analisis faktor
digunakan untuk mengelompokkan beberapa faktor yang mempunyai kemiripan
untuk dijadikan dalam satu faktor, dimana akan terbentuk faktor-faktor utaa yang
34

membentuk keputusan pembelian. Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan


untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan utama konsumen
dalam membeli minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik.
Analisis faktor digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap
atribut yang telah ditentukan. Variabel-variabel yang digunakan akan diberi nilai 1
(sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Penelitian ini merupakan penelitian
yang digunakan untuk menilai persepsi konsumen terhadap variabel yang telah
ditentukan sebelumnya, persepsi konsumen akan dinilai dengan menggunakan
skala tingkatan poin (itemized rating scale) dalam bentuk skala likert (sangat tidak
setuju = 1; tidak setuju = 2; cukup = 3; setuju = 4; dan sangat setuju 5).
Teknik analisis faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik PCA (Principal Component Analysis). PCA atau analisis
komponen utama ini merupakan teknik yang mereduksi sejumlah variabel awal ke
dalam kelompok variabel baru yang disebut komponen utama, dimana dengan
jumlah yang lebih sedikit, komponen ini diharapkan dapat menerangkan sebagian
besar informasi dari variabel awalnya.
Bobot variabel terhadap faktor yang semakin besar, maka menunjukkan
semakin erat variabel tersebut terhadap faktor yang terbentuk, dan begitu juga
sebaliknya. Kontribusi suatu variabel akan semakin besar terhadap faktor yang
terbentuk jika dibandingkan dengan kontribusi suatu variabel terhadap faktor yang
lain. Kombinasi dari variabel-variabel observasi awal nantinya akan membentuk
komponen utama. Komponen utama (F1) menjelaskan jumlah terbesar dari variasi
total data dan merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel observasi Xp , P =
1, 2, …, p. Komponen-komponen tersebut selanjutnya diususun menurut variasinya
dari besar ke kecil, dimana tiap komponen tidak saling berkorelasi.
Menurut Santooso (2006: 14), langkah-langkah dalam analisis faktor atau
proses reduksi antara lain :
1. Menyusun Matriks Data Mentah
Menyusun matriks data mentah merupakan langkah pertama dalam analisis
faktor, dimana pada langkah ini yaitu mengidentifikasi tujuan analisis faktor. Data
dari hasil pengamatan disusun dalam bentuk matriks data mentah yang merupakan
35

data persiapan yang digunakan untuk analisis lebih lanjut. Ukuran dari matrik
adalah jumlah objek penelitian dan juga jumlah variabel penelitian.
2. Menyusun Matrik Korelasi
Matrik korelasi menggambarkan korelasi antar tiap variabel. Matrik korelasi
dan juga uji statistik lainnya digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang tidak
relevan degan variabel lainnya. Uji statistik yang digunakan yaitu Barlett test of
Sphericity yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa matrik korelasi
merupakan matriks identitas, dimana pada diagonal pokok angkanya adalah satu,
diluar diagonal pokok angkanya adalah nol. Apabila matriks korelasi merupakan
matriks identitas, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut
untuk analisis faktor.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Matriks R = Matriks identitas
H1 : Matriks R ≠ Matriks identitas
Kriteria Pengambilan Keputusan:
- Jika Approx chi-square dengan signifikansi < 0,05, maka matriks korelasi yang
diuji merupakan matriks identitas.
- Jika Approx chi-square dengan signifikansi > 0,05, maka matriks korelasi yang
diuji bukan matriks identitas.
Statistik lainnya yang digunakan adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) yang
dugunakan untuk mengukur kecukupan sampling. Indeks ini membandingkan
besarnya koefisien korelasi data secara keseluruhan dengan koefisien korelasi
parsialnya. Nilai KMO yang rendah menunjukkan bahwa analisis faktor tidak tepat
untuk digunakan. Nilai KMO dapat dikatakan mencukupi apabila lebih besar atau
sama dengan 0,5.
Nilai MSA (Measurement of Sampling Adquency) mempunyai pengertian
yang sama dengan nilai KMO. Angka MSA hanya bersifat parsial dalam setiap
item/variabel. Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan kriteria sebagai
berikut:
- MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan
36

- MSA > 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis
lebih lanjut
- MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
dianalisis lebih lanjut, variabel harus dikeluarkan atau dibuang.
Jika variabel mempunyai nilai MSA lebih kecil atau kurang dari 0,5 maka
variabel tersebut dikeluarkan dari pemilihan variabel, kemudian dilakukan langkah
ulang dalam pemilihan variabel tanpa mengikutsertakan variabel yang dikeluarkan
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu variabel yang mempunyai nilai MSA kurang
dari 0,5 maka variabel yang dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai nilai
korelasi paling rendah (dikeluarkan satu per satu), kemudian langkah selanjutnya
adalah ulangi langkah tersebut dengan tidak mengikutsertakan variabel yang sudah
dikeluarkan. Jika seluruh variabel sudah mempunyai nilai MSA lebih besar atau
sama dengan 0,5 maka proses selanjutnya adalah melakukan ekstraksi.
3. Ekstraksi Faktor
Ektraksi faktor merupakan tahapan yang bertujuan untuk melakukan
reduksi variabel, sehingga menghasilkan beberapa faktor yang akan digunakan
dalam proses selanjutnya. Jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili variabel-
variabel yang akan dianalisis ditentukan dengan didasarkan pada besarna
eigenvalue serta persentase total variannya. Faktor yang dipertahankan dalam
model analisis faktor adalah faktor yang mempunyai eigenvalue lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), sedangkan faktor yang lainnya dikeluarkan dari model
analisis faktor. Hasil bagi antara eigenvalue dengan jumlah faktor yang terbentuk
menghasilkan varian (Widayat, 2018: 22).
4. Rotasi Faktor
Proses keempat pengolahan data dalam analisis faktor adalah melakukan
rotasi faktor terhadap faktor yang telah terbentuk. Rotasi faktor bertujuan untuk
memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Melalui rotasi faktor
matriks, faktor matriks ditransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana
sehingga nantinya mudah untuk diinterpretasikan. Kemudian setelah mendapatkan
variabel yang memenuhi syarat maka akan berlajut pada proses inti dari analisis
faktor yaitu factoring. Proses factoring akan mengekstrak satu atau lebih faktor dari
37

variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. Pada proses
factoring, loading factor yang dipilih hanya yang mempunyai nilai lebih besar dari
0,55 karena nilai tersebut dianggap telah mewakili nilai secara nyata. Apabila faktor
lebih besar dari cut off point yakni sebesar 0,55, maka faktor tersebut sudah
mewakili variabel yang ada.
5. Penamaan Faktor
Proses terakhir dalam pengolahan data dalam analisis faktor adalah
interpretasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Faktor yang sudah terbentuk
kemduian diberi nama sesuai dengan variabel-variabel pembentuknya.

3.6 Definisi Operasional


1. Minuman kopi kasar merupakan minuman berbahan baku bubuk kopi kasar
yang menjadi minuman kopi khas di Kabupaten Gresik, karena bubuk yang
digunakan merupakan bubuk kopi yang ditumbuk kasar sehingga ampas kopi
yang dihasilkan akan mengambang di atas permukaan gelas.
2. Bubuk kopi kasar merupakan bubuk kopi yang ditumbuk secara tradisional
sehingga tekstur bubuk yang dihasilkan adalah kasar.
3. Konsumen adalah orang yang melakukan pembelian minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik.
4. Perilaku konsumen adalah kegiatan pembelian minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik.
5. Responden adalah konsumen minuman kopi kasar yang membeli, pengambil
keputusan, mengkonsumsi minuman kopi kasar di Warung Mbah Ladjim,
Warung Blvck Coffee, Pitstop Cafe Panglima Sudirman dan Gresik Seru Cafe.
6. Karakteristik konsumen adalah suatu ciri khas tertentu yang dimiliki oleh
konsumen dalam proses pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik,
dimana dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan.
7. Proses keputusan pembelian adalah tahapan seorang konsumen dalam
mengonsumsi minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik, yang meliputi
38

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan


pembelian, dan perilaku pasca pembelian minuman kopi kasar.
8. Variabel adalah suatu hal yang mempunyai nilai bervariasi digunakan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi responden dalam mengkonsumsi
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
a. Variabel Usia merupakan usia seorang konsumen yang menjadi alasan
konsumen melakukan pembelian minuman kopi kasar dan dinyatakan dalam
skala likert 1 sampai dengan 5.
b. Variabel Jenis Kelamin merupakan jenis kelamin konsumen (laki-
laki/perempuan) yang menjadi atribut yang mempengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar dan dinyatakan dalam
skala likert 1 sampai dengan 5.
c. Variabel Pendapatan merupakan atribut pendapatan yang dimiliki seorang
konsumen dalam jangka waktu satu bulan yang menjadi atribut yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar
dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
d. Variabel Pendidikan merupakan tingkat pendidikan seorang konsumen yang
menjadi atribut yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan
pembelian minuman kopi kasar dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai
dengan 5.
e. Variabel Aroma Kopi yang Khas adalah gambaran khas yang dimiliki oleh
minuman kopi kasar yang dapat dirasakan oleh indera pencium yang
menjadi daya tarik tersendiri dalam mengkonsumsi minuman kopi kasar
yang diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1
sampai dengan 5.
f. Variabel Cita Rasa yang Sesuai adalah karakteristik dan ciri khas yang ada
pada minuman kopi kasar yang diukur dari persepsi konsumen dan
dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
g. Variabel Kekentalan dan Kepekatan Kopi merupakan tekstur kekentalan
maupun kepekatan pada minuman kopi kasar yang diukur dari persepsi
konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
39

h. Variabel Tampilan Penyajian Kopi merupakan atribut minuman kopi kasar


yang dapat menciptakan nilai tersendiri bagi konsumen pada minuman kopi
kasar yang diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan dalam skala likert
1 sampai dengan 5.
i. Variabel Harga Sesuai Kualitas Produk merupakan nilai jual atau nilai beli
minuman kopi kasar yang diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan
dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
j. Variabel Harga Produk Lain seperti Kopi Halus merupakan harga minuman
kopi halus sebagai barang substitusi yang diukur dari persepsi konsumen
dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
k. Variabel Trend/Gaya Hidup merupakan trend konsumsi minuman kopi
kasar dikalangan masyarakat yang diukur dari persepsi konsumen dan
dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
l. Variabel Kebiasaan merupakan rutinitas konsumen dalam memenuhi
kebutuhan seperti minum/mengkonsumsi suatu produk seperti dalam
penelitian ini adalah minuman kopi kasar yang diukur dari persepsi
konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
m. Variabel Status Sosial merupakan posisi seorang konsumen dalam suatu
kelompok sosial yang mempengaruhi pembelian minuman kopi kasar yang
diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai
dengan 5.
n. Variabel Dorongan dari Dalam Diri merupakan keinginan dari dalam diri
seorang konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar yang
diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai
dengan 5.
o. Variabel Keluarga merupakan sumber informasi dan sumber pengaruh dan
sangat dipercaya oleh konsumen dalam melakukan pembelian minuman
kopi kasar dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
p. Variabel Orang Terdekat (Selain Keluarga) merupakan sumber informasi
serta sumber pengaruh yang berasal dari orang terdekat seperti teman dekat
40

yang berpengaruh dalam pembelian minuman kopi kasar dan dinyatakan


dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
q. Variabel Promosi yang Dilakukan merupakan kegiatan promosi minuman
kopi kasar oleh penjual yang dapat menjadi pengaruh konsumen dalam
pembelian minuman kopi kasar yang diukur dari persepsi konsumen dan
dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
r. Variabel Iklan Sosial Media merupakan kegiatan promosi melalui media
sosial atau media daring yang dilakukan oleh penjual sehingga dapat
berpengaruh pada pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan oleh
konsumen yang diukur dari persepsi konsumen dan dinyatakan dalam skala
likert 1 sampai dengan 5.
s. Variabel Produk Mudah Ditemukan merupakan adanya produk minuman
kopi kasar yang mudah ditemukan dipasaran yang diukur dari persepsi
konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
t. Variabel Pengaruh Penjual merupakan dimana penjual memberikan
pengaruh pada konsumen untuk membeli minuman kopi kasar sehingga
konsumen memutuskan untuk membelinya yang diukur dari persepsi
konsumen dan dinyatakan dalam skala likert 1 sampai dengan 5.
9. Analisis deskriptif merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
menguraikan serta menggambarkan karakteristik konsumen minuman kopi
kasar dan juga proses keputusan pembelian minuman kopi kasar yang
dilakukan oleh konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik.
10. Analisis Faktor merupakan sebuah teknik untuk mengidentifikasi secara
statistik faktor-faktor yang jumlahnya telah direduksi atau dikurangi dari
variabel-variabel yang diukur, dimana jumlahnya lebih besar. Analisis faktor
pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten
Gresik.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik merupakan salah satu Kabupaten yang yang berada di
Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Ibukota
Provinsi Jawa Timur, yakni Kota Surabaya. Letak Kabupaten Gresik secara
geografis yaitu terletak antara 112° - 113° Bujur Timur dan 7° - 8° Lintang Selatan.
Kabupaten Gresik merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2-12 meter di atas
permukaan laut, kecuali Kecamatan Panceng yang berada pada ketinggian 25 meter
di atas permukaan laut. Kabupaten Gresik secara umum dibagi menjadi dua wilayah
yaitu Gresik daratan dan Pulau Bawean. Kabupaten Gresik mempunyai luas sebesar
1.191,25 Km2.
Kabupaten Gresik mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebalah Timur : Kota Surabaya dan Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan
Sebagian besar tanah di Kabupaten Gresik merupakan jenis tanah kapur
yang relatif tandus dengan ketinggian berada pada 0-500 meter di atas permukaan
laut (mdpl) pada elevasi terendah yang terdapat di daerah sekitar muara Sungai
Bengawan Solo dan Kali Lamong. Kabupaten Gresik mempunyai topogradi
beragam pada kemiringan 0-2%, 3-15%, dan 16-40%, dimana sebagian besar
mempunyai kemiringan 0-2%, mempunyai luas + 94.614,00 Ha atau sekitar
80,59%, sedangkan untuk wilayah yang mempunyai kemiringan lebih dari 40%
lebih sedikit + 1.072,23 Ha atau sekitar 0,91%. Kondisi permukaan air tanah yang
ada di Kabupaten Gresik secara umum relatif dalam, untuk permukaan air tanah
yang agak dangkal hanya terdapat di daerah tertentu seperti sungai atau rawa-rawa.
Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Gresik adalah wilayah Kabupaten
Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong yang
juga dilalui oleh Kali Surabaya di wilayah Selatan.
41
42

Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan
26 kelurahan. Dua kecamatan terdapat di Pulau Bawean yaitu Kecamatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Kabupaten Gresik mempunyai 18
Kecamatan. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan jumlah kecamatan yang
ada di Kabupaten Gresik.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Gresik Tahun 2019
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)
1. Wringinanon 62,62 5,26
2. Driyorejo 51,30 4,3
3. Kedamean 65,96 5,54
4. Menganti 68,71 5,77
5. Cerme 71,73 6,02
6. Benjeng 61,26 5,14
7. Balongpanggang 63,88 5,36
8. Duduksampeyan 74,29 6,24
9. Kebomas 30,06 2,52
10. Gresik 5,54 0,47
11. Manyar 95,42 8,01
12. Bungah 79,49 6,67
13. Sidayu 47,13 3,96
14. Dukun 59,03 4,96
15. Panceng 62,59 5,25
16. Ujungpangkah 94,82 7,96
17. Sangkapura 118,72 9,97
18. Tambak 78,70 6,61
Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka (2020), diolah peneliti
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sangkapura
merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Situbondo yakni dengan luas sebesar
118,72 Km2. Kecamatan Gresik merupakan kecamatan yang mempunyai luas
paling kecil di Kabupaten Gresik yakni sebesar 5,54 Km2. Wilayah Kabupaten
Gresik sebagian merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang dari Kecamatan
Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng, serta
Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang berada di Pulau Bawean.
. Jumlah penduduk di Kabupaten Gresik berdasarkan proyeksi penduduk
pada tahun 2019 adalah sebanyak 1.312.881 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah penduduk tersebut terdiri dari 650.973 jiwa penduduk berjenis kelamin
laki-laki dan 661.908 jiwa berjenis kelamin perempuan. Penduduk tersebut
bertempat tinggal di beberapa desa/kelurahan di Kabupaten Gresik. Berikut ini
43

merupakan tabel yang menjelaskan jumlah penduduk di Kabupaten Gresik mulai


dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Gresik Tahun 2015-2019
Tahun
Jenis Kelamin
2015 2016 2017 2018 2019
Laki-Laki 622.824 630.017 637.095 644.099 650.973
Perempuan 633.489 640.685 647.923 654.925 661.908
Jumlah 1.256.313 1.270.702 1.285.018 1.299.024 1.312.881
Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka (2020), diolah peneliti
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari tahun 2015 hingga tahun
2019 atau setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk tahun
2015 yakni 1.256.313 jiwa menjadi 1.312.881 jiwa di tahun 2019. Jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan setiap tahunnya selalu lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gresik pada tahun
2019 mencapai 1.089 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga
sebanyak 3-4 orang. Kepadatan penduduk di 18 kecamatan yang ada di Kabupaten
Gresik cukup beragam, dimana kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Gresik
dengan kepadatan sebesar 14.882 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah di
Kecamatan Tambak sebesar 413 jiwa/km2 (Kabupaten Gresik dalam Angka, 2020).
Kabupaten Gresik mempunyai beberapa fasilitas pendidikan yang tersedia
untuk masyarakat, seperti pendidikan tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Kabupaten Gresik juga
mempunyai beberapa perguruan tinggi swasta seperti Universitas Gresik,
Universitas Tri Tunggal, Universitas Muhammadiyah Gresik, UISI (Universitas
Internasional Semen Indonesia), Universitas Qomaruddin Gresik, STIE NU Tratee,
STIT Raden Santri, IAI Qomaruddin, STAI Darut Taqwa, STAI Ihyaul Ulum,
INKAFA (Institut Keislaman Abdullah Faqih) dan STAI Al-Azhar Menganti.
Kabupaten Gresik juga mempunyai perguruan tinggi negeri yaitu Universitas
Airlangga D3 Keperawatan Fakultas Vokasi. Berikut merupakan data jumlah
sekolah, tenaga pendidik, dan murid yang bersekolah di beberapa tingkat
pendidikan di Kabupaten Gresik pada tahun 2019/2020.
Tabel 4.3 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Gresik tahun 2019/2020
Tingkat Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid
44

SD dan MI 824 8.858 126.722


SMP dan MTs 262 4.118 56.814
SMA dan MA 128 2.138 32.297
SMK 60 1.281 21.761
Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka (2020), diolah peneliti
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah sekolah yang paling
banyak di Kabupaten Gresik adalah tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar) dan MI
(Madrasah Ibtida’iyah) yakni sebanyak 824 sekolah dengan jumlah guru sebanyak
8.858 orang dan jumlah murid sebanyak 126.722 orang. Jumlah sekolah paling
sedikit di Kabupaten yakni pada tingkat pendidikan SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) yaitu sebanyak 60 sekolah dengan jumlah guru 1.281 orang dan jumlah
murid sebanyak 21.761 orang. Jumlah murid tingkat SMP (Sekolah Menengah
Pertama)/MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan SMA (Sekolah Menengah Atas)/MA
(Madrasah Aliyah) pada tahun 2019/2020 secara berurutan yaitu sebanyak 56.814
orang dan 32.297 orang.
Kabupaten Gresik mempunyai masyarakat yang berbeda-beda ras, suku,
dan agama. Suku yang ada di Kabupaten Gresik yaitu suku Jawa, Madura, Bawean
dan suku lainnya. Agama yang dianut oleh masyarakat Kabupaten Gresik juga
beragam. Keberagaman agama tersebut menjadikan masyarakat Kabupaten Gresik
saling menghargai atau bersikap toleran kepada sesama manusia. Terdapat tempat-
tempat ibadah di Kabupaten Gresik yang sesuai dengan agama yang dianut, dimana
tempat-tempat ibadah tersebut didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat
Kabupaten Gresik dengan tujuan mengarahkan ke kehidupan beragama serta
kepentingan bersama. Berikut merupakan jumlah penduduk beragama di
Kabupaten Gresik dari tahun 2015-2020.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Beragama di Kabupaten Gresik Tahun 2015-2019
Tahun
Agama
2015 2016 2017 2018 2019
Islam 1.286.493 1.293.011 1.296.498 1.318.799 1.282.119
Protestan 11.051 11.180 11.208 11.396 10.424
Katolik 3.187 3.255 3.172 3.220 2.905
Hindu 2.073 2.036 2.024 2.019 1.909
Budha 754 745 704 698 585
Lainnya 215 212 220 239 242
Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka (2016-2020), diolah peneliti
45

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk


Kabupaten Gresik menganut agama islam, dimana tahun 2019 masyarakat
Kabupaten Gresik yang beragama islam sebanyak 1.282.119 orang. Jumlah
masyarakat Kabupaten Gresik yang menganut agama lain selain islam, protestan,
katolik, hindu dan budha dari tahun 2015-2019 mempunyai angka terkecil, dimana
pada tahun 2019 masyarakat yang menganut agama selain 5 agama tersebut adalah
sebanyak 242. Jumlah masyarakat di Kabupaten Gresik yang menganut agama
islam dan protestan dari tahun 2015-2018 mengalami peningkatan, sedangkan pada
tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami penurunan. Jumlah masyarakat Kabupaten
Gresik yang menganut agama hindu dan budha dari tahun 2015-2019 terus
mengalami peningkatan. Banyaknya masyarakat Kabupaten Gresik yang beragama
islam juga menjadikan jumlah tempat ibadah masjid dan musholla di Kabupaten
Gresik tahun 2019 juga banyak, yakni 1.167 masjid dan 3.268 musholla (Kabupaten
Gresik dalam Angka, 2020).

4.1.2 Keadaan Kegiatan Agribisnis Kopi di Kabupaten Gresik


Menurut Rifdah dan Handayani (2022:10), lahan pertanian merupakan
sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani maupun bagi pembangunan
pertanian. Kabupaten Gresik masih mempunyai lahan pertanian yang produktif.
Seiring berjalannya waktu, banyak lahan pertanian yang beralih fungsi, tetapi sektor
pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi terhadap PDB
Kabupaten Gresik. Berikut merupakan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
Kabupaten Gresik tahun 2015-2019.
Tabel 4.5 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDB Kabupaten Gresik Tahun
2015-2019
Tahun Jumlah
2015 8.274.300,48
2016 9.038.899,00
2017 9.809.404,93
2018* 10.022.405,13
2019** 10.285.301,64
Total 47.430.311,18
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020), diolah peneliti
Keterangan : *) Angka sementara
**) Angka Sangat Sementara
46

Berdasarkan tabel 4.5, sektor pertanian di Kabupaten Gresik memberikan


kontribusi terhadap PDB Kabupaten Gresik dan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Jumlah peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
Kabupaten Gresik tertinggi yaitu dari tahun 2015 ke tahun 2016 dengan jumlah
peningkatan sebesar 770.505,93. Jumlah peningkatan kontribusi sektor pertanian
terhadap PDB Kabupaten Gresik terendah yaitu dari tahun 2017 ke tahun 2018
dengan jumlah peningkatan sebesar 213.000,2. Beberapa komoditas tanaman
sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan Kabupaten Gresik yaitu bawang merah,
bayam, cabai besar, cabai rawit, kacang panjang, kangkung, ketimun, petsai/sawi,
terung, dan tomat, serta komoditas tanaman biofarmaka yang diproduksi yaitu jahe,
laos/lengkuas, dan temulawak (Kabupaten Gresik dalam Angka, 2020).
Kabupaten Gresik juga menghasilkan produksi tanaman perkebunan. Salah
satu tanaman perkebunan adalah komoditas kopi. Komoditas kopi merupakan
komoditas yang hasil produksinya sedikit bahkan tidak menghasilkan produksi di
Kabupaten Gresik, jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan yang lain,
seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kakao, tebu, teh dan tembakau. Berikut
merupakan produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Gresik tahun 2019.
Tabel 4.6. Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Gresik Tahun 2019 dalam
Ton
Komoditas Jumlah
Kelapa Sawit 0
Kelapa 5.055,53
Karet 0
Kopi 0
Kakao 0
Tebu 159.134,35
The 0
Tembakau 21,60
Total 164.211,48
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020), diolah peneliti
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada tahun 2019, Kabupaten
Gresik tidak menghasilkan komoditas kopi. Komoditas perkebunan utama yang
dihasilkan oleh Kabupaten Gresik adalah komoditas tebu dengan hasil produksi
pada tahun 2019 sebesar 159.134,35 ton. Komoditas perkebunan kedua yang
dihasilkan Kabupaten Gresik adalah komoditas kelapa dengan hasil produksi pada
47

tahun 2019 sebesar 5.055,53 ton. Komoditas tembakau menjadi komoditas ketiga
yang dihasilkan Kabupaten Gresik dengan jumlah produksi pada tahun 2019
sebesar 21,60 ton.

4.1.3 Gambaran Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di warung dan juga cafe yang menjual menu
minuman kopi kasar. Penelitian ini dilakukan di warung Mbah Ladjim, Warung
Blvck Coffee, PitStop Cafe Panglima Sudirman, dan Gresik Seru Cafe yang berada
di Kabupaten Gresik.
4.1.3.1 Warung Mbah Ladjim
Warung Mbah Ladjim merupakan salah satu warung yang menjual menu
minuman kopi kasar. Warung Mbah Ladjim terletak di Jl. Kramat Langon No. 50
RT. 2 RW. 7, Sidokumpul, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Warung Mbah
Ladjim merupakan warung kopi tradisional yang berada di sekitar pemukiman
warga dengan bangunan yang sederhana dan bernuansa klasik. Warung Mbah
Ladjim berdiri 6 tahun yang lalu, yakni sekitar tahun 2014. Warung Mbah Ladjim
ini buka dari pukul 7 pagi sampai dengan pukul 6 sore. Pemilik dari Warung Mbah
Ladjim adalah Bapak Lukman, dimana beliau merupakan penerus dari orang tua
nya yang dahulu merintis usaha warung kopi dan menjual minuman kopi kasar.
Warung Mbah Ladjim mempunyai 6 orang pekerja, dimana 4 orang pekerja di
warung dan 2 orang pekerja di tempat produksi bubuk kopi. Berikut merupakan
struktur kepemilikan dan pekerja di Warung Mbah Ladjim.

Pemilik Warung Mbah Ladjim

Lukman

Pekerja di Warung Pekerja di Produksi Bubuk Kopi

1. Man 1. Dimas
2. Pengki 2. Lemod
3. Abah
4. Gatot
Gambar 4.1 Struktur Kepemilikan dan Pekerja di Warung Mbah Ladjim
48

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa Warung Mbah Ladjim


merupakan milik Bapak Lukman, dimana Bapak Lukman merupakan penerus dari
orang tua nya yang dulu mendirikan Warung Mbah Ladjim. Pekerja di warung
Mbah Ladjim ini ada 7 orang, yang dibagi di dua tempat yaitu dibagian warung ada
4 orang dan di bagian produksi ada 2 orang. Pekerja yang ada di warung yakni Man,
Pengki, Abah dan Gatot, sedangkan pekerja yang ada di bagian produksi yakni
Dimas dan Lemod.
Warung Mbah Ladjim ini merupakan salah satu pelopor minuman kopi
kasar di Kabupaten Gresik. Minuman kopi kasar ini dijual dengan harga Rp. 5.000,-
/cangkir, sedangkan untuk minuman kopi halus dijual dengan harga Rp. 4.000,-
/cangkir. Warung Mbah Ladjim memproduksi bubuk kopi kasar sendiri, sehingga
juga mempunyai tempat untuk memproduksi bubuk kopi. Kegiatan produksi bubuk
kopi dilakukan di rumah Bapak Lukman yang terletak di daerah Giri, Kebomas,
Gresik. Kegiatan produksi bubuk kopi ini dilakukan setiap hari agar minuman kopi
yang dijual berasal dari bubuk kopi yang masih fresh dan untuk menjaga stok bubuk
kopi yang juga dijual. Warung Mbah Ladjiem setiap hari nya menghasilkan 40 kg
bubuk kopi, dimana 10 kg bubuk kopi kasar dan 30 kg bubuk kopi halus. Bubuk
kopi tersebut dipasarkan secara offline dan online. Pemasaran secara offline yaitu di
pasarkan ke warung-warung kopi dan dijual di Warung Mbah Ladjiem sendiri.
Pemasaran secara online melalui sosial media instagram, WhatsApp dan
Tokopedia. Bubuk kopi tersebut dijual dalam kemasan 250 gram dan 500 gram.
Harga dari bubuk kopi kasar adalah Rp. 30.000,-/250 gram dan Rp. 60.000,-/500
gram, sedangkan untuk harga bubuk kopi halus adalah Rp. 25.000,-/250 gram dan
Rp. 50.000,-/500 gram.
4.1.3.2 Warung Blvck Coffee
Warung Blvck Coffee merupakan warung yang mempunyai menu minuman
kopi kasar dan juga memproduksi bubuk kasar nya sendiri. Tahun 2018 lokasi dari
Warung Blvck Coffee terletak di Jalan Tambang Gresik dan pada bulan Maret tahun
2020 sampai sekarang berada di Jalan Brotonegoro. Lokasi Warung Blvck Coffee
yang berpindah-pindah disebabkan karena tempat yang digunakan merupakan
sistem kontrak. Warung Blvck Coffee ini ada sejak tahun 2016, dimana awalnya
49

warung ini terletak di teras Warung Makan “Numani Seru” yang ada di Jalan
Veteran Gresik. Awal mula warung ini mempunyai konsep yang berbeda dengan
warung di Gresik pada umumnya yang hanya menjual kopi dalam bentuk minuman
atau siap minum, tetapi warung ini mempunyai konsep manual brew. Warung Blvck
Coffee ini buka dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 pagi. Minuman kopi kasar di
Warung Blvck Coffee dijual dengan harga Rp.4.000,-/cangkir, sedangkan untuk
minuman kopi halus dijual dengan harga Rp.3.000,-/cangkir.
Pemilik dari Warung Blvck Coffee ini adalah Bapak Kandar. Warung Blvck
Coffee hanya mempunyai satu pekerja yang khusus bekerja di warung, dimana
pekerja tersebut hanya bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam dan selanjutnya
digantikan oleh Bapak Kandar. Berikut merupakan struktur kepemilikan dan
pekerja di Warung Blvck Coffee.

Pemilik Warung Blvck Coffee

Kandar

Pekerja di Warung Pekerja di Produksi Bubuk Kopi

Dewi Kandar
Gambar 4.2 Struktur Kepemilikan dan Pekerja Warung Blvck Coffee
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pemilik dari Warung Blvck
Coffee adalah Bapak Kandar, dimana Bapak Kandar juga yang melakukan proses
produksi bubuk kopi sendiri. Pekerja yang mempunyai tugas yang mengerjakan
kegiatan penjualan di Warung Blvck Coffee adalah Bu Dewi. Bapak Kandar hanya
mempunyai satu pekerja yang hanya dikhususkan di warung. Jam kerja dari pekerja
di warung tersebut yakni 12 jam.
Warung Blvck Coffee memproduksi sendiri bubuk kopi kasar dan juga
bubuk kopi halus. Biji kopi yang digunakan merupakan biji kopi robusta. Warung
Blvck Coffee membeli biji kopi robusta di Koperasi Pasar Gresik yang terletak
Jalan Gubernur Suryo. Bapak Kandar yang merupakan pemilik serta yang
memproduksi bubuk kopi juga membuat sendiri alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan produksi bubuk kopi. Bapak Kandar membuat alat-alat tersebut
50

menggunakan alat-alat rumah tangga, seperti dandang yang dibuat sekreatif


mungkin dan diberi mesin untuk kemudian digunakan menyangrai biji kopi.
Kegiatan produksi bubuk kopi kasar dan juga bubuk kopi halus tersebut dilakukan
di rumah Bapak Kandar yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto 1 Gresik.
Kegiatan produksi bubuk kopi dilakukan mulai dari pagi hingga sore hari.
Bubuk kopi yang dihasilkan tiap harinya adalah sekitar 5-10 kg bubuk kopi halus
untuk stok setiap hari nya, sedangkan untuk bubuk kopi kasar biasanya dibuat
berdasarkan pesanan dan diproduksi satu hari sebelumnya, tetapi juga terdapat stok
untuk bubuk kopi kasar sekitar 5kg. Bubuk kopi tersebut awalnya dipasarkan
melalui mulut ke mulut, dari teman-teman pemilik Warung Blvck Coffee, sampai
akhirnya dipasarkan secara online pada akun shopee. Bubuk kopi tersebut dijual di
kemasan plastik biasa yang sudah diberi label Warung Blvck Coffee. Bubuk kopi
kasar dan juga halus di jual dalam kemasan ½ kg dengan harga Rp. 30.000, dan 1
kg dengan harga Rp. 60.000,-. Bubuk kopi tersebut juga ada yang dijual dalam
kemasan premium dengan ukuran 200 gram seharga Rp.17.500,-.
4.1.3.3 PitStop Cafe Panglima Sudirman
PitStop Cafe Panglima Sudirman merupakan coffe shop yang buka sejak
tanggal 4 Februari 2017 dan menjual menu minuman kopi kasar. PitStop Cafe
Panglima Sudirman terletak di jalan Panglima Sudirman No. 95, Gresik. PitStop
Panglima Sudirman buka 24 jam. Konsep awal dari PitStop Cafe Panglima
Sudirman adalah seperti warung tetapi dikemas kekinian seperti cafe. Konsep
bangunan dari PitStop Cafe ini di adalah inndustrialis, seperti menggunakan barang
bekas yang dikombinasikan dengan barang baru sehingga mempunyai fungsi yang
baru. PitStop Cafe Panglima Sudirman menyediakan ruangan outdoor dan indoor
yang menggunakan AC (Air Conditioner). Harga dari menu makanan dan minuman
yang dijual di PitStop Cafe Panglima Sudirman mulai dari antara Rp.4.000,- sampai
dengan ± Rp.20.000,-. Menu minuman kopi kasar dari PitStop Cafe Panglima
Sudirman dijual dengan harga Rp. 4.000,-/cangkir.

Pemilik dari PitStop Cafe Panglima Sudirman ini adalah bapak Dhani.
PitStop Cafe Panglima Sudirman mempunyai 7 orang pekerja dengan sistem kerja
51

full time selama 9 jam dan part time selama 6 jam. Berikut merupakan struktur
kepemilikan serta pekerja di PitStop Cafe Panglima Sudirman.

Pemilik PitStop Cafe Panglima Sudirman

Dhani

Manager Outlet

Nungky

Pekerja

1. Fino
2. Irbad
3. Fais
4. Yusuf
5. Ihya
6. Mamad
7. Rizky
Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan dan Pekerja PitStop Cafe Panglima Sudirman
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa pemilik PitStop Cafe
Panglima Sudirman adalah bapak Dhani. PitStop Cafe Panglima Sudirman juga
terdapat manager outlet yaitu Nungky, dimana manager outlet mempunyai tugas
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di PitStop Cafe Panglima Sudirman.
PitStop Cafe Panglima Sudirman mempunyai 7 orang pekerja, yaitu Fino, Irbad,
Fais, Yusuf, Ihya, Mamad, dan Rizky.
4.1.3.4 Gresik Seru Cafe
Gresik Seru Cafe merupakan tempat minum kopi atau tempat nongkrong
yang mempunyai konsep semi cafe. Gresik Seru Cafe dibangun pada bulan Februari
tahun 2019. Menu yang disediakan di Gresik Seru Cafe mempunyai harga yang
terjangkau, dimana harga makanan dan minuman di mulai dari Rp.4000,- sampai
dengan Rp.14.000,-. Gresik Seru Cafe buka mulai pukul 8 pagi sampai dengan
pukul 12 dini hari. Gresik Seru Cafe ini merupakan cafe yang mempunyai konsep
berbeda dari yang lain, dimana konsep tersebut didapatkan dari pembelajaran dari
cafe sebelumnya yang dimiliki oleh pemilik cafe dan juga berasal dari saran serta
masukan dari konsumen.
52

Pemilik dari Gresik Seru Cafe ini adalah Bapak Suyanto. Bapak Suyanto
juga mempunyai 6 cafe lain dan Gresik Seru merupakan cafe nomor 4 setelah Giri
Hills Cafe, Kampung Kopi, dan Bukit Bintang, selanjutnya ada Langit Senja dan
akan launching pada akhir tahun 2020 yang menggantikan Kampung Kopi. Gresik
Seru Cafe mempunyai 15 pekerja, dimana pekerja tersebut dibagi ke dalam
beberapa divisi yaitu divisi kitchen, divisi bar, divisi kasir dan divisi server. Berikut
merupakan struktur manajemen dari Gresik Seru Cafe.

Pemilik Gresik Seru Cafe

Suyanto

Head Manager Manager Marketing

Arthur Agung

Manajer Outlet Gresik Seru Cafe

Bima

Divisi Kitchen Divisi Bar Divisi Kasir Divisi Server

1. Dani 1. Arul 1. Kevin 1. Faruq


2. Fiki 2. Egi 2. Iqbal 2. Rasid
3. Hanif 3. Hakim 3. Valen
4. Rijal 4. Hendra 4. Dika
5. Rizki

Gambar 4.4 Struktur Manajemen Gresik Seru Cafe


Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pemilik dari Gresik Seru
Cafe adalah Bapak Suyanto, dimana Bapak Suyanto juga memiliki beberapa cafe.
Terdapat penanggung jawab atau Head Manager yaitu Bapak Arthur dan juga
Manager Marketing yaitu Bapak Agung yang bertugas di seluruh cafe milik Bapak
Yanto. Tiap cafe mempunyai Manajer Outlet, dimana Manajer Outlet dari Gresik
Seru Cafe adalah Bima. Pekerja di Gresik Seru Cafe sebanyak 15 orang, dibagi
menjadi 4 divisi dan bekerja dibagi dalam 2 shift. Divisi Kitchen terdiri dari 5 orang
53

yaitu Dani, Fiki, Hanif, Rijal dan Rizki yang bertugas membuat makanan. Divisi
Bar terdiri dari 4 orang yaitu Arul, Egi, Hakim dan Hendra yang bertugas membuat
minuman. Divisi Kasir terdiri dari 2 orang yaitu Kevin dan Iqbal yang bertugas
melakukan pencatatan atas semua transaksi dengan konsumen. Divisi Server terdiri
dari 4 orang yaitu Faruq, Rasid, Valen dan Dika yang bertugas untuk mengantarkan
makanan dan minuman yang dipesan oleh konsumen.
Gresik Seru Cafe menyediakan menu minuman kopi kasar. Bubuk kopi
yang digunakan oleh Gresik Seru Cafe adalah bubuk kopi yang dibeli dari salah
satu supplier bubuk kopi yang terkenal di Kabupaten Gresik. Harga dari bubuk kopi
kasar maupun kopi halus yang diberikan supplier tersebut kepada Gresik Seru Cafe
adalah Rp.55.000,-/kg. Harga menu minuman kopi kasar di Gresik Seru Cafe adalah
Rp.6.000,-/cangkir, sedangkan untuk minuman kopi halus adalah Rp.4.000,-
/cangkir. Perbedaan harga menu minuman kopi kasar dan kopi halus tersebut adalah
karena untuk menu minuman kopi kasar lebih banyak menggunakan bubuk kopi
kasar dibandingkan bubuk kopi halus yang digunakan untu menu minuman kopi
halus. Gresik Seru Cafe pernah mencoba membuat bubuk kopi sendiri, tetapi dirasa
hasilnya tidak sesuai dengan seperti bubuk kopi yang dibeli dari supplier. Alasan
lain Gresik Seru Cafe membeli bubuk kopi dari orang lain adalah lebih efektif,
karena bisa langsung menggunakan bubuk kopi yang dibeli.

4.2 Karakteristik Konsumen Minuman Kopi Kasar di Kabupaten Gresik


Karakteristik konsumen merupakan ciri khas dari setiap perbedaan yang
terdapat dalam diri konsumen (Wicaksana, et. al., 2022 :69). Responden yang
dipilih dalam penelitian ini adalah konsumen dari minuman kopi kasar yang
berperan sebagai pengambil keputusan, pembeli dan juga konsumen akhir dari
pembelian minuman kopi kasar di lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian.
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian antara lain warung Mbah Ladjim,
Warung Blvck Coffee, PitStop Cafe Panglima Sudirman, dan Gresik Seru Cafe
yang berada di Kabupaten Gresik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
kuisioner yang ditujukan kepada seluruh responden penelitian. Jumlah responden
yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Karakteristik
54

responden yang terdapat pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, dimana karakteristik tersebut
menggambarkan identitas dan latar belakang dari responden.
4.2.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi
seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Menurut Feni, et. al.
(2022:110), kebutuhan atau selera konsumen dapat berbeda berdasarkan jenis
kelamin. Karakteristik konsumen minuman kopi kasar ini dibedakan menjadi dua
yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut merupakan karakteristik konsumen
minuman kopi kasar berdasarkan jenis kelamin yang disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 Laki-laki 80 80
2 Perempuan 20 20
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa minuman kopi kasar
mayoritas di konsumsi oleh laki-laki. Jumlah responden berjenis kelamin laki-laki
yang mengonsumsi minuman kopi kasar adalah sebanyak 80 orang dengan
persentase sebesar 80% dari total responden sebanyak 100 orang. Konsumen
minuman kopi kasar yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 20 orang
dengan persentase sebesar 20% dari total responden sebanyak 100 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsumen minuman
kopi kasar mayoritas berasal dari jenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa laki-laki lebih mempunyai minat yang besar terhadap minuman kopi kasar,
sehingga keputusan pembelian minuman kopi kasar lebih banyak dilakukan oleh
laki-laki. Faktor lain yang menyebabkan laki-laki lebih banyak melakukan
keputusan pembelian minuman kopi kasar yaitu karena faktor budaya masyarakat
yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Gresik yaitu budaya minum kopi di
warung kopi yang banyak dilakukan oleh laki-laki. Menurut Siagian (2020:26),
55

mengonsumsi kopi dilakukan untuk menyegarkan badan dan mengurangi rasa


kantuk setelah seharian beraktivitas, karena kopi mepunyai kandungan kafein.
4.2.2 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Kelompok Usia
Karakteristik konsumen yang dapat mempengaruhi preferensi seseorang
dalam melakukan keputusan pembelian salah satunya adalah usia. Menurut Anita,
et. al. (2023: 10), kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan
bertambahnya usia. Kelompok usia yang ada pada penelitian ini dibagi menjadi 2
kelompok usia yakni kelompok remaja akhir dan kelompok dewasa awal.
Kelompok usia remaja akhir adalah kelompok usia dengan rentang usia 17-25
tahun, sedangkan kelompok usia dewasa awal adalah kelompok usia dengan
rentang usia 26-35 tahun. Kelompok usia tersebut berdasarkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009. Berikut merupakan karakteristik
konsumen minuman kopi kasar berdasarkan kelompok usia yang disajikan dalam
Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Kelompok Usia
No Kelompok Usia (thn) Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 Remaja Akhir (17-25 tahun) 90 90
2 Dewasa Awal (26-35 tahun) 10 10
Total 100 100,00
Sumber: Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang
melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar adalah kelompok usia remaja
akhir. Responden yang tergolong dalam kelompok usia remaja akhir adalah sebesar
90% yakni dengan jumlah 90 responden dari total 100 responden. Sedangkan untuk
kelompok usia yang paling sedikit adalah dari kelompok usia dewasa awal dengan
persentase sebesar 10% yaitu dengan jumlah 10 responden dari total 100 responden
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
responden yang mayoritas melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar
yaitu berasal dari kelompok usia remaja akhir karena dalam usia remaja akhir
56

merupakan usia dimana masih banyak orang yang ingin mengetahui rasa dari
minuman kopi kasar. Kelompok usia remaja akhir juga mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, sehingga apabila ada produk yang baru ingin mencoba untuk
mengetahui rasa dari produk tersebut. Pada era zaman sekarang, remaja senang
meluangkan waktu bersantai menghibur diri dari aktivitas sehari-hari, seperti
perkerjaan dan lainnya (Rohmah dan Subari, 2021:553).
4.2.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Cara berpikir dan cara pandang seseorang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang telah ditempuh oleh setiap orang. Tingkat pendidikan seseorang
tentu saja dapat mempengaruhi keputusan pembelian yang dibuat. Mayoritas
seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih banyak akan lebih banyak mencari
tahu informasi-informasi terhadap sesuatu, terutama dalam hal keputusan
pembelian. Berikut merupakan karakteristik konsumen minuman kopi kasar
berdasarkan tingkat pendidikan yang disajikan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 SMA 52 52
2 Diploma 12 12
3 Sarjana 36 36
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa konsumen minuman kopi
kasar di dominasi oleh konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan SMA.
Konsumen minuman kopi kasar yang berasal dari tingkat pendidikan SMA adalah
sebanyak 52 orang dengan persentase sebesar 52% dari total responden sejumlah
100 orang. Konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan diploma adalah sebesar
12 orang dengan persentase sebesar 12% dari total responden sejumlah 100 orang.
Konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan sarjana adalah sebesar 36 orang
dengan persentase sebesar 36% dari total responden sejumlah 100 orang.
57

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa


konsumen minuman kopi kasar berdasarkan karakteristik tingkat pendidikannya
mayoritas berasal tingkat pendidikan SMA. Hal tersebut berarti bahwa responden
yang melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar telah menempuh
pendidikan akhir SMA, sehingga responden merupakan orang-orang yang
mempunyai pendidikan yang cukup. Menurut Rohmah dan Subari (2021:554),
tingkat pendidikan sangat mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat
mempengaruhi pola pikir konsumen untuk membuat keputusan pembelian suatu
produk dengan wawasan serta pengetahuan yang luas.
4.2.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang nantinya
akan menerima imbalan atau gaji. Menurut Purboyo, et. al., (2021:188), pekerjaan
digunakan untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas
rata-rata terhadap produk, bahkan untuk spesialisasi pembuatan produk untuk
pekerjaan tertentu. Pekerjaan konsumen digolongkan menjadi 5 jenis yaitu,
pelajar/mahasiswa, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri dan juga lainnya,
dimana lainnya ini merupakan pekerjaan diluar 4 jenis pekerjaan yang ada dan juga
konsumen yang tidak/belum bekerja. Berikut ini merupakan karakteristik
konsumen berdasarkan pekerjaan yang disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 Pelajar/Mahasiswa 55 55
2 Wiraswasta 11 11
3 Pegawai Swasta 24 24
4 Pegawai Negeri 5 5
5 Lainnya 5 5
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa konsumen minuman kopi
kasar mayoritas berasal dari responden yang merupakan pelajar atau mahasiswa.
58

Responden yang berasal dari pelajar atau mahasiswa adalah sebanyak 55 orang
dengan persentase sebesar 55% dari total responden sebanyak 100 orang. Kedua
yaitu dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 24 orang
dengan persentase sebesar 24% dari total responden sebanyak 100 orang. Ketiga
merupakan responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 11 orang dengan
persentase sebesar 11% dari total 100 responden. Keempat yaitu responden yang
bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 5%
dari total responden 100 orang. Terakhir adalah responden yang dalam penelitian
merupakan tidak termasuk dalam empat kategori pekerjaan yang telah ditentukan
dalam penelitian atau responden masih belum bekerja yaitu sejumlah 5 orang
dengan persentase sebesar 5% dari total 100 orang responden.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
yang melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar merupakan seorang
pelajar/mahasiswa, dimana seorang pelajar/mahasiswa mudah tertarik dan punya
rasa ingin tahu yang lebih terhadap suatu produk/barang yaitu dalam penelitian ini
adalah minuman kopi kasar. Selain itu, pelajar/mahasiswa juga dapat tertarik
dengan suatu barang/produk dari teman-teman yang sudah mencoba sebelumnya.
Menurut Istiqomah, et al., (2022:181), pelajar mempunyai waktu yang lebih banyak
dan juga fleksibel jika dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja sebagai
karyawan/pegawai.
4.2.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Karakteristik konsumen minuman kopi kasar yang dianalisis terakhir adalah
tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan seseorang tentu saja dapat mempengaruhi
keputusan pembelian yang dilakukan oleh setiap orang. Tingkat pendapatan setiap
orang tentu berbeda-beda sehingga keputusan pembelian yang dilakukan oleh
seseorang juga berbeda, tergantung pada tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
setiap orang. Menurut Juniard, et al., (2020:95), semakin tinggi tingkat pendapatan
yang diperoleh seseorang maka semakin tinggi tingkat konsumsi orang tersebut,
dan begitu juga sebaliknya. Tingkat pendapatan pada penelitian ini digolongkan
menjadi 3 tingkat yaitu yang pertama adalah tingkat pendapatan rendah dengan
tingkat pendapatan ≤ Rp. 2.000.000,00/bulan, yang kedua tingkat pendapatan
59

sedang dengan tingkat pendapatan Rp.2.000.000,00 – Rp.5.000.000,00/bulan, dan


yang ketiga adalah tingkat pendapatan tinggi dengan tingkat pendapatan ≥
Rp.5.000.000,00/bulan. Berikut ini merupakan karakteristik konsumen minuman
kopi kasar berdasarkan tingkat pendapatan yang disajikan dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendapatan/bln Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 Rendah : ≤ Rp. 2.000.000,00 56 56
2 Sedang : Rp.2.000.000,00 – 31 31
Rp.5.000.000,00
3 Tinggi : ≥ Rp.5.000.000,00 13 13
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden yang melakukan
keputusan pembelian minuman kopi kasar mayoritas berasal dari konsumen yang
mempunyai tingkat pendapatan rendah dengan pendapatan kurang dari atau sama
dengan Rp. 2.000.000,00 per bulan. Responden yang berasal dari tingkat
pendapatan rendah adalah sebanayk 56 orang dengan persentase 56% dari total
responden sebanyak 100 orang. Kedua adalah responden dengan tingkat
pendapatan sedang dengan jumlah penghasilan Rp. 2.000.000,00 – Rp.
5.000.000,00 per bulan sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 31% dari total
responden sebanyak 100 orang. Terakhir adalah responden dengan tingkat
pendapatan tinggi dengan jumlah pendapatan lebih dari atau sama dengan
Rp.5.000.000,00 per bulan sebanyak 13 orang dengan persentase 13% dari total
responden sebanyak 100 orang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara
terhadap para responden dapat disimpulkan bahwa responden yang mayoritas
melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar adalah responden yang
tergolong pada tingkat pendapatan rendah dengan tingkat pendapatan ≤ Rp.
2.000.000,00/bulan. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian pada
karakteristik usia dan kelompok pekerjaan, dimana pada karakteristik tersebut
60

didapatkan hasil bahwa responden yang melakukan keputusan pembelian minuman


kopi kasar berasal dari usia remaja akhir yang mayoritas tergolong dalam kelompok
pekerjaan pelajar/mahasiswa. Tingkat pendapatan yang dimiliki oleh seorang
pelajar/mahasiswa termasuk dalam tingkat pendapatan yang tergolong rendah
karena seorang pelajar/mahasiswa mayoritas masih diberi uang saku oleh orang
tuanya yang dapat dikatakan sebagai pendapatan perbulannya.

4.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Minuman Kopi Kasar


Keputusan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen melewati
beberapa tahapan. Tahapan keputusan pembelian yaitu pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian. Tahapan tersebut tentu saja dilakukan oleh setiap konsumen karena
dalam memutuskan suatu pembelian seoran konsumen melakukan pertimbangan
hingga akhirnya menentukan pilihannya. Menurut Nainggolan, et. al. (2020:39),
keputusan pembelian merupakan hasil dari proses panjang dan mendetail yang
mungkin mencakup pencarian informasi yang luas, perbandingan merek dan
evaluasi.
4.3.1 Tahap Pengenalan Masalah
Tahap pertama dalam proses keputusan pembelian minuman kopi kasar
adalah tahap pengenalan masalah. Menurut Putri, et. al. (2021:1314), pada tahap
ini biasanya konsumen akan menganalisa apa manfaat yang dicari. Tahap
pengenalan masalah dalam penelitian ini adalah tahap dimana seorang konsumen
mencari alasan utama seorang konsumen melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar. Alasan yang dipertimbangkan seorang konsumen antara lain
manfaat dari minuman kopi kasar untuk konsumen dan kepentingan minuman kopi
kasar untuk konsumen sehingga membuat konsumen tersebut melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar. Pada tahap pengenalan masalah dalam penelitian
ini terdapat beberapa aspek yang diteliti oleh peneliti untuk mengetahui hal-hal
yang termasuk dalam pengenalan minuman kopi kasar. Berikut merupakan alasan
responden membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar yang disajikan dalam
Tabel 4.12
61

Tabel 4.12 Alasan responden membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Alasan Mengonsumsi Persentase (%)
(orang)
1 Selera/kesukaan 27 27
2 Ingin mencoba 31 31
3 Rasa yang khas 40 40
4 Mudah diperoleh 0 0
5 Lainnya 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui yang menjadi alasan utama
responden membeli dan mengonsumi minuman kopi kasar adalah minuman kopi
kasar mempunyai rasa yang khas, sehingga responden tertarik untuk membeli
sekaligus mengonsumsi minuman kopi kasar. Responden yang mempunyai alasan
utama membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar karena rasanya yang khas
adalah sebanyak 40 orang dengan persentase sebesar 40%. Setiap produk yang
mempunyai rasa yang khas tentu mempunyai daya tarik yang lebih untuk seseorang
memutuskan untuk melakukan pembelian, seperti hal nya minuman kopi kasar.
Minuman kopi kasar mempunyai rasa yang khas, karena minuman kopi kasar
menggunakan bubuk kopi yang digiling dengan hasil akhir kasar dan tentu saja
mempunyai rasa yang berbeda dari minuman kopi halus.
Alasan kedua yang paling banyak adalah responden ingin mencoba
minuman kopi kasar. Responden yang memilih alasan ingin mencoba minuman
kopi kasar adalah sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 31%. Seperti hal
nya produk yang mempunyai keunikan atau merupakan produk yang khas tentu saja
akan membuat seseorang mempunyai rasa ingin mencoba produk tersebut.
Minuman kopi kasar yang khas memiliki daya tarik tersendiri, sehingga responden
ingin mencoba minuman kopi kasar untuk mengetahui rasa dari minuman kopi
kasar.
Alasan ketiga terbanyak adalah selera/kesukaan yang menjadi alasan
seorang responden dalam membeli dan mengonsumsi minuman kopoi kasar.
Responden yang mempunyai alasan karena selera/kesukaan yaitu sebanyak 27
62

orang dengan persentase sebesar 27%. Responden yang membeli dan mengonsumsi
minuman kopi kasar karena selera/kesukaan adalah responden yang sudah membeli
minuman kopi kasar lebih dari satu kali sehingga responden tersebut memilih
membeli dan mengonsumi minuman kopi kasar karena sudah mengetahui rasa
minuman kopi kasar. Rasa dari minuman kopi kasar sudah menjadi selera /kesukaan
bagi responden yang memilih alasan ketiga terbanyak ini.
Alasan yang terakhir adalah alasan lainnya yang dimiliki oleh responden
yang membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar dan tidak terdapat pada
pilihan yang ditentukan oleh peneliti. Terdapat 2 orang responden yang memiliki
alasan lainnya, dengan persentase sebesar 2%. Dua alasan lainnya yang dimiliki
oleh responden yaitu yang pertama untuk menambah semangat dan yang kedua
adalah karena minuman kopi kasar hanya ada di Gresik.
Dalam melakukan pembelian suatu produk tentu saja seorang konsumen
akan memperhatikan manfaat dari produk tersebut. Seperti halnya dalam penelitan
ini, setelah mengetahui alasan utama responden, yang akan diteliti selanjutnya
adalah manfaat utama yang dicari oleh responden dalam melakukan pembelian
minuman kopi kasar. Berikut merupakan manfaat mengonsumsi minuman kopi
kasar yang disajikan dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Manfaat mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Manfaat Persentase (%)
(orang)
1 Variasi minuman 49 49
2 Menahan rasa kantuk 15 15
3 Pemuas kebutuhan minuman 26 26
4 Pemenuhan hobi 10 10
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 4.13 dapat


diketahui bahwa manfaat utama yang dicari oleh responden dalam mengonsumsi
minuman kopi kasar adalah untuk variasi minuman yaitu sebanyak 49 responden
dengan persentase sebesar 49%. Manfaat kedua yang dicari oleh responden dalam
63

mengonsumsi minuman kopi kasar adalah untuk pemuas kebutuhan minuman yaitu
sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar 26%. Manfaat ketiga adalah untuk
menahan rasa kantuk yaitu sebanyak 15 responden dengan persentase sebesar 15%,
dan manfaat yang terakhir adalah untuk pemenuhan hobi yaitu sebanyak 10
responden dengan persentase sebesar 10%.
Setelah mengetahui alasan utama dan juga manfaat mengonsumsi minuman
kopi kasar, hal yang selanjutnya diteliti adalah tingkat kepentingan minuman kopi
kasar bagi responden. Seorang konsumen sebelum melakukan pembelian produk
tentu saja memperhatikan tingkat kepentingan produk yang akan dibeli. Tingkat
kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar dalam penelitian ini disajikan
dalam Tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Tingkat kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Tingkat Kepentingan Persentase (%)
(orang)
1 Penting 13 13
2 Biasa aja 85 85
3 Tidak penting 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa terdapat 85 responden yang
beranggapan bahwa tingkat mengonsumsi minuman kopi kasar adalah biasa saja.
Hal tersebut berarti bahwa 85% responden beranggapan bahwa mengonsumsi
minuman kopi kasar bukan merupakan hal yang penting yang wajib dibeli dan
dikonsumsi setiap hari nya. Minuman kopi kasar bukan merupakan kebutuhan
pokok bagi responden, sehingga mayoritas menganggap tingkat kepentingan
mengonsumsi minuman kopi kasar adalah biasa saja. Dalam penelitian ini juga
terdapat 15 orang responden dengan persentase sebesar 15% menganggap bahwa
tingkat kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar adalah penting, dan juga
terdapat 2 responden dengan persentase sebesar 2% menganggap tingkat
kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar adalah tidak penting.
Aspek keempat dalam pengenalan masalah yang diteliti yaitu aspek
minuman kopi kasar dapat dijadikan pengganti minuman kopi halus. Dalam
64

penelitian ini peneliti ingin mengetahui tanggapan responden apakah minuman kopi
kasar dapat dijadikan produk substitusi dari minuman kopi halus. Tanggapan
responden tersebut disajikan dalam Tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Minuman Kopi Kasar dapat dijadikan pengganti minuman kopi halus
Minuman Kopi Kasar Pengganti Jumlah Responden
No Persentase (%)
Minuman Kopi Halus (orang)
1 Bisa 64 64
2 Tidak Bisa 36 36
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 4.15 tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat 64 orang dari 100 responden beranggapan bahwa
minuman kopi kasar dapat dijadikan pengganti dari minuman kopi halus.
Responden menganggap bahwa mengonsumsi minuman kopi kasar sama hal nya
dengan minuman kopi halus, hanya saja terdapat hal yang membedakan seperti
tekstur bubuk kopi nya, tetapi minuman kopi kasar tetap bisa dijadikan produk
substitusi dari minuman kopi halus. Dalam penelitian ini juga terdapat 36 responden
dengan peresentase sebesar 36% yang menganggap bahwa minuman kopi kasar
tidak bisa dijadikan sebagai pengganti minuman kopi halus, karena tekstur bubuk
kopi nya yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi rasa dari kopi itu sendiri.
4.3.2 Tahap Pencarian Informasi
Tahap kedua dalam proses keputusan pembelian adalah tahap pencarian
informasi. Tentu saja sebelum melakukan pembelian, seseorang akan mencari
informasi mengenai produk yang akan dibeli, baik informasi harga, rasa, tekstur,
dan hal-hal lain mengenai produk tersebut. Sumber informasi dapat diperoleh
secara lisan maupun tulisan. Menurut Rasmikayati, et. al. (2020:974), pencarian
informasi mengenai produk ini dapat dilakukan secara internal, seperti pengetahuan
dan ingatan maupun secara eksternal, seperti informasi yang berasal dari media
masa, lingkungan teman, dan keluarga. Pencarian informasi ini tentu saja menjadi
hal yang penting karena dengan memperoleh informasi tersebut seorang konsumen
akan menpunyai pertimbangan untuk melakukan pembelian suatu produk. Berikut
merupakan sumber informasi minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.16.
65

Tabel 4.16 Sumber Informasi Minuman Kopi Kasar


Jumlah Responden
No Sumber Informasi Persentase (%)
(orang)
1 Keluarga 1 1
2 Teman 93 93
3 Penjual 1 1
4 Iklan 5 5
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa terdapat empat sumber
informasi minuman kopi kasar, yaitu keluarga, teman, penjual dan juga iklan.
Sumber informasi minuman kopi kasar terbanyak yaitu berasal dari teman, dengan
jumlah responden sebanyak 93 orang deng persentase sebesar 93%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden yang melakukan keputusan pembelian minuman
kopi kasar, banyak mengetahui informasi mengenai minuman kopi kasar dari
teman-temannya. Responden tersebut mendapatkan informasi mengenai minuman
kopi kasar saat sedang bertemu dengan temannya baik di cafe maupun di warung,
dan sumber informasi memberitahukan bahwa terdapat minuman kopi kasar yang
mempunyai rasa khas, sehingga responden mempunyai ketertarikan untuk mencoba
minuman kopi kasar. Sumber informasi kedua responden dalam mengetahui
minuman kopi kasar adalah berasal dari iklan. Terdapat 5 responden dengan
persentase sebesar 5% yang mendapatkan informasi tentang minuman kopi kasar
dari iklan. Keluarga dan penjual menjadi sumber informasi yang paling sedikit oleh
responden yakni keduanya sebesar 1 responden dengan persentase sebesar 1%.
Sumber informasi juga menjadi pengaruh seorang konsumen dalam
melakukan pembelian suatu produk. Dimana dalam penelitian ini, sumber informasi
juga bisa menjadi pengaruh responden dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar. Tetapi, tidak semua konsumen yang melakukan keputusan
pembelian suatu produk dipengaruhi oleh sumber informasi yang telah didapatkan.
Berikut merupakan pengaruh sumber informasi dalam pengambilan keputusan
pembelian minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.17.
66

Tabel 4.17 Pengaruh Sumber Informasi dalam pengambilan keputusan minuman


kopi kasar
Jumlah Responden
No Pengaruh Sumber Informasi Persentase (%)
(orang)
1 Ya 86 86
2 Tidak 14 14
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui terdapat 86 responden atau sebesar
86% responden yang menyatakan bahwa sumber informasi menjadi pengaruh
responden tersebut dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup yang didapatkan dari sumber
informasi, responden tersebut akhirnya melakukan keputusan pembelian minuman
kopi kasar. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi yang telah diberikan oleh
sumber informasi berpengaruh penting terhadap responden, sehingga terjadilah
keputusan pembelian. Dalam penelitian ini juga terdapat 14 responden yang
menyatakan bahwa sumber informasi tidak berpengaruh terhadap pembelian
minuman kopi kasar yang dilakukan. Responden tersebut beranggapan bahwa
pembelian minuman kopi kasar tersebut berdasarkan keinginannya sendiri.
Informasi yang diberikan oleh sumber informasi mengenai minuman kopi
kasar tentu saja menggambarkan deskripsi dari minuman kopi kasar. Informasi
dalam penelitian ini ada 3 yakni informasi tampilan, harga dan rasa dari minuman
kopi kasar. Penerima informasi yaitu konsumen yang menjadi responden dalam
penelitian ini setelah menerima informasi yang telah diberikan oleh sumber
informasi, tentu saja mempunyai kesan pertama saat mengetahui minuman kopi
kasar. Berikut ini merupakan kesan pertama responden saat mengetahui minuman
kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Kesan pertama saat mengetahui minuman kopi kasar
Kesan pertama saat mengetahui Jumlah Responden
No Persentase (%)
minuman kopi kasar (orang)
1 Tampilan 40 40
2 Harga 3 3
3 Rasa 57 57
67

Total 100 100


Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.18 tersebut dapat diketahui bahwa kesan pertama yang
banyak diperhatikan oleh responden adalah rasa dari minuman kopi kasar yaitu
sebanyak 57 orang responden dengan persentase sebesar 57%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden tersebut setelah mendapatkan informasi mengenai
minuman kopi kasar, terkesan dengan rasa dari minuman kopi kasar yang telah
dideskrispikan oleh sumber informasi, dimana minuman kopi kasar mempunyai
rasa yang khas karena bubuk kopi kasar yang digunakan. Rasa dari minuman kopi
kasar cenderung lebih pekat jika dibandingkan dengan minuman kopi halus.
Informasi tampilan merupakan informasi kedua yang menjadi kesan pertama oleh
responden setelah mengetahui informasi tentang minuman kopi kasar, yakni
sebanyak 40 responden atau 40% dari 100 responden. Minuman kopi kasar
mempunyai tampilan yang unik, karena bubuk dari minuman kopi kasar
mengapung di permukaan gelas yang disebabkan oleh tekstur bubuk kopi yang
digiling kasar sehingga bisa mengapung di permukaan. Harga menjadi informasi
ketiga yang menjadi kesan pertama responden saat mengetahui minuman kopi
kasar, yakni sebanyak 3 orang dari 100 responden. Responden tersebut
beranggapan bahwa minuman kopi kasar mempunyai harga yang murah yakni
sekitar Rp.5.000 per cangkirnya.
4.3.3 Tahap Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga yang dilakukan oleh seorang konsumen yaitu tahap evaluasi
alternatif, dimana konsumen akan mempunyai pertimbangan-pertimbangan
sebelum memutuskan untuk membeli produk tersebut. Menurut Morissan
(2010:100), pada tahap ini konsumen membandingkan berbagai merek produk yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi dan memuaskan kebutuhan atau
motif yang mengawali proses keputusan pembelian tersebut. Tahap evaluasi
alternatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pertimbangan awal
pembelian minuman kopi kasar, atribut yang menjadi perhatian dalam melakukan
pembelian minuman kopi kasar dan lokasi pertama konsumen melakukan
pembelian minuman kopi kasar. Berikut ini merupakan pertimbangan awal
68

responden dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar yang disajikan pada
Tabel 4.19.
4.19 Pertimbangan awal pembelian minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Pertimbangan Awal Persentase (%)
(orang)
1 Manfaat produk 0 0
2 Atribut kualitas produk (aroma 91 91
kopi yang khas, cita rasa yang
sesuai, dll)
3 Ketersediaan 0 0
4 Harga 3 3
5 Lainnya 1 1
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa pertimbangan awal
responden saat akan membeli minuman kopi kasar adalah dari atribut kualitas
produk (aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, dll), dimana terdapat 91
responden yang memilih pertimbangan awal tersebut. Responden banyak
mendapatkan informasi tentang minuman kopi kasar, mulai dari rasa, bentuk dan
juga mempunyai aroma yang khas, sehingga hal tersebut banyak menjadi
pertimbangan awal responden saat akan membeli minuman kopi kasar.
Pertimbangan awal terbanyak kedua yang dipilih oleh responden adalah harga.
Harga minuman kopi kasar yang cenderung murah menjadikan responden memilih
pertimbangan ini, dimana terdapat 3 responden dengan persentase sebesar 3%.
Pertimbangan awal terbanyak ketiga adalah pertimbangan lainnya yang
dipertimbangkan responden saat akan membeli minuman kopi kasar, dimana
terdapat 1 orang reponden.
Pada tahap evaluasi alternatif ini, terdapat juga atribut produk yang menjadi
perhatian dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar yang diteliti.
Atribut produk yang dimaksud antara lain aroma kopi yang khas, cita rasa yang
sesuai, kekentalan dan kepekatan kopi, tampilan penyajian dan juga harga dari
minuman kopi kasar. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui atribut produk
69

yang menjadi perhatian responden dalam melakukan keputusan pembelian


minuman kopi kasar adalah dengan cara memberikan peringkat tingkat kepentingan
atribut produk tersebut. Atribut produk yang menjadi perhatian responden dalam
melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar disajikan dalam Tabel 4.20
berikut ini.
4.20 Atribut produk yang menjadi perhatian dalam melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar
No Atribut produk Nilai rata-rata Peringkat
1 Aroma kopi yang khas 2,68 3
2 Cita rasa yang sesuai 2 1
3 Kekentalan dan kepekatan kopi 2,39 2
4 Tampilan penyajian 3,41 4
5 Harga 4,52 5
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang menjadi fokus
perhatian terbesar responden dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar
adalah cita rasa yang sesuai, dengan nilai rata-rata sebesar 2. Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden mempertimbangkan cita rasa dari minuman kopi
kasar, sehingga cita rasa menjadi perhatian terbesar responden dalam melakukan
keputusan pembelian minuman kopi kasar. Atrtibut produk kedua yang menjadi
fokus perhatian responden adalah kekentalan dan kepekatan dari minuman kopi
kasar, dengan nilai rata-rata sebesar 2,39. Aroma kopi yang khas dari minuman kopi
kasar menjadi fokus perhatian ketiga dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar oleh responden, dimana dengan nilai rat-rata sebesar 2,68.
Atribut produk yang menjadi fokus perhatian keempat yaitu tampilan penyajian
minuman kopi kasar. Minuman kopi kasar ini mempunyai tampilan penyajian yang
berbeda, karena bubuk kopi yang digunakan bertekstur kasar, sehingga bubuk
tersebut mengapung di permukaan gelas. Harga menjadi fokus perhatian terakhir
responden dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar, karena
harga kopi kasar yang cenderung murah, sehingga responden tidak terlalu fokus
dengan harga minuman kopi kasar sebagai pertimbangan pembelian.
70

Aspek ketiga yang diteliti dalam tahap evaluasi alternatif ini yaitu lokasi
responden dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar pertama kali. Terdapat
dua lokasi yang ditentukan oleh responden yaitu cafe dan warung. Perbedaan dua
lokasi tersebut yaitu dari konsep yang digunakan. Warung merupakan tempat yang
cenderung mempunyai konsep yang lebih merakyat dan biasanya produk yang
dijual memiliki harga yang lebih terjangkau, sedangkan cafe mempunyai konsep
yang lebih modern, mewah dan harga yang ditawarkan cenderung lebih mahal
dibandingkan dengan warung. Berikut merupakan lokasi pertama pembelian
minuman kopi kasar oleh responden yang disajikan dalam Tabel 4.21.
4.21 Lokasi pertama pembelian minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Lokasi Pembelian Pertama Persentase (%)
(orang)
1 Cafe 18 18
2 Warung 82 82
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi pembelian minuman kopi kasar
yang dilakukan oleh responden pertamakali adalah di warung. Terdapat 82
responden yang lokasi pembelian minuman kopi kasar pertama kali nya di warung.
Mayoritas responden tersebut melakukan pembelian minuman kopi kasar pertama
kali di warung karena harga nya yang murah dan tempat nya lebih santai jika hanya
untuk minum kopi. Cafe menjadi lokasi kedua yang dipilih responden untuk
menjadi tempat pembelian minuman kopi kasar. Terdapat 18 responden yang
memilih cafe menjadi tempat pertama kali membeli minuman kopi kasar.
Responden yang memilih cafe beranggapan bahwa cafe mempunyai konsep yang
lebih bagus dan modern, sehingga selain minum kopi responden juga bisa
mengabadikan momen di cafe tersebut.
4.3.4 Tahap Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahapan dimana seorang konsumen
memutuskan untuk membeli suatu produk. Keputusan pembelian ini terjadi setelah
melewatitiga tahapan sebelumnya, yakni pengenalan masalah (produk), pencarian
informasi dan juga tahap evaluasi alternatif. Pada tahap keputusan pembelian ini
71

seorang konsumen melakukan proses pembelian yang sebenarnya. Menurut Setiadi


(2019:15), konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor
seperti pendapatan keluarga, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang
diharapkan. Terdapat beberapa aspek yang diteliti pada tahap ini, yakni cara
responden memutuskan pembelian dan frekuensi pembelian minuman kopi kasar.
Berikut ini merupakan cara responden memutuskan pembelian minuman kopi kasar
yang disajikan pada Tabel 4.22.
4.22 Cara responden memutuskan pembelian minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Cara Memutuskan Pembelian Persentase (%)
(orang)
1 Terencana (direncanakan dari 13 13
rumah)
2 Mendadak (niat membeli ketika 85 85
melihat minuman kopi kasar)
3 Tergantung situasi 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
melakukan pembelian minuman kopi kasar secara mendadak atau niat membeli
ketika melihat minuman kopi kasar. Terdapat 85 responden dengan persentase
sebesar 85% yang melakukan pembelian minuman kopi kasar secara mendadak.
Responden lebih banyak yang melakukan pembelian minuman kopi kasar secara
mendadak saat berada di tempatnya, seperti cafe atau warung. Pembelian minuman
kopi kasar dilakukan saat melihat konsumen lain yang membeli minuman kopi
kasar terlebih dahulu. Cara kedua yaitu dengan merencanakan pembelian minuman
kopi kasar dari rumah. Terdapat 13 responden yang memilih cara kedua ini.
Sebelum pergi ke cafe atau warung, responden merencanakan terlebih dahulu di
rumah untuk membeli minuman kopi kasar saat berada di cafe atau warung. Cara
yang terakhir yaitu pembelian minuman kopi kasar dilakukan tergantung situasi
yang ada. Responden yang memilih cara ketiga ini sebanyak 2 responden dengan
persentase sebesar 2%. Responden ini dalam melakukan pembelian minuman kopi
kasar dilakukan sesuai situasi yang ada, apabila responden menginginkan untuk
72

membeli minuman kopi kasar, responden tersebut akan membelinya, namun apabila
responden tidak menginginkan membeli minuman kopi kasar, maka responden
tersebut akan membeli minuman yang lain.
Dalam melakukan pembelian produk, tentu saja konsumen bisa melakukan
beberapa kali pembelian dalam satu bulan. Penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui frekuensi pembelian minuman kopi kasar yang sudah dilakukan oleh
responden dalam jangka waktu satu bulan. Frekuensi pembelian dalam penelitian
ini dibagi menjadi empat yaitu jarang dengan frekuensi pembelian 1-2 kali dalam
sebulan, kedua yaitu kadang-kadang dengan frekuensi pembelian 3-4 kali dalam
sebulan, ketiga yaitu lebih dari 4 kali pembelian dalam sebulan. Berikut frekuensi
pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan oleh responden dalam satu bulan
yang disajikan pada Tabel 4.23.
4.23 Frekuensi pembelian minuman kopi kasar dalam satu bulan
Jumlah Responden
No Frekuensi Pembelian Persentase (%)
(orang)
1 Jarang (1-2 kali) 32 32
2 Kadang-kadang (3-4 kali) 42 42
3 Sering (≥ 4 kali) 8 8
4 Tidak Pasti 18 18
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden
melakukan pembelian minuman kopi kasar kadang-kadang dengan frekuensi
pembelian 3-4 kali dalam sebulan. Frekuensi pembelian kadang-kadang dipilih oleh
responden sebanyak 42 orang dengan persentase sebesar 42%. Frekuensi pembelian
selanjutnya yaitu jarang dengan pembelian sebanyak 1-2 kali dalam sebulan,
dengan responden sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 32%. Frekuensi
yang ketiga yaitu tidak pasti, karena responden terkadang membeli minuman kopi
kasar sesuai dengan situasi dan keinginannya, jadi pembelian yang dilakukan setiap
bulannya tidak pasti jumlahnya. Responden yang memilih frekuensi pembelian
tidak pasti adalah sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 18%. Frekuensi
73

yang terakhir adalah sering atau responden dalam membeli minuman kopi kasar
bisa lebih dari 4 kali pembelian dalam satu bulan.
4.3.5 Tahap Perilaku Pasca Pembelian
Tahap perilaku pasca pembelian merupakan tahap terakhir dalam proses
keputusan pembelian. Tahap ini merupakan tahap dimana seorang konsumen
melakukan evaluasi terhadap produk yang telah dibeli. Setelah melakukan
pembelian, tentu saja seorang konsumen akan merasakan kepuasan setelah
mengonsumsi produk yang sudah dibeli. Dalam penelitian ini, responden akan
memberikan pendapat dari minuman kopi kasar yang sudah dibeli dan di konsumsi
oleh responden tersebut. Responden akan memberikan tingkat kepuasan terhadap
minuman kopi kasar yang sudah dibeli. Selain itu, responden juga akan melakukan
evaluasi terhadap minuman kopi kasar, apakah dapat memenuhi kebutuhannya dan
sudah sesuai dengan harapan dari responden atau tidak. Berikut ini merupakan
tingkat kepuasan responden dalam mengonsumsi minuman kopi kasar yang
disajikan dalam Tabel 4.24.
4.24 Tingkat kepuasan responden minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Tingkat Kepuasan Persentase (%)
(orang)
1 Puas 98 98
2 Tidak Puas 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.24 dapat diketahui terdapat 98 orang responden yang
merasa puas terhadap minuman kopi kasar yang telah dipilih. Responden tersebut
mengatakan bahwa minuman kopi kasar yang dibeli sudah sesuai dengan harapan
dan juga kebutuhannya. Minuman kopi kasar memiliki rasa yang sudah sesuai
dengan harapan responden sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli
minuman kopi kasar. Selain itu, terdapat 2 responden yang tidak puas dengan
minuman kopi kasar, responden beranggapan bahwa kopi kasar mempunyai rasa
yang sama hal nya dengan kopi halus lainnya. Para pemasar harus memantau
kepuasan konsumen pasca pembelian, tindakan konsumen pasca pembelian dan
pemakaian produk oleh konsumen pasca pembelian, hal tersebut bertujuan untuk
74

konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk dari pemasar (Gultom, et.
al. (2022:110).
Selain tingkat kepuasan responden, terdapat juga kesan responden setelah
mengonsumsi minuman kopi kasar yang diteliti oleh peneliti. Kesan responden ini
sesuai dengan selera pribadi, karena setiap individu mempunya selera yang
berbeda-beda. Kesan setelah mengonsumsi minuman kopi kasar dikelompokkan
menjadi 5 yaitu, sangan suka, suka, agak suka, tidak suka dan sangat tidak suka.
Berikut merupakan hasil penelitian tentang kesan responden setelah mengonsumsi
minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.25.
4.25 Kesan responden setelah mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Kesan setelah mengonsumsi Persentase (%)
(orang)
1 Sangat suka 21 21
2 Suka 59 59
3 Agak suka 18 18
4 Tidak suka 2 2
5 Sangat tidak suka 0 0
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 59 responden yang suka
dengan minuman kopi kasar setelah mengonsumsi minuman kopi kasar, karena
mempunyai rasa yang sesuai sehingga responden terkesan suka dengan minuman
kopi kasar. Selain itu, terdapat 21 responden yang sangat suka dengan minuman
kopi kasar setelah mengonsumsi minuman kopi kasar. Responden beranggapan
bahwa minuman kopi kasar selain mempunyai rasa yang sesuai juga mempunyai
aroma kopi yang khas serta mempunyai tampilan penyajian yang unik. Terdapat
juga kesan responden yang agak suka setelah mengonsumsi minuman kopi kasar
yakni sebesar 18 responden. Seperti hal nya dengan mengonsumsi produk yang lain,
terdapat juga responden yang tidak suka dengan minuman kopi kasar, yakni dengan
persentase responden sebesar 2%.
Dalam melakukan suatu pembelian produk, tentu saja akan timbul niat
pembelian ulang atau tidak dari konsumen. Niat pembelian ulang ini terjadi saat
75

konsumen merasa produk tersebut menjadi kebutuhannya dan merupakan produk


yang disukai sehingga konsumen akan melakukan pembelian ulang. Pada penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui niat pembelian ulang responden terhadap minuman
kopi kasar. Berikut merupakan hasil penelitian niat untuk membeli ulang minuman
kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.26.
4.26 Niat untuk membeli ulang minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Niat Pembelian Ulang Persentase (%)
(orang)
1 Ya 96 96
2 Tidak 4 4
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
responden mempunyai niat pembelian ulang minuman kopi kasar. Terdapat 96
responden yang mempunyai niat pembelian ulang. Ketersediaan minuman kopi
kasar tentu sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian minuman
kopi kasar. Penjual harus mempersiapkan stok minuman kopi kasar dalam jumlah
yang banyak, karena apabila stok minuman kopi kasar habis maka konsumen akan
mencari ditempat lain atau membeli produk yang lainnya. Terdapat juga responden
yang tidak mempunyai niat pembelian ulang terhadap minuman kopi kasar yakni
sebesar 4% atau sebanyak 4 orang responden.
Setelah mengonsumsi suatu produk, seorang konsumen akan menyarankan
kepada orang lain, apabila konsumen tersebut merasa puas terhadap produk yang
sudah dibeli. Sama hal nya seperti yang ada pada penelitian ini, responden akan
menyarankan minuman kopi kasar terhadap orang lain jika responden tersebut
merasa minuman kopi kasar sesuai dengan ekspektasi responden. Berikut
merupakan hasil penelitian responden menyarankan orang lain untuk mengonsumsi
minuman kopi kasar yang disajikan pada Tabel 4.27.
4.27 Responden menyarankan orang lain untuk mengonsumi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Menyarankan Orang Lain Persentase (%)
(orang)
1 Ya 90 90
76

2 Tidak 10 10
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.27 dapat diketahui bahwa terdapat 90 responden yang
akan menyarankan orang lain untuk mengonsumsi minuman kopi kasar. Hal
tersebut berarti bahwa minuman kopi kasar diterima dengan baik oleh responden
karena responden merasa puas setelah mengonsumsi minuman kopi kasar.
Mayoritas responden juga mempunyai kesan suka terhadap minuman kopi kasar
dan yang tidak menyukai minuman kopi kasar hanya sedikit jumlahnya.
Ketersediaan minuman kopi kasar menjadi salah satu pengaruh yang
penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Seorang konsumen akan
mempunyai beberapa alternatif apabila produk yang akan dibeli tidak tersedia. Pada
penelitian ini terdapat beberapa alternatif responden apabila minuman kopi kasar
tidak tersedia, antara lain mencari tempat lain, membeli minuman kopi lain, tidak
jadi membeli dan ada juga sikap responden lainnya yang dilakukan apabila tidak
ada minuman kopi kasar. Berikut ini merupakan sikap responden jika minuman
kopi kasar tidak tersedia yang disajikan dalam Tabel 4.28.
4.28 Sikap responden jika minuman kopi kasar tidak tersedia
Jumlah Responden
No Sikap Responden Persentase (%)
(orang)
1 Mencari tempat lain 8 8
2 Membeli minuman kopi lain 85 85
3 Tidak jadi membeli 3 3
4 Lainnya 4 4
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan hasil penelitian di Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa sikap
responden yang paling banyak dilakukan apabila minuman kopi kasar tidak tersedia
adalah dengan memutuskan membeli minuman kopi lain. Terdapat 85 responden
dengan persentase sebesar 85% yang memutuskan untuk membeli minuman kopi
lain apabila minuman kopi kasar tidak tersedia. Responden tersebut beranggapan
bahwa apabila minuman kopi kasar tidak tersedia, responden masih bisa membeli
77

minuman kopi yang lainnya dan akan membeli minuman kopi kasar sudah tersedia
di lain hari. Terdapat juga responden yang mencari minuman kopi kasar di tempat
lain apabila di tempat yang dikunjungi pertama tidak tersedia minuman kopi kasar,
yaitu sebanyak 8 responden. Sedangkan ada juga responden yang tidak jadi
membeli karena minuman kopi kasar tidak tersedia, sebanyak 3 responden serta 4
responden menjawab membeli minuman lainnya selain kopi.

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Minuman Kopi


Kasar
Setelah mengetahui karakteristik responden dan juga proses pengambilan
keputusan pembelian minuman kopi kasar oleh responden, selanjutnya adalah
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen minuman kopi
kasar. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri konsumen sendiri dan
juga dapat berasal dari lingkungan konsumen tersebut. Pada penelitian ini terdapat
20 faktor yang diduga dapat mempengaruhi responden dalam melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen minuman kopi kasar dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis faktor. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
yang berasal dari persepsi responden terhadap beberapa variabel yang sudah
ditentukan oleh peneliti. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan
cara menyebarkan kuisioner kepada responden yang melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar. Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu
antara skala 1 yang berarti sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 yang berarti
sangat setuju.
Pada penelitian ini terdapat 20 variabel yang dianalisis dan diduga menjadi
pengaruh konsumen terhadap keputusan pembelian minuman kopi kasar. Variabel
tersebut yaitu: Usia (X1), Jenis Kelamin (X2), Pendapatan (X3), Pendidikan (X4),
Aroma Kopi yang Khas (X5), Cita Rasa yang Sesuai (X6), Kekentalan dan
Kepekatan Kopi (X7), Tampilan Penyajian Kopi (X8), Harga sesuai Kualitas
Produk (X9), Harga Produk Lain seperti Minuman Kopi Halus (X10), Trend/Gaya
Hidup (X11), Kebiasaan (X12), Status Sosial (X13), Dorongan dari dalam Diri
78

(X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (selain keluarga) (X16), Promosi yang
Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah Ditemukan (X19), dan
yang terakhir adalah Pengaruh Penjual (X20). Variabel-variabel tersebut akan
dilakukan pengujian dengan tujuan untuk mengetahui lemah atau kuat nya korelasi
serta kecenderungan untuk berkelompok dan membentuk suatu faktor. Variabel
yang akan berkorelasi kuat dengan variabel lain akan berkelompok dan membentuk
suatu faktor, sebaliknya apabila variabel yang satu dengan yang lainnya mempunyai
korelasi yang lemah makan tidak akan berkelompok dalam faktor tertentu. Dalam
melakukan analisis faktor, terdapat tiga tahapan yang dilakukan yaitu yang pertama
adalah Pengujian Standar Deviasi, kedua adalah Uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
and Barlett’s Test dan yang ketiga adalah Analisis Faktor.

4.4.1 Pengujian Standar Deviasi


Menurut Arendra (2020:8), standar deviasi merupakan alternatif terbaik
dalam hal perbandingan antara rangkaian data yang satu dengan data yang lainnya.
Standar deviasi ini disebut juga dengan simpangan baku. Nilai yang didapatkan dari
pengujian standar deviasi, apabila lebih kecil dibandingkan dengan nilai mean atau
rata-rata berarti bahwa data menyebar tidak jauh dari rata-rata. Sebaliknya, apabila
nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai mean atau rata-rata maka terdapat
penyimpangan yang tinggi dari kumpulan data yang ada. Berikut merupakan hasil
pengujian standar deviasi pada penelitian ini yang disajikan dalam Tabel 4.29.

Tabel 4.29 Hasil Pengujian Standar Deviasi


Variabel N Min Max Mean Std.
Deviation
Usia (X1) 100 1,00 5,00 2,81 1,0415
Jenis Kelamin (X2) 100 1,00 5,00 2,84 1,0798
Pendapatan (X3) 100 1,00 5,00 2,32 0,9307
Pendidikan (X4) 100 1,00 5,00 2,27 1,0136
Aroma Kopi yang Khas (X5) 100 1,00 5,00 3,85 0,8454
Cita Rasa yang Sesuai (X6) 100 1,00 5,00 4,06 0,8018
Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7) 100 2,00 5,00 3,97 0,7972
Tampilan Penyajian Kopi (X8) 100 1,00 5,00 3,9 0,9266
Harga sesuai Kualitas Produk (X9) 100 1,00 5,00 3,75 0,9031
Harga Produk Lain seperti Minuman 100 1,00 5,00 2,84 0,9398
Kopi Halus (X10)
79

Trend/Gaya Hidup (X11) 100 1,00 5,00 2,74 0,9705


Kebiasaan (X12) 100 1,00 5,00 2,86 0,9849
Status Sosial (X13) 100 1,00 5,00 2,34 1,0562
Dorongan dari Dalam Diri (X14) 100 1,00 5,00 3,69 0,9816
Keluarga (X15) 100 1,00 5,00 2,11 0,9417
Orang Terdekat (selain keluarga) 100 1,00 5,00 2,95 1,0286
(X16)
Promosi yang Dilakukan (X17) 100 1,00 5,00 2,98 1,119
Iklan Sosial Media (X18) 100 1,00 5,00 3,07 1,0755
Produk Mudah Ditemukan (X19) 100 1,00 5,00 3,43 0,9018
Pengaruh Penjual (X20) 100 1,00 5,00 2,94 1,0901
Valid N (listwise) 100
Sumber : Data Primer diolah (2020)
Berdasarkan Tabel 4.29, dapat diketahui hasil pengujian stadar deviasi yang
dilakukan terhadap 20 variabel menghasilkan nilai di atas nol (0). Hal tersebut
berarti bahwa tidak ada variabel yang harus dikeluarkan. Variabel-variabel tersebut
diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
pembelian minuman kopi kasar. Hasil pengujian standar deviasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel layak untuk dianalisis secara statistik.
Selanjutnya dapat dilakukan analisis faktor untuk melakukan uji kelayakan variabel
dengan melihat nilai yang diperoleh dari uji KMO and Barlett’s Test dan juga nilai
MSA (Measures of Sampling Adquacy).

4.4.2 Uji KMO and Barlett’s Test


Menurut Baskara, et. al. (2022:18), uji KMO and Barlett’s Test dilakukan
untuk memastikan data yang digunakan sudah memenuhi persyaratan untuk
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Uji KMO (Kaiser-meyer-olkin)
merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat layak atau tidak nya analisis
faktor utnuk dilakukan lebih lanjut. Analisis faktor dikatakan layak dilakukan
apabila nilai KMO yang dihasilkan antara 0,5 sampai dengan 1. Apabila nilai KMO
kurang dari 0,5 maka analisis faktor tidak layak untuk dilakukan. Uji Barlett’s Test
adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variabel-variabel
yang digunakan. Berikut ini merupakan kriteria dalam melihat nilai probabilitas
atau tingkat signifikansi :
- Angka Signifikansi < 0,005 maka H0 diterima
- Angka Signifikansi ≥ 0,005 maka H0 ditolak
80

Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai


dengan 1, dengan kriteria berikut ini :
- MSA ≥ 0,5 : atribut variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain
dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
- MSA < 0,5 : atribut variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dilakukan
analisis lebih lanjut.
Angka atau nilai MSA yang dihasilkan pada pengujian KMO and Barlett’s
Test digunakan untuk menguji dan juga mengukur korelasi antar semua variabel
yang digunakan dalam penelitian. Nilai MSA ditunjukkan dalam baris Anti Image
Correlation yang nilai nya diberi tanda “a”. Jika terdapat variabel yang tidak
memenuhi kriteria, maka variabel tersebut dikeluarkan dari model dan dilakukan
pengujian ulang hingga memenuhi kriteria nilai MSA. Berikut ini merupakan hasil
dari uji KMO and Barlett’s Test yang disajikan dalam Tabel 4.30.
Tabel 4.30 Hasil Uji KMO and Barlett’s Test
KMO and Barlett’s Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of 0,748
Sampling Adequacy
Barlett’s Test of Approx. Chi-Square 915,638
Sphericity Df 190
Sig. 0,000
Sumber : Lampiran C3
Hasil uji KMO and Barlett’s Test dari penelitian ini menunjukkan nilai
MSA (Measure of Sampling Adequcy) yaitu sebesar 0,748 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut berarti bahwa sampel yang diambil cukup
memadai untuk digunakan dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
dapat diproses lebih lanjut dalam analisis faktor. Selanjutnya adalah melihat hasil
analisis MSA pada uji KMO, apakah terdapat variabel dengan nilai MSA kurang
dari 0,5 yang harus dikeluarkan dari model, karena variabel tersebut tidak
memenuhi kriteria angka MSA (Measure of Sampling Adequcy). Variabel tersebut
tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut lagi dalam analisis
faktor. Berikut ini merupakan hasil analisis MSA pada uji KMO yang disajikan
dalam tabel 4.31.
Tabel 4.31 Hasil Analisis MSA pada uji KMO
81

Variabel Nilai MSA


Usia (X1) 0,830
Jenis Kelamin (X2) 0,664
Pendapatan (X3) 0,732
Pendidikan (X4) 0,799
Aroma Kopi yang Khas (X5) 0,781
Cita Rasa yang Sesuai (X6) 0,736
Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7) 0,684
Tampilan Penyajian Kopi (X8) 0,666
Harga sesuai Kualitas Produk (X9) 0,812
Harga Produk Lain seperti Minuman Kopi Halus (X10) 0,861
Trend/Gaya Hidup (X11) 0,752
Kebiasaan (X12) 0,796
Status Sosial (X13) 0,606
Dorongan dari Dalam Diri (X14) 0,733
Keluarga (X15) 0,793
Orang Terdekat (selain keluarga) (X16) 0,780
Promosi yang Dilakukan (X17) 0,737
Iklan Sosial Media (X18) 0,643
Produk Mudah Ditemukan (X19) 0,725
Pengaruh Penjual (X20) 0,834
Sumber : Lampiran C3
Berdasarkan Tabel 4.31 dapat diketahui bahwa seluruh variabel yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai nilai MSA di atas 0,5. Hal tersebut
berarti bahwa terdapat 20 variabel atau seluruh variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dinyatakan layak untuk dilakukan pengujian lebiih lanjut dalam
analisis faktor. Tidak ada variabel yang dikeluarkan dalam penelitian ini, karena
dapat diprediksi korelasi antar variabel nya. Selanjutnya, tahapan yang dilakukan
setelah mengetahui nilai MSA yaitu melakukan ekstraksi.

4.4.3 Analisis Faktor


Setelah dilakukan pengujian KMO and Barlett’s Test maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan analisis faktor. Menurut Prakasa dan Kurnianingtyas
(2022:83), analisis faktor ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah
variabel yang saling bebas satu sama lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa
set variabel baru yang membentuk faktor. Tujuan tersebut menjadikan analisis
faktor merupakan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mereduksi
variabel dalam jumlah banyak menjadi faktor yang lebih sedikit.
82

Pada tahap uji KMO dan MSA, tidak ditemukan variabel yang mempunyai
nilai MSA < 0,5 maka tidak ada atribut variabel yang dikeluarkan dari model,
sehingga masih terdapat 20 variabel yang mengelompok menjadi faktor. Setelah
dilakukan proses rotasi pada analisis faktor, ditemukan 9 atribut variabel yang tidak
dapat diikutsertakan karena tidak memenuhi kriteria nilai loading, yaitu
mempunyai nilai loading <0,55 atau tidak memiliki korelasi yang melewati “cut off
point” sebesar 0,55. Variabel yang dikeluarkan pada rotasi pertama adalah variabel
Harga Sesuai Kualitas Produk (X9) dengan nilai loading sebesar 0,427. Rotasi
kedua dilakukan dengan mengeluarkan variabel harga sesuai kualitas produk,
ternyata masih ada variabel yang mempunyai nilai loading kurang dari 0,55 yaitu
Harga Produk Lain seperti Minuman Kopi Halus (X10) dengan nilai loading
sebesar 0,531. Rotasi ketiga dilakukan dengan mengeluarkan variabel harga produk
lain seperti minuman kopi halus, ternyata masih terdapat variabel yang tidak
memenuhi kriteria nilai loading, yaitu variabel Dorongan dari Dalam Diri (X14)
dengan nilai loading sebesar 0,536 dan variabel Orang Terdekat selain Keluarga
(X16) dengan nilai loading sebesar 0,540. Dilakukan rotasi keempat dengan
mengeluarkan variabel dorongan dari dalam diri dan orang terdekat selain keluarga,
tetapi juga masih terdapat variabel yang tidak memenuhi kriteria nilai loading,
dimana terdapat 4 variabel yaitu variabel Jenis Kelamin (X2) dengan nilai loading
sebesar 0,543, variabel Tampilan Penyajian Kopi (X8) dengan nilai loading sebesar
0,513, variabel Status Sosial (X13) dengan nilai loading sebesar 0,522, dan variabel
Produk Mudah Ditemukan (X19) dengan nilai loading sebesar 0,462. Rotasi kelima
dilakukan dengan mengeluarkan empat variabel tersebut dan masih terdpat variabel
yang mempunyai nilai loading dibawah 0,55, yakni variabel Keluarga (X15)
dengan nilai loading sebesar 0,547. Setelah mengeluarkan sembilan variabel, yakni
variabel harga sesuai kualitas produk, harga produk lain seperti minuman kopi
halus, dorongan dari dalam diri, orang terdekat selain keluarga, jenis kelamin,
tampilan penyajian kopi, status sosial, produk mudah ditemukan, dan keluarga,
kemudian dilakukan rotasi terakhir yakni rotasi keenam untuk mengetahui
pengelompokkan variabel yang akan membentuk faktor-faktor utama. Hasil dari
rotasi keenam adalah seluruh variabel sudah mempunyai nilai loading diatas 0,55
83

yakni terdapat 11 variabel yang tersisa, antara lain variabel usia, pendapatan,
pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan dan kepekatan
kopi, trend/gaya hidup, kebiasaan, promosi yang dilakukan, iklan sosial media dan
pengaruh penjual.
Langkah selanjutnya adalah menentukan berapa banyak faktor baru yang
terbentuk dari hasil rotasi yang sudah dilakukan dengan melihat angka eigenvalue.
Eigenvalue yang dipilih adalah yang mempunyai nilai di atas 1. Menurut Arsyad
dan Nawatmi (2022:175), syarat utama untuk menguji validitas adalah dengan
menggunakan eigenvalue, jika nilai eigenvalue lebih besar atau di atas nilai 1, maka
dapat dinyatakan valid. Berikut ini merupakan hasil analisis total varians yang dapat
dijelaskan yang disajikan pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32 Hasil Analisis Total Varians yang Dapat Dijelaskan
Total Variance Explained
Com Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
pone Total % of Cumulative % Total % of Cumulative %
nt Variance Variance
1 3.739 33.988 33.988 3.739 33.988 33.988
2 2.237 20.339 54.327 2.237 20.339 54.327
3 1.447 13.153 67.480 1.447 13.153 67.480
4 0.872 7.929 75.409
5 0.694 6.313 81.721
6 0.532 4.835 86.556
7 0.438 3.979 90.535
8 0.382 3.472 94.008
9 0.270 2.456 96.464
10 0.228 2.070 98.534
11 0.161 1.466 100.00
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber : Lampiran C9
Hasil dari analisis yang terdapat pada Tabel 4.32 dapat diketahui bahwa
terdapat 3 komponen utama yang mendominasi menjadi pengaruh konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar. Faktor-faktor tersebut dapat
dikatakan berpengaruh dengan melihat nilai total varian yang dihasilkan yaitu
sebesar 67,480%. Hal tersebut berarti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
mampu dijelaskan sebesar 67,480% oleh faktor 1, 2, dan 3. Kemudian sisanya
84

dipengaruhi oleh faktor lain yang belum dimasukkan dalam model yaitu sebesar
32,520%.
Variabel yang sudah diekstrak ke dalam komponen utama selanjutnya
didistribusikan menjadi 3 kelompok komponen utama. Distribusi variabel ini
didasarkan pada nilai factor-loading yang dihasilkan. Nilai fator-loading
menerangkan tingkat keeratan hubungan suatu variabel terhadap variabel yang
terbentuk. Semakin besar nilai factor-loading suatu variabel maka semakin baik
dan semakin nyata dapat dimasukkan ke dalam salah satu faktor yang menjadi
komponen utama.Variabel yang dimasukkan ke dalam komponen utama ini tentu
saja variabel yang mempunyai nilai factor-loading yang paling besar. Berikut ini
merupakan matriks hasil rotasi komponen utama yang membentuk keputusan
pembelian minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.33.
Tabel 4.33 Matriks Hasil Rotasi Komponen Utama yang Membentuk Keputusan
Pembelian Minuman Kopi Kasar
Rotated Component Matrixa
Variabel Nilai Loading Komponen Utama
1 2 3
Trend/Gaya Hidup 0.845 0.076 0.076
Pendapatan 0.760 -0.089 0.229
Pendidikan 0.710 -0.169 0.219
Kebiasaan 0.701 0.285 0.144
Usia 0.608 0.171 0.122
Cita Rasa yang Sesuai 0.020 0.883 0.079
Aroma Kopi yang Khas 0.022 0.839 0.079
Kekentalan dan Kepekatan Kopi 0.124 0.825 -0.045
Promosi yang Dilakukan 0.218 0.071 0.904
Iklan Sosial Media 0.111 -0.32 0.885
Pengaruh Penjual 0.272 0.062 0.732
Eigenvalue 3.739 2.237 1.447
Varians 33.988 20.339 13.153
Cumulative 33.988 54.327 67.480
Sumber : Lampiran C9
1. Komponen Utama Pertama : Kehidupan Konsumen
Dari hasil analisis yang terdapat pada Tabel 4.33 dapat diketahui bahwa
terdapat 5 variabel yang menjadi komponen utama pertama yang mempunyai
pengaruh paling dominan dalam keputusan pembelian minuman kopi kasar yang
dilakukan oleh responden penelitian. Komponen utama pertama ini mempunyai
nilai eigenvalue sebesar 3,739. Variabel yang menjadi faktor dalam komponen
utama pertama ini antara lain trend/gaya hidup, pendapatan, pendidikan, kebiasaan,
85

dan usia. Pada komponen utama pertama ini, kehidupan konsumen menjadi
identitas yang dapat mewakili seluruh variabel tersebut. Nilai total varians yang
dihasilkan pada komponen utama pertama ini adalah sebesar 33,988% yang berarti
bahwa faktor ini mempunyai hubungan erat yang berarti bahwa faktor kehidupan
konsumen menjadi faktor yang paling dominan yang pertama yang mempengaruhi
responden. Seorang individu akan mempertimbangkan barang apa yang akan
dikonsumsi, disesuaikan dengan gaya hidup yang dianut atau gaya hidup yang ingin
diikuti (Dewi, et. al. (2022:91).
Dalam komponen utama kehidupan konsumen ini, variabel pertama
yang berpengaruh besar yaitu variabel trend/gaya hidup konsumen. Nilai loading
dari variabel penciri pertama ini adalah sebesar 0,845. Trend/gaya hidup konsumen
ini menjadi salah satu pengaruh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Menurut Julyanthry, et al. (2022:60),
gaya hidup juga sering dijadikan motivasi dasar dan pedoman dalam membeli
sesuatu. Konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini beranggapan
bahwa dengan membeli minuman kopi kasar maka responden tersebut mengikuti
trend yang ada di Kabupaten Gresik. Hal tersebut disebabkan bahwa minuman kopi
kasar merupakan minuman kopi yang khas yang ada di Kabupaten Gresik.
Variabel penciri kedua yang termasuk pada komponen utama pertama
adalah variabel pendapatan. Variabel pendapatan mempunyai nilai loading sebesar
0,760. Pendapatan konsumen menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar. Pendpatan yang
dimiliki oleh setiap konsumen tentu saja berbeda dan nantinya juga akan
mempengaruhi pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Menurut Najmutsaqib,
et. al. (2023:6), seseorang yang memiliki pendapatan yang tinggi maka pola
konsumsinya menjadi tinggi juga, begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini
didominasi oleh responden yang mempunyai pendapatan yang cenderung masih
berasal dari orang tuanya karena berhubungan dengan tingkat pendidikan
responden, seperti hasil penelitian yang akan dijelaskan pada variabel penciri
berikutnya.
86

Variabel penciri ketiga ini berhubungan dengan variabel penciri


sebelumnya yaitu variabel pendidikan. Variabel pendidikan ini mempunyai nilai
loading sebesar 0,710. Seperti hal nya yang sudah dijelaskan pada karakteristik
konsumen, pada penelitian ini yang paling mendominasi pada proses keputusan
pembelian minuman kopi kasar adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA.
Hal tersebut berhubungan dengan variabel pendapatan, karena responden dengan
tingkat pendidikan SMA dan rata-rata belum bekerja masih medapatkan
penghasilan dari pemberian orang tua nya. Pendidikan konsumen ini dapat
digambarkan oleh identitas kehidupan konsumen karena responden dengan tingkat
pendidikan SMA lebih punya rasa ingin tahu yang lebih terhadap suatu produk.
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun media massa, semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan
konsumen itu sendiri (Suryani, et. al., 2021:71).
Variabel penciri ketiga yang terdapat pada komponen utama pertama
adalah kebiasaan. Variabel kebiasaan ini mempunyai nilai loading sebesar 0,701.
Pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan oleh konsumen menjadi kebiasaan
yang dilakukan oleh konsumen. Kebiasaan membeli minuman kopi kasar oleh
konsumen dilakukan dengan frekuensi pembelian yang berbeda-beda tiap orang.
Konsumen mengatakan bahwa minuman kopi kasar mempunyai aroma yang khas
sehingga membeli minuman kopi kasar menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh
konsumen saat berada di cafe atau warung di Kabupaten Gresik. Konsumen
menikmati kopi di kedai kopi lantaran sesuai dengan selera atau perasaan, sehingga
menjadi motivasi atau dorongan untuk melakukan pembelian (Hayat, et. al.,
2022:180).
Variabel penciri terakhir pada komponen utama pertama adalah usia.
Nilai loading pada variabel usia adalah sebesar 0,608. Usia menjadi faktor yang
berpengaruh pada keputusan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik.
Usia yang banyak melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar adalah usia
dalam tingkat remaja akhir dengan rentang usia 17 sampai 25 tahun. Pada usia
tersebut, banyak yang masih mempunyai rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang
87

lebih tinggi, sehingga banyak responden yang ingin tahu dan mencoba minuman
kopi kasar, sehingga melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar. Setiap
orang akan membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya,
dipengaruhi oleh faktor usia (Wardhana, et. al., 2020:33)
2. Komponen Utama Kedua : Atribut Produk
Komponen utama kedua pada penelitian ini mempunyai nilai eigenvalue
sebesar 2,237. Variabel yang menjadi faktor dalam komponen utama kedua yang
mempengaruhi keputusan pembelian minuman kopi kasar antara lain variabel cita
rasa yang sesuai, aroma kopi yang khas, dan kekentalan dan kepekatan kopi. Pada
komponen utama kedua ini, atribut produk menjadi identitas yang dapat mewakili
seluruh variabel yang ada. Faktor ini mempunyai nilai total varians sebesar 20,339
yang menandakan bahwa faktor ini mempunyai hubungan yang erat antar
variabelnya. Faktor atribut produk menjadi pengaruh penting kedua dalam
keputusan pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan konsumen di Kabupaten
Gresik. Diperlukan adanya peningkatan atribut untuk meningkatkan frekuensi
pembelian yang tentunya bisa mempengaruhi kepuasan konsumen dan akan
berdampak pada kesetiaannya terhadap produk tersebut (Arista, et. al., 2021:88).
Variabel penciri pertama pada komponen utama ketiga ini adalah
variabel cita rasa yang seusai dengan nilai loading sebesar 0,883. Cita rasa yang
sesuai yang dimiliki oleh minuman kopi kasar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi
kasar. Konsumen tentu saja akan memperhatikan produk yang akan dibeli, terutama
pada rasa produk itu sendiri. Produk yang mempunyai cita rasa yang sesuai, akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian pada
produk tersebut, seperti hal nya minuman kopi kasar. Cita rasa dapat mempengaruhi
kepuasan konsumen dalam melakukan pembelian, semakin baik cita rasa yang
dihasilkan maka semakin tinggi tingkat ketertarikan dan kepuasan pada konsumen
(Amin, et. al., 2022:473)
Variabel penciri kedua yaitu aroma kopi yang khas, dimana mempunyai
nilai loading sebesar 0,839. Minuman kopi kasar mempunyai aroma yang khas.
Aroma khas yang ada pada minuman kopi kasar menjadi salah satu faktor yang
88

dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar.


Aroma yang khas tersebut menjadi daya tarik konsumen untuk membeli minuman
kopi kasar. Aroma yang keluar dari kopi memegang peran terbesar dalam
menentukan kualitas kopi saat diminum (Hasbullah, et. al., 2021:103).
Variabel penciri ketiga yaitu kekentalan dan kepekatan kopi dengan
nilai loading sebesar 0,825. Kekentalan dan kepekatan minuman kopi kasar
menjadi salah satu hal yang berpengaruh pada keputuan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen. Berdasarkan hasil penelitian ini, konsumen beranggapan bahwa
minuman kopi kasar mempunyai tingkat kekentalan dan kepekatan kopi yang
sesuai, sehingga konsumen melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar.
Istilah Body merupakan kehalusan atau kepekatan yang dirasakan permukaan lidah,
semakin gelap warna biji kopi yang disangrai maka body seduhan yang dihasilkan
akan semakin tinggi pula (Mahardika, et. al., 2022:153)
3. Komponen Utama Ketiga : Promosi
Komponen utama ketiga pada penelitian ini mempunyai nilai eigenvalue
sebesar 1,447. Variabel perinci pada komponen utama ketiga antara lain, promosi
yang dilakukan, iklan sosial media, dan pengaruh penjual. Identitas yang dapat
mewakili tiga variabel perinci tersebut adalah promosi. Faktor ini mempunyai
hubungan yang erat karena mempunyai nilai varians sebesar 13,153%. Nilai total
varians tersebut menunjukkan bahwa faktor promosi merupakan faktor dominan
ketiga yang juga mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik.
Variabel perinci pertama pada komponen utama ketiga ini adalah
variabel promosi yang dilakukan. Variabel promosi yang dilakukan ini mempunyai
nilai loading sebesar 0,904. Promosi ini menjadi daya tarik konsumen yang akan
melakukan pembelian minuman kopi kasar. Menurut Rachmawati dan Patrikha
(2021:188), promosi yang baik kepada konsumen tentunya sangat membawa
pengaruh pada keputusan pembelian. Konsumen tentu saja akan mencari informasi
mengenai produk yang akan dibeli. Konsumen akan mencari informasi tentang
minuman kopi kasar untuk mengetahui rasa, harga dan juga informasi lain
mengenai minuman kopi kasar sebelum melakukan pembelian. Promosi yang
89

dilakukan oleh penjual tentu saja sangat berpengaruh pada keputusan pembelian
yang dilakukan konsumen, semakin menarik promosi yang dilakukan, maka akan
semakin besar minat konsumen yang akan melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar.
Variabel perinci kedua pada komponen utama ketiga adalah variabel
iklan sosial media. Variabel iklan sosial media mempunyai nilai loading sebesar
0,885. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel iklan sosial media
mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar. Menurut Imamah, et. al., (2022:162), promosi melalui iklan
media sosial menjadi strategi pemasaran yang cukup efektif. Iklan yang dilakukan
di sosial media bisa menjadi pengaruh yang besar terhadap pembelian suatu produk
termasuk minuman kopi kasar. Hal tersebut karena sesuai dengan perkembangan
zaman yang sudah semakin menuju digitalisasi, banyak masyarakat yang
menggunakan sosial media dan akan mengetahui iklan minuman kopi kasar yang
dibuat oleh penjual. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, banyak responden
yang berasal dari tingkat remaja akhir yang juga merupakan responden yang lebih
aktif menggunakan sosial media.
Variabel penciri yang terkahir pada komponen utama ketiga adalah
variabel pengaruh penjual. Nilai loading yang dimiliki oleh variabel pengaruh
penjual adalah sebesar 0,732. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dari
penjual juga mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Selain promosi yang
dilakukan menggunakan iklan di sosial media, penjual juga akan menawarkan
minuman kopi kasar saat calon konsumen datan di lokasi pembelian. Penjual akan
mempengaruhi konsumen untuk membeli minuman kopi kasar dengan cara
menawarkan langsung kepada konsumen yang akan melakukan pembelian agar
membeli minuman kopi kasar yang sudah direkomendasikan. Menurut Estiana, et.
al., (2022:23), tujuan promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah
mempengaruhi dan membujuk pelanggan atau konsumen sasaran agar mau
membeli atau mengalihkan pembelian terhadap produk-produk yang dihasilkan
perusahaan. Setelah promosi dilakukan dan berhasil membuat konsumen
90

melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut, konsumen akan


melakukan pembelian ulang apabila konsumen tersebut merasa cocok dengan
produk yang sudah dibeli. Ketiga komponen utama yang menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar disajikan dalam Tabel 4.34 berikut ini :
Tabel 4.34 Tiga Komponen Utama yang Membentuk Keputusan Konsumen dalam
Membeli Minuman Kopi Kasar
No Komponen Utama Eigenvalue Variabel Pembentuk Loading
1 Kehidupan 3.739 Trend/Gaya Hidup 0.845
Konsumen Pendapatan 0.760
Pendidikan 0.710
Kebiasaan 0.701
Usia 0.608
2 Atribut Produk 2.237 Cita Rasa yang Sesuai 0.883
Aroma Kopi yang Khas 0.839
Kekentalan dan Kepekatan Kopi 0.825
3 Promosi 1.447 Promosi yang Dilakukan 0.904
Iklan Sosial Media 0.885
Pengaruh Penjual 0.732
Sumber : Data Primer Diolah (2022)
91

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dan disajikan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik adalah
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan kelompok usia remaja
akhir (17-25 tahun), sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan
tamat SMA, mayoritas responden adalah pelajar/mahasiswa, dengan tingkat
pendapatan rendah yaitu ≤ Rp.2.000.000,-.
2. Proses keputusan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
melewati lima tahapan yaitu yang pertama pengenalan masalah, kedua
pencarian informasi, ketiga evaluasi alternatif, keempat keputusan pembelian
dan yang kelima adalah perilaku pasca pembelian. Berikut hasil penelitian yang
diperoleh :
a. Tahap pengenalan masalah : alasan utama konsumen melakukan pembelian
minuman kopi kasar adalah karena minuman kopi kasar mempunyai rasa
yang khas, dan manfaat yang dicari oleh konsumen dari minuman kopi kasar
adalah untuk variasi minuman.
b. Tahap pencarian informasi : sumber informasi minuman kopi kasar yang
didapat oleh konsumen adalah berasal dari teman.
c. Tahap evaluasi alternatif : pertimbangan utama konsumen dalam melakukan
pembelian minuman kopi kasar adalah atribut produk, dimana uang menjadi
perhatian utama adalah minuman kopi kasar mempunyai cita rasa yang
sesuai.
d. Tahap keputusan pembelian : konsumen melakukan pembelian minuman
kopi kasar secara mendadak, dengan frekuensi pembelian kadang-kadang
yaitu sebanyajk 3-4 kali tiap bulan.
e. Tahap perilaku pasca pembelian : konsumen merasa puas setelah
mengonsumsi minuman kopi kasar dan suka terhadap minuman kopi kasar.
92

3. Tiga komponen utama yang memepengaruhi konsumen dalam melakukan


pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik, antara lain:
a. Komponen utama pertama adalah kehidupan konsumen yang terdiri dari
trend/gaya hidup, pendapatan, pendidikan, kebiasaan, dan usia.
b. Komponen utama kedua adalah atribut produk yang terdiri dari cita rasa
yang sesuai, aroma kopi yang khas, serta kekentalan dan kepekatan kopi.
c. Komponen utama ketiga adalah promosi yang terdiri dari promosi yang
dilakukan, iklan sosial media dan pengaruh penjual.

5.2 Saran
1. Bagi Penjual
Pemasaran minuman kopi kasar yang dilakukan melalui iklan media sosial lebih
ditingkatkan lagi seperti membuat iklan di instagram, facebook, tiktok serta
media sosial lainnya dan dibuat lebih menarik untuk menarik perhatian
konsumen, karena berdasarkan hasil penelitian mayoritas konsumen berasal
dari kalangan remaja yang aktif dalam penggunaan media sosial, sehingga dari
iklan di sosial media tersebut konsumen akan mendapatkan informasi tentang
minuman kopi kasar. Atribut produk minuman kopi kasar seperti aroma, rasa,
kepekatan dan kekentalan kopi lebih konsisten untuk dipertahankan
kualitasnya, karena atribut tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji faktor-faktor lain yang
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian minuman
kopi kasar.
93

DAFTAR PUSTAKA

Achadiyah, S. 2017. Teknologi Pengolahan Kopi & Kakao. Yogyakarta: Instiper


Yogyakarta.

Adminparbudgresik. 2020. Kopi Kasar.


https://disparbud.gresikkab.go.id/2020/07/01/kopi-kasar/. [Diakses pada
22 Juli 2020].

Afriliana, A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta: Deepublish.

Afriyanti, S., dan E. Rasmikayati. 2018. Studi Strategi Pemasaran Terbaik


Berdasarkan Perilaku Konsumen dalam Menghadapi Persaingan Antar
Kedai Kopi di Jatinangor. Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH, 4(3)
: 856-872.

Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Perkebunan Kopi Menurut Kabupaten/Kota


di Jawa Timur Tahun 2006-2017.
https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/11/12/1390/produksi-
perkebunan-kopi-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur-ton-2006-
2017.html. [Diakses pada 19 Oktober 2019].

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Indonesia. Jakarta : BPS.

Budiharto, W. 2015. Metode Penelitian Ilmu Komputer dengan Komputasi


Statistika Berbasis R. Yogyakarta: Deepublish.

Damiati, L. Masdarini, N. D. M. S. Adnyawati, C. I. R. Marsiti, K. Widiartini, dan


M. D. Angendari. 2017. Perilaku Konsumen. Depok: Rajawali Pers.

Firlana, Firman.2017. Analisa Mudah dengan PSPP. Tuban: Spasi Media.

Gani, I., dan S. Amalia. 2015. Alat Analisis Data : Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta : ANDI.

Halik, A., S. B. Kasiyati. E. Budiarti, dan Ratnaningsih. 2015. IbM Pengembangan


Usaha Warung Kopi di Desa Bungah dan Desa Lasem, Kabupaten
Gresik. Pengabdian LPPM Untag Surabaya, 1(2) : 97-104.

Hanafiah, M. A., dan A. Wardhana. 2019. Analisis Faktor-Faktor Preferensi


Konsumen (Studi pada Armor Kopi Bandung). E-proceeding, 6(1) : 860-
867.
94

Hariyanto, S., D. Yuniawan, dan A. F. P. Putra. 2019. Implementasi Mesin Sangrai


Kopi pada UKM Kopi Bubuk “Bias Kahyangan” di Desa Arjowinangun
– Kota Malang. ABDIMAS Unmer Malang, 4(1) : 1-6.

Hasan. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen yang Terdiri


dari Faktor Budaya, Sosial, Kepribadian, dan Psikologi dalam Keputusan
Pembelian Produk Motor Metic di Kota Banjarmasin. Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 4(2) : 255-274.

Hermawan, I. 2019. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif & Mixed


Method. Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.

Hery. 2019. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT Grasindo.

International Coffe Organization. 2019. Historical Data on The Global Coffee


Trade. http://www.ico.org/new_historical.asp. [Diakses pada 19 Oktober
2019].

Juliandi, A., dam D. Andriani. 2019. Studi Perilaku Konsumen Perbankan Syariah.
Medan: Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah Aqli.

Kementerian Pertanian. 2017. Outlook Kakao. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Data Lima Tahun Terakhir.


http://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61.
[Diakses pada 5 Februari 2020].

Khasan, U., dan E. Fauziyah. 2019. Pemetaan Image Konsumen terhadap Produk
White Coffee di Hypermart Bangkalan, Manajemen Pemasaran, 13(2) :
78-88.

Kotler, P., dan G. Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran: Edisi 12, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Kotler, P., dan K. L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran : Edisi 13, Jilid 1. Jakarta
: Erlangga.

Kurniawan. 2019. Analisis Data Menggunakan Sata SE 14 (Panduan Analisis,


Langkah Lebih Cepat, Lebih Mudah, dan Paling Praktis. Yogyakarta:
Deepublish.

Liputan Enam. 2020. Botok Tempe hingga Kopi Joss Gresik, Kuliner Khas Jawa
Timur di Tol Trans Jawa.
https://surabaya.liputan6.com/read/4167526/botok-tempe-hingga-kopi-
95

joss-gresik-kuliner-khas-jawa-timur-di-tol-trans-jawa. [Diakses pada 22


Juli 2020].

Mahardiyanto, A. 2013. Pengaruh Iklan Kopi “TOP Coffee” terhadap Keputusan


Pembelian pada Konsumen di Kota Jember [Skripsi]. Jember (ID):
Universitas Jember.

Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Mustafa, Z. EQ. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.

Nelwan, F., L. Mananeke, dan H. Tawas. 2019. Analisis Faktor Determinan


Keputusan Pembelian Digerai Starbucks Manado Town Square. EMBA,
7(4) : 5147-5156.
Nugraha, J. 2014. Pengantar Analisis Data Kategorik: Metode dan Aplikasi
Menggunakan Program R. Yogyakarta: Deepublish.

Parjino, F. F. Hastiadi, I. W. Wardhana, dan M. Sujai. 2018. Kebijakan Multilateral


dan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Prabisiwi, Y. P., dan A. Kusmiati. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Konsumsi Produk Kopi Arabika Matt Coffee di Kabupaten Bondowoso.
JSEP, 12(2) : 57-66.

Priansa, D. P. 2017. Perilaku Konsumen dalam Persaingan Bisnis Kontemporer.


Bandung: Alfabeta.

Santoso, S. 2006. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI : Menggunakan SPSS untuk


Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.

Solikatun, D. T. Kartono, dan A. Demartoto. 2015. Perilaku Konsumsi Kopi


Sebagai Budaya Masyarakat Konsumsi: Studi Fenomenologi pada
96

Peminum Kopi di Kedai Kopi Kota Semarang. Analisa Sosiologi, 4(1) :


60-74.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian & Pengembangan: Research and Development.


Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, U. 2015. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran Edisi Kedua. Bogor : Ghalia Indonesia.

Suryani, T. 2008. Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryani, T. 2017. Manajemen Pemasaran Strategik Bank di Era Global :


Menciptakan Nilai Unggul untuk Kepuasan Nasabah. Jakarta: Kencana.

Sutopo, Y., dan A. Slamet. 2017. Statistika Inferensial. Yogyakarta: ANDI


(Anggota IKAPI).

Tanwijaya, W. M., R. M. Kumaat dan C. B. D. Pakasi. 2018. Analisis Keuntungan


Usaha Kedai Kopi “Baba Budan” Jalan Roda di Kota Manado. Agri-
SosioEkonomi Unsrat, 14(1) : 313-320.

Widayat. 2018. Statistika Multivariat (Pada Bidang Manajemen dan Bisnis).


Malang: UMM Press.

Yalanda, R. R., dan A. H. Sadeli. 2019. Pengaruh Direct Marketing terhadap


Keputusan Pembelian Kopi Arabika Malabar Mountain Coffee.
Performance, 26(1) : 27-38.
Yusuf, A. M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
97

DAFTAR PUSTAKA

Amin, T., A. Arisma, dan S. P. Lestari. 2022. Pengaruh Cita Rasa dan Layout
terhadap Kepuasan Konsumen di Letter Coffee. Jurnal Ilmu Sosial,
Manajemen dan Akuntansi (JISMA), 1(4) : 471-474.

Anita, S. Y., E. E. Amiruddin, R. Wahyuni, L. B. Wiratmo, F. Mustafa, F. Khairo,


S. Rahmani, D. Puspasari, A. Suyatno, M. I. Fadillah, K. A. Adam, N.
Nurhayati, M. Puspitasari, dan F. Abdillah. 2023. Perilaku Konsumen.
Bali : Intelektual Manifes Media.

Arendra, Anis. 2020. Dasar Perancangan dan Desain Engineering. Malang :


Media Nusa Creative.

Arista, D., E. Dolorosa, dan A. Suharyani. 2021. Pengaruh Atribut Produk Kopi
Bubuk Instan Indocafe terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen di
Kota Pontianak. SEPA, 17(2) : 83-94.

Arsyad, R., dan S. Nawatmi. 2022. Pengaruh Disiplin Kerja Lingkungan Kerja dan
Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Antarakata Group Semaran.
SEIKO : Journal of Management & Business, 5(2) : 172-181.

Badan Pusat Satistik. 2020. Kabupaten Gresik dalam Angka. Gresik : BPS.

Baskara, Z. W., L. Hasryiah, D. N. A. Paramartha, dan Q. D. Utama. 2022. Factor


Analysis for Mapping Characteristics in Robusta Coffee Decaffeination
Experiments. Eigen Mathematics Journal, 5(1) : 15-20.

Dewi, W. W. A., N. S. Febriani, N. A. Destrity, D. Tamitiadini, A. K. Illahi, W. R.


Syauki, F. Avicenna, D. A. A. Avina, dan B. D. Prasetyo. 2022. Teori
Perilaku Konsumen. Malang : UB Press.

Estiana, R., N. G. Karomah, dan T. Setiady. 2022. Efektivitas Media Sosial sebagai
Media Promosi pada UMKM. Yogyakarta : Deepublish.

Feni, R., S. Mardianti, E. Mutmainnah, E. Efrita, M. Mulyadi, dan E. Marrwan.


2022. Analisis Keputusan Konsumen untuk Pembelian Kopi di Metime
Coffe and Eatery Kota Bengkulu. Jurnal MeA (Media Agribisnis), 7(2) :
108-116.

Gultom, N. B., E. Septiani, Z. A. P. Geno, B. H. Rinuastuti, A. P. Sarifiyono, A.


Sudirman, C. P. Tingga, G. P. E. Kusuma, dan I. M. Hanika. 2022.
Analisis Perilaku Konsumen. Bandung : Media Sains Indonesia.
98

Hasbullah, U. H. A., Y. Nirwanto, E. Sutrisno, Lismiani, M. MT. Simarmata,


Nurhayati, L. N. Rokhmah, J. Herawati, R. B. Setiawan, D. Xyzquolyna,
M. K. Ferdiansyah, N. Anggareni, dan B. A. Dalimunthe. 2021. Kopi
Indonesia. Medan : Yayasan Kita Menulis.

Hayat, E. J., A. Ikhwana, dan S. Nayoan. 2022. Identifikasi Perilaku Konsumen


terhadap Keputusan Pembelian Kopi di Kedai Kopi. Jurnal Kalibrasi,
20(2) : 177-184.

Imamah, M. Fadhilah, dan N. K. Ningrum. 2022. Meningkatkan Keputusan


Pembelian Melalui Iklan Media Sosial, Word of Mouth dan Citra Merk
(Studi Kasus pada Cafe Sembari Coffee, Sleman). MANDAR:
Managemeny Development and Applied Research Journal, 5(1) : 159-
164.

Istiqomah, N., Z. Saidah, E. Rachmawati, dan P. Pardian. 2022. Analisis


Pengetahuan Konsumen tentang Green Marketing pada Produk Kopi
Work Coffee Indonesia. AGRINIKA, 6(2) : 176-190.

Julyanthry, S. H. Sartika, M. Ismail, L. A. Permadi, E. M. Siagian, M. L P.


Hutabarat, S. A. Sudarso, A. Wibisono, J. Simamarta, dan M. Rakib.
2022. Perilaku Konsumen : Implikasi di Era Digital. Medan : Yayasan
Kita Menulis.

Mahardika, N. S., S. Suwasono, M. L. Plus, dan W. Amilia. 2022. Uji Penerimaan


Konsumen Kopi Arabika Argopuro dengan Pengolahan Natural, Honey
dan Fullwash. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi Indonesia, 1(2) :
149-154.

Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta :


Prenadamedia Group.

Nainggolan, N. T., Munandar, A. Sudarso, L. E. Nainggolan, Fuadi, P. Hastuti, D.


P. Y. Ardiana, A. Sudirman, D. Gandasari, N. Mistriani, A. H. P.
Kusuma, A. Rumondang, dan D. Gusman. 2020. Perilaku Konsumen di
Era Digital. Medan : Yayasan Kita Menulis.

Najmutsaqib, L., B. Siswadi, dan D. Susilowati. 2019. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Kopi Latte di
Kopi Kenangan (Studi pada Pelanggan Outlet “Kopi Kenangan”).
SEAGRI, 7(1) : 1-7.

Prakasa, R. R., dan A. P. Kurnianingtyas. 2022. SPSS untuk Analisis &


Perencanaan Kota yang Lebih Baik. Yogyakarta : Andi Offset.
99

Purboyo, S. Hastutik, G. P. E. Kusuma, A. Sudirman, S. S. Sangadji, A. Wardhana,


R. D. Kartika, Erwin, N. Hilal, Syamsuri, S. Siahainenia, dan N. Marlena.
2021. Perilaku Konsumen (Tinjauan Konseptual dan Praktis). Bandung
: Media Sains Indonesia.

Putri, A., Hasnah, C. Paloma dan Yusmarni. 2021. Perilaku Konsumen dalam
Membeli Kopi di Masa Pandemi Covid-19 pada Coffee Shop Kota
Padang. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnin (JEPA), 5(4) : 1308-
1321.

Rachmawati, K. D., dan F. D. Patrikha. 2021. Pengaruh Keragaman Produk dan


Promosi terhadap Keputusan Pembelian di Pesen Kopi Kota Bojonegoro
pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 15(2) : 182-
189.

Rasmikayati, E., A. N. Deaniera, D. Supyandi, Y. Sukayat, dan B. R. Saefudin.


2020. Analisis Perilaku Konsumen: Pola Pembelian Kopi Serta
Preferensi, Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Kedai Kopi. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 6(2) : 969-984.

Rifdah, F., dan A. Handayani. 2022. Makna Pendapatan dalam Perspektif Faktor
Produksi bagi Petani Padi di Desa Sidomukti Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik. Jurnal Manajemen dan Bisnis Terapan, 2(1) : 9-16.

Rohmah, A. N., dan S. Subari. 2021. Preferensi Konsumen terhadap Produk


Minuman Kopi di Kopi Janji Jiwa Jilid 324 Surabaya. Agrisence, 1(3) :
548-562.

Setiadi, N. J. 2019. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif,


Tujuan, dan Keinginan Konsumen Edisi Ketiga. Jakarta : Prenadamedia
Group.

Siagian, G. Y. H. 2020. Perilaku Konsumen atas Atribut Kopi Instan Godday pada
Mahasiswa STIENI Jakarta. Journal of Sustainable Business Hub, 1(2) :
21-28.

Suryani, D., Suyitno, A. Ismail, dan Sunarti. 2021. Perilaku Konsumen dalam
Memilih Makanan Jajanan di Angkringan Kopi Joss, Gedongtengen,
Kota Yogyakarta. Jurnal Dunia Kesmas, 10(1) : 66-74.

Wardhana, A., E. Budiastuti, N. B. Gultom, A. Sudirman, Julyanthry, G. G.


Saputra, N. D. Rizkia, A. R. Sari, H. Fardiansyah, C. Savitri, dan
100

Amruddin. 2022. Perilaku Konsumen (Teori dan Implementasi).


Bandung : Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai