Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS USAHA PENGELOLAHAN KEDELAI (Glycine max L.

)
MENJADI TEMPE STUDI KASUS DESA TANGGETADA KABUPATEN
KOLAKA

OLEH
INDRI HARDIANGSI
190530164

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana salah satu produk

unggulan pertanian Indonesia adalah tanaman pangan. Ketahanan pangan dalam

suatunegara dikatakan baik apabila semua penduduk di suatu negara dapat

terpenuhi kebutuhannya (Fertiwi, 2018).

Tanaman pangan berbasis biji bijian adalah salah satu makanan kesukaan

masyarakat Indonesia. Kandungan vitamin didalamnya yang membuat olahan dari

biji-bijian ini mengikat minat banyak orang yang mengkonsumsinya. Hal ini tidak

terlepas dari kegemaran masyarakat yang gemar mengkonsumsi makanan olahan

dari biji – bijian, khusunya kedelai. Kedelai merupakan salah satu biji – bijian

yang kaya akan lemak nabati dan protein yang sudah menjadi salah satu lauk

pokok bagi masyarakat Indonesia. Menyadari bahwa kedelai merupakan bahan

pangan utama masyarakat Indonesia, pemerintah telah meningkatkan produksi

kedelai nasional sejak tahun 1962, yang terdiri dari dua komponen utama yaitu

perluasan produksi dan intensifikasi (Kharisma, 2018).

Di Indonesia, penggunaan kedelai berfokus pada konsumsi tempe dan tahu

yang merupakan bagian dari menu makanan (Astuti, 2012). Mayoritas masyarakat

Indonesia lebih suka mengonsumsi kedelai dalam bentuk olahan seperti tahu,

tempe, tauco, oncom, kecap, dan kecap (Salman & Rahma, 2018). Menurut
Anonim (2016) menunjukkan konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di

Indonesia sebesar 6,99 kg dan tahu 7,51 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan

kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau

sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar negeri. Ini terjadi karena kurangnya

kualitas kedelai yang ada didalam negeri kurang memadai kualitasnya dan disertai

dengan semakin berkurangnya lahan pertanian karena adanya alih fungsi lahan

menjadi tempat tinggal seperti perumahan maupun lokasi industri.

Produksi kedelai di Indonesia masih rendah karena luas tanam terus

menurun dalam beberapa tahun terakhir (Khudori, 2014). Perkembangan luas

panen kedelai Indonesia dari tahun 1980 hingga 2016 Ini menunjukkan tingkat

peningkatan tahunan sebesar 0,69%. Namun, pada 2016, luas areal kedelai

diperkirakan 589,42 ribu hektare, turun 4,27% dari tahun sebelumnya 614,10 ribu

hektare. Produksi kedelai Indonesia berfluktuasi dari tahun 1980 hingga 2016 dan

cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 2,63%.

Selain itu, produksi kedelai pada tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan

sebesar 7,06% dari 963,18 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 887,54 ribu ton.

Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai putih, merupakan bahan

baku tempe dan tahu, bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih

rendah daripada Jepang dan Cina. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak bersifat

fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam peembudidayaan meskipun dari

aspek adaptasi lebih cocok bagi Indonesia (Anonim, 2015).


Kedelai merupakan komoditi pangan penting yang memiliki potensi pasar sangat

besar dan kebutuhan terus meningkat.konsumen terbesar kedelai adalah industry

tahu dan tempe (Damardjati et.al.2005); (Simatupang, Marwoto, and swastika

2005) serta kebutuhan industry pagan (Tangendjaya,Yusdja, and nyak 2003).

Penemuan permintaan kedelai masih mengandalkan impor dan

ketergantungan terhadap impor di perkirakaan akan terus meningkat seiring

dengan meningkatnya dengan jumlah penduduk dan komsumsi kedelai .menurut

(Syafa’at.et.al.2005) sampai tahun 2020 produksi kedelai diprediksi akan

meningkat dengan laju 0,19%/tahun sedangkan komsumsi meningkat sebesar

2,36%/tahun

Provinsi Sulawesi tenggara (Sultra) merupakan salah satu daerah yang

potensial untuk pengembangan kedelai utamanya dalam mendukung program

perluasan areal tanam (Simatupang et al.2005). Dari aspek luas lahan,terdapat

lahan kering yang belum termanfaatkan seluas 2.360.491 ha dan lahan sawah

tadah hujan seluas 9.749 ha (BPS Sultra 2013). Pada tahun 2013, luas areal panen

kedelai tercatat 3.735 ha dengan produksi sebesar 3.595 ton (Dinas pertanian

provinsi Sulawesi Tenggara 2014). Wilayah ini baru berkontribusi 0,46%terhadap

produksi kedelai nasional. Ditinjau dari aspek produktivitasmya juga masih

rendah ,baru mencapai 963 kg/ha dengan rata rata pertumbuhan 2%

pertahun.capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan produktivitas kedelai

nasional yang mencapai 1,42t/ha (BPS Indonesia 2014).


Kabupaten kolaka potografi yang mendukung untuk membudidayakan tanaman

semusim terutama kedelai.hal ini berdasarkan data BPS tahun 2018 yang

bersumber dari laporan statistic pertanian tanaman pangan tentang luas

panen,produktivitas jagung dan kedelai kabupaten/kota provinsi Sulawesi

Tenggara 2015 di kabupaten kolaka data kedelai luas panen 891 ha,produksi

166.718,71 ton. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat kesejatreaan petani.olehnya

itu ,kemampun petani dalam mengunakan factor produksi secara cepat tepat akan

mengurangi biaya produksi dan mendapatkan produksi yang optimal,

Beberapa penelitian telah di laporkan sebelumnya mengenai bagaimana

memanfaatkan factor produksi dengan baik dan tepat agar meningkatkan produksi

dan mengurangi biaya produksi tanaman kedelai pada beberapa wilayah di

Indonesia ,seperti jawa timur (WIdonoto & Arifin,2008), aceh (putri dkk,2015),

indramayu (Suciaty & Hidayat,2019), Dan tojo una una (Mapu dkk,2019),

Penelitian (Alamanda,2019) menyatakan bahwa usahatani kedelai rata rata

produktivitas sebesar 1,31 ton/ha dengan biaya yang di keluarkan 1,45 juta /ton

memperoleh pendapatan 6,76 juta/ha dengan 95% taraf kepercayaan.(Nuswantara

dkk, 2019) hasil analisisnya menyatakan bahwa usahatani kedelai masih layak di

usahakan dengan kelayakan ekonomi R/C rasio >1,478 .Hinga saat ini belum ada

laporan penelitian mengenai kajian analisis efisiensi teknis pada usahatani kedelai

di wilayah kabupaten kolaka,

Selain dari alokasi berupa seberapa banyak penggunaan biaya terhadap

usahatani Kedelai yang harus disinkronisasikan dengan berapa besar jumlah hasil

produksi yang diperoleh petani kedelai. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka,
merilis hasil dari produksi usahatani kedelai yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

berikut:

Tabel 1.1.Produksi Hasil Usahatani Kedelai


Tahun
Jenis Usaha 2018 2019 2020 2013 2014

Kedelai 4219,08 0,00 0,00 3.390 19,407


Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Kolaka Tahun 2010-2014

Berdasarkan fenomena dan data-data yang ada diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Usaha Pengelolahan

kedelai menjadi tempe di Desa Tanggetada, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten

Kolaka “.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah penggunaan factor ( biaya, pendapatan, jumlah tenaga kerja dan

teknologi yang digunakan ) secara alokatif sudah efisien pada produksi

usahatani kedelai di Kelurahan Tanggetada, Kecamatan Tanggetada,

Kabupaten Kolaka?

2. Bagaimana risiko usahatani kedelai di Kelurahan Tanggetada, Kecamatan

Tanggetada, Kabupaten Kolaka?


C. Tujuan Penelitian

Dari awal latar belakang serta rumusan masalah diatas maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui efesiensi penggunaan factor (benih,pupuk,pestisida,jumlah

tenaga kerja)secara alokatif pada usahatani kedelai di desa

tanggetada ,kecamatan tanggetada,kabupaten kolaka;

2. untuk mengetahui risiko usahatani kedelai desa tanggetada ,kecamatan

tanggetada,kabupaten kolaka.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai ;

1. sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya

2. sebagai bahan informasi strategis dalam pengembangan usahatani kedelai di

kecamatan tanggetada.

3. bahan pertimbangan dan kebijakan pemerintah.dalam mendukung

pengembangan dan menentukan kebijakan khususnya bidang pertanian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

1. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu sebagai acuan penulis dalam melakukan penelitian

sehingga dapat memperbanyak teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian

yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini dapat diliat pada tabel2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1
Beberapa Penelitian Terdahulu

Nama Tujuan Metode Hasil


Nastiti Winahyu, Untuk Metode penentuan Secara
dan Rita menganalisis quota sampling keseluruhan
Nurmalina pendapatan dengan pendapatan tunai
(2014). usahatani kedelai mempertimbangkan pada usahatani
Pendapatan panen kering dan hasil kedelai yang kedelai di Desa
Usahatani Kedelai panen basah di diusahakan Sukasirna lebih
di Desa Sukarsina Desa Sukarsina tinggi dibanding
Kecamatan Kecamatan pendapatan total
Sukaluyu Sukaluyu usahatani. Pada
Kabupaten Kabupaten kedelai polong tua
Cianjur Cianjur pendapatan atas
biaya tunai yang
didapat oleh
petani sebesar Rp
2.287.625,33.
Sedangkan
pendapatan atas
biaya total sebesar
Rp 578.796,95.
Pada usahatani
kedelai polong -
muda,
pendapatan tunai
dan pendapatan
total secara
berturut-turut
sebesar Rp
680.142,42 dan
Rp 129.199,46.
Hasil diatas
menunjukan
bahwa pendapatan
kedelai polong tua
lebih besar dari
pada kedelai
polong muda

B. Landasan Teori

1. konsep usahatani

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengelokasiakan sumber daya yang ada secara efektif dan efesiensi
untuk tujuan memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani

dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengelokasikan sumber daya

yang di kuasai sebaik baiknya. Usahatani di katakana efesien apabila

pemanfataan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output)yang melebihi

masukan (input)(Soekartawi,1986). Soerharjo dan patong(1973),menjelaskan

bahwa usahatani adalah proses perorganisasian factor-faktor produksi yaitu alam,

tenaga kerja,modal, dan pengelolahan yang diusahakan oleh perorangan ataupun

sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi

kebutuhan keluarga ataupun orang lain di samping bermotif mencari pendapatan.

Hernanto (1991), menyatakan bahwa unsur-unsur pokok yang ada dalam

usahatani yang penting untuk di perhatikan adalah tenaga kerja,modal, dan

pengelolahan (manajemen). Unsur tersebut juga di kenal dengan istilah factor-

faktor produksi. Unsur-unsur usahatani tersebut mempunyai kedudukan yang

sama satu sama lainnya,yaitu sama-sama penting. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani di golongkan menjadi dua, yaitu factor

internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang ada pada usahatani

itu sendiri ,seperti petani pengelolahan,lahan usahatani,tenaga kerja,modal,tingkat

teknologi, kemampuan petani mengelokasikan penerima keluarga, dan jumlah

keluarga. Factor eksternal adalah factor-faktor diluar usahatani, seperti

tersedianya sarana transportasi dan komunikasi ,aspek-aspek yang menyankut

pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain),

2. Risiko Usahatani
Keberhasilan produksi ditentukan oleh bagaimana petani dapat mengatur

secara baik factor-faktor produksi (infut)yang digunakan untuk menghasilkan

output yang optimal dalam mengatasi berbagai kendala yang di timbulkan oleh

alam maupun perkembangan pasar,factor pasar seperti fluktuasi harga juga tidak

dapat dipastikan sehinga hal ini menimbulkan resiko dan ketidakpastian dalam

usahatani.

Kegiatan pada sector pertanian yang menyangkut proses produksi selalu

diharapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty),

Pada risiko peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih

dahulu,sedangkan ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak bisaa diramalkan

sebelumnya karena peluang terjadinya merugi belum di ketahui.sumber

ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian

dan fluktuasi harga. Jadi produksi menjadi berpengaruh terhadap keputusan petani

untuk berusahatani berikutnya (Soekartawi,Rusmandi, dan Damaijati,1993).

Darmawi (2004),mendefinisikan risiko menjadi beberapa arti, yaitu risiko

sebagai kemungkinan merugi, risiko yang merupakan ketidakpastian, risiko

merupakan menyebaran hasil ektual dari hasil yang di harapkan dan risiko sebagai

probabilitas sesuatau hasil berbeda dari hasil yang di harapkan. Ketidakpastian

merupakan sesuatau kejadian dimana hasil dan peluangnya tidak bisa di

tentukan.ketidakpastian merupakan diskripsi karakter dan lingkungan ekonomi

yang di hadapi oleh petani. Dimana lingkungan tersebut mengadung beragam


ketidakpastian yang di respon oleh petani berdasarkan kepercayaan subjektif

petani (Ningsih,2010).

Berdasarkan definisi di atas, risiko dapat diartikan sebagai penyimpangan

dari hasil yang di peroleh dengn hasil yang di harapkan.pada risiko probabilitas

dan hasil akhir dapat diketahui, sedangkan ketidakpastian probabilitas dan hasil

akhirnya tidak bisa di tentukan. Menurut Kadarsan (1992) ada beberapa hal

penyebab risiko, yaitu ketidakpastian produksi, tingkat produksi ,tingkat harga

dan perkembangan teknologi sebagai berikut:

a) Risiko produksi
Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar di bandingkan dengan sektor
non pertanian karena pertanian sangat di pengaruhi oleh

b) Risiko biaya
risiko biaya terjadi akibat fluktuasi harga sarana-sarana produksi ,seperti
kedelai

c) Risiko teknologi
Risiko teknologi terjadi pada inovasi teknologi baru disektor pertanian karena
petani belum paham,belum cukup terampil atau gagal dalam menerapkan
teknologi baru.
Secara statistik, pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran
ragam (variance)atau simpan baku (standard deviation). Pengukuran dengan
ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan
penyimpananpengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata-rata yang di harapkan.
Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata
keuntungan yang di peroleh keuntungan petani, sedangkan simpangan baku (V)
merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang kemungkinan diperoleh atau
merupakan resiko yang di tanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah
sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah
hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang di harapkan. Batas bawah keuntungan
(L) menunjukan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin di terima oleh
petani (Kadarsan, 1995).

d) Tenaga kerja
Menurut simanjuntak(1995) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah
“penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih,yang sudah tau sedang mencari
pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan menugurus
rumah tangga” Adapun menurut butar-butar (2010) bahwa penggolongan tenaga
kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari dua golongan yaitu tenaga
kerja anak-anak (umur 10 -< 15 tahun) dan tenaga kerja dewasa ( umur >15
tahun ) dengan standar konversi 7jam kerja efektif/hari.
Faktor tenaga kerja disini dapat diliat dari jumlah curahan kerja. Dalam
usahatani tenaga kerja di bedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan
jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga
kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenis nya di dasarkan atas spesialis
pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam berkerja yang dikena tenaga
kerja pria,wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam kelarga dan luar
keluarga di pengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka
pengunaan tenaga kerja cenderun semakin meningkat. Penilaian terhadap
pengunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang
biasanya di sebut dengan hari oang kerja atau HOK. Namun, tidak selamanya
penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karenah
walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih
baik maka dapat mempengauhi produksi (soekartawi, 2002).

4. Teori Produksi
a. fungsi produksi
fungsi produksi adalah hubungan diantara factor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakanya. Tujuan dari kegiatan produksi adalah
memaksimalkan jumlah output dengan sejumlah input tertentu. Lebih lanjut
fungsi produksi juga di jelaskan oleh Nicholson (2002), fungsi produksi adalah
suatu fungsi yang menunjukan hubungan matematik antara input yang di gunakan
untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi dapat di
nyatakan dalam persamaan berikut ini :

q = f (K,L,M,)….……………………………………………………(2.1)
keterangan : q adalah output barang-barang tertentu selama satu periode
k adalah input modal yang di gunakan selama periode
tersebut,
L adalah input tenaga kerja dalam satuan jam adalah input
bahan mentah yang di gunakan.
Dari persamaan (2.1) dapat dijelaskan bahwa jumlah output tergantung dari
kombinasi pengunaan modal, tenaga kerja, dan bahan mentah.semakin tepat
kombinasi input.semakin besar kemungkinan output dapat diproduksi secara
maksimal. Keberadaan fungsi produksi juga diperjelas oleh Salvatore(1995) yang
menjelaskan bahwa fungsi produksi menunjukan jumlah maksimum komoditi
yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif,bila
menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang tersebut : the law of
diminishing returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input
ditambahkan penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan tadi
mula-mula menarik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus
ditambah.
b.fungsi produksi cobb –douglas
fungsi produksi cobb-doung adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel,dimana variabel yang satu disebut dengan
variabel dependen, yang menjelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel
independen , yang menjelaskan,(X).(soekarwati,2003).
Fungsi produksi cobb dounglass secara matematis bentuknya adalah sebagai
berikut :
Q=AK ……………………………………………………………………......(2.2)
Jika diubah ke dalam bentuk linear:
LnQ=Ln A+a Ln K + LnL ……………………………………………………(2.3)
Keterangan:Q adalah Output L dan K adalah tenaga kerja dan barang modal.

A (alpha) dan (beta) adalah parameter-parameter positif yang di tentukan oleh


data.
Semakin besar nilai A, barang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di sentra produksi kedelai. Di desa tanggetada
kecamatan tanggetada ,terdapat beberapa lahan masyarakat yang ditanami kedelai.
Lokasi penelitian ditentukan dengan kunjungan langsung dilokasi penanaman
kedelai.pertimbangan itulah sehingga penelitian ini di tempatkan di desa
tanggetada kecamatan tanggetada.
2. waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari sampai maret tahun
2023. Langkah-langkah penelitian ini setelah ujian proposal. Maka kegiatan
selanjutnya adalah membuat rekomendasi penelitian ke pemerintah setempat
sekitar bulan rebruari 2023. Dilokasi penelitian , penulis mendata petani kedelai di
desa tanggetada sekitar 3 orang sekaligus mengambil informasi langsung tentang
yang dilakukan. Waktu yang dibutuhkan untuk mendata sekitar 10 hari kerja di
bulan maret 2023. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis penelitian
pada akhir bulan februari 2023.

B. Populasi dan sampel penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi diambil dari kelompok usahatani di desa tanggetada, kecamatan
tanggetada yang menjadi anggota sampel sebagian dari anggota populasi
mempunyai probability yang sama untuk dimasukan kedalam sampel (Bungin,
2005).
2. Sampel penelitian
Penelitian ini termasuk pada metode penelitian survei. dimana penelitian
survei adalah penelitian dimana yang digunakan diambil dari beberapa anggota
populasi yang representative mewakili seluruh anggota populasi. Metode
penentuan sampel yang digunakan yaitu metode yaitu proses
pengambilan sampel yang dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama
pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari
populasi dipilih satu persatu secara random (semua populasi mendapatkan
kesepatan yang sama untuk dipilih) dan juga sudah dipilih maka tidak dapat
dipilih lagi. Responde yang pilih memiliki kriteria yaitu petani yang lokasi
usahannya berada di desa tanggetada. Kecamatan tanggetada, kabupaten kolaka.
Sampel dalam penelitian adalah 3 orang sesuai dengan teori bailey yang
menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistic, ukuran sampel
paling minimum 3(Hadi,1988).

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri dengan melakukan
pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian, sedangkan data sekunder adalah
data yang diproleh atau dikumpulkan oleh pihak lain.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan, hasil wawancara,
pustaka dan lembaga yang terkait dengan penelitian ini, seperti; badan pusat
statisik (BPS) kabupaten kolaka, dinas pertanian kabupaten kolaka,sertai beberapa
sumber yang terkait.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut singarimbun dan Effendi (1995), wawancara adalah cara yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti mengunakan kuisioner. Data
yang diambil dari responden meliputi data karakteristik responden, data jumlah
produksi perhari adalah 14kg sampai 17kg , penggunaan factor-faktor
produksi,output,penerimaan,biaya total, pendapatan,keuntungan,tenaga kerja,dan
harga
2.Observasi (Pengamatan)
Observasi digunakan untuk mengatahui fakta yang terjadi di daerah penelitian
berdasarkan pengamatan sendiri.pengamatan ini dilakukan secara langsung oleh
penelitian di lokasi penelitian. Data yang di peroleh yaitu mengenai proses
produksi dalam kegiatan usahatani kedelai.
3. Pencatatan
Pencatatan dilakukan untuk perolehan data yang akan diolah dalam penelitian
ini.pencatatan ini dilakukan secara oleh peneliti di lokasi peneliti yaitu desa
tanggetada, kecamatan tanggetada, kabupaten kolaka. Data yang diperoleh yaitu
menggenai proses produksi dalam kegiatan usahatani kedelai.

E. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini, antara lain variabel terikat (independent) dan


variabel bebas (dependent). Dalam penelitian ini jumlah produksi kedelai di setiap
lokasi katakana sebagai variabel terikat, sedangkan factor-faktor produksi berupa
variabel output,variabel penerimaan, variabel biaya total,variabel
pendapatan,variabel keuntungan,variabel tenaga kerja, variabel harga,dan
merupakan variabel bebas.

F.

Anda mungkin juga menyukai