Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PERKEBUNAN KOPI DI

DESA SONGGORITI KOTA BATU

Nadia Cahyani Fitri 201810210311244


Tedy Andrean 201810210311237
Dery Muhamad Farras 201810210311239

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani kopi. lokasi penelitian
di Desa Songgoriti, Kota Batu. Data yang digunakan berupa data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari jurnal, artikel, dan beberapa literatur. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 20 petani. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa usahatani kopi yang ada di Desa Songgoriti mengalami keuntungan dan
layak diusahakan dikarenakan besarnya pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan besarnya
pengeluaran yang ditanggung oleh petani.
Kata kunci: analisis, pendapatan, usaha tani, kopi, Desa Songgoriti

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditas tahunan yang mempunyai potensi dan sedang dikembangkan di
kawasan Kota Batu adalah tanaman kopi. Kopi merupakan salah satu dari lima komoditi
perkebunan yang memiliki kontribusi dalam pemasukan perekonomian di Indonesia. Hal ini
dikarenakan kopi memiliki keunggulan yang bersifat komparatif dan kompetitif sehingga dapat
meningkatkan nilai ekspor tanaman perkebunan di Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan
para petani kopi (Audry & Djuwendah, 2018; Dahang et al., 2020). Apalagi di era modern
seperti ini banyak sekali bermunculan tempat nongkrong kaum millenial yang menyajikan
menu kopi sebagai menu utamanya. Tanaman kopi adalah species tanaman berbentuk pohon
yang termasuk dalam famili rubiaceae dan genus cofea (Dahang et al., 2020)Kopi merupakan
tanaman tahunan yang memiliki umur produksi hingga 20 tahun.
Produktifitas kopi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti benih, tanah, pupuk, obat-
obatan, dan tenaga kerja. Produktifitas kopi pada dasarnya juga dipengaruhi oleh luas panen
dan hasil produktifitas per ha, sehingga dapat dikatakan bahwa jika luas panen mengalami
peningkatan maka produksi dapat ditingkatkan (Amisan et al., 2017) Selain itu, peningkatan
produktivitas juga dapat dilakukan dengan cara memperhatikan Teknik budidaya tanaman kopi
mulai dari proses penyiapan lahan hingga pasca panen. Pada saat proses pemupukan juga
penting halnya untuk memperhatikan waktu, dosis, dan jenis pupuk serta cara
pengaplikasiannya. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi,
tanaman kopi dianjurkan dipupuk dua kali pada awal dan akhir musim hujan dengan pupuk
kandang urea, SP-36, dan KCL. Selain itu proses pemangkasan juga perlu dilakukan agar
tanaman kopi memiliki tinggi yang sesuai sehingga memudahkan para petani pada saat
memanen (Adhikari et al., 2020)
Tanaman kopi memiliki banyak varietas atau jenis, namun yang paling umum
dibudidayakan ada empat jenis yaitu kopi jenis arabika, kopi robusta, dan kopi excelsa. Setelah
di budidayakn cukup lama ternyata usahatani kopi menguntungkan banyak petani yang
menanam kopi tidak hanya di lahan perhutani tetapi juga di lahan milik pribadi baik sebagai
tanaman utama maupun tanaman sela diantara tanaman sayuran (Fufa et al., 2020). Terdapat
dua jenis kopi yang tumbuh dan berkembang di Kota Batu yaitu tanaman kopi arabika seluas
52,5 Ha dan tanaman kopi robusta seluas 27,5 Ha dengan jumlah produksi total sebesar 140,39
ton (Penelitian & Geografis, 2018). Daerah yang terkenal sebagai penghasil tanaman
perkebunan di Kota Batu ini yaitu di Dusun Songgokerto, Dusun Gunungsari dan Dusun
Sumberejo. Luas areal dan produksi kopi terbesar di Kota Batu terdapat di Desa Songgoriti.
Berikut ini adalah tabel jumlah dan luas tanaman perkebunan menurut jenis tanaman di Desa
Songgoriti.
Tabel 1. Jumlah dan Luas Lahan Menurut Jenis Tanaman Di Desa Songgoriti
Tanaman Luas Lahan (ha) Produksi
Cengkeh 828,50 377,30
Kopi 1.128,00 430,79
Pala 6,00 2,45
Sumber Data: Data Sekunder dari BPS Kota Batu
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa sektor perkebunan yang memiliki luas
tanaman dan produktivitas paling besar adalah tanaman perkebunan kopi. Sehingga tanaman
kopi memang cocok untuk diusahakan di daerah tersebut. Jenis kopi yang dibudidayakan di
Desa Songgoriti ada dua ya itu kopi jenis robusta dan kopi jenis arabika, dengan tanaman
naungan berupa pohon pinus. Wujud produksi kopi di Desa Songgoriti ini kebanyakan berupa
gelondong kering yang kemudian dapat diolah menjadi kopi bubuk yang dikemas cantik dan
menarik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalahnya
berupa mengetahui berapa tingkat pendapatan usahatani kopi di Desa Songgoriti, Kota Batu
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilakukan yaitu menganalisis pendapatan usahatani kopi di
Desa Songgoriti, Kota Batu
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Desa Songgoriti sebahai bahan
pertimbangan dan masukan untuk lebih meningkatkan pendapatan usahatani kopi. Penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dari penelitian-penelitian sebelumnya.

METODOLOGI PENELITIAN
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari tahap persipan hingga
penyusunan laporan, yaitu sejak bulan April 2021 hingga Mei 2021. Lokasi penelitian di
laksanakan di Desa Songgoriti, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur.
2.3 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam mini research ini adalah data sekunder. Data
sekunder di peroleh dari literatur, jurnal, artikel serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan
2.4 Metode Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi pengambilan sampel yaitu Desa Songgoriti. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Adapun
terdapat 20 petani yang diambil sampelnya.
2.5 Konsep Pengukuran Variabel
1. Karakteristik Petani
a. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
b. Umur : Umur Petani (tahun)
c. Tingkat Pendidikan : Lamanya petani mengenyam pendidikan
d. Pekerjaan Lainnya : Pekerjaan lain selain petani
e. Jumlah Tanggungan Keluarga
2. Usahatani Kopi:
a. Luas Lahan (ha)
b. Biaya Pemeliharaan
c. Biaya Pemangkasan
d. Biaya Panen
e. Jumlah Produksi Kopi (kg)
f. Harga Jual (Rp)
2.6 Analisis Data
Penelitian yang dilakukan di Desa Songgoriti, menggunakan metode deskriptif dan
hasil penelitian akan dilampirkan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui total
penerimaan dalam satu masa tanaman kopi dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut:
TR = Q x P
Dimana :
TR = Total Revenie / Total Penerimaan (Rp)
Q = Quantity / Jumlah produksi (Kg)
P = Price / Harga (Rp)
Sedangkan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani, menggunakan rumus sebagai
berikut:
I = TR – TC
Dimana :
I = Pendapatan usahatani (income)
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
Analisis pendapatan kemudian dilanjutkan menggunakan analisis Cost of Ratio (R/C),
yang merupakan analisis perbandingan antara penerimaan usahatani dengan total biaya
produksi usahatani. Analisis ini menggunakan model persamaan sebagai berikut:
A = TR/TC
TR = P.Q
TC = FC + VC
R/C = ((P . Q) / (FC + VC))
Dimana :
A = Indeks Kelayakan Usahatani
R/C = Rasio perbandingan antara total penerimaan dan total biaya produksi
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Total Produksi)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
Dengann kriteria, berupa:
Bila R/C = 1, usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi atau dikatakan impas
Bila R/C < 1, usahatani tersebut rugi atau tidak layak diusahakan
Bila R/C > 1, usahatani tersebut untung, atau layak diusahakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Petani Responden


Dalam pengambilan sampel petani responden di esa Songgoriti diambil menggunakan
metode Simple Random Sampling dengan jumlah 20 orang petani dengan karakteristik petani
yang dilihat dari umur, tingkat pendidikan, dan tanggungan keluarga.
3.2 Umur Petani
Salah satu factor yang mempengaruhi seseorang untuk menjalankan aktifitasnya sehari-
hari yaitu umur. Begitu juga dalam sektor pertanian, umur petani merupakan salah satu tolak
ukur untuk mengetahui produktivitas kerja, hal ini dapat diketahui bahwa semakin bertambah
nya umur seorang petani maka semakin berkurang pula ketrampilan bekerjanya, dan begitu
pula sebaliknya (Jezeer et al., 2019). Tingkat umur dari para petani responden dapat dilihat
melalui Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Petani Responden Menurut Golongan Umur
Umur Jumlah Responden
Presentase (%)
(Tahun) (Orang)
30 – 40 1 5
41 – 50 4 20
51 – 60 7 35
61 – 70 3 15
>70 5 25
Jumlah 20 100
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas petani di Desa Songgoriti
berusia antara 51 – 60 tahun dengan besar prosentase sebsar 35%, dan yang paling sedikit
yaitu petani dengan usia produktif antara 31 – 40 tahun yaitu 5%
3.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu factor pendukung keberhasilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, karena dengan memiliki pendidikan yang cukup seseorang akan
memiliki pola piker yang lebih maju dan berkembang (Adhikari et al., 2020)Berdasarkan hasil
penelitian, tingkat pendidikan petani responden cukup bervariasi, mulai dari tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dapat
dilihat melalui berikut.
Tabel 3. Jumlah Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Umur Jumlah Responden
Presentase (%)
(Tahun) (Orang)
SD 11 55
SMP 5 25
SMA 4 20
Jumlah 20 100
Sumber: Data Sekunder diolah 2021
Tabel 3. Tersebut menunjukkan bahwa petani responden sebagian besar memiliki
pendidikan formal SD dengan jumlah 11 orang, sedangakn di tingkat SMP terdapat 5 orang
dan di tingkat SMA terdapat 4 orang, dan tidak terdapat petani responden dengan pendidikan
formal perguruan tinggi.
3.4 Luas Lahan
Luas lahan merupakan factor awal penunjang keberhasilan suatu kegiatan usahatani.
Keadaan lahan serta luas lahan akan mempengaruhi hasil produksi dan penggunaan tenaga
kerja dari suatu usahatani (Prasmatiwi et al., 2017). Berikut merupakan luas lahan usatani kopi
yang dimiliki oleh petani responden
Tabel 4. Jumlah Luas Lahan Petani Responden
Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
0,5 – 1 13 65
>1 7 35
Jumlah 20 100
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua petani responden memiliki
kisaran luas lahan sebesar 0,5 – 1 Ha dengan jumlah 13 responden dan dengan jumlah
persentase sebesar 65%. Sedangkan yang memiliki luas lahan dibawah 1 Ha berjumlah 7 petani
responden dengan persentase 35%.
3.5 Biaya Produksi Usahatani Kopi
Biaya produksi usahatani kopi di Desa Songgoriti sebagian besar dialokasikan untuk
tenaga kerja. Dalam hal ini sebagian besar dari petani responden lebih banyak menggunakan
tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan akan
jauh lebih sedikit dibandingkan menggunakan tenaga kerja diluar keluarga. Berikut biaya
tenaga kerja pada usahatani kopi di Desa Songgoriti
Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kopi
Tenaga Kerja Biaya Tenaga Kerja
Keterangan Dalam Dalam
Luar Keluarga Luar Keluarga
Keluarga Keluarga
Penyiangan 66 12 6.600.000 1.200.000
Pemangkasan 66 25 6.600.000 2.500.000
Panen 60 39 6.000.000 3.900.000
Pasca panen 78 - 7.800.000 -
Jumlah 270 76 27.000.000 7.600.000
Rata-Rata 1.350.000 380.000
1.730.000
Sumber: Data Sekunder diolah 2021
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga rata-rata
adalah Rp.1.350.000 per petani dan luar keluarga rata- rata adalah Rp. 380.000 per petani
responden. Biaya tenaga kerja keseluruhan adalah Rp.1.730.000 per petani,selanjutnya pada
lampiran 3 petani hanya mengeluarkan biaya kerja tetap. Biaya penyusutan yang di keluarkan
per petani rata-rata Rp. 49.150. Jadi total biaya yang di keluarkan adalah Rp. 1.779.150.
3.6 Produksi Kopi
Jumlah produksi kopi yang terdapat di Desa Songgoriti dapat dikatakan tidak terlalu
banyak, hal ini dapat dilihat dari jumlah pohon yang dibudidayakan sebanyak 505 pohon per
Ha dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 257.2 kg per petani atau 258,0 kg per Ha. Jika
di lihat dari produksi per pohon setiap pohon hanya menghasilkan 0,51 kg per pohon.
3.7 Pendapatan Usahatani Kopi
Tinggi rendahnya pendapatan petani terantung pada produksi kopi, harga jual dan biaya
produksi yang di keluarkan selama proses produksi. Pendapatan adalah hasil pengurangan
antara total penjualan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan petani mulai dari persiapan
hingga panen (Zhang et al., 2018)Rata – rata penerimaan, pendapatan dari petani responden
pada usahatani kopi dapat di lihat pada Tabel 7
Tabel 7. Rata – Rata Penerimaan dan Pendapatan Petani Kopi Desa Songgoriti
Komponen Biaya Rata Rata (Rp)
Penerimaan 5.819.500
Biaya 1.799.150
Pendapatan 4.020.350
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatn petani kopi
responden sebesar Rp 4.020.350 yang dapat dihitung sebagai berikut :
I = TR – TC
= Rp. 5.819.500 – Rp 1.799.150
= Rp 4.020.350
3.8 Analisis Return Cost Ratio
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari usahatani kopi. Jika
nilai R/C > 1, maka usahatani berhasil (untung) dan layak untuk dilaksanakan,. Jika R/C = 1,
maka usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi atau dapat dikatakan impas dan jika R/C
< 1, maka usahatani tersebut mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan (Laoh &
Kapantow, 2017)Untuk mengetahui usahatani di Desa Songgoriti ini layak diusahakan atau
tidak maka dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Analisis R/C :
A = R/C
= Rp 5.819.500 / Rp 1.799.150
= 3,2
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C usahatani kopi yaitu lebih dari 1, yakni
sebesar 3,2. Ini berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani kopi dapat
menghasilkan penerimaan sebesar 32. Hal ini menunjukkan usahatani kopi yang dilakukan di
Desa Songgoriti memiliki keuntungan dan layak untuk diusahakan.
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa usahatani kopi di Desa Songgoriti, Kecamatan
Batu, Kota Batu dapat disimpulkan bahwa hasil analisis nilai R / C untuk usahatani kopi adalah
lebih dari 1. Hal ini menunjukkan usahatani kopi yang ada di Desa Songgoriti memiliki
keuntungan dan layak untuk diusahakan.
4.2 Saran
Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan acuan bagi pemerintah desa dalam rangka
menetukan kebijakan apa yang cocok bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
petani dan juga dapat melakukan pengembangan secara lebih luas dalam rangka untuk
meningkatkan produksi tanman kopi mengingat permintaan pasar untuk tanaman ini cukup
banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, M., Isaac, E. L., Paterson, R. R. M., & Maslin, M. A. (2020). A review of potential
impacts of climate change on coffee cultivation and mycotoxigenic fungi.
Microorganisms, 8(10), 1–12. https://doi.org/10.3390/microorganisms8101625
Amisan, R. E., Laoh, O. E. H., & Kapantow, G. H. M. (2017). Analisis Pendapatan Usahatani
Kopi Di Desa Purwerejo Timur, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur. Agri-Sosioekonomi, 13(2A), 229.
https://doi.org/10.35791/agrsosek.13.2a.2017.17014
Audry, R. J., & Djuwendah, E. (2018). Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Java Preanger
Pada Kelompok Tani Margamulya Desa Margamulya Kecamatan Pengalengan Bandung.
Jurnal Ilmu Pertanian Dan Peternakan, 6(1), 31–38.
Dahang, D., Pagar, K., Mangatasi, S., Suka, D., Kecamatan, M., Panah, T., & Karo, K. (2020).
Pengaruh Teknik Budidaya Terhadap Produksi Kopi. 4(2), 47–62.
Fufa, N., Bekele, D., & Ibirahim, J. (2020). Adaptability and Performance Evaluation of Coffee
( coffea arabica l .) Varieties on Growth , Yield and Assosiation of Traits at Mid Highland
Area of Western Ethiopia. 5(4), 159–163. https://doi.org/10.11648/j.eeb.20200504.16
Jezeer, R. E., Verweij, P. A., Boot, R. G. A., Junginger, M., & Santos, M. J. (2019). Influence
of livelihood assets, experienced shocks and perceived risks on smallholder coffee
farming practices in Peru. Journal of Environmental Management, 242(May), 496–506.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2019.04.101
Laoh, O. E. H., & Kapantow, G. H. M. (2017). ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KOPI
DI DESA PURWEREJO TIMUR , KECAMATAN MODAYAG , KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW TIMUR Ronaldo Esayas Amisan This study aims to determine the income
of coffee farming . The location of this research was East Purwerejo Village ,. 13, 229–
236.
Penelitian, A. D. L., & Geografis, K. (2018). Sumber: Monografi Desa Pucangan, 2018 44.
44–71.
Prasmatiwi, F. E., Evizal, R., & Syam, T. (2017). Integrasi Ternak Kambing-Tanaman
Mendorong Budidaya Kopi Semiorganik. LPPM UNILA, Institutional Respository
(LPPM-UNILA-IR), 2013.
Zhang, C., Shen, T., Liu, F., & He, Y. (2018). Identification of coffee varieties using laser-
induced breakdown spectroscopy and chemometrics. Sensors (Switzerland), 18(1).
https://doi.org/10.3390/s18010095

Anda mungkin juga menyukai