SKRIPSI
Oleh:
NANDA ROSYITA
NIM: 20130004
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terkenal sebagai Negara agraris, dimana sebagian besar
menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam menopang pembangunan nasional
(Hayati et al., 2017). Hal ini melalui Produk Domestik Bruto (PDB), pendapatan devisa,
penyediaan pangan dan bahan baku bagi industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan
dan hewan dengan maksud agar menciptakan pertumbuhan yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan manusia (Sagala et al., 2021). Negara agraris seperti Indonesia,
sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama penduduk Indonesia (Afrianto, 2018).
perekonomian nasional maupun pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat (Isbah & Iyan,
2016). Peran strategis pertanian dalam pembangunan ekonomi terlihat dari sumbangan
Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian terhadap PDB nasional (Susilo &
Ratnawati, 2016). PDB ini mengalami peningkatan yaitu dari 13,9 persen pada tahun 2004-
2009 menjadi 14,9 persen pada kurun waktu 2010-2013 (Huda, 2019). udidaya tanaman
hortikultura merupakan salah satu andalan bagi sektor pertanian (Nugroho & Waluyati,
2018). Hal ini dapat dilihat dari permintaan tanaman hortikultura yang setiap tahunnya
meningkat (Manik et al., 2020). Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat di
Indonesia maka kebutuhan akan pangan terutama makan pokok seperti buah dan sayuran
akan meningkat (Wahyuni & MP, 2018). Sayuran merupakan bagian dari kelompok
tanaman hortikultura berperan penting sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat yang
dibutuhkan oleh masyarakat (Ekawati et al., 2021). Lahan pertanian yang subur dan
pasokan air irigasi yang cukup melimpah menyebabkan sebagian besar masyarakatnya
memiliki peluang yang lebih banyak untuk mengembangkan berbagai jenis sayur-sayuran
semusim. Ketersediaan air irigasi sepanjang musim, usaha budidaya berbagai jenis sayur-
sayuran hijau memiliki potensi untuk dijadikan sebagai tanaman susulan setelah bawang
merah dalam sistem pola tanam bergilir (BPS NTB, 2018). Masyarakat pedesaan masih
mencerminkan budaya atau peradaban masyarakat agraris. Sebagian besar (lebih dari 75%)
penduduk desa bekerja di pertanian (Pranadji, 2016). Risiko produksi pertanian lebih besar
dibandingkan risiko non-pertanian, karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam seperti
cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Selain alam, risiko juga dapat
ditimbulkan oleh kegiatan pemasaran.Risiko harga disebabkan karena harga pasar tidak
dapat dikuasai petani.Fluktuasi harga lebih sering terjadi pada hasilhasil pertanian. Besar
kecilnya risiko yang dihadapi oleh petani akan berdampak pada tingkat produksi dan
pendapatan yang diperoleh petani. Adanya risiko tersebut berdampak pada tingkat
pendapatan petani.Semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh petani, maka peluang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh pada tahun
2017, daerah produksi tanaman sayuran di seluruh kabupaten dengan total sebanyak 23
kabupaten di Provinsi Aceh. Terdapat tiga daerah kabupaten dengan hasil produksi
78.176 ton di tahun 2017. Peringkat kedua diduduki oleh Kabupaten Aceh Tengah
dengan produksi sebesar 66.829 ton di tahun yang sama. Sedangkan Kabupaten Aceh
Besar berada di peringkat ketiga dengan jumlah produksi di tahun 2017 sebesar
19.387,5 ton. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat banyak petani yang memproduksi
tanaman sayuran. Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditi tanaman yang
memiliki peluang untuk ditingkatkan produksinya di Kabupaten Aceh Besar. Salah satu
daerah yang merupakan sentra produksi sayuran di Kabupaten Aceh Besar adalah
Dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa produksi sayuran yang tinggi adalah tanaman sawi
dengan total produksi sebanyak 167,1 ton. Kemudian produksi yang tinggi selanjutnya
adalah tanaman kangkung dengan total produksi sebanyak 94,87 ton dan tanaman bayam
dengan total produksi sebanyak 46,95 ton. Untuk dapat meningkatkan pendapatan
usahatani sayuran di Desa Barabung Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, yang
dapat mempengaruhinya adalah luas lahan, biaya produksi, serta harga jual produk.
Pendapatan yang tinggi dalam ekonomi pertanian tidak memiliki arti penting apabila harus
didapatkan melalui penggunaan biaya produksi yang tidak sesuai kebutuhan usahatani.
Menurut Idani (2012) diversifikasi pertanian merupakan usaha penganekaragaman jenis usaha
ataupun tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian
dimana diversifikasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan memperbanyak jenis
tanaman pada suatu lahan. Diversifikasi pertanian dilakukan dengan melalui pengaturan pola
tanam dengan maksud lain adalah dengan memilih kombinasi jenis komoditi sayuran yang
akan diusahakan pada lahan tertentu dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
Sehingga dalam pengaturan pola tanam usahatani, pendapatan yang akan diperoleh petani
sangat dipengaruhi dari pemilihan jenis komoditi yang diusahakan. Kecamatan Darussalam
terbagi atas 29 desa. Sebagian besar masyarakat darussalam bermata pencaharian sebagai
petani baik petani padi maupun petani sayuran hingga peternak. Desa Barabung merupakan
salah satu desa dengan jumlah petani yang banyak termasuk petani sayuran. Jenis sayuran
yang menjadi sayuran utama yang ditanam oleh petani di Desa Barabung adalah sawi, bayam
dan kangkung. Jenis sayuran yang ditanam oleh petani disetiap musimnya menjadi salah satu
faktor yang dapat menentukan pendapatan petani. Penggunaan input produksi seperti pestisida,
benih, pupuk dan biaya lainnya harus dialokasikan dengan baik agar petani mendapatkan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian yang dapat
1) Bagaimanakah pola tanam yang dilakukan oleh petani sayuran di Gampong Barabung
Darussalam Kabupaten Aceh Besar?
2) Bagaimanakah tingkat pendapatan berdasarkan pola tanam usahatani sayuran di
Gampong Barabung Darussalam Kabupaten Aceh Besar
1.3Tujuan Penelitian
Berikut:
a.Agar dapat bermanfaat dalam merencanakan pola tanam yang optimal pada
b.Diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan untuk mendapatkan infomasi dari
pihak terkait,baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap pola tanam optimal
pada usahatani sayuran.
c.Agar petani dapat mengetahui pola usahatani yang dapat diaplikasikan untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimum.
d.Sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk dapat menyelesaikan S1 Agribinis