Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.

2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

DAMPAK TANAMAN TUMPANGSARI JERNANG TERHADAP PENDAPATAN


PETANI KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH
Bagus Apreza Tarman1*, Eddy Gunawan2

1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email:
bagusapreza28@gmail.com
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email:
egunawan@unsyiah.ac.id

Abstract

This study aims to analyze the income of coffee farmers before and after using dragon blood
intercropping in Central Aceh, farmers who use coffee plantations switch to using dragon blood
intercropping and coffee farming, can they experience an increase in income changes after land
is used by planting two crops at once. The data used in this study are primary data obtained
from observation and direct interviews. The total sample in this study were 31 household heads
who after using coffee and intercropping dragon blood plants. From the results of this study, it is
known that farmers who only plant coffee plants produce an average income of Rp120,822,580 a
years and coffee farmers who use dragon blood plants experience an increase in average income
of Rp260,139,516 a years. Coffee farmers who use coffee and intercropping dragon blood have
more income than just planting coffee so that coffee and intercropping of dragon's blood are
suitable for further development.
Keywords: Intercropping, dragon blood Plants, Coffee Plants and dragon blood.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah
menggunakan tumpangsari jernang di Kabupaten Aceh Tengah, petani yang menggunakan lahan
pertanian kopi beralih menggunakan pertanian tumpangsari jernang dan kopi, apakah dapat
mengalami perubahan pendapatan yang meningkat setelah lahannya di manfaatkan dengan
menanam dua tanaman sekaligus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung. Total sampel dalam penelitian ini
sebanyak 31 orang kepala rumah tangga yang sesudah menggunakan tanaman tumpangsari kopi
dan jernang. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa petani yang hanya menanam tanaman kopi
menghasilkan rata-rata pendapatan Rp120.822.580 pertahun dan petani kopi yang menggunakan
tumpangsari jernang mengalami peningkatan rata-rata pendapatan sebesar Rp260.139.516
pertahun. Petani kopi yang menggunakan tanaman tumpangsari kopi dan jernang memiliki
pendapatan lebih besar dari pada hanya menanam kopi saja sehingga tanaman tumpangsari kopi
dan jernang cocok untuk di kembangkan lebih lanjut.
Kata Kunci: Tumpangsari, Tanaman Jernang, Tanaman Kopi dan Jernang.

149
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki tanah yang sangat subur, hal yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia yang masih mengandalkan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, kesuburan tanah juga tentu saja sangat membantu meningkatkan pergerakan roda ekonomi
nasional maupun internasional, karena banyak hasil pertanian yang diekspor maupun
dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi didalam negeri, sebagian besar masyarakat Indonesia
masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Provinsi Aceh, tepatnya Kabupaten Aceh Tengah. Kopi gayo merupakan varietas kopi
arabika yang menjadi salah satu komoditas unggulan yang berasal dari dataran tinggi gayo.
Perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah telah dikembangkan sejak tahun 1908 dengan
ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Kabupaten Aceh Tengah memiliki perkebunan kopi
terluas di Indonesia, yaitu sekitar 48.300 hektar. Pertanian merupakan jalan hidup bagi sebagian
besar penduduk Aceh dengan masih banyaknya yang menggantungkan hidup pada sektor
pertanian (Shodikin,2018).
Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah hampir sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari
pertanian kopi, padahal dalam kenyataannya harga jual kopi selalu berfluktuasi dan masa panen
yang setahun hanya sekali atau dua kali panen saja. Kondisi tersebut menyebabkan petani berada
pada posisi kesejahteraan yang tidak menentu, akibat dari permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak. Dapat kita lihat sebagian fenomena petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah, dalam
kenyataannya peningkatan produksi komoditas kopi yang memang selama ini berorientas ekspor
telah memberikan sebagian kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah.
Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya yang sangat penting bagi petani dalam
melakukan kegiatan pertanian, lahan yang luas akan semakin memperbesar harapan petani untuk
dapat hidup layak (Hasibuan,2014). Luas lahan yang semakin besar akan mempengaruhi jumlah
produktivitas yang besar juga. Kesuburan lahan di Kabupaten Aceh Tengah dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk penanaman tanaman tumpangsari jernang, Kabupaten Aceh Tengah salah
satu daerah yang memiliki penyebaran tanaman rotan jernang dengan kualitas yang baik,
berpotensi untuk dilakukannya usaha pertanian tanaman tumpang sari jernang
Jernang adalah salah satu jenis tanaman rotan yang berasal dari genus Daemonorops atau
dari resin yang terdapat pada buahnya. Di Indonesia jernang banyak terdapat di Provinsi Aceh,
Jambi dan Kalimantan. Keunggulan penanaman jernang sebagai tanaman tumpangsari, karena
perawatan dan pemeliharan yang tidak sulit hanya membutuhkan pohon sebagai tumpangan akar
jernang dan masa panen dua kali setahun. Oleh sebab itu peneliti menggunakan tanaman jernang
sebagai alternatif tanaman yang akan ditanam petani sebagai tanaman pendamping kopi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Jernang
Tumpangsari merupakan suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa
pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal dalam waktu yang bersamaan.
Tumpangsari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang bersamaan untuk dua
jenis tanaman, sistem tanaman tumpang sari dengan hasil dan efisiensi pemanfaatan lahan
terbaik, Pada umumnya sistem tumpang sari lebih menguntungkan dibandingkan sistem
monokultur karena produktivitas lahan menjadi lebih lebih tinggi, jenis komoditas yang di
hasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat
diperkecil. Sistem tanaman tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan apabila jenis-

150
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling
menguntungkan.
Semua jenis usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi, apabila seorang
petani memandang pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimaml maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dikenal sebagai
argibisnis.
Menurut Patola dan Bahri (2017) Para petani akan bertanam secara tumpang sari apabila
secara agronomi dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi dan secara ekonomi menguntungkan
dengan menanam secara campuran dari pada dengan membagi-bagi lahan yang setara luasnya
menjadi beberapa pertanaman tanaman tunggal yang berdiri sendiri-sendiri.
Wisman (2010) menyatakan mengenai kelayakan usaha kopi dengan sistem bagi hasil di
Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kopi layak untuk dijalankan, baik secara
bersama maupun secara terpisah berdasarkan sistem bagi hasil. Setelah dilakukan analisis
sensitivitas dengan peningkatan biaya produksi dan penurunan harga hasil produksi sebesar 10%
pada tingkat suku bunga sebesar 18% dengan tambahan biaya manajemen 20% menunjukkan
kopi sudah tidak layak untuk dijalankan.

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu mengambil kasus di Kabupaten Aceh Tengah,
peneliti membandingkan petani kopi sebelum dan sesudah melakukan tumpang sari jernang di
Kabupaten Aceh Tengah.
teknik sampling yang di pakai snowball sampling, Snowball sampling adalah dimana
pendekatan untuk menemukan kunci yang memiliki banyakk informasi. Dengan mebbunakan
sampling ini, beberapa responden yang dihubungi dan ditanya apakah mereka mengetahui orang
yang lain seperti yang dimaksud untuk keperluan penelitian. Kontak awal akan membantu
mendapatkan responden lainnya melalui rekomendasi. Teknik ini didukung juga dengan teknik
wawancara dan survey lapangan (Nurdiani,2014).
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan dalam proses peroduksi. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan
atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total, (Soekartawi 1986). Pendapatan usahatani dapat
dirumuskan:
PD sblmTS = TR sblmTS - TC sblmTS
PD ssdhTS = TR ssdhTS – TC ssdhTS

Keterangan:
PD = Pendapatan usahatani
SblmTS = Sebelum Tumpang Sari
SsdhTS = Sesudah Tumpang Sari
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil penjualan output yang dirumuskan sebagai
berikut:
TR = Q . P

151
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

Keterangan:
TR = Total penerimaan (total revenue)
Q = Jumlah roduksi yang diperoleh usahatani
P = Harga jual

Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap
(fix cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
petani dan tidak pernah berubah nominalnya berdasarkan tingkat produksi, sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang jumlahnya dapat meningkat atau menurun berdasarkan produksi.
Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan dan penyusutan peralatan, sedangkan biaya variabel
meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit, pupuk, tenaga kerja, dan biaya lainnya
seperti biaya untuk pembelian biaya karung, Biaya Total merupakan penjumlahan antara biaya
variabel dan biaya tetap yang dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total biaya (total cost)
TFC = Total biaya tetap (total fixed cost)
TVC = Total biaya variabel (total variable cost)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1
Luas Lahan yang Dimiliki respondend

No Luas Lahan Diperoleh


(Ha)
1 0,5 – 1 12
2 1,1 – 3 19
3 3,1 – 5 0
Jumlah 31
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2018 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat 12 responden memiliki lahan 0,5 hektar sampai
dengan 1 hektar, 19 responden memiliki lahan dari 1 hektar sampai dengan 3 hektar, sedangkan
3,1 hektar sampai dengan 5 hektar dimiliki oleh 0 responden.

Tabel 2
Luas Lahan pertanian yang Menggunakan Tumpangsari Jernang dan Tidak
Mengunakannya

No Luas Lahan Tumpang Sari


(Ha)
1 0,5 – 1 26
2 1,1 – 3 5
3 3,1 – 5 0
Jumlah 31
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2018 (diolah)

152
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat 26 responden mengunakan tanaman jernang antara 0,5
hektar sampai dengan 1 hektar, 5 responden menggunakan lahan antara 1,1 hektar sampai dengan
3 hektar dan tidak ada yang menggunakan lahan diatas 3 hektar. Penjelasan diatas menjelaskan
bahwa hampir lebih dari 95 persen pemilik lahan pertanian telah menggunakan tanaman
tumpangsari jernang sebagai tanaman kedua setelah kopi.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh
semua responden pada penelitian ini adalah milik sendiri, tanpa ada pihak lain dalam pembagian
hasil dari tanaman tersebut.

Dampak Tanaman Tumpangsari Jernang Terhadap Perekonomian Masyarakat Kabupaten


Aceh Tengah

Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah hampir 70 persen berprofesi sebagai petani, banyak
dari mereka yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga apabila sektor
pertanian tidak bisa memenuhuhi kebutuhan mereka justru berdampak langsung pada
perekonomian rumah tangga setiap petani di daerah tersebut. Dari sebagian besar responden
yang menggunakan tanaman tumpang sari jernang mengatakan bahwa kondisi perekonomian
mereka lebih baik setelah lahan pertaniannya di dimanfaatkan.

153
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

Tabel 4
Perbandingan Total Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan Pertanian
Tumpangsari Jernang dan Kopi dengan Pertanian Kopi

NO URAIAN TUMPANGSARI KOPI DAN


JERNANG/ PETANI/ HA
RATA-RATA PRODUKSI
1 - KOPI (KG) 2.129,03
- JERNANG (KG) 298,38
HARGA/KG
2 - KOPI (RP) 65.000
- JERNANG (RP) 480.000
RATA-RATA PENERIMAAN/TAHUN
- KOPI (RP) 138.387.096,
3
- JERNANG (RP) 143.225.806
TOTAL RATA-RATA PENERIMAAN (RP) 281.612.903
RATA-RATA BIAYA PRODUKSI/TAHUN
- KOPI (RP) 17.564.516
4
- JERNANG (RP) 3.908.870
TOTAL RATA-RATA BIAYA PRODUKI (RP) 21.473.387
PENDAPATAN
- KOPI (RP) 120.822.580
5
- JERNANG (RP) 139.316.935
TOTAL PENDAPATAN (RP) 260.139.516
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2018 (diolah)

Tabel 4 menunjukan bahwa produksi yang berbeda menghasilkan pendapatan yang


berbeda, total rata-rata penerimaan/tahun yang sebelumnya rata-rata penerimaan responden dari
perkebunan kopi saja tanpa tanaman jernang adalah sebesar Rp138.387.096,8 sedangkan total
penerimaan jernang adalah sebesar Rp143.225.806. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerimaan kopi dan jernang mengalami peningkatan. Rata-rata total biaya produksi kopi yang
sebelumnya Rp17.564.516 meningkat Rp3.908.870 dikarenakan pelibatan dua jenis tanaman
kopi dan jernang dan rata-rata total pendapatan kopi Rp120.822.580 bila dibandingkan dengan
hanya mengandalkan usaha pertanian tumpangsari jernang dan kopi jauh lebih tinggi sebesar
Rp260.139.516, dapat disimpulkan bahwa selisih pendapatan petani kopi dan petani yang
menggunakan tanaman kopi dan jernang mengalami peningkatan pendapatan yang sebelumnya
hanya Rp120.822.580 meningkat menjadi sebesar Rp.260.139.516 .

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Menggunakan Tanaman Tumpangsari Jernang


Dengan Kopi

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan tanaman tumpangsari


jernang pada lahannya yaitu :
1) Pertanian kopi yang tidak produktif sehingga penggunaan tumpangsari jernang pada lahan
merupakan solusi bagi mereka demi menunjang pendapatan.
2) Perawatan atau pemeliharaan yang tidak sulit.
3) Nilai jual jernang yang tinggi.

154
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan untuk menganalisa pendapatan sebelum dan sesudah
menggunakan tanaman tumpangsari jernang di Kabupaten Aceh Tengah, petani yang
menggunakan lahan pertanian kopi beralih menggunakan pertanian tumpang sari jernang dan
kopi mengalami perubahan pendapatan yang meningkat setelah lahannya di manfaatkan dengan
menanam dua tanaman sekaligus tanpa merusak tanaman unggulannya, peningkatan pendapatan
mereka cukup besar dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp170.187.903,33/ tahun. Kondisi ini
merupakan faktor utama masyarakat beralih dari lahan pertanian satu komoditas kopi ke lahan
tumpangsari jernang dan kopi. Karena pemanfaatan dua tanaman dalam satu area sangat
menguntungkan bagi pertanian di Kabupaten Aceh Tengah.

Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah sebaiknya membuat standar harga yang sesuai pada komoditi kopi agar petani yang
fokus pada pertanian kopi dapat memperoleh keuntungan yang setimpal.
2. Bagi petani
Petani sebaiknya melakukan tanaman tumpangsari jernang dibandingkan hanya menanam
tanaman kopi saja, karena penerimaan dan pendapatan usaha tani pola tanam tumpangsari
jernang dan kopi jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari pertanian kopi saja.

155
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.2 Mei 2019 : 149-156

DAFTAR PUSTAKA
Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and Tropical Farming Systems. Gower Publishing
Company Limited. England

Patola dan Bahri. 2017. Studi Untuk Menetapkan Sistem Tumpang Sari Kubis dan Gandum yang
Paling Sesusai. Riset Fair. Surakarta: Jurnal Unisri Surakarta Fakultas pertanian.

Hasibuan, l. S. 2015. Analisis Konversi Lahan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat. Bogor:
Jurnal Institut Pertanian Bogor.

Juhadi. 2014. Pola-pola Pemanfaatan Lahan. Semarang: Jurnal Universitas Negeri


Semarang.

Shodikin dan Zulham. 2018. Pengaruh Pembangunan Pertanian Terhadap Kesempatan Kerja Di
Sektor Pertanian Dan Kemiskinan Di Provinsi Aceh. Banda Aceh. Jurnal Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala.

Soekartawi. 1986. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Univesitas Indonesia.

_________. 2001. Ilmu Usahatani. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wisma IN. 2010. kelayakan usaha agroforestri mahoni dan kopi dengan sistem bagi hasil. Bogor:
Jurnal Institut Pertanian Bogor.

156

Anda mungkin juga menyukai