)
MENJADI TEMPE STUDI KASUS DESA TANGGETADA KABUPATEN
KOLAKA
OLEH
INDRI HARDIANGSI
190530164
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana salah satu produk
Tanaman pangan berbasis biji bijian adalah salah satu makanan kesukaan
biji-bijian ini mengikat minat banyak orang yang mengkonsumsinya. Hal ini tidak
dari biji – bijian, khusunya kedelai. Kedelai merupakan salah satu biji – bijian
yang kaya akan lemak nabati dan protein yang sudah menjadi salah satu lauk
kedelai nasional sejak tahun 1962, yang terdiri dari dua komponen utama yaitu
yang merupakan bagian dari menu makanan (Astuti, 2012). Mayoritas masyarakat
Indonesia lebih suka mengonsumsi kedelai dalam bentuk olahan seperti tahu,
tempe, tauco, oncom, kecap, dan kecap (Salman & Rahma, 2018). Menurut
Anonim (2016) menunjukkan konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di
Indonesia sebesar 6,99 kg dan tahu 7,51 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan
kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau
sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar negeri. Ini terjadi karena kurangnya
kualitas kedelai yang ada didalam negeri kurang memadai kualitasnya dan disertai
dengan semakin berkurangnya lahan pertanian karena adanya alih fungsi lahan
panen kedelai Indonesia dari tahun 1980 hingga 2016 Ini menunjukkan tingkat
peningkatan tahunan sebesar 0,69%. Namun, pada 2016, luas areal kedelai
diperkirakan 589,42 ribu hektare, turun 4,27% dari tahun sebelumnya 614,10 ribu
hektare. Produksi kedelai Indonesia berfluktuasi dari tahun 1980 hingga 2016 dan
Selain itu, produksi kedelai pada tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan
sebesar 7,06% dari 963,18 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 887,54 ribu ton.
Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai putih, merupakan bahan
baku tempe dan tahu, bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih
rendah daripada Jepang dan Cina. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak bersifat
2,36%/tahun
lahan kering yang belum termanfaatkan seluas 2.360.491 ha dan lahan sawah
tadah hujan seluas 9.749 ha (BPS Sultra 2013). Pada tahun 2013, luas areal panen
kedelai tercatat 3.735 ha dengan produksi sebesar 3.595 ton (Dinas pertanian
semusim terutama kedelai.hal ini berdasarkan data BPS tahun 2018 yang
Tenggara 2015 di kabupaten kolaka data kedelai luas panen 891 ha,produksi
166.718,71 ton. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat kesejatreaan petani.olehnya
itu ,kemampun petani dalam mengunakan factor produksi secara cepat tepat akan
memanfaatkan factor produksi dengan baik dan tepat agar meningkatkan produksi
Indonesia ,seperti jawa timur (WIdonoto & Arifin,2008), aceh (putri dkk,2015),
indramayu (Suciaty & Hidayat,2019), Dan tojo una una (Mapu dkk,2019),
produktivitas sebesar 1,31 ton/ha dengan biaya yang di keluarkan 1,45 juta /ton
dkk, 2019) hasil analisisnya menyatakan bahwa usahatani kedelai masih layak di
usahakan dengan kelayakan ekonomi R/C rasio >1,478 .Hinga saat ini belum ada
laporan penelitian mengenai kajian analisis efisiensi teknis pada usahatani kedelai
usahatani Kedelai yang harus disinkronisasikan dengan berapa besar jumlah hasil
produksi yang diperoleh petani kedelai. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka,
merilis hasil dari produksi usahatani kedelai yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
berikut:
Kolaka “.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini
adalah:
Kabupaten Kolaka?
Dari awal latar belakang serta rumusan masalah diatas maka tujuan
tanggetada,kabupaten kolaka.
C. Manfaat Penelitian
kecamatan tanggetada.
A. Tinjauan pustaka
1. Penelitian terdahulu
Tabel 2.1
Beberapa Penelitian Terdahulu
B. Landasan Teori
1. konsep usahatani
seseorang mengelokasiakan sumber daya yang ada secara efektif dan efesiensi
untuk tujuan memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani
dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengelokasikan sumber daya
internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang ada pada usahatani
pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain),
2. Risiko Usahatani
Keberhasilan produksi ditentukan oleh bagaimana petani dapat mengatur
output yang optimal dalam mengatasi berbagai kendala yang di timbulkan oleh
alam maupun perkembangan pasar,factor pasar seperti fluktuasi harga juga tidak
dapat dipastikan sehinga hal ini menimbulkan resiko dan ketidakpastian dalam
usahatani.
dan fluktuasi harga. Jadi produksi menjadi berpengaruh terhadap keputusan petani
merupakan menyebaran hasil ektual dari hasil yang di harapkan dan risiko sebagai
petani (Ningsih,2010).
dari hasil yang di peroleh dengn hasil yang di harapkan.pada risiko probabilitas
dan hasil akhir dapat diketahui, sedangkan ketidakpastian probabilitas dan hasil
akhirnya tidak bisa di tentukan. Menurut Kadarsan (1992) ada beberapa hal
a) Risiko produksi
Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar di bandingkan dengan sektor
non pertanian karena pertanian sangat di pengaruhi oleh
b) Risiko biaya
risiko biaya terjadi akibat fluktuasi harga sarana-sarana produksi ,seperti
kedelai
c) Risiko teknologi
Risiko teknologi terjadi pada inovasi teknologi baru disektor pertanian karena
petani belum paham,belum cukup terampil atau gagal dalam menerapkan
teknologi baru.
Secara statistik, pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan ukuran
ragam (variance)atau simpan baku (standard deviation). Pengukuran dengan
ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan
penyimpananpengamatan sebenarnya di sekitar nilai rata-rata yang di harapkan.
Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata
keuntungan yang di peroleh keuntungan petani, sedangkan simpangan baku (V)
merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang kemungkinan diperoleh atau
merupakan resiko yang di tanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah
sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah
hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang di harapkan. Batas bawah keuntungan
(L) menunjukan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin di terima oleh
petani (Kadarsan, 1995).
d) Tenaga kerja
Menurut simanjuntak(1995) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah
“penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih,yang sudah tau sedang mencari
pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan menugurus
rumah tangga” Adapun menurut butar-butar (2010) bahwa penggolongan tenaga
kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari dua golongan yaitu tenaga
kerja anak-anak (umur 10 -< 15 tahun) dan tenaga kerja dewasa ( umur >15
tahun ) dengan standar konversi 7jam kerja efektif/hari.
Faktor tenaga kerja disini dapat diliat dari jumlah curahan kerja. Dalam
usahatani tenaga kerja di bedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan
jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga
kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenis nya di dasarkan atas spesialis
pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam berkerja yang dikena tenaga
kerja pria,wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam kelarga dan luar
keluarga di pengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka
pengunaan tenaga kerja cenderun semakin meningkat. Penilaian terhadap
pengunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang
biasanya di sebut dengan hari oang kerja atau HOK. Namun, tidak selamanya
penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karenah
walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih
baik maka dapat mempengauhi produksi (soekartawi, 2002).
4. Teori Produksi
a. fungsi produksi
fungsi produksi adalah hubungan diantara factor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakanya. Tujuan dari kegiatan produksi adalah
memaksimalkan jumlah output dengan sejumlah input tertentu. Lebih lanjut
fungsi produksi juga di jelaskan oleh Nicholson (2002), fungsi produksi adalah
suatu fungsi yang menunjukan hubungan matematik antara input yang di gunakan
untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi dapat di
nyatakan dalam persamaan berikut ini :
q = f (K,L,M,)….……………………………………………………(2.1)
keterangan : q adalah output barang-barang tertentu selama satu periode
k adalah input modal yang di gunakan selama periode
tersebut,
L adalah input tenaga kerja dalam satuan jam adalah input
bahan mentah yang di gunakan.
Dari persamaan (2.1) dapat dijelaskan bahwa jumlah output tergantung dari
kombinasi pengunaan modal, tenaga kerja, dan bahan mentah.semakin tepat
kombinasi input.semakin besar kemungkinan output dapat diproduksi secara
maksimal. Keberadaan fungsi produksi juga diperjelas oleh Salvatore(1995) yang
menjelaskan bahwa fungsi produksi menunjukan jumlah maksimum komoditi
yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif,bila
menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang tersebut : the law of
diminishing returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input
ditambahkan penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan tadi
mula-mula menarik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus
ditambah.
b.fungsi produksi cobb –douglas
fungsi produksi cobb-doung adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel,dimana variabel yang satu disebut dengan
variabel dependen, yang menjelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel
independen , yang menjelaskan,(X).(soekarwati,2003).
Fungsi produksi cobb dounglass secara matematis bentuknya adalah sebagai
berikut :
Q=AK ……………………………………………………………………......(2.2)
Jika diubah ke dalam bentuk linear:
LnQ=Ln A+a Ln K + LnL ……………………………………………………(2.3)
Keterangan:Q adalah Output L dan K adalah tenaga kerja dan barang modal.
E. Variabel penelitian
F.