SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh
Nur Laili Fitria
NIM. 161510601120
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP
1
BAB 1. PENDAHULUAN
papan menu yang jelas dan lokasi yang aman. Faktor harga meliputi ketersediaan
jaringan internet, harga yang terjangkau, dan kesesuaian harga dengan kualitas.
Faktor lokasi meliputi potongan harga, akses yang mudah dan tidak macet. Faktor
fasilitas meliputi ketersediaan area untuk perokok, lingkungan yang bersih dan
nyaman. Starbucks harus meningkatkan kualitas pelayanan, karena dapat diketahui
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa faktor kualitas pelayanan
merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan dengan faktor lainnya,
sehingga sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian yang dilakukan oleh
konsumen.
Berdasarkan penelitian Hanafiah dan Wardhana (2019) yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Preferensi Konsumen (Studi pada Armor Kopi Bandung)
mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor
Kopi terdapat sepuluh faktor yang terdiri dari harga, kualitas layanan, kualitas
produk (rasa dan varian), suasana, promosi, kemasan, Merchandise assortment,
Communication mix, Store design & display, dan Location. Faktor baru yang
menjadi pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi terdapat
sebanyak dua komponen faktor yaitu Component Faktor I yang diberi label promosi
terdiri dari kualitas layanan, kualitas produk (rasa dan varian), suasana, promosi,
dan kemasan, sedangkan Component Faktor II diberi label Location yang terdiri
dari harga, Merchandise assortment, Communication mix, Store design & display,
dan Location. Component Faktor I lebih dominan dibandingkan dengan Component
Faktor II. Variabel yang paling dominan pada Component Faktor I adalah promosi
karena mempunyai nilai Loading Factor tertinggi, sedangkan pada Component
Faktor II variabel yang paling dominan adalah Location.
Berdasarkan penelitian Prabisiwi dan Kusmiati (2019) yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Produk Kopi Arabika Matt Coffee
di Kabupaten Bondowoso” mempunyai tujuan untuk mengetahui karakteristik
konsumen, keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk Kopi Arabika
Matt Coffee di Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
10
konsumen Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee didominasi oleh laki-laki
berusia produktif dengan penghasilan per bulan lebih dari Rp. 3.000.000,00. Proses
keputusan pembelian konsumen Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee
meliputi 5 tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian. Keputusan pembelian terhadap
produk Kopi Arabika Java Ijen-Raung Matt Coffee di Kabupaten Bondowoso
dipengaruhi oleh enam faktor utama yaitu faktor karakteristik produk, faktor
kepribadian, faktor pemasaran produk dan motivasi konsumen, faktor harga produk
dan lingkungan, faktor pendidikan dan faktor kandungan gizi produk.
Berdasarkan penelitian Mahardiyanto, (2010) yang berjudul “Pengaruh
Iklan Kopi “Top Coffee” terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen di Kota
Jember” mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan TOP
Coffee terhadap keputusan pembelian dan variabel mana yang paling
mempengaruhi terhadap keputusan pembelian pada konsumen di wilayah kota
Jember. Hasil dari penelitian ini adalah dari empat variabel iklan hanya sumber
iklan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, oleh karena itu pihak TOP
Coffee sebaiknya memperhatikan kualitas dan keunikan dari iklan tersebut agar
mampu menarik konsumen yang nantinya memutuskan untuk membeli produk TOP
Coffee.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu
karena penelitian ini dilakukan dengan melihat karakteristik konsumen, proses
keputusan pembelian serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian minuman
kopi kasar. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terdapat dalam
penelitian-penelitian terdahulu, seperti variabel usia, jenis kelamin, pendapatan,
pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan dan kepekatan
kopi, harga sesuai kualitas produk, harga lain seperti kopi halus, trend/gaya hidup,
kebiasaan, status sosial, dorongan dari dalam dirim keluarga, orang terdekat (selain
keluarga), promosi yang dilakukan, iklan sosial media, produk mudah ditemukan,
dan pengaruh penjual. Variabel penelitian yang berbeda dengan penelitian
terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tampilan penyajian kopi.
Penelitian ini juga menggunakan alat analisis faktor untuk menganalisis faktor-
11
manual atau tradisional, dimana tidak di giling menggunakan mesin seperti hal nya
bubuk kopi halus, tetapi ditumbuk sehingga menghasilkan bubuk kopi yang kasar.
Bubuk kopi kasar tersebut lalu dapat disajikan menjadi minuman kopi kasar yang
mempunyai keunikan yang berbeda dari minuman kopi halus, dimana ampas
minuman kopi kasar mengambang diatas gelas, sedangkan ampas dari minuman
kopi halus berada di permukaan gelas. Berikut ini merupakan skema pembuatan
menu minuman kopi kasar.
Konsumen juga akan melihat perbandingan dari produk-produk yang sama yang
akan dibeli, baik dari segi harga, kualitas dan juga kuantitas.
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
16
Perilaku Pasca
Pembelian
1. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah ini merupakan tahapan awal dari keputusan pembelian.
Kegiatan pembelian dimulai ketika seorang konsumen menyadari suatu
permasalahan atau kebutuhannya. Permasalahan tersebut disebabkan dari
rangsangan internal maupun eksternal. Rangsangan internal tersebut berasal dari
diri sendiri, seperti rasa lapar, haus, seks yang kemudian mengalami peningkatan
menjadi sebuah dorongan. Rangsangan eksternal merupakan rangsangan yang
berasal dari luar, seperti pengaruh lingkungan.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen setelah mengetahui permasalahan atau kebutuhannya
kemudian berusaha mencari informasi mengenai kebutuhannya tersebut.
Konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan
untuk membelinya. Informasi tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana
produk yang dijadikan sebagai pilihan sebelum diputuskan untuk dibeli.
Menurut Priansa (2017: 88), sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok antara lain:
a. Sumber Pribadi
Sumber informasi pribadi merupakan sumber informasi yang diperoleh dari
kerabat dekat konsumen, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan.
b. Sumber Komersial
Sumber informasi komersial ini diperoleh dari sesuatu yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan barang atau jasa, seperti iklan, situs web,
wiraniaga, penyalur, dan kemasan.
c. Sumber Publik
17
Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen tentu saja dipengaruhi oleh
beberapa faktor budaya, antara lain:
a. Budaya
Budaya merupakan penyebab utama seorang konsumen memutuskan untuk
membeli suatu produk atau jasa. Budaya di setiap negara tentu saja berbeda-
beda, oleh karena itu seorang penjual harus memperhatikan nilai-nilai
budaya yang ada di setiap negara untuk mengetahui cara terbaik memasarkan
produk yang sudah ada dan mencari peluang untuk produk yang akan
dihasilkan.
b. Subbudaya
Subbudaya merupakan bagian kecil dari budaya yang memberikan ciri atau
identitas yang lebih spesifik. Subbudaya ini seperti kebangsaan, agama,
kelompok ras, serta wilayah geografis. Seorang penjual tentu saja harus bisa
memetakan produk yang akan dipasarkan kepada konsumen yang sesuai
dengan subbudaya yang ada.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial ini terdiri dari sekelompok masyarakat yang cenderung
mempunyai kemiripan dalam beberapa hal, seperti cara berpakaian atau pola
berbicara. Kelas sosial juga memperlihatkan bahwa konsumen ada yang
cenderung memutuskan membeli produk atau jasa yang sederhana sampai
dengan yang mewah.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi merupakan semua kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seorang konsumen. Kelompok referensi ini juga disebut dengan kelompok
acuan dan kelompok keanggotaan dimana terdiri dari kelompok primer
seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi secara
langsung dan terus menerus dalam keadaan informal, selain itu terdapat
kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi
perdagangan.
19
b. Keluarga
Keluarga menjadi pengaruh yang paling utama terhadap sikap dan perilaku
konsumen, karena keluarga merupakan orang yang terdekat dengan
konsumen. Orang tua merupakan pihak keluarga yang tentu saja berpengaruh
signifikan dalam kegiatan pembelian yang dilakukan oleh seorang
konsumen. Dari orang tua, seseorang memperoleh suatu orientasi terhadap
agama, politik, dan ekonomi serta suatu rasa ambisi pribadi, penghargaan
pribadi, dan cinta (Hasan, 2018: 258).
c. Peran dan Status
Seorang konsumen tentu akan memilih produk atau jasa yang mencerminkan
status dan peran mereka tersebut, sehingga peran dan status berpengaruh
terhadap pembelian konsumen.
3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi tentu saja menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku seorang
konsumen. Faktor pribadi ini merupakan faktor yang berasal dari diri seseorang
itu sendiri. Faktor pribadi yang mempengaruhi tersebut antara lain:
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Usia dan tahap siklus hidup seorang konsumen tentu akan berpengaruh pada
sikap dan perilaku dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Usia
anak-anak, remaja dan dewasa tentu saja mempunyai pilihan produk atau
jasa yang berbeda-beda.
b. Pekerjaan
Pekerjaan akan berpengaruh pada perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian, dimana konsumen tersebut akan menyesuaikan pilihannya
dengan pekerjaan yang sedang dijalani.
c. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi juga menjadi pengaruh terhadap sikap konsumen dalam
melakukan pembelian, karena konsumen akan menyesuaikan pilihan produk
yang akan dibeli dengan pendapatan yang dimiliki.
d. Gaya Hidup
20
bagian dari aktivitas bisnis merupakan kegiatan yang kompleks, tidak hanya
sekadar promosi atau penjualan saja, tetapi bagaimana menciptakan produk atau
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga mereka puas
(Suryani, 2017: 23).
yang bertujuan untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah variabel yang akan
dihasilkan. Pada dasarnya faktor-faktor atau variabel laten baru dalam analisis
faktor eksploratori adalah bersifat acak, yang kemudian dapat diinterpretasikan
sesuai dengan faktor atau komponen yang terbentuk.
2. CFA (Common Factor Analysis)
CFA (Common Factor Analysis) atau analisis faktor konfirmatori
merupakan metode dalam analisis faktor yang bertujuan untuk mengetahui struktur
dari variabel yang diteliti (karakteristik dan observasi). CFA dibentuk secara
sengaja berdasarkan teori dan konsep dalam upaya untuk mendapatkan variabel
baru atau faktor yang mewakili beberapa sub variabel yang merupakan variabel
teramati. Analisis faktor konfirmatori pada dasarnya bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi,
menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
kopi kasar di Kabupaten Gresik, baik tempat tradisional (warung kopi) maupun
tempat modern (cafe).
Penjualan minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik tentu saja tidak lepas
dari hambatan-hambatan. Hambatan penjualan minuman kopi kasar ini seperti
proses produksi bubuk kopi kasar yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses
produksi bubuk kopi halus. Hambatan lainnya dari segi harga, harga minuman kopi
kasar lebih mahal jika dibandingkan dengan minuman kopi halus. Hambatan lain
dari minuman kopi kasar ini adalah cara mengonsumsi minuman kopi kasar yang
lebih rumit, karena minuman kopi kasar tidak bisa langsung dinikmati karena harus
diaduk terlebih dahulu hingga susu, kopi serta creamer tercampur lalu menunggu
sampai ampas kopi mengambang di atas permukaan gelas dan kemudian
menyisihkan ampas kopinya dengan sendok atau saringan yang telah disediakan
oleh warung atau cafe tersebut.
Permasalahan pertama yang muncul terkait karakteristik konsumen
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik, serta permasalahan kedua yang muncul
terkait proses keputusan pembelian konsumen terhadap minuman kopi kasar di
Kabupaten Gresik akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, dimana semua hasil dari responden nantinya ditabulasikan
dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, kemudian dipresentasekan.
Karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik terdiri dari usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Tahap dari proses
keputusan pembelian konsumen minuman kopi kasar di kabupaten Gresik sendiri
terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan minuman kopi kasar, pencarian informasi
minuman kopi kasar, evaluasi alternatif, keputusan pembelian minuman kopi kasar
dan perilaku pasca pembelian minuman kopi kasar.
Permasalahan ketiga terkait apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian minuman kopi di Kabupaten Gresik. Variabel-variabel dalam penelitian
ini akan dianalisis dengan menggunakan alat analisis faktor yang bertujuan untuk
mereduksi variabel yang berjumlah banyak menjadi sedikit dengan cara
mengumpulkan variabel-variabel yang berkorelasi kedalam satu atau beberapa
faktor. Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin,
25
pendapatan, pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan
dan kepekatan kopi, tampilan penyajian kopi, kandungan gizi, harga sesuai kualitas
produk, harga produk lain seperti kopi halus, trend/gaya hidup, kebiasaan, status
sosial, dorongan dari dalam diri, keluarga, orang terderkat (selain keluarga),
promosi yang dilakukan, iklan sosial media, produk mudah ditemukan, dan
pengaruh penjual. Ketiga permasalahan tersebut dianalisis untuk mengetahui
bagaimana perilaku konsumen dalam pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten
Gresik. Berikut ini merupakan skema kerangka pemikiran.
Peluang : Hambatan :
1. Kopi kasar merupakan minuman 1. Proses produksi bubuk
yang khas, sehingga akan laris. kopi kasar lebih lama.
2. Keuntungan yang menjanjikan. 2. Harga lebih mahal.
3. Banyak usaha tempat minum kopi 3. Cara mengonsumsi kopi
(warung/café) yang menjual kopi kasar lebih rumit.
kasar di Gresik dan di luar Gresik.
26
Studi Perilaku Konsumen Minuman Kopi Kasar dan Minuman Kopi di Kabupaten
Gresik
Perilaku konsumen yang melakukan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik antara lain Usia (X1), Jenis Kelamin
(X2), Pendapatan (X3), Pendidikan (X4), Aroma Kopi yang Khas (X5), Cita Rasa
yang Sesuai (X6), Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7), Tampilan Penyajian Kopi
(X8), Harga Sesuai Kualitas Produk (X9), Harga Produk Lain seperti Kopi Halus
27
(X10), Trend/Gaya Hidup (X11), Kebiasaan (X12), Status Sosial (X13), Dorongan
dari Dalam Diri (X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (Selain KJeluarga) (X16),
Promosi yang Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah
Ditemukan (X19), Pengaruh Penjual (X20).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Kekentalan dan Kepekatan Kopi (X7), Tampilan Penyajian Kopi (X8), Harga
Sesuai Kualitas Produk (X9), Harga Produk Lain seperti Kopi Halus (X10),
Trend/Gaya Hidup (X11), Kebiasaan (X12), Status Sosial (X13), Dorongan dari
Dalam Diri (X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (Selain KJeluarga) (X16),
Promosi yang Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah
Ditemukan (X19), Pengaruh Penjual (X20).
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat ditentukan bahwa sampel yang
akan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 100 responden. 100 responden
tersebut nantinya dilakukan penyebaran di empat lokasi penelitian. Untuk jumlah
responden di masing-masing lokasi penelitian adalah sebanyak 25 responden.
Berikut ini merupakan penyebaran sampel konsumen minuman kopi kasar.
Tabel 3.1 Penyebaran Sampel Konsumen Minuman Kopi Kasar
No. Lokasi Penelitian Jumlah Sampel
1. Warung Mbah Ladjim 25 Responden
2. Warung Blvck Coffee 25 Responden
3. PitStop Cafe Panglima Sudirman 25 Responden
4. Gresik Seru Café 25 Responden
Total 100 Responden
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penyebaran sampel
dilakukan di empat lokasi penelitian, yaitu Warung Mbah Ladjim sebanyak 25
responden, Warung Blvck Coffee sebanyak 25 responden, PitStop Cafe Panglima
Sudirman sebanyak 25 responden dan Gresik Seru Cafe sebanyak 25 responden.
Total jumlah responden yang akan diteliti adalah sebanyak 100 responden. Kriteria-
kriteria responden yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Responden melakukan pembelian minuman kopi kasar di Warung Mbah Ladjim,
Warung Blvck Coffee, Pitstop Cafe Panglima Sudirman dan Gresik Seru Cafe.
2. Responden bersedia diwawancarai.
primer dan sekunder. Data primer, data primer ini diperoleh langsung dari objek
penelitian yaitu konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Data
sekunder, diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini yang
berasal dari dinas atau instansi terkait serta buku atau jurnal terkait. Berikut ini
merupakan metode yang dilakukan untuk pengumpulan data :
1. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu metode
wawancara. Metode wawancara merupakan cara pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi langsung berasal dari sumbernya. Metode wawancara yang
digunakan yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
disiapkan untuk ditanyakan kepada responden yaitu konsumen minuman kopi
kasar. Kuesioner ini terdiri dari bagian yang terkait dengan perilaku konsumen yang
mengacu pada model perilaku konsumen, dan bagian yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen minuman kopi kasar
dan juga minuman kopi yang lain. Dalam melaksanakan wawancara, selain harus
membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, video, camera, gambar,
brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi
lancar (Sugiyono, 2019: 211).
2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur dari berbagai macam buku,
jurnal maupun instansi yang terkait dengan penelitian. Menurut Hermawan (2019:
135), studi pustaka adalah rangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian. Studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan tambahan informasi
serta teori-teori yang mendukung penelitian. Studi pustaka pada penelitian ini
meliputi Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, jurnal serta buku yang
berkaitan dengan perilaku konsumen.
Tahap kedua yang dilakukan adalah mengetahui lebih dalam mengenai minuman
kopi kasar. Pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan bertanya kepada
pihak-pihak yang sudah mengetahui atau melakukan pembelian minuman kopi
kasar.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi alternatif dimana konsumen memikirkan
melakukan pembelian minuman kopi kasar atau tidak setelah melalui dua tahap
sebelumnya yaitu tahap pengenalan dan pencarian informasi terkait minuman
kopi kasar.
4. Keputusan Pembelian Minuman Kopi Kasar
Tahap keempat adalah tahap keputusan pembelian minuman kopi kasar. Tahap
ini konsumen sudah memutuskan untuk melakukan pembelian minuman kopi
kasar. Konsumen mengonsumsi minuman kopi kasar setelah mengenali
minuman kopi kasar sampai dengan mencari informasi mengenai minuman kopi
kasar.
5. Perilaku Pasca Pembelian Minuman Kopi Kasar
Tahap perilaku pasca pembelian merupakan tahap terakhir dimana konsumen
dapat memberikan penilaian terhadap barang/jasa yang sudah dibeli. Penilaian
tersebut dapat berupa kepuasaan atau ketidakpuasaan pada barang.jasa yang
sudah dibeli Pada penelitian ini konsumen yang sudah mengonsumsi minuman
kopi kasar dapat melakukan penilaian bagaimana minuman kopi kasar.
data persiapan yang digunakan untuk analisis lebih lanjut. Ukuran dari matrik
adalah jumlah objek penelitian dan juga jumlah variabel penelitian.
2. Menyusun Matrik Korelasi
Matrik korelasi menggambarkan korelasi antar tiap variabel. Matrik korelasi
dan juga uji statistik lainnya digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang tidak
relevan degan variabel lainnya. Uji statistik yang digunakan yaitu Barlett test of
Sphericity yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa matrik korelasi
merupakan matriks identitas, dimana pada diagonal pokok angkanya adalah satu,
diluar diagonal pokok angkanya adalah nol. Apabila matriks korelasi merupakan
matriks identitas, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut
untuk analisis faktor.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Matriks R = Matriks identitas
H1 : Matriks R ≠ Matriks identitas
Kriteria Pengambilan Keputusan:
- Jika Approx chi-square dengan signifikansi < 0,05, maka matriks korelasi yang
diuji merupakan matriks identitas.
- Jika Approx chi-square dengan signifikansi > 0,05, maka matriks korelasi yang
diuji bukan matriks identitas.
Statistik lainnya yang digunakan adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) yang
dugunakan untuk mengukur kecukupan sampling. Indeks ini membandingkan
besarnya koefisien korelasi data secara keseluruhan dengan koefisien korelasi
parsialnya. Nilai KMO yang rendah menunjukkan bahwa analisis faktor tidak tepat
untuk digunakan. Nilai KMO dapat dikatakan mencukupi apabila lebih besar atau
sama dengan 0,5.
Nilai MSA (Measurement of Sampling Adquency) mempunyai pengertian
yang sama dengan nilai KMO. Angka MSA hanya bersifat parsial dalam setiap
item/variabel. Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan kriteria sebagai
berikut:
- MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan
36
- MSA > 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis
lebih lanjut
- MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
dianalisis lebih lanjut, variabel harus dikeluarkan atau dibuang.
Jika variabel mempunyai nilai MSA lebih kecil atau kurang dari 0,5 maka
variabel tersebut dikeluarkan dari pemilihan variabel, kemudian dilakukan langkah
ulang dalam pemilihan variabel tanpa mengikutsertakan variabel yang dikeluarkan
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu variabel yang mempunyai nilai MSA kurang
dari 0,5 maka variabel yang dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai nilai
korelasi paling rendah (dikeluarkan satu per satu), kemudian langkah selanjutnya
adalah ulangi langkah tersebut dengan tidak mengikutsertakan variabel yang sudah
dikeluarkan. Jika seluruh variabel sudah mempunyai nilai MSA lebih besar atau
sama dengan 0,5 maka proses selanjutnya adalah melakukan ekstraksi.
3. Ekstraksi Faktor
Ektraksi faktor merupakan tahapan yang bertujuan untuk melakukan
reduksi variabel, sehingga menghasilkan beberapa faktor yang akan digunakan
dalam proses selanjutnya. Jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili variabel-
variabel yang akan dianalisis ditentukan dengan didasarkan pada besarna
eigenvalue serta persentase total variannya. Faktor yang dipertahankan dalam
model analisis faktor adalah faktor yang mempunyai eigenvalue lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), sedangkan faktor yang lainnya dikeluarkan dari model
analisis faktor. Hasil bagi antara eigenvalue dengan jumlah faktor yang terbentuk
menghasilkan varian (Widayat, 2018: 22).
4. Rotasi Faktor
Proses keempat pengolahan data dalam analisis faktor adalah melakukan
rotasi faktor terhadap faktor yang telah terbentuk. Rotasi faktor bertujuan untuk
memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Melalui rotasi faktor
matriks, faktor matriks ditransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana
sehingga nantinya mudah untuk diinterpretasikan. Kemudian setelah mendapatkan
variabel yang memenuhi syarat maka akan berlajut pada proses inti dari analisis
faktor yaitu factoring. Proses factoring akan mengekstrak satu atau lebih faktor dari
37
variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. Pada proses
factoring, loading factor yang dipilih hanya yang mempunyai nilai lebih besar dari
0,55 karena nilai tersebut dianggap telah mewakili nilai secara nyata. Apabila faktor
lebih besar dari cut off point yakni sebesar 0,55, maka faktor tersebut sudah
mewakili variabel yang ada.
5. Penamaan Faktor
Proses terakhir dalam pengolahan data dalam analisis faktor adalah
interpretasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Faktor yang sudah terbentuk
kemduian diberi nama sesuai dengan variabel-variabel pembentuknya.
Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan
26 kelurahan. Dua kecamatan terdapat di Pulau Bawean yaitu Kecamatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Kabupaten Gresik mempunyai 18
Kecamatan. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan jumlah kecamatan yang
ada di Kabupaten Gresik.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Gresik Tahun 2019
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)
1. Wringinanon 62,62 5,26
2. Driyorejo 51,30 4,3
3. Kedamean 65,96 5,54
4. Menganti 68,71 5,77
5. Cerme 71,73 6,02
6. Benjeng 61,26 5,14
7. Balongpanggang 63,88 5,36
8. Duduksampeyan 74,29 6,24
9. Kebomas 30,06 2,52
10. Gresik 5,54 0,47
11. Manyar 95,42 8,01
12. Bungah 79,49 6,67
13. Sidayu 47,13 3,96
14. Dukun 59,03 4,96
15. Panceng 62,59 5,25
16. Ujungpangkah 94,82 7,96
17. Sangkapura 118,72 9,97
18. Tambak 78,70 6,61
Sumber : Kabupaten Gresik dalam Angka (2020), diolah peneliti
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sangkapura
merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Situbondo yakni dengan luas sebesar
118,72 Km2. Kecamatan Gresik merupakan kecamatan yang mempunyai luas
paling kecil di Kabupaten Gresik yakni sebesar 5,54 Km2. Wilayah Kabupaten
Gresik sebagian merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang dari Kecamatan
Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng, serta
Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang berada di Pulau Bawean.
. Jumlah penduduk di Kabupaten Gresik berdasarkan proyeksi penduduk
pada tahun 2019 adalah sebanyak 1.312.881 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah penduduk tersebut terdiri dari 650.973 jiwa penduduk berjenis kelamin
laki-laki dan 661.908 jiwa berjenis kelamin perempuan. Penduduk tersebut
bertempat tinggal di beberapa desa/kelurahan di Kabupaten Gresik. Berikut ini
43
tahun 2019 sebesar 5.055,53 ton. Komoditas tembakau menjadi komoditas ketiga
yang dihasilkan Kabupaten Gresik dengan jumlah produksi pada tahun 2019
sebesar 21,60 ton.
Lukman
1. Man 1. Dimas
2. Pengki 2. Lemod
3. Abah
4. Gatot
Gambar 4.1 Struktur Kepemilikan dan Pekerja di Warung Mbah Ladjim
48
warung ini terletak di teras Warung Makan “Numani Seru” yang ada di Jalan
Veteran Gresik. Awal mula warung ini mempunyai konsep yang berbeda dengan
warung di Gresik pada umumnya yang hanya menjual kopi dalam bentuk minuman
atau siap minum, tetapi warung ini mempunyai konsep manual brew. Warung Blvck
Coffee ini buka dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 pagi. Minuman kopi kasar di
Warung Blvck Coffee dijual dengan harga Rp.4.000,-/cangkir, sedangkan untuk
minuman kopi halus dijual dengan harga Rp.3.000,-/cangkir.
Pemilik dari Warung Blvck Coffee ini adalah Bapak Kandar. Warung Blvck
Coffee hanya mempunyai satu pekerja yang khusus bekerja di warung, dimana
pekerja tersebut hanya bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam dan selanjutnya
digantikan oleh Bapak Kandar. Berikut merupakan struktur kepemilikan dan
pekerja di Warung Blvck Coffee.
Kandar
Dewi Kandar
Gambar 4.2 Struktur Kepemilikan dan Pekerja Warung Blvck Coffee
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pemilik dari Warung Blvck
Coffee adalah Bapak Kandar, dimana Bapak Kandar juga yang melakukan proses
produksi bubuk kopi sendiri. Pekerja yang mempunyai tugas yang mengerjakan
kegiatan penjualan di Warung Blvck Coffee adalah Bu Dewi. Bapak Kandar hanya
mempunyai satu pekerja yang hanya dikhususkan di warung. Jam kerja dari pekerja
di warung tersebut yakni 12 jam.
Warung Blvck Coffee memproduksi sendiri bubuk kopi kasar dan juga
bubuk kopi halus. Biji kopi yang digunakan merupakan biji kopi robusta. Warung
Blvck Coffee membeli biji kopi robusta di Koperasi Pasar Gresik yang terletak
Jalan Gubernur Suryo. Bapak Kandar yang merupakan pemilik serta yang
memproduksi bubuk kopi juga membuat sendiri alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan produksi bubuk kopi. Bapak Kandar membuat alat-alat tersebut
50
Pemilik dari PitStop Cafe Panglima Sudirman ini adalah bapak Dhani.
PitStop Cafe Panglima Sudirman mempunyai 7 orang pekerja dengan sistem kerja
51
full time selama 9 jam dan part time selama 6 jam. Berikut merupakan struktur
kepemilikan serta pekerja di PitStop Cafe Panglima Sudirman.
Dhani
Manager Outlet
Nungky
Pekerja
1. Fino
2. Irbad
3. Fais
4. Yusuf
5. Ihya
6. Mamad
7. Rizky
Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan dan Pekerja PitStop Cafe Panglima Sudirman
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa pemilik PitStop Cafe
Panglima Sudirman adalah bapak Dhani. PitStop Cafe Panglima Sudirman juga
terdapat manager outlet yaitu Nungky, dimana manager outlet mempunyai tugas
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di PitStop Cafe Panglima Sudirman.
PitStop Cafe Panglima Sudirman mempunyai 7 orang pekerja, yaitu Fino, Irbad,
Fais, Yusuf, Ihya, Mamad, dan Rizky.
4.1.3.4 Gresik Seru Cafe
Gresik Seru Cafe merupakan tempat minum kopi atau tempat nongkrong
yang mempunyai konsep semi cafe. Gresik Seru Cafe dibangun pada bulan Februari
tahun 2019. Menu yang disediakan di Gresik Seru Cafe mempunyai harga yang
terjangkau, dimana harga makanan dan minuman di mulai dari Rp.4000,- sampai
dengan Rp.14.000,-. Gresik Seru Cafe buka mulai pukul 8 pagi sampai dengan
pukul 12 dini hari. Gresik Seru Cafe ini merupakan cafe yang mempunyai konsep
berbeda dari yang lain, dimana konsep tersebut didapatkan dari pembelajaran dari
cafe sebelumnya yang dimiliki oleh pemilik cafe dan juga berasal dari saran serta
masukan dari konsumen.
52
Pemilik dari Gresik Seru Cafe ini adalah Bapak Suyanto. Bapak Suyanto
juga mempunyai 6 cafe lain dan Gresik Seru merupakan cafe nomor 4 setelah Giri
Hills Cafe, Kampung Kopi, dan Bukit Bintang, selanjutnya ada Langit Senja dan
akan launching pada akhir tahun 2020 yang menggantikan Kampung Kopi. Gresik
Seru Cafe mempunyai 15 pekerja, dimana pekerja tersebut dibagi ke dalam
beberapa divisi yaitu divisi kitchen, divisi bar, divisi kasir dan divisi server. Berikut
merupakan struktur manajemen dari Gresik Seru Cafe.
Suyanto
Arthur Agung
Bima
yaitu Dani, Fiki, Hanif, Rijal dan Rizki yang bertugas membuat makanan. Divisi
Bar terdiri dari 4 orang yaitu Arul, Egi, Hakim dan Hendra yang bertugas membuat
minuman. Divisi Kasir terdiri dari 2 orang yaitu Kevin dan Iqbal yang bertugas
melakukan pencatatan atas semua transaksi dengan konsumen. Divisi Server terdiri
dari 4 orang yaitu Faruq, Rasid, Valen dan Dika yang bertugas untuk mengantarkan
makanan dan minuman yang dipesan oleh konsumen.
Gresik Seru Cafe menyediakan menu minuman kopi kasar. Bubuk kopi
yang digunakan oleh Gresik Seru Cafe adalah bubuk kopi yang dibeli dari salah
satu supplier bubuk kopi yang terkenal di Kabupaten Gresik. Harga dari bubuk kopi
kasar maupun kopi halus yang diberikan supplier tersebut kepada Gresik Seru Cafe
adalah Rp.55.000,-/kg. Harga menu minuman kopi kasar di Gresik Seru Cafe adalah
Rp.6.000,-/cangkir, sedangkan untuk minuman kopi halus adalah Rp.4.000,-
/cangkir. Perbedaan harga menu minuman kopi kasar dan kopi halus tersebut adalah
karena untuk menu minuman kopi kasar lebih banyak menggunakan bubuk kopi
kasar dibandingkan bubuk kopi halus yang digunakan untu menu minuman kopi
halus. Gresik Seru Cafe pernah mencoba membuat bubuk kopi sendiri, tetapi dirasa
hasilnya tidak sesuai dengan seperti bubuk kopi yang dibeli dari supplier. Alasan
lain Gresik Seru Cafe membeli bubuk kopi dari orang lain adalah lebih efektif,
karena bisa langsung menggunakan bubuk kopi yang dibeli.
responden yang terdapat pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, dimana karakteristik tersebut
menggambarkan identitas dan latar belakang dari responden.
4.2.1 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi
seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Menurut Feni, et. al.
(2022:110), kebutuhan atau selera konsumen dapat berbeda berdasarkan jenis
kelamin. Karakteristik konsumen minuman kopi kasar ini dibedakan menjadi dua
yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut merupakan karakteristik konsumen
minuman kopi kasar berdasarkan jenis kelamin yang disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 Laki-laki 80 80
2 Perempuan 20 20
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa minuman kopi kasar
mayoritas di konsumsi oleh laki-laki. Jumlah responden berjenis kelamin laki-laki
yang mengonsumsi minuman kopi kasar adalah sebanyak 80 orang dengan
persentase sebesar 80% dari total responden sebanyak 100 orang. Konsumen
minuman kopi kasar yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 20 orang
dengan persentase sebesar 20% dari total responden sebanyak 100 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsumen minuman
kopi kasar mayoritas berasal dari jenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa laki-laki lebih mempunyai minat yang besar terhadap minuman kopi kasar,
sehingga keputusan pembelian minuman kopi kasar lebih banyak dilakukan oleh
laki-laki. Faktor lain yang menyebabkan laki-laki lebih banyak melakukan
keputusan pembelian minuman kopi kasar yaitu karena faktor budaya masyarakat
yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Gresik yaitu budaya minum kopi di
warung kopi yang banyak dilakukan oleh laki-laki. Menurut Siagian (2020:26),
55
merupakan usia dimana masih banyak orang yang ingin mengetahui rasa dari
minuman kopi kasar. Kelompok usia remaja akhir juga mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, sehingga apabila ada produk yang baru ingin mencoba untuk
mengetahui rasa dari produk tersebut. Pada era zaman sekarang, remaja senang
meluangkan waktu bersantai menghibur diri dari aktivitas sehari-hari, seperti
perkerjaan dan lainnya (Rohmah dan Subari, 2021:553).
4.2.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Cara berpikir dan cara pandang seseorang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang telah ditempuh oleh setiap orang. Tingkat pendidikan seseorang
tentu saja dapat mempengaruhi keputusan pembelian yang dibuat. Mayoritas
seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih banyak akan lebih banyak mencari
tahu informasi-informasi terhadap sesuatu, terutama dalam hal keputusan
pembelian. Berikut merupakan karakteristik konsumen minuman kopi kasar
berdasarkan tingkat pendidikan yang disajikan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase
(%)
1 SMA 52 52
2 Diploma 12 12
3 Sarjana 36 36
Total 100 100,00
Sumber : Lampiran A1
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa konsumen minuman kopi
kasar di dominasi oleh konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan SMA.
Konsumen minuman kopi kasar yang berasal dari tingkat pendidikan SMA adalah
sebanyak 52 orang dengan persentase sebesar 52% dari total responden sejumlah
100 orang. Konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan diploma adalah sebesar
12 orang dengan persentase sebesar 12% dari total responden sejumlah 100 orang.
Konsumen yang berasal dari tingkat pendidikan sarjana adalah sebesar 36 orang
dengan persentase sebesar 36% dari total responden sejumlah 100 orang.
57
Responden yang berasal dari pelajar atau mahasiswa adalah sebanyak 55 orang
dengan persentase sebesar 55% dari total responden sebanyak 100 orang. Kedua
yaitu dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 24 orang
dengan persentase sebesar 24% dari total responden sebanyak 100 orang. Ketiga
merupakan responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 11 orang dengan
persentase sebesar 11% dari total 100 responden. Keempat yaitu responden yang
bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 5%
dari total responden 100 orang. Terakhir adalah responden yang dalam penelitian
merupakan tidak termasuk dalam empat kategori pekerjaan yang telah ditentukan
dalam penelitian atau responden masih belum bekerja yaitu sejumlah 5 orang
dengan persentase sebesar 5% dari total 100 orang responden.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
yang melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar merupakan seorang
pelajar/mahasiswa, dimana seorang pelajar/mahasiswa mudah tertarik dan punya
rasa ingin tahu yang lebih terhadap suatu produk/barang yaitu dalam penelitian ini
adalah minuman kopi kasar. Selain itu, pelajar/mahasiswa juga dapat tertarik
dengan suatu barang/produk dari teman-teman yang sudah mencoba sebelumnya.
Menurut Istiqomah, et al., (2022:181), pelajar mempunyai waktu yang lebih banyak
dan juga fleksibel jika dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja sebagai
karyawan/pegawai.
4.2.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Karakteristik konsumen minuman kopi kasar yang dianalisis terakhir adalah
tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan seseorang tentu saja dapat mempengaruhi
keputusan pembelian yang dilakukan oleh setiap orang. Tingkat pendapatan setiap
orang tentu berbeda-beda sehingga keputusan pembelian yang dilakukan oleh
seseorang juga berbeda, tergantung pada tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
setiap orang. Menurut Juniard, et al., (2020:95), semakin tinggi tingkat pendapatan
yang diperoleh seseorang maka semakin tinggi tingkat konsumsi orang tersebut,
dan begitu juga sebaliknya. Tingkat pendapatan pada penelitian ini digolongkan
menjadi 3 tingkat yaitu yang pertama adalah tingkat pendapatan rendah dengan
tingkat pendapatan ≤ Rp. 2.000.000,00/bulan, yang kedua tingkat pendapatan
59
Tabel 4.12 Alasan responden membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Alasan Mengonsumsi Persentase (%)
(orang)
1 Selera/kesukaan 27 27
2 Ingin mencoba 31 31
3 Rasa yang khas 40 40
4 Mudah diperoleh 0 0
5 Lainnya 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui yang menjadi alasan utama
responden membeli dan mengonsumi minuman kopi kasar adalah minuman kopi
kasar mempunyai rasa yang khas, sehingga responden tertarik untuk membeli
sekaligus mengonsumsi minuman kopi kasar. Responden yang mempunyai alasan
utama membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar karena rasanya yang khas
adalah sebanyak 40 orang dengan persentase sebesar 40%. Setiap produk yang
mempunyai rasa yang khas tentu mempunyai daya tarik yang lebih untuk seseorang
memutuskan untuk melakukan pembelian, seperti hal nya minuman kopi kasar.
Minuman kopi kasar mempunyai rasa yang khas, karena minuman kopi kasar
menggunakan bubuk kopi yang digiling dengan hasil akhir kasar dan tentu saja
mempunyai rasa yang berbeda dari minuman kopi halus.
Alasan kedua yang paling banyak adalah responden ingin mencoba
minuman kopi kasar. Responden yang memilih alasan ingin mencoba minuman
kopi kasar adalah sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 31%. Seperti hal
nya produk yang mempunyai keunikan atau merupakan produk yang khas tentu saja
akan membuat seseorang mempunyai rasa ingin mencoba produk tersebut.
Minuman kopi kasar yang khas memiliki daya tarik tersendiri, sehingga responden
ingin mencoba minuman kopi kasar untuk mengetahui rasa dari minuman kopi
kasar.
Alasan ketiga terbanyak adalah selera/kesukaan yang menjadi alasan
seorang responden dalam membeli dan mengonsumsi minuman kopoi kasar.
Responden yang mempunyai alasan karena selera/kesukaan yaitu sebanyak 27
62
orang dengan persentase sebesar 27%. Responden yang membeli dan mengonsumsi
minuman kopi kasar karena selera/kesukaan adalah responden yang sudah membeli
minuman kopi kasar lebih dari satu kali sehingga responden tersebut memilih
membeli dan mengonsumi minuman kopi kasar karena sudah mengetahui rasa
minuman kopi kasar. Rasa dari minuman kopi kasar sudah menjadi selera /kesukaan
bagi responden yang memilih alasan ketiga terbanyak ini.
Alasan yang terakhir adalah alasan lainnya yang dimiliki oleh responden
yang membeli dan mengonsumsi minuman kopi kasar dan tidak terdapat pada
pilihan yang ditentukan oleh peneliti. Terdapat 2 orang responden yang memiliki
alasan lainnya, dengan persentase sebesar 2%. Dua alasan lainnya yang dimiliki
oleh responden yaitu yang pertama untuk menambah semangat dan yang kedua
adalah karena minuman kopi kasar hanya ada di Gresik.
Dalam melakukan pembelian suatu produk tentu saja seorang konsumen
akan memperhatikan manfaat dari produk tersebut. Seperti halnya dalam penelitan
ini, setelah mengetahui alasan utama responden, yang akan diteliti selanjutnya
adalah manfaat utama yang dicari oleh responden dalam melakukan pembelian
minuman kopi kasar. Berikut merupakan manfaat mengonsumsi minuman kopi
kasar yang disajikan dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Manfaat mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Manfaat Persentase (%)
(orang)
1 Variasi minuman 49 49
2 Menahan rasa kantuk 15 15
3 Pemuas kebutuhan minuman 26 26
4 Pemenuhan hobi 10 10
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
mengonsumsi minuman kopi kasar adalah untuk pemuas kebutuhan minuman yaitu
sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar 26%. Manfaat ketiga adalah untuk
menahan rasa kantuk yaitu sebanyak 15 responden dengan persentase sebesar 15%,
dan manfaat yang terakhir adalah untuk pemenuhan hobi yaitu sebanyak 10
responden dengan persentase sebesar 10%.
Setelah mengetahui alasan utama dan juga manfaat mengonsumsi minuman
kopi kasar, hal yang selanjutnya diteliti adalah tingkat kepentingan minuman kopi
kasar bagi responden. Seorang konsumen sebelum melakukan pembelian produk
tentu saja memperhatikan tingkat kepentingan produk yang akan dibeli. Tingkat
kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar dalam penelitian ini disajikan
dalam Tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Tingkat kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Tingkat Kepentingan Persentase (%)
(orang)
1 Penting 13 13
2 Biasa aja 85 85
3 Tidak penting 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa terdapat 85 responden yang
beranggapan bahwa tingkat mengonsumsi minuman kopi kasar adalah biasa saja.
Hal tersebut berarti bahwa 85% responden beranggapan bahwa mengonsumsi
minuman kopi kasar bukan merupakan hal yang penting yang wajib dibeli dan
dikonsumsi setiap hari nya. Minuman kopi kasar bukan merupakan kebutuhan
pokok bagi responden, sehingga mayoritas menganggap tingkat kepentingan
mengonsumsi minuman kopi kasar adalah biasa saja. Dalam penelitian ini juga
terdapat 15 orang responden dengan persentase sebesar 15% menganggap bahwa
tingkat kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar adalah penting, dan juga
terdapat 2 responden dengan persentase sebesar 2% menganggap tingkat
kepentingan mengonsumsi minuman kopi kasar adalah tidak penting.
Aspek keempat dalam pengenalan masalah yang diteliti yaitu aspek
minuman kopi kasar dapat dijadikan pengganti minuman kopi halus. Dalam
64
penelitian ini peneliti ingin mengetahui tanggapan responden apakah minuman kopi
kasar dapat dijadikan produk substitusi dari minuman kopi halus. Tanggapan
responden tersebut disajikan dalam Tabel 4.15 berikut ini.
Tabel 4.15 Minuman Kopi Kasar dapat dijadikan pengganti minuman kopi halus
Minuman Kopi Kasar Pengganti Jumlah Responden
No Persentase (%)
Minuman Kopi Halus (orang)
1 Bisa 64 64
2 Tidak Bisa 36 36
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 4.15 tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat 64 orang dari 100 responden beranggapan bahwa
minuman kopi kasar dapat dijadikan pengganti dari minuman kopi halus.
Responden menganggap bahwa mengonsumsi minuman kopi kasar sama hal nya
dengan minuman kopi halus, hanya saja terdapat hal yang membedakan seperti
tekstur bubuk kopi nya, tetapi minuman kopi kasar tetap bisa dijadikan produk
substitusi dari minuman kopi halus. Dalam penelitian ini juga terdapat 36 responden
dengan peresentase sebesar 36% yang menganggap bahwa minuman kopi kasar
tidak bisa dijadikan sebagai pengganti minuman kopi halus, karena tekstur bubuk
kopi nya yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi rasa dari kopi itu sendiri.
4.3.2 Tahap Pencarian Informasi
Tahap kedua dalam proses keputusan pembelian adalah tahap pencarian
informasi. Tentu saja sebelum melakukan pembelian, seseorang akan mencari
informasi mengenai produk yang akan dibeli, baik informasi harga, rasa, tekstur,
dan hal-hal lain mengenai produk tersebut. Sumber informasi dapat diperoleh
secara lisan maupun tulisan. Menurut Rasmikayati, et. al. (2020:974), pencarian
informasi mengenai produk ini dapat dilakukan secara internal, seperti pengetahuan
dan ingatan maupun secara eksternal, seperti informasi yang berasal dari media
masa, lingkungan teman, dan keluarga. Pencarian informasi ini tentu saja menjadi
hal yang penting karena dengan memperoleh informasi tersebut seorang konsumen
akan menpunyai pertimbangan untuk melakukan pembelian suatu produk. Berikut
merupakan sumber informasi minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.16.
65
responden dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar yang disajikan pada
Tabel 4.19.
4.19 Pertimbangan awal pembelian minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Pertimbangan Awal Persentase (%)
(orang)
1 Manfaat produk 0 0
2 Atribut kualitas produk (aroma 91 91
kopi yang khas, cita rasa yang
sesuai, dll)
3 Ketersediaan 0 0
4 Harga 3 3
5 Lainnya 1 1
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa pertimbangan awal
responden saat akan membeli minuman kopi kasar adalah dari atribut kualitas
produk (aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, dll), dimana terdapat 91
responden yang memilih pertimbangan awal tersebut. Responden banyak
mendapatkan informasi tentang minuman kopi kasar, mulai dari rasa, bentuk dan
juga mempunyai aroma yang khas, sehingga hal tersebut banyak menjadi
pertimbangan awal responden saat akan membeli minuman kopi kasar.
Pertimbangan awal terbanyak kedua yang dipilih oleh responden adalah harga.
Harga minuman kopi kasar yang cenderung murah menjadikan responden memilih
pertimbangan ini, dimana terdapat 3 responden dengan persentase sebesar 3%.
Pertimbangan awal terbanyak ketiga adalah pertimbangan lainnya yang
dipertimbangkan responden saat akan membeli minuman kopi kasar, dimana
terdapat 1 orang reponden.
Pada tahap evaluasi alternatif ini, terdapat juga atribut produk yang menjadi
perhatian dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar yang diteliti.
Atribut produk yang dimaksud antara lain aroma kopi yang khas, cita rasa yang
sesuai, kekentalan dan kepekatan kopi, tampilan penyajian dan juga harga dari
minuman kopi kasar. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui atribut produk
69
Aspek ketiga yang diteliti dalam tahap evaluasi alternatif ini yaitu lokasi
responden dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar pertama kali. Terdapat
dua lokasi yang ditentukan oleh responden yaitu cafe dan warung. Perbedaan dua
lokasi tersebut yaitu dari konsep yang digunakan. Warung merupakan tempat yang
cenderung mempunyai konsep yang lebih merakyat dan biasanya produk yang
dijual memiliki harga yang lebih terjangkau, sedangkan cafe mempunyai konsep
yang lebih modern, mewah dan harga yang ditawarkan cenderung lebih mahal
dibandingkan dengan warung. Berikut merupakan lokasi pertama pembelian
minuman kopi kasar oleh responden yang disajikan dalam Tabel 4.21.
4.21 Lokasi pertama pembelian minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Lokasi Pembelian Pertama Persentase (%)
(orang)
1 Cafe 18 18
2 Warung 82 82
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi pembelian minuman kopi kasar
yang dilakukan oleh responden pertamakali adalah di warung. Terdapat 82
responden yang lokasi pembelian minuman kopi kasar pertama kali nya di warung.
Mayoritas responden tersebut melakukan pembelian minuman kopi kasar pertama
kali di warung karena harga nya yang murah dan tempat nya lebih santai jika hanya
untuk minum kopi. Cafe menjadi lokasi kedua yang dipilih responden untuk
menjadi tempat pembelian minuman kopi kasar. Terdapat 18 responden yang
memilih cafe menjadi tempat pertama kali membeli minuman kopi kasar.
Responden yang memilih cafe beranggapan bahwa cafe mempunyai konsep yang
lebih bagus dan modern, sehingga selain minum kopi responden juga bisa
mengabadikan momen di cafe tersebut.
4.3.4 Tahap Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahapan dimana seorang konsumen
memutuskan untuk membeli suatu produk. Keputusan pembelian ini terjadi setelah
melewatitiga tahapan sebelumnya, yakni pengenalan masalah (produk), pencarian
informasi dan juga tahap evaluasi alternatif. Pada tahap keputusan pembelian ini
71
membeli minuman kopi kasar, responden tersebut akan membelinya, namun apabila
responden tidak menginginkan membeli minuman kopi kasar, maka responden
tersebut akan membeli minuman yang lain.
Dalam melakukan pembelian produk, tentu saja konsumen bisa melakukan
beberapa kali pembelian dalam satu bulan. Penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui frekuensi pembelian minuman kopi kasar yang sudah dilakukan oleh
responden dalam jangka waktu satu bulan. Frekuensi pembelian dalam penelitian
ini dibagi menjadi empat yaitu jarang dengan frekuensi pembelian 1-2 kali dalam
sebulan, kedua yaitu kadang-kadang dengan frekuensi pembelian 3-4 kali dalam
sebulan, ketiga yaitu lebih dari 4 kali pembelian dalam sebulan. Berikut frekuensi
pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan oleh responden dalam satu bulan
yang disajikan pada Tabel 4.23.
4.23 Frekuensi pembelian minuman kopi kasar dalam satu bulan
Jumlah Responden
No Frekuensi Pembelian Persentase (%)
(orang)
1 Jarang (1-2 kali) 32 32
2 Kadang-kadang (3-4 kali) 42 42
3 Sering (≥ 4 kali) 8 8
4 Tidak Pasti 18 18
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden
melakukan pembelian minuman kopi kasar kadang-kadang dengan frekuensi
pembelian 3-4 kali dalam sebulan. Frekuensi pembelian kadang-kadang dipilih oleh
responden sebanyak 42 orang dengan persentase sebesar 42%. Frekuensi pembelian
selanjutnya yaitu jarang dengan pembelian sebanyak 1-2 kali dalam sebulan,
dengan responden sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 32%. Frekuensi
yang ketiga yaitu tidak pasti, karena responden terkadang membeli minuman kopi
kasar sesuai dengan situasi dan keinginannya, jadi pembelian yang dilakukan setiap
bulannya tidak pasti jumlahnya. Responden yang memilih frekuensi pembelian
tidak pasti adalah sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 18%. Frekuensi
73
yang terakhir adalah sering atau responden dalam membeli minuman kopi kasar
bisa lebih dari 4 kali pembelian dalam satu bulan.
4.3.5 Tahap Perilaku Pasca Pembelian
Tahap perilaku pasca pembelian merupakan tahap terakhir dalam proses
keputusan pembelian. Tahap ini merupakan tahap dimana seorang konsumen
melakukan evaluasi terhadap produk yang telah dibeli. Setelah melakukan
pembelian, tentu saja seorang konsumen akan merasakan kepuasan setelah
mengonsumsi produk yang sudah dibeli. Dalam penelitian ini, responden akan
memberikan pendapat dari minuman kopi kasar yang sudah dibeli dan di konsumsi
oleh responden tersebut. Responden akan memberikan tingkat kepuasan terhadap
minuman kopi kasar yang sudah dibeli. Selain itu, responden juga akan melakukan
evaluasi terhadap minuman kopi kasar, apakah dapat memenuhi kebutuhannya dan
sudah sesuai dengan harapan dari responden atau tidak. Berikut ini merupakan
tingkat kepuasan responden dalam mengonsumsi minuman kopi kasar yang
disajikan dalam Tabel 4.24.
4.24 Tingkat kepuasan responden minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Tingkat Kepuasan Persentase (%)
(orang)
1 Puas 98 98
2 Tidak Puas 2 2
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.24 dapat diketahui terdapat 98 orang responden yang
merasa puas terhadap minuman kopi kasar yang telah dipilih. Responden tersebut
mengatakan bahwa minuman kopi kasar yang dibeli sudah sesuai dengan harapan
dan juga kebutuhannya. Minuman kopi kasar memiliki rasa yang sudah sesuai
dengan harapan responden sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli
minuman kopi kasar. Selain itu, terdapat 2 responden yang tidak puas dengan
minuman kopi kasar, responden beranggapan bahwa kopi kasar mempunyai rasa
yang sama hal nya dengan kopi halus lainnya. Para pemasar harus memantau
kepuasan konsumen pasca pembelian, tindakan konsumen pasca pembelian dan
pemakaian produk oleh konsumen pasca pembelian, hal tersebut bertujuan untuk
74
konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk dari pemasar (Gultom, et.
al. (2022:110).
Selain tingkat kepuasan responden, terdapat juga kesan responden setelah
mengonsumsi minuman kopi kasar yang diteliti oleh peneliti. Kesan responden ini
sesuai dengan selera pribadi, karena setiap individu mempunya selera yang
berbeda-beda. Kesan setelah mengonsumsi minuman kopi kasar dikelompokkan
menjadi 5 yaitu, sangan suka, suka, agak suka, tidak suka dan sangat tidak suka.
Berikut merupakan hasil penelitian tentang kesan responden setelah mengonsumsi
minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.25.
4.25 Kesan responden setelah mengonsumsi minuman kopi kasar
Jumlah Responden
No Kesan setelah mengonsumsi Persentase (%)
(orang)
1 Sangat suka 21 21
2 Suka 59 59
3 Agak suka 18 18
4 Tidak suka 2 2
5 Sangat tidak suka 0 0
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 59 responden yang suka
dengan minuman kopi kasar setelah mengonsumsi minuman kopi kasar, karena
mempunyai rasa yang sesuai sehingga responden terkesan suka dengan minuman
kopi kasar. Selain itu, terdapat 21 responden yang sangat suka dengan minuman
kopi kasar setelah mengonsumsi minuman kopi kasar. Responden beranggapan
bahwa minuman kopi kasar selain mempunyai rasa yang sesuai juga mempunyai
aroma kopi yang khas serta mempunyai tampilan penyajian yang unik. Terdapat
juga kesan responden yang agak suka setelah mengonsumsi minuman kopi kasar
yakni sebesar 18 responden. Seperti hal nya dengan mengonsumsi produk yang lain,
terdapat juga responden yang tidak suka dengan minuman kopi kasar, yakni dengan
persentase responden sebesar 2%.
Dalam melakukan suatu pembelian produk, tentu saja akan timbul niat
pembelian ulang atau tidak dari konsumen. Niat pembelian ulang ini terjadi saat
75
2 Tidak 10 10
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 4.27 dapat diketahui bahwa terdapat 90 responden yang
akan menyarankan orang lain untuk mengonsumsi minuman kopi kasar. Hal
tersebut berarti bahwa minuman kopi kasar diterima dengan baik oleh responden
karena responden merasa puas setelah mengonsumsi minuman kopi kasar.
Mayoritas responden juga mempunyai kesan suka terhadap minuman kopi kasar
dan yang tidak menyukai minuman kopi kasar hanya sedikit jumlahnya.
Ketersediaan minuman kopi kasar menjadi salah satu pengaruh yang
penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Seorang konsumen akan
mempunyai beberapa alternatif apabila produk yang akan dibeli tidak tersedia. Pada
penelitian ini terdapat beberapa alternatif responden apabila minuman kopi kasar
tidak tersedia, antara lain mencari tempat lain, membeli minuman kopi lain, tidak
jadi membeli dan ada juga sikap responden lainnya yang dilakukan apabila tidak
ada minuman kopi kasar. Berikut ini merupakan sikap responden jika minuman
kopi kasar tidak tersedia yang disajikan dalam Tabel 4.28.
4.28 Sikap responden jika minuman kopi kasar tidak tersedia
Jumlah Responden
No Sikap Responden Persentase (%)
(orang)
1 Mencari tempat lain 8 8
2 Membeli minuman kopi lain 85 85
3 Tidak jadi membeli 3 3
4 Lainnya 4 4
Total 100 100
Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan hasil penelitian di Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa sikap
responden yang paling banyak dilakukan apabila minuman kopi kasar tidak tersedia
adalah dengan memutuskan membeli minuman kopi lain. Terdapat 85 responden
dengan persentase sebesar 85% yang memutuskan untuk membeli minuman kopi
lain apabila minuman kopi kasar tidak tersedia. Responden tersebut beranggapan
bahwa apabila minuman kopi kasar tidak tersedia, responden masih bisa membeli
77
minuman kopi yang lainnya dan akan membeli minuman kopi kasar sudah tersedia
di lain hari. Terdapat juga responden yang mencari minuman kopi kasar di tempat
lain apabila di tempat yang dikunjungi pertama tidak tersedia minuman kopi kasar,
yaitu sebanyak 8 responden. Sedangkan ada juga responden yang tidak jadi
membeli karena minuman kopi kasar tidak tersedia, sebanyak 3 responden serta 4
responden menjawab membeli minuman lainnya selain kopi.
(X14), Keluarga (X15), Orang Terdekat (selain keluarga) (X16), Promosi yang
Dilakukan (X17), Iklan Sosial Media (X18), Produk Mudah Ditemukan (X19), dan
yang terakhir adalah Pengaruh Penjual (X20). Variabel-variabel tersebut akan
dilakukan pengujian dengan tujuan untuk mengetahui lemah atau kuat nya korelasi
serta kecenderungan untuk berkelompok dan membentuk suatu faktor. Variabel
yang akan berkorelasi kuat dengan variabel lain akan berkelompok dan membentuk
suatu faktor, sebaliknya apabila variabel yang satu dengan yang lainnya mempunyai
korelasi yang lemah makan tidak akan berkelompok dalam faktor tertentu. Dalam
melakukan analisis faktor, terdapat tiga tahapan yang dilakukan yaitu yang pertama
adalah Pengujian Standar Deviasi, kedua adalah Uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
and Barlett’s Test dan yang ketiga adalah Analisis Faktor.
Pada tahap uji KMO dan MSA, tidak ditemukan variabel yang mempunyai
nilai MSA < 0,5 maka tidak ada atribut variabel yang dikeluarkan dari model,
sehingga masih terdapat 20 variabel yang mengelompok menjadi faktor. Setelah
dilakukan proses rotasi pada analisis faktor, ditemukan 9 atribut variabel yang tidak
dapat diikutsertakan karena tidak memenuhi kriteria nilai loading, yaitu
mempunyai nilai loading <0,55 atau tidak memiliki korelasi yang melewati “cut off
point” sebesar 0,55. Variabel yang dikeluarkan pada rotasi pertama adalah variabel
Harga Sesuai Kualitas Produk (X9) dengan nilai loading sebesar 0,427. Rotasi
kedua dilakukan dengan mengeluarkan variabel harga sesuai kualitas produk,
ternyata masih ada variabel yang mempunyai nilai loading kurang dari 0,55 yaitu
Harga Produk Lain seperti Minuman Kopi Halus (X10) dengan nilai loading
sebesar 0,531. Rotasi ketiga dilakukan dengan mengeluarkan variabel harga produk
lain seperti minuman kopi halus, ternyata masih terdapat variabel yang tidak
memenuhi kriteria nilai loading, yaitu variabel Dorongan dari Dalam Diri (X14)
dengan nilai loading sebesar 0,536 dan variabel Orang Terdekat selain Keluarga
(X16) dengan nilai loading sebesar 0,540. Dilakukan rotasi keempat dengan
mengeluarkan variabel dorongan dari dalam diri dan orang terdekat selain keluarga,
tetapi juga masih terdapat variabel yang tidak memenuhi kriteria nilai loading,
dimana terdapat 4 variabel yaitu variabel Jenis Kelamin (X2) dengan nilai loading
sebesar 0,543, variabel Tampilan Penyajian Kopi (X8) dengan nilai loading sebesar
0,513, variabel Status Sosial (X13) dengan nilai loading sebesar 0,522, dan variabel
Produk Mudah Ditemukan (X19) dengan nilai loading sebesar 0,462. Rotasi kelima
dilakukan dengan mengeluarkan empat variabel tersebut dan masih terdpat variabel
yang mempunyai nilai loading dibawah 0,55, yakni variabel Keluarga (X15)
dengan nilai loading sebesar 0,547. Setelah mengeluarkan sembilan variabel, yakni
variabel harga sesuai kualitas produk, harga produk lain seperti minuman kopi
halus, dorongan dari dalam diri, orang terdekat selain keluarga, jenis kelamin,
tampilan penyajian kopi, status sosial, produk mudah ditemukan, dan keluarga,
kemudian dilakukan rotasi terakhir yakni rotasi keenam untuk mengetahui
pengelompokkan variabel yang akan membentuk faktor-faktor utama. Hasil dari
rotasi keenam adalah seluruh variabel sudah mempunyai nilai loading diatas 0,55
83
yakni terdapat 11 variabel yang tersisa, antara lain variabel usia, pendapatan,
pendidikan, aroma kopi yang khas, cita rasa yang sesuai, kekentalan dan kepekatan
kopi, trend/gaya hidup, kebiasaan, promosi yang dilakukan, iklan sosial media dan
pengaruh penjual.
Langkah selanjutnya adalah menentukan berapa banyak faktor baru yang
terbentuk dari hasil rotasi yang sudah dilakukan dengan melihat angka eigenvalue.
Eigenvalue yang dipilih adalah yang mempunyai nilai di atas 1. Menurut Arsyad
dan Nawatmi (2022:175), syarat utama untuk menguji validitas adalah dengan
menggunakan eigenvalue, jika nilai eigenvalue lebih besar atau di atas nilai 1, maka
dapat dinyatakan valid. Berikut ini merupakan hasil analisis total varians yang dapat
dijelaskan yang disajikan pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32 Hasil Analisis Total Varians yang Dapat Dijelaskan
Total Variance Explained
Com Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
pone Total % of Cumulative % Total % of Cumulative %
nt Variance Variance
1 3.739 33.988 33.988 3.739 33.988 33.988
2 2.237 20.339 54.327 2.237 20.339 54.327
3 1.447 13.153 67.480 1.447 13.153 67.480
4 0.872 7.929 75.409
5 0.694 6.313 81.721
6 0.532 4.835 86.556
7 0.438 3.979 90.535
8 0.382 3.472 94.008
9 0.270 2.456 96.464
10 0.228 2.070 98.534
11 0.161 1.466 100.00
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber : Lampiran C9
Hasil dari analisis yang terdapat pada Tabel 4.32 dapat diketahui bahwa
terdapat 3 komponen utama yang mendominasi menjadi pengaruh konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar. Faktor-faktor tersebut dapat
dikatakan berpengaruh dengan melihat nilai total varian yang dihasilkan yaitu
sebesar 67,480%. Hal tersebut berarti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
mampu dijelaskan sebesar 67,480% oleh faktor 1, 2, dan 3. Kemudian sisanya
84
dipengaruhi oleh faktor lain yang belum dimasukkan dalam model yaitu sebesar
32,520%.
Variabel yang sudah diekstrak ke dalam komponen utama selanjutnya
didistribusikan menjadi 3 kelompok komponen utama. Distribusi variabel ini
didasarkan pada nilai factor-loading yang dihasilkan. Nilai fator-loading
menerangkan tingkat keeratan hubungan suatu variabel terhadap variabel yang
terbentuk. Semakin besar nilai factor-loading suatu variabel maka semakin baik
dan semakin nyata dapat dimasukkan ke dalam salah satu faktor yang menjadi
komponen utama.Variabel yang dimasukkan ke dalam komponen utama ini tentu
saja variabel yang mempunyai nilai factor-loading yang paling besar. Berikut ini
merupakan matriks hasil rotasi komponen utama yang membentuk keputusan
pembelian minuman kopi kasar yang disajikan dalam Tabel 4.33.
Tabel 4.33 Matriks Hasil Rotasi Komponen Utama yang Membentuk Keputusan
Pembelian Minuman Kopi Kasar
Rotated Component Matrixa
Variabel Nilai Loading Komponen Utama
1 2 3
Trend/Gaya Hidup 0.845 0.076 0.076
Pendapatan 0.760 -0.089 0.229
Pendidikan 0.710 -0.169 0.219
Kebiasaan 0.701 0.285 0.144
Usia 0.608 0.171 0.122
Cita Rasa yang Sesuai 0.020 0.883 0.079
Aroma Kopi yang Khas 0.022 0.839 0.079
Kekentalan dan Kepekatan Kopi 0.124 0.825 -0.045
Promosi yang Dilakukan 0.218 0.071 0.904
Iklan Sosial Media 0.111 -0.32 0.885
Pengaruh Penjual 0.272 0.062 0.732
Eigenvalue 3.739 2.237 1.447
Varians 33.988 20.339 13.153
Cumulative 33.988 54.327 67.480
Sumber : Lampiran C9
1. Komponen Utama Pertama : Kehidupan Konsumen
Dari hasil analisis yang terdapat pada Tabel 4.33 dapat diketahui bahwa
terdapat 5 variabel yang menjadi komponen utama pertama yang mempunyai
pengaruh paling dominan dalam keputusan pembelian minuman kopi kasar yang
dilakukan oleh responden penelitian. Komponen utama pertama ini mempunyai
nilai eigenvalue sebesar 3,739. Variabel yang menjadi faktor dalam komponen
utama pertama ini antara lain trend/gaya hidup, pendapatan, pendidikan, kebiasaan,
85
dan usia. Pada komponen utama pertama ini, kehidupan konsumen menjadi
identitas yang dapat mewakili seluruh variabel tersebut. Nilai total varians yang
dihasilkan pada komponen utama pertama ini adalah sebesar 33,988% yang berarti
bahwa faktor ini mempunyai hubungan erat yang berarti bahwa faktor kehidupan
konsumen menjadi faktor yang paling dominan yang pertama yang mempengaruhi
responden. Seorang individu akan mempertimbangkan barang apa yang akan
dikonsumsi, disesuaikan dengan gaya hidup yang dianut atau gaya hidup yang ingin
diikuti (Dewi, et. al. (2022:91).
Dalam komponen utama kehidupan konsumen ini, variabel pertama
yang berpengaruh besar yaitu variabel trend/gaya hidup konsumen. Nilai loading
dari variabel penciri pertama ini adalah sebesar 0,845. Trend/gaya hidup konsumen
ini menjadi salah satu pengaruh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Menurut Julyanthry, et al. (2022:60),
gaya hidup juga sering dijadikan motivasi dasar dan pedoman dalam membeli
sesuatu. Konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini beranggapan
bahwa dengan membeli minuman kopi kasar maka responden tersebut mengikuti
trend yang ada di Kabupaten Gresik. Hal tersebut disebabkan bahwa minuman kopi
kasar merupakan minuman kopi yang khas yang ada di Kabupaten Gresik.
Variabel penciri kedua yang termasuk pada komponen utama pertama
adalah variabel pendapatan. Variabel pendapatan mempunyai nilai loading sebesar
0,760. Pendapatan konsumen menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi kasar. Pendpatan yang
dimiliki oleh setiap konsumen tentu saja berbeda dan nantinya juga akan
mempengaruhi pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Menurut Najmutsaqib,
et. al. (2023:6), seseorang yang memiliki pendapatan yang tinggi maka pola
konsumsinya menjadi tinggi juga, begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini
didominasi oleh responden yang mempunyai pendapatan yang cenderung masih
berasal dari orang tuanya karena berhubungan dengan tingkat pendidikan
responden, seperti hasil penelitian yang akan dijelaskan pada variabel penciri
berikutnya.
86
lebih tinggi, sehingga banyak responden yang ingin tahu dan mencoba minuman
kopi kasar, sehingga melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar. Setiap
orang akan membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya,
dipengaruhi oleh faktor usia (Wardhana, et. al., 2020:33)
2. Komponen Utama Kedua : Atribut Produk
Komponen utama kedua pada penelitian ini mempunyai nilai eigenvalue
sebesar 2,237. Variabel yang menjadi faktor dalam komponen utama kedua yang
mempengaruhi keputusan pembelian minuman kopi kasar antara lain variabel cita
rasa yang sesuai, aroma kopi yang khas, dan kekentalan dan kepekatan kopi. Pada
komponen utama kedua ini, atribut produk menjadi identitas yang dapat mewakili
seluruh variabel yang ada. Faktor ini mempunyai nilai total varians sebesar 20,339
yang menandakan bahwa faktor ini mempunyai hubungan yang erat antar
variabelnya. Faktor atribut produk menjadi pengaruh penting kedua dalam
keputusan pembelian minuman kopi kasar yang dilakukan konsumen di Kabupaten
Gresik. Diperlukan adanya peningkatan atribut untuk meningkatkan frekuensi
pembelian yang tentunya bisa mempengaruhi kepuasan konsumen dan akan
berdampak pada kesetiaannya terhadap produk tersebut (Arista, et. al., 2021:88).
Variabel penciri pertama pada komponen utama ketiga ini adalah
variabel cita rasa yang seusai dengan nilai loading sebesar 0,883. Cita rasa yang
sesuai yang dimiliki oleh minuman kopi kasar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi
kasar. Konsumen tentu saja akan memperhatikan produk yang akan dibeli, terutama
pada rasa produk itu sendiri. Produk yang mempunyai cita rasa yang sesuai, akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk melakukan pembelian pada
produk tersebut, seperti hal nya minuman kopi kasar. Cita rasa dapat mempengaruhi
kepuasan konsumen dalam melakukan pembelian, semakin baik cita rasa yang
dihasilkan maka semakin tinggi tingkat ketertarikan dan kepuasan pada konsumen
(Amin, et. al., 2022:473)
Variabel penciri kedua yaitu aroma kopi yang khas, dimana mempunyai
nilai loading sebesar 0,839. Minuman kopi kasar mempunyai aroma yang khas.
Aroma khas yang ada pada minuman kopi kasar menjadi salah satu faktor yang
88
dilakukan oleh penjual tentu saja sangat berpengaruh pada keputusan pembelian
yang dilakukan konsumen, semakin menarik promosi yang dilakukan, maka akan
semakin besar minat konsumen yang akan melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar.
Variabel perinci kedua pada komponen utama ketiga adalah variabel
iklan sosial media. Variabel iklan sosial media mempunyai nilai loading sebesar
0,885. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel iklan sosial media
mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian
minuman kopi kasar. Menurut Imamah, et. al., (2022:162), promosi melalui iklan
media sosial menjadi strategi pemasaran yang cukup efektif. Iklan yang dilakukan
di sosial media bisa menjadi pengaruh yang besar terhadap pembelian suatu produk
termasuk minuman kopi kasar. Hal tersebut karena sesuai dengan perkembangan
zaman yang sudah semakin menuju digitalisasi, banyak masyarakat yang
menggunakan sosial media dan akan mengetahui iklan minuman kopi kasar yang
dibuat oleh penjual. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, banyak responden
yang berasal dari tingkat remaja akhir yang juga merupakan responden yang lebih
aktif menggunakan sosial media.
Variabel penciri yang terkahir pada komponen utama ketiga adalah
variabel pengaruh penjual. Nilai loading yang dimiliki oleh variabel pengaruh
penjual adalah sebesar 0,732. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dari
penjual juga mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik. Selain promosi yang
dilakukan menggunakan iklan di sosial media, penjual juga akan menawarkan
minuman kopi kasar saat calon konsumen datan di lokasi pembelian. Penjual akan
mempengaruhi konsumen untuk membeli minuman kopi kasar dengan cara
menawarkan langsung kepada konsumen yang akan melakukan pembelian agar
membeli minuman kopi kasar yang sudah direkomendasikan. Menurut Estiana, et.
al., (2022:23), tujuan promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah
mempengaruhi dan membujuk pelanggan atau konsumen sasaran agar mau
membeli atau mengalihkan pembelian terhadap produk-produk yang dihasilkan
perusahaan. Setelah promosi dilakukan dan berhasil membuat konsumen
90
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dan disajikan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik konsumen minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik adalah
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan kelompok usia remaja
akhir (17-25 tahun), sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan
tamat SMA, mayoritas responden adalah pelajar/mahasiswa, dengan tingkat
pendapatan rendah yaitu ≤ Rp.2.000.000,-.
2. Proses keputusan pembelian minuman kopi kasar di Kabupaten Gresik
melewati lima tahapan yaitu yang pertama pengenalan masalah, kedua
pencarian informasi, ketiga evaluasi alternatif, keempat keputusan pembelian
dan yang kelima adalah perilaku pasca pembelian. Berikut hasil penelitian yang
diperoleh :
a. Tahap pengenalan masalah : alasan utama konsumen melakukan pembelian
minuman kopi kasar adalah karena minuman kopi kasar mempunyai rasa
yang khas, dan manfaat yang dicari oleh konsumen dari minuman kopi kasar
adalah untuk variasi minuman.
b. Tahap pencarian informasi : sumber informasi minuman kopi kasar yang
didapat oleh konsumen adalah berasal dari teman.
c. Tahap evaluasi alternatif : pertimbangan utama konsumen dalam melakukan
pembelian minuman kopi kasar adalah atribut produk, dimana uang menjadi
perhatian utama adalah minuman kopi kasar mempunyai cita rasa yang
sesuai.
d. Tahap keputusan pembelian : konsumen melakukan pembelian minuman
kopi kasar secara mendadak, dengan frekuensi pembelian kadang-kadang
yaitu sebanyajk 3-4 kali tiap bulan.
e. Tahap perilaku pasca pembelian : konsumen merasa puas setelah
mengonsumsi minuman kopi kasar dan suka terhadap minuman kopi kasar.
92
5.2 Saran
1. Bagi Penjual
Pemasaran minuman kopi kasar yang dilakukan melalui iklan media sosial lebih
ditingkatkan lagi seperti membuat iklan di instagram, facebook, tiktok serta
media sosial lainnya dan dibuat lebih menarik untuk menarik perhatian
konsumen, karena berdasarkan hasil penelitian mayoritas konsumen berasal
dari kalangan remaja yang aktif dalam penggunaan media sosial, sehingga dari
iklan di sosial media tersebut konsumen akan mendapatkan informasi tentang
minuman kopi kasar. Atribut produk minuman kopi kasar seperti aroma, rasa,
kepekatan dan kekentalan kopi lebih konsisten untuk dipertahankan
kualitasnya, karena atribut tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian minuman kopi kasar.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji faktor-faktor lain yang
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian minuman
kopi kasar.
93
DAFTAR PUSTAKA
Gani, I., dan S. Amalia. 2015. Alat Analisis Data : Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta : ANDI.
Juliandi, A., dam D. Andriani. 2019. Studi Perilaku Konsumen Perbankan Syariah.
Medan: Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah Aqli.
Kementerian Pertanian. 2017. Outlook Kakao. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
Khasan, U., dan E. Fauziyah. 2019. Pemetaan Image Konsumen terhadap Produk
White Coffee di Hypermart Bangkalan, Manajemen Pemasaran, 13(2) :
78-88.
Kotler, P., dan G. Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran: Edisi 12, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Kotler, P., dan K. L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran : Edisi 13, Jilid 1. Jakarta
: Erlangga.
Liputan Enam. 2020. Botok Tempe hingga Kopi Joss Gresik, Kuliner Khas Jawa
Timur di Tol Trans Jawa.
https://surabaya.liputan6.com/read/4167526/botok-tempe-hingga-kopi-
95
Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, T., A. Arisma, dan S. P. Lestari. 2022. Pengaruh Cita Rasa dan Layout
terhadap Kepuasan Konsumen di Letter Coffee. Jurnal Ilmu Sosial,
Manajemen dan Akuntansi (JISMA), 1(4) : 471-474.
Arista, D., E. Dolorosa, dan A. Suharyani. 2021. Pengaruh Atribut Produk Kopi
Bubuk Instan Indocafe terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen di
Kota Pontianak. SEPA, 17(2) : 83-94.
Arsyad, R., dan S. Nawatmi. 2022. Pengaruh Disiplin Kerja Lingkungan Kerja dan
Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Antarakata Group Semaran.
SEIKO : Journal of Management & Business, 5(2) : 172-181.
Badan Pusat Satistik. 2020. Kabupaten Gresik dalam Angka. Gresik : BPS.
Estiana, R., N. G. Karomah, dan T. Setiady. 2022. Efektivitas Media Sosial sebagai
Media Promosi pada UMKM. Yogyakarta : Deepublish.
Putri, A., Hasnah, C. Paloma dan Yusmarni. 2021. Perilaku Konsumen dalam
Membeli Kopi di Masa Pandemi Covid-19 pada Coffee Shop Kota
Padang. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnin (JEPA), 5(4) : 1308-
1321.
Rifdah, F., dan A. Handayani. 2022. Makna Pendapatan dalam Perspektif Faktor
Produksi bagi Petani Padi di Desa Sidomukti Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik. Jurnal Manajemen dan Bisnis Terapan, 2(1) : 9-16.
Siagian, G. Y. H. 2020. Perilaku Konsumen atas Atribut Kopi Instan Godday pada
Mahasiswa STIENI Jakarta. Journal of Sustainable Business Hub, 1(2) :
21-28.
Suryani, D., Suyitno, A. Ismail, dan Sunarti. 2021. Perilaku Konsumen dalam
Memilih Makanan Jajanan di Angkringan Kopi Joss, Gedongtengen,
Kota Yogyakarta. Jurnal Dunia Kesmas, 10(1) : 66-74.