Anda di halaman 1dari 22

KELEMBAGAAN PEMASARAN BIJI KOPI ARABIKA DI DESA KAYUMAS

KECAMATAN ARJASA KABUPATEN SITUBONDO

TUGAS TESIS

Disusun oleh :

TYAS WENING W.S (221520201016)

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2023

1
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki


peranan besar bagi sektor pertanian dan perokonomian nasional. Tanaman
perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam dan di luar negeri.
Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat
dan diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
perkebunan memiliki arti ekonomi yang penting. Artinya, bila diusahakan secara
sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan
keuntungan besar (Rahardi, 1993).
Kopi (Coffea) merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan
di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran
dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena
seperti kopi robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi
arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik
(Hilmawan, 2013). Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya
dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan
penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan
bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Alam,
2011). Pohon kopi termasuk dalam family rubiacae dan genus coffea. Saat ini
terdapat dua jenis kopi yang banyak diminati oleh konsumen yaitu jenis kopi
robusta dan jenis kopi arabika.
Desa Kayumas merupakan sentra penghasil kopi arabika terbaik di
Indonesia khususnya di Jawa Timur yang berada di lereng pegunungan Ijen
dengan ketinggian antara 800-1.400 MDPL. Mata pencaharian utama bagi
masyarakat di desa tersebut adalah bertani. Petani disana lebih memilih menanam
kopi karena kondisi tanah yang ada pada wilayah sangat cocok untuk menanam
kopi dan harga bibit kopi yang relatif lebih murah daripada bibit komoditas
lainnya.

2
Kabupaten Situbondo memiliki tiga kecamatan penghasil tanaman kopi
yaitu Kecamatan Sumber Malang, Jatibanteng dan Arjasa. Tabel 1.1 menampilkan
produksi dari tiga kecamatan penghasil kopi di Kabupaten Situbondo dari tahun
2016 hingga tahun 2020.

Tabel 1.1 Produksi Tanaman Kopi Arabika Kabupaten Situbondo menurut


Kecamatan 2016-2020
No. Kecamatan Produksi (ton) Biji Kopi
2016 2017 2018 2019 2020
1 Sumber malang 21,0 15,6 7 29,9 23,8
2 Jatibanteng 29,4 21 21 31,7 29,5
3 Arjasa 598,5 295,5 577,2 580,1 591,4
Situbondo 648,9 332,1 605,2 641,7 644,7
Sumber : BPS Kabupaten Situbondo diolah, 2020.

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa Kecamatan Arjasa merupakan penghasil kopi
terbesar di Kabupaten Situbondo. Berdasarkan tabel 1.1 produksi kopi di
Kecamatan Arjasapada tahun 2016 sebesar 598,5ton, kemudian pada tahun 2017
mengalami penurunan dengan jumlah produksi 295,5ton. Pada tahun 2018-2019
mulai mengalami kenaikan dengan hasil produksi tahun 2018 sebesar 577,2 ton
dan tahun 2019 memproduksi 580,1ton. Pada tahun 2020 mengalami kenaikan
lagi sebesar 591,4 ton.

Berikut ini disajikan data luas tanaman kopi arabika menurut Kecamatan
di Kabupaten Situbondo 2016-2020.

Tabel 1.2 Luas AreaTanaman Kopi Arabika menurut Kecamatan di Kabupaten


Situbondo menurut Kecamatan 2016-2020
No. Kecamatan Luas Area Tanam Kopi (ha)
2016 2017 2018 2019 2020
1 Sumber malang 65 65 121 121 121
2 Jatibanteng 91 91 91 91 91
3 Arjasa 1.732 1.732 2.084 2.084 2.084
Situbondo 1.888 1.888 2.296 2.296 2.296
Sumber : BPS Kabupaten Situbondo diolah, 2020.

Dari tabel 1.2 menunjukkan bahwa KecamatanArjasa menempati area


terluasdalam area tanaman kopi. Pada tahun 2016-2017 memiliki luas area 1.732
ha, sedangkan pada tahun 2018-2020 mengalami perluasan area yaitu 2.084 ha.

3
Adapun data produktivitas tanaman kopi arabika menurut Kecamatan di
Kabupaten Situbondo 2016-2020, sebagai berikut:

Tabel 1.3 Produktivitas Tanaman Kopi Arabika di Kabupaten Situbondo


menurut Kecamatan 2016-2020
No. Kecamatan Produktivitas (ton/ha) biji kopi
2016 2017 2018 2019 2020
1 Sumber malang 0,3231 0,2400 0,0579 0,2417 0,1967
2 Jatibanteng 0,3231 0,2308 0,2308 0,3484 0,3242
3 Arjasa 0,3455 0,1706 0,2769 0,2784 0,2838
Rata-rata Situbondo 0,3305 0,2138 0,1885 0,2913 0,2686
Sumber : BPS Kabupaten Situbondo diolah, 2020.

Pada tabel 1.3 dapat dilihat bahwa nilai produktivitas tanaman kopi tertinggi
di Kecamatan Arjasa ada pada tahun 2016 yaitu mencapai 0,3455 ton/ha. Pada
tahun 2017 produktivitas turun menjadi 0,1706 ton/ha dan naik kembali pada
tahun 2018 sampai tahun 2020. Rata-rata produktivitas di Situbondo pada tahun
2016 mencapai 0,3305 ton/ha pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan di
tahun 2017 menjadi 0,2138 ton/ha pada tahun 2018 sebesar 0,1885 sedangkan
pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan pada tahun 2019 sebesar 0,2913 dan
tahun 2020 berada pada angka 0,2686 ton/ha.
Pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat pedesaan, untuk
itu kegiatan pengembangan kelembagaan pemasaran juga perlu dilakukan dalam
rangka pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan. Pengembangan kelembagan
pemasaran ini akan menyediakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan kemampuan
dan kemandirian berusaha sehingga diharapkan mampu memberikan pendapatan
tambahan bagi masyarakat pedesaan (Departemen pertanian, 2005).
Kopi merupakan produk pertanian yang mudah rusak (perishable)
sehingga membutuhkan penanganan yang tepat serta sistem pemasaran yang
tepat. Hal ini sangat dibutuhkan karena apabila kopi yang diproduksi tidak segera
dipasarkan maka kualitas produk yang dihasilkan akan menurun. Kopi merupakan
salah satu hasil komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi di
antara perkebunan lainnya. Oleh karena itu, di perlukan peran lembaga pemasaran
untuk memasarkan hasil produksi yang dihasilkan produsen kepada konsumen
akhir melalui sistem pemasaran. berdasarkan data produksi dan luas lahan

4
penghasil kopi arabika tertinggi di Kabupaten Situbondo adalah Desa Kayumas.
Salah satu aspek yang memiliki peran dalam berkembangnya komoditas kopi di
Kabupaten Situbondo adalah aspek pemasaran. Adanya keterlibatan lembaga-
lembaga pemasaran memiliki fungsi sangat penting dalam menghubungkan
produsen ke konsumen dan akan berpengaruh pada harga yang diperoleh oleh
konsumen akhir.
Dengan adanya peran kelembagaan, petani berkontribusi dalam akselerasi
pengembangan sosial ekonomi petani, aksesibilitas pada informasi pertanian,
aksesibilitas pada modal, infrastruktur, dan pasar dan adopsi inovasi pertanian.
Keberadaan kelembagaan petani akan memudahkan bagi pemerintah dan
pemangku kepentingan yang lain dalam memfasilitasi dan memberikan penguatan
pada petani (Ananta, 2011).
Eksistensi kelembagaan petani tergantung pada kebijakan pembinaan
kelembagaan oleh semua pihak. Pembinaan diperlukan dalam rangka
penumbuhan dan pengembangan kelompok tani menjadi kelompok tani yang kuat
dan mandiri dalam meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.
Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani didasarkan atas prinsip dari, oleh
dan untuk petani (Wahyuni, 2015).
Secara umum, pemasaran komoditi kopi, merupakan fungsi terlemah
dalam rantai aliran barang dari produsen ke konsumen. Banyak petani yang
memperoleh pendapatan kurang memadai dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk usaha taninya dan biaya-biaya lainya yang tidak dihitung secara
ekonomis. Petani juga berhak mengetahui bagaimana jalur arus produk
pertanian,terutama komoditi kopi rakyat,mulai dari masa pasca panen hingga
sampai ke pasar.
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kelembagaan
pemasaran, struktur dan perilaku pasar, dan efisiensi pemasaran biji kopi.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang komprehensif mengenai
kelembagaan pemasaran biji kopi,yang terdapat di Kecamatan Arjasa Desa
Kayumas Kabupaten Situbondo.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Lembaga apa saja yang berperan pada pemasaran biji kopi di Desa
Kayumas Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo?
2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada pemasaran biji kopi di Desa
Kayumas Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo?
3. Apakah pemasaran biji kopi di Desa Kayumas Kecamatan Arjasa
Kabupaten Situbondo sudah efisien?
1.3 Kebaruan Penelitian (Novelty)
Penelitian tentang Lembaga Pemasaran telah banyak di bahas oleh
penelitian sebelumnya diwilayah lainnya Achmad Faizin (2019); EVA
YUNUS (2021) yang membahas tentang lembaga pemasaran, pola saluran
Pemasaran, tingkat Efisiensi pemasaran, model saluran / mata rantai
pemasaran.studi lain yang telah dilakukan Melisa Dinda Anggraeni (2019)
membahas tentang menganalisis struktur pasar, menganalisis tingkah laku
petani dan lembaga pemasaran.
Pada penelitian sebelumnya banyak yang bahas tentag mengenai
kelembagaan Pemasaran serta struktur dan perilaku pasar namun masa
pandemic covid 19 kepala desa kayumas membuat kebijakan dimana
masyarakat dilarang melakukan interaksi secara langsung karena khawatir
dapat tertular virus covid 19, kebijakan ini secara tidak langsung memunculkan
kebiasan baru yang harus dilakukan oleh masyarakat dimana masyarakat
dilarang berinteraksi secara langsung dengan sesama begitu pula dalam
kegiatan penelitian ini memenuhi kebutuhan sehari-sehari masyarakat banyak
memanfaatkan teknologi sehingga pengambilan data tidak perlu bertemu
secara langsung.
Penelitian mengenai kelembagaan pemasaran biji kopi di desa Kayumas
Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo masih sangat sedikit dilakukan serra
munculnya kebiasan baru dalam kehidupan masyarakat dimana masyarakat
cenderung lebih memanfaatkan keberadaan teknologi dalam kehidupan mereka
pasca covid 19 dapat dijadikan alasan kebaruan penelitian sehingga perlu
dilakukan penelitian.

6
1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mempelajari kelembagaan pemasaran biji kopi di Desa Kayumas


Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo.
2. Untuk mengetahui struktur dan perilaku pasar biji kopi di tingkat petani
di Desa Kayumas Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo.
3. Untuk menentukan efisiensi pemasraan biji kopi di Desa Kayumas
Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
masalah erat hubungannya dengan masalah penelitian.
2. Bagi petani untuk sebagai masukan dan informasi sehingga dapat membantu
dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan struktrur dan perilaku
pasar.
3. Bagi pemerintah, sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan dalam
perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan pertanian mengenai
kelembagaan pemasaran serta struktur dan perilaku pasar pada umumnya dan
komoditas biji kopi pada khususnya.

7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Achmad Faizin
(2019) dengan berjudul analisis dan strategi pemasaran jamur tiram putih di
Kanupaten jember tujuan dari peneliti ini adalah untuk mempelajari saluran
pemasran jamur tiram di Kabupaten jember. Berdasarkan hasil Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 3 saluran
pemasaran diantara: Pola saluran pertama yaitu petani ke pedagang pengepul ke
pedagang pengecer ke konsumen, pola saluran kedua yaitu petani ke pedagang
pengepul ke konsumen, pola saluran ke tiga petani ke konsumen.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh EVA YUNUS
(2021) dengan judul analisis pemasaran cabai merah di Desa Laringgi Kecamatan
Marioriawa Kabupaten soppeng tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari tiap
saluran lembaga pemasaran cabai merah di desa Laringgi Kecamatan Marioriawa
Kabupaten Soppeng. Dan mempelajari cara mengetahui biaya dan keuntungan tiap
lembaga pemasaran cabai merah di desa Laringgi Kecamatan Marioriawa
Kabupaten Soppeng. Dan mempelajari cara mengetahui margin pemasaran cabai
merah di desa laringgi kecamatan marioriawa kabupaten soppeng. . Berdasarkan
hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Saluran pemasaran cabai merah di Desa Laringgi Kecamatan Marioriawa
Kabupaten Soppeng terjadi 2 saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran 1 (petani
– pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen) dan Saluran 2 (petani-
pedagang eceran-konsumen)
2. Biaya pemasaran pada saluran I lebih besar dibandingkan dengan biaya
pemasaran saluran II. total biaya saluran 1 Rp.736,00 dan saluran 2 sebesar
Rp.118,00
3. Margin pemasaran pada saluran I = Rp 5.000 sedangkan margin pemasaran pada
saluran II =Rp 2.000.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Melisa Dinda
Anggraeni (2019) dengan berjudul Analisis struktur, perilaku dan penampilan pasar
kentang di Desa Sumberbrabtas Kecamatan Bumiaji Kota Batu tujuan dari penelitian
ini adalah Untuk menganalisis struktur pasar kentang di Desa Sumberbrantas dan
8
menganalisis tingkah laku petani dan lembaga pemasaran dalam pasar kentang di
Desa Sumberbrantas. Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Struktur pasar kentang yang dilihat dari derajat
konsentrasi pasar, diferensiasi produk, hambatan masuk pasar dan tingkat
pengetahuan pasar, pemasaran kentang di Desa Sumberbrantas cenderung mengarah
pada pasar oligopoli. Derajat konsentrasi pasar yang menunjukkan empat lembaga
pemasaran kentang mengarah pada pasar oligopoli. Diferensiasi produk kentang
yang homogen dan tidak terdapat hambatan masuk pasar yang berarti, hanya saja
untuk pelaku pasar yang masuk pasar kentang cukup dengan menyesuaikan pada
kondisi pasar yang sudah ada. Tingkat pengetahuan pasar yang merujuk pada
minimnya pengetahuan yang dimiliki petani dibanding lembaga pemasaran yang lain
mengakibatkan posisi lemah pada petani serta berperan sebagai price taker dalam
penentuan harga.
Perilaku pasar pada pemasaran kentang di Desa Sumberbrantas akibat terbentuknya
struktur pasar oligopoli yaitu penetapan harga kentang di tingkat petani didominasi
oleh tengkulak karena pengetahuan pasar di tingkat petani rendah. Pemasaran
kentang di Desa Sumberbrantas memiliki kelembagaan yang mempermudah lembaga
pemasaran dalam melakukan kegiatan pemasaran kentang. Meskipun kelembagaan
tersebut tidak dalam bentuk organisasi namun hanya dengan kesepakatan yang
terjalin antar lembaga pemasaran kentang di Desa Sumberbrantas dapat membantu
tersalurnya kentang dari petani sampai konsumen akhir.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ester Megawati
Boang Manalu (2017) dengan judul analisis pemasaran kopi arabika (caffeaarabika)
Desa Sitinjoll Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi tujuan dari penelitian ini adalah
Mempelajari menganalisis saluran pemasaran kopi arabika di Desa Sitinjo II,
Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi dan menganalisis margin pemasaran kopi
arabika di Desa Sitinjo II, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Responden adalah petani kopi arabika, pedagang pengumpul, pabrik kopi yang
memasarkan kopi arabika di Desa Sitinjo II , Saluran pemasaran adalah kumpulan
lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan pemasaran, Biaya pemasaran adalah
keseluruhan komponen biaya yang diperlukan untuk memasarkan, Margin pemasaran
adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima
produsen.
9
Tabel 2.1 Matrik Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Terdahulu Peremasalah Analisis Hasil Penelitian
Penulis data
1. Achmad Analisis Dan 1.Bagaimana Pola 1. Analisis 1. Pola saluran
Faizin Strategi saluran pemasaran Kualitatif Pemasaran jamur tiram
(2019) pemasaran jamur Jamur Tiram di 2. Analisis di kabupaten jember
Tiram putih di Kabupaten Jember ? margin terdapat 3 pola
Kabupaten jember 2.Bagaimana tingkat Pemasra pemasaran yang
efisien Pemasaran n pertama Petani ke
jamur tiram di pedagang pengepul ke
Kabupaten Jember ? pedagang pengecer ke
konsumen Pola saluran
K2 : petani ke pedagang
pengepul ke konsumen
Ke 3: petani ke
konsumen
2. saluran Pemasaran
yang paling efisien
berdasarkan nilai margin
pemasarannya adalah
saluran pemasaran ke 3
dengan nilai margin
sebesara Rp 0
2. EVA YUNUS ANALISIS 1. Bagaimana model 1. analisis 1. Saluran pemasaran
(2021) PEMASARAN saluran / mata rantai deskriptif cabai merah di 2 saluran
CABAI MERAH DI pemasaran cabai 2. analisis pemasaran yaitu saluran
DESA LARINGGI merah di desa Laringgi Farmers pemasaran
KECAMATAN Kecamatan Marioriawa share 1.(petanikepedagang
MARIORIAWA Kaupaten Soppeng? pengumpul –pedagang
KABUPATEN 2. Berapa besar margin pengecer – konsumen)
SOPPENG pemasaran cabai dan Saluran
merah di desa Laringgi 2.(petani-pedagang
Kecamatan Marioriawa eceran-konsumen)
Kabupaten Soppeng? 2. Farming Share atau
Bagian harga yang
diterima petani pada
saluran I sebesar
71,42%, dan saluran II
sebesar
75% ,Pemasaran pada
saluran II lebih efisien
daripada saluran I
3. Melisa Dinda ANALISIS 1) bagaimana 1.metode 1. lembaga pemasaran
Anggraeni STRUKTUR, menganalisis struktur Simple kentang menyebutkan
(2019) PERILAKU DAN pasar kentang di Desa Random adanya pasar
PENAMPILAN Sumberbrantas?. Sampling monopolistik, empat
PASAR KENTANG 2) bagaimana 3. snowball lembaga pemasaran
DI DESA menganalisis tingkah sampling kentang lain
SUMBERBRANTA laku petani dan menyebutkan struktur
10
S, KECAMATAN lembaga pemasaran pasar yang terbentuk
BUMIAJI, KOTA dalam pasar kentang di merupakan pasar
BATU Desa Sumberbrantas?. oligopoli.
2. Analisis Penampilan
Pasar a. Marjin
Pemasaran
b. Share Harga
c. Analisis MEI
(Marketing Efficiency
Index)
4. ANALISIS Bagaimana saluran “Purposive Responden adalah petani
PEMASARAN pemasaran kopi arabika sampling” kopi arabika, pedagang
KOPI ARABIKA( di Desa Sitinjo metode pengumpul, pabrik kopi
Caffeaarabica ) II,Kecamatan Sitinjo, proportionat yang memasarkan kopi
e stratified. arabika di Desa Sitinjo II ,
(Studikasus:DesaSi Kabupaten Dairi?
kualitatif Saluran pemasaran adalah
tinjoII, Kecamatan 2. Bagaimana margin deskriptif
Sitinjo, Kabupaten pemasaran kopi arabika kumpulan lembaga-
Dairi) di Desa Sitinjo II, lembaga yang terlibat
Kecamatan Sitinjo, dalam kegiatan
Kabupaten Dairi? pemasaran, Biaya
pemasaran adalah
3. Bagaimana efisiensi
keseluruhan komponen
pemasarankopi arabika
biaya yang diperlukan
di Desa Sitinjo II,
untuk memasarkan,
Kecamatan Sitinjo, Margin pemasaran adalah
Kabupaten Dairi? perbedaan harga yang
dibayar konsumen dengan
harga yang diterima
produsen.

11
Landasan Teori

2.2.1 Tanaman Kopi

Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia.


Sejarah perkopian di Indonesia mencatat bahwa kopi pertama kali masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis arabika (Coffee Arabica).
Sejak abad ke 18 Kopi Arabika menjadi andalan ekspor utama Indonesia yang
terkenal dengan nama “Java Coffee”. Jenis Kopi Arabika tersebut menyebar ke
berbagai wilayah Indonesia, dengan nama sesuai dengan daerah
pengembangannya, diantaranya Kopi Gayo, Kopi Sidikalang dan Kopi Toraja
selain dari kopi yang dikenal sebagai Kopi Jawa (Syamsulbahri, 1996).
Kopi (Coffee Sp) termasuk ke dalam jenis coffee, anggota dari famili
Rubiceae ini terdiri dari 3 spesies utama, yakni Coffee Arabica, Coffee Canephora
dan Coffee Liberica. Dari ketiga spesies tersebut terdapat banyak varietas yang
merupakan hasil turunan klon-klon. Kopi digolongkan dalam kelas
Dicotyledoneae. Tanaman kopi memiliki pohon yang tegak dan beruas-ruas dan
setiap ruas tumbuh kuncup daun. Pada ruas batang tumbuh cabang orthotrop
(tegak) dan cabang plagiotrop (mendatar). Bentuk daun kopi adalah bulat telur,
ujungnya agak runcing sampai bulat, tumbuh pada batang atau cabang. Daun
tersusun berdampingan pada cabang plagiotrop dan selang-seling pada batang
maupun cabang orthotrop. Besar kecil dan tebal tipisnya daun sangat dipengaruhi
oleh jenisnya. Kopi Liberika lebih besar dari Kopi Robusta dan yang terkecil
adalah jenis daun Kopi Arabika (Syamsulbahri, 1996).
Sampai saat ini dikenal beberapa jenis kopi, tetapi yang paling sering
dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Jenis kopi yang
dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberlika dan yang terakhir adalah
robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam di daerah ketinggian 1.000-2.100
meter diatas permukaan laut (mdpl). Semakin tinggi lokasi berkebunan kopi, cita
rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin membaik. Karena itu,
perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu (di daerah
yang memiliki ketinggian di atas 1.000 mdpl) (BPS, 2017).

12
Kopi Arabika memiliki nama ilmiah Coffea arabica. Namun sebelumnya,
tanaman ini diidentifikasi sebagai Jasminum arabicum oleh seorang ahli dari
Perancis.Arabika adalah jenis kopi pertama yangdikenal di dunia. Kopi ini berasal
dari wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Ethiopia. Kopi jenis ini jugalah
yang membawa oleh belanda ke pulau jawa untuk dibudidayakan. Dengan
demikian, kopi arabika adalah jenis kopi pertama yang dibudidayakan diluar
daerah asalnya (Aulia, 2018)
Robusta adalah salah satu jenis tanaman kopi dengan nama ilmiah Coffea
canephora. Nama robusta diambil dari kata “robust“, istilah dalam bahasa Inggris
yang artinya kuat. Sesuai dengan namanya, minuman yang diekstrak dari biji kopi
robusta memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding arabika.
Kopi Robusta berasal dari Afrika Barat dan tumbuh pada dataran yang lebih
rendah dan suhu lebih tinggi. Tanaman kopi Robusta jauh lebih mudah untuk
ditanam dan dirawat, bahkan dapat memberikan hasil panen yang lebih banyak
dibandingkan Arabika. Rahasia ketahanan tanaman kopi Robusta juga terletak
pada kandungan kafein dan asam klorogeniknya yang tinggi, yang berfungsi
sebagai pestisida alami untuk melindungi diri dari serangan hama dan penyakit.
Hal ini juga menjadi alasan utama mengapa dari sisi harga, Robusta jauh lebih
murah dibandingkan Arabika. Robusta tidak repot dan mudah sekali ditanam
dibandingkan Arabika (BPS Jawa Timur, 2017).
Kopi jenis liberika berasal dari negara liberia dan negara-negara di Afrika
Barat lainnya seperti uganda dan angola. Kopi liberika (coffea liberica) memiliki
bentuk fisik biji kopi yang relatif lebih besar dan memanjang. Selain itu memiliki
kulit buah yang tebal dan lendir yang tebal, ciri lainnya adalah memiliki diskus
yang relatif kecil. Tanaman kopi liberika lebih besar dan tinggi daripada kopi
arabika dan robusta. Buah yang dihasilkan juga lebih besar. Selain itu, tanaman
ini dapat tumbuh di dataran yang lebih rendah dengan suhu diatas 20°C dan
kelembapan tinggi. Rasa kopinya pahit, seperti kopi robusta, sehingga peminatnya
juga lebih sedikit. Buah ini dapat tumbuh lebih dari satu kali. Panen dapat
dilakukan sepanjang tahun, karena pertumbuhan bunga dan buahnya tidak
bersamaan (anggara, 2011).

13
Klasifikasi Coffea canephora adalah sebagai berikut (Buckle, 1986):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Suku : Rubiaceae
Marga : Coffea
Spesies : Coffea canephora Pierre ex A. Froehner.

2.2.2 Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para
pengusaha dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan perkembangan
dan perluasan perusahaan. Pemasaran posisinya berada antara produsen dan
konsumen, artinya pemasaran merupakan alat penghubung antara produsen dan
konsumen. Melihat perkembangan perekonomian seperti sekarang ini tanpa
adanya kegiatan pemasaran yang efektif dalam menunjang usaha perusahaan
maka mungkin tujuan yang ingin dicapai yaitu laba yang maksimal akan sangat
sulit, sehingga dapat dikatakan berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis
tergantung pada keahlian manajemen perusahaan dalam bidang pemasaran.
Banyak ahli pemasaran yang mendefinisikan arti pemasaran menurut pendapat
mereka masing-masing (Fandi, 2008).
Pemasaran merupakan pengantisipasian, pengelolaan dan pemuasan
permintaan melalui proses pertukaran. Pengertian pemasaran (marketing)
merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam mengalirkan produk
mulai dari produsen sampai ke konsumen. Pemasaran produk agribisnis
merupakan semua aktifitas bisnis yang terjadi dalam komoditas pertanian atau
produk agribisnis setelah produk tersebut lepas dari petani produsen premier
sampai ke tangan konsumen akhir (Situmoramg, 2017).
2.2.3 Kelembagaan Pemasaran

Kelembagaan adalah suatu gugus aturan (rule of conduct) (hukum, kontrak,


sistem politik, organisasi, pasar, dan lain sebagainya) serta informal (norma, tradisi,
sistem nilai, agama, tren, sosial dan sebagainya) yang fasilitasi koordinasi dan hubungan
antara individu ataupun kelompok (Fauzi, 2005).

14
Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang
berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakan barang dari produsen sampai
konsumen melalui penjualan (Sitorus, 1987). Tugas lembaga pemasaran adalah
menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen
semaksimal mungkin. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual
belikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Santoso, 2013):
1. Lembaga yang memiliki tetapi menguasai benda seperti agen
perantara,makelar (broker, selling broker, dan buying broker).
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang di
perjual belikan seperti pedagang pengepul, tengkulak, eksportir, dan importir.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi
pertanian yang di perjual belikan seperti perusahaan-perusahaan penyedia
fasilitas-fasilitas tranportasi, ansuransi pemasaran dan pemasaran tertentu
kualitas produk pertanian.
Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil
pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya
biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin
besarnya perbedaaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Apabila
semakin besar margin pemasaran ini menyebabkan harga yang diterima petani
produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem
pemasaran yang tidak efisien (Robinson, 1990).
(Sudiyono, 2002), lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu
yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempuyai hubungan dengan badan usaha dan
individu lainnya.Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Dalam
pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa badan mulai dari produsen, lembaga-
lembaga perantara dan konsumen. Karena jarak antara produsen yang
menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan dengan konsumen, maka fungsi
badan perantara sangat diharapkan kehadirannya untuk menggerakkan barang-
barang dan jasa-jasa tersebut dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembaga
pemasaran merupakan suatu lembaga dalam bentuk perorangan, perserikatan atau

15
perseroan yang akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berusaha untuk
memperlancar arus/gerak barang dari produsen sampai tingkat konsumen melalui
berbagai kegiatan/aktifitas. Lembaga-lembaga tersebut juga berfungsi sebagai
sumber informasi mengenai suatu barang dan jasa.
Lembaga yang sering terlibat dalam proses pemasaran diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan
dengan petani. Tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik tunai,
maupun kontrak pembelian.
2. Pedagang pengepul yaitu lembaga pemasaran yang membeli komoditi yang
dijual oleh tengkulak dari petani,biasanya relatif lebih kecil sehingga untuk
meningkatkanefisiensi misalnya dalam pengangkutan,maka harus ada proses
konsentrasi (pengumpulan) pembelian komoditi oleh pedagang pengepul.
3. Pengecer yaitu lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan
konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses
produksi yang bersifat komersial artinya kelanjutan proses produksi yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat bergantungkan dari
aktivitas pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen.
4. Pedagang besar yaitu lembaga pemasaran yang membeli komoditi yang telah
dikumpulkan dari pedagang-pedagang pengumpul dan melakukan proses
distribusi (penyebaran) ke agen penjualan atau pengecer. Oleh kerena itu,jarak
petani ke pedagang besar cukup jauh dan membutuhkan waktu yang
lama,maka pada saat komoditi sampai tangan pedagang besar ini melibatkan
lembaga pemasaran lainnya, seperti perusahan pengangkutan, pengelolahan
dan perusahan.

16
2.2.4 Struktur dan Perilaku Pasar

Pasar adalah kelompok individual (perseorangan maupun organisasi) yang


mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli, dan berniat
merealisasikan pembelian tersebut (Emory,2010). Struktur pasar dalam industri
cenderung berubah secara perlahan-lahan, bahkan dapat dianggap tetap atau relatif
permanen dalam jangka pendek (Arsyad, 2004). Struktur pasar menunjukkan
karakteristik pasar,seperti elemen jumlah pembeli dan penjual,keadaan produk,
keadaan pengetahuan penjual dan pembeli serta keadaan rintangan pasar.
Struktur pasar memberikan karakteristik organisasi yang menentukan
hubungan antara berbagai penjual, pembeli, penjual dan pembeli dan antara
penjual satu dengan penjual lainnya dipasar yang menguasai pasar serta memiliki
kekuatan pemasuk barang lainnya, termasuk kekuatan perusahaan baru
(ekompetitor) yang mungkin masuk pasar. Struktur pasar membahas karakteristik
organisasi dari suatu pasar yang mempengaruhi tingkat persaingan dan penentuan
harga pasar.
Macam-macam pasar, sering dilihat sehari-hari maupun yang hanya
dikenal dalam teori. Macam-macam pasar yang umumnya adalah monopoli,
monopolistik, dan oligopoli. Macam pasar adalah bentuk persaingan murni dan
persaingan sempurna. Persaingan murni dan persaingan sempurna meskipun
secara utuh tidak dapat dipraktikkan, tetapi pada praktiknya banyak juga terdapat
dalam kenyataan sehari- hari, Beberapa ciri dari persaingan murni dan sempurna
yang banyak dipraktikkan sehari-hari diantaranya adalah barang yang diperjual
belikan sama, jumlah pembeli dan penjualnya banyak, serta mudah keluar dan
masuk bagi pengusahaa. Secara garis besar, macam-macam pasar ditinjau dari
segi penjual adalah sebagai berikut (Putong, 2003):
2.2.4.1 Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena
dianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin
terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal)
efisiensinya.Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah Perusahaan sebagai
pengambil harga, setiap perusahaan mudah keluar atau masuk, menghasilkan
Mekanisme Pasar dalam serupa: terdapat banyak perusahaan di pasar, pembeli
mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar.

17
2.2.4.2 Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu penjual
yang menguasai pasar. Ciri-ciri pasar monopoli: Produsen sebagai ‘price
maker”,Permintaan pasar merupakan bentuk dari permintaan perusahaan.
2.2.4.3 Pasar persaingan monopolistik merupakan pasar yang keberadaannya berada
diantara pasar persaingan sempurna dan monopoli. Ciri-ciri Produknya
homogen, jumlah produsen sangat banyak dan pengaruh terhadap harga tidak
ada/tidak perlu bersaing karena produsen tidak bisa mempengaruhi harga.
Produknya sama tapi dibedakan dengan merk, kemasan hanya sedikit produsen
dan masing- masing berpengaruh atas segmen Persaingan yang terjadi bukan
bersifat harga, tapi cenderung iklan.
2.2.4.4 Pasar Oligopoli merupakan adanya produsen yang jumlahnya terbatas/ sedikit
dan jumlah konsumen yang sangat banyak. Ciri – ciri pasar Oligopoli:Terdapat
beberapa orang produsen dengan konsumen yang relatif banyak, tiap produsen
mempunyai pengaruh atas harga. Terdapat barier to entry bagi produsen lain
sehingga jumlah perusahaan akan cenderung konstan.
2.2.4.5 Pasar Monopsoni merupakan Pasar yang pembentukan harganya ditentukan oleh
satu orang atau sekelompok pembeli. Misalnya, di suatu wilayah terdapat
perkebunan tembakau yang luas, ternyata ada satu perusahaan yang bersedia
membeli tembakau akibatnya, perusahaan tersebut dapat menekan harga
tembakau serendah-rendahnya.
2.2.4.6 Pasar Oligopsoni adalah Pasar yang pembentukan harganya ditentukan oleh
beberapa orang atau beberapa kelompok yang menguasai permintaan atau
pembeli (Kloter, 2008).
Perubahan harga pada pasar dapat ditentukan oleh struktur, perilaku, dan
kinerja pasar tersebut. Struktur pasar akan menggambarkan tipe dan jenis pasar
yang terbentuk sehingga harga yang ditentukan sesuai dengan jenis pasar tersebut,
apakah monopoli, oligopoli, atau persaingan sempurna. Selain itu, harga memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan tingkat pendapatan yang diperoleh
petani, para pedagang, dan organisasi bisnis pada umumnya (Kloter, 2008).
Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses (mental)
pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional
terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Perilaku pasar

18
menekankan pada aktivitas bisnis yang dilakukan oleh pelaku pemasaran sehingga
akan mempengaruhi margin pemasaran tiap lembaga pemasaran yang tercermin
pada kinerja pasar kopi tersebut (Alam, 2011).

2.2.5 Efisiensi pemasaran


Pemasaran komoditas pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap
efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produsen kepada konsumen
dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil
dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak
yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran (Mulyani, 2008).
Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses
pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap
keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran. Efisiensi
pemasaran merupakan maksimasi rasio antara keluaran dan masukan yang
digunakan dalam kegiatan pemasaran. Masukan yang dimaksud adalah sebagai
sumber daya ekonomi yang digunakan, sedangkan luaran yang diperoleh berupa
jasa-jasa pemasaran yang dihasilkan (Erdiansyah, 2012). Efisiensi pemasaran
sangat penting supaya masing-masing lembaga mendapatkan keuntungan sesuai
apa yang telah mereka keluarkan (output) jika tidak efisien pemasaran maka ada
pihak atau lembaga yang dirugikan karena mungkin lembaga tersebut telah
mengeluarkan output lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang
didapatkannya dan begitu juga sebaliknya, lembaga yang mengeluarkan output
lebih kecil tetapi mendapatkan keuntungan yang besar, dan akan terjadilah
kesenjangan keuntungan yang diperoleh (Cahyono, 2011).
Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan
pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani terhadap
harga yang dibayarkan konsumen akhir menggunakan farmer share. Bagian yang
diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase
(Budiman, 2012). Farmer share salah satu indikator yang berguna dalam melihat
efisiensi pemasaran yang dibayarkan konsumen akhir yang diterima oleh petani,
dalam bentuk persentase (%).

19
𝑝𝑓
𝑓𝑠 = 𝑥100%
𝑝𝑘
Keterangan:
pk = Harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)
pf = Harga ditingkat petani (Rp/Kg)
fs = Presentase harga yang diterima petani (Rp/Kg)

Untuk mengetahui efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran dapat


menggunakan nilai farmer share. (Downey, 1992) kriteria yang digunakan untuk
mengetahui bahwa pemasaran efisien yaitu:
a. Jika nilainya <40% maka pemasaran berjalan tidak efisien.
b. Jika nilainya ≥40% maka pemasaran berjalan efisien.

2.2.6 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan survey. Metode deskriptif merupakan suatu metode untuk meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Metode survei adalah cara pengumpulan data dari sejumlah individu dalam jangka
waktu tertentu secara bersamaan serta melakukan wawancara langsung terhadap
petani responden (Nazir, 2003).
2.2.7 Metode Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yang
dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
disusun sebelumnya. Adapun data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari
beberapa instansi terkait seperti Kantor Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa, Kantor
Statistik Kabupaten Situbondo, dan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan Kabupaten Situbondo. Populasi kelembagaan pemasaran biji kopi
dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

25
macam kelompok, yaitu: petani, kelompok tani (tengkulak), pengepul, dan pabrik
sebagai konsumen akhir.
Jumlah Petani yang terdiri 36 orang yang diambil secara keseluruhan
sebagai sampel penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling.
Kelompok tani yang berperan sebagai tengkulak dalam proses distribusi komiditi
biji kopi terdiri dari delapan kelompok tani dan diambil secara disproporsional
sebanyak empat kelompok tani dengan menggunakan purposive sampling
berdasarkan status atau katagori perkembangannya, yaitu sangat maju, maju,
kurang maju, dan tidak maju. Selanjutnya masing-masing kategori tersebut terdiri
dari dua kelompok tani dan diambil salah satunya untuk dijadikan sampel
penelitian dengan pengurus kelompok tani sebagai responden atau informannya.
Sementara itu, Sampel kelembagaan pemasaran pengepul dan pabrik diambil
dengan menggunakan metode snowball sampling, artinya sampel kedua
menentukan sampel ketiga dan seterusnya seperti suatu rantai.
2.2.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode
observasi dan wawancara. Metode observasi atau pengamatan adalah hasil
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan menanggapi atau bertanya.
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
pertisipatori atau observasi terlibat secara langsung. Observasi ini muncul
interaksi secara langsung antara peneliti responden (Budiman, 2012).
Metode wawancara merupakan percakapan dua pihak dengan maksud
tertentu dimana dilakukan untuk pembuktian terhadap informasi berupa
keterangan-keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara mendalam
(interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara pewancara
dengan pengepul atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relaftif lama (Bungim, 2001

26
2.2.9 Metode Analisis Data

1. Untuk menjawab tujuan yang pertama yaitu tentang kelembagaan pemasaran


dimana terdiri dari: petani, kelompok tani, pengepul, tengkulak, pedagang
besar dan konsumen. Pengumpulan data menggunakan interview atau
wawancara, sedangkan untuk analisis datanya menggunakan analisis kualitatif.
2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu tentang struktur dan perilaku pasar
digunakan metode wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data
menggunakan metode kualitatif. Hal tersebut bertujuan untuk menggambarkan
secara deskriptif kelembagaan pemasaran dan perilaku pasar di Desa Kayumas
Kecamatan Arjasa dengan melihat kejadian lapang dan melakukan wawancara
secara langsung dengan subjek penelitian yang berkaitan dengan kepentingan
studi yang bersangkutan. Data primer ini diperoleh dengan cara mendata
responden yang berada dilokasi penelitian. Sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh dari pihak lain berupa data olahan yang memperkuat data
primer. Sumber data sekunder bisa didapat melalui bukti-bukti tulisan
(dokumentasi) jurnal, artikel, internet, studi.
3. Untuk menjawab rumusan ke tiga maka digunakan analis farmer share berguna
dalam melihat efisiensi pemasaran yang dibayarkan konsumen akhir yang
diterima oleh petanidalam bentuk persentase (%). Adapun rumus perhitungan
farmer share sebagai berikut:
𝑝𝑓
𝑓𝑠 = 𝑥100%
𝑝𝑘
Keterangan :
pk = Harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)
pf = Harga ditingkat petani (Rp/Kg)
fs = Presentase harga yang diterima petani (Rp/Kg)

27

Anda mungkin juga menyukai