Dosen pengampu :
Ibu Sutarni, S.P., M.E.P.
Disusun oleh:
1. Amri Fadhilah Asy’ari (19751004)
2. Anisa Indriyani (19751005)
3. Dian Novita Sari (19751015)
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BABA II .............................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
BAB III ............................................................................................................................... 5
METODE PRAKTIKUM ................................................................................................... 5
BAB IV ............................................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 7
BAB V .............................................................................................................................. 13
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan yang berjudul
“Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Kentang (Solanum Tuberosum) di
Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut”.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Manajeman Logistik. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Analisis Nilai Tambah Produk
Olahan Kentang (Solanum Tuberosum) di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sutarni, S.P., M.E.P. selaku
dosen mata kuliah Manajemen Logistik yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini.
Penulis menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Table 1 Produksi kentang di Kabupaten Garut (BPS,2017)
No Kecamatan Produksi kentang (Kg)
1 Talegong 144
2 Pamulihan 5.894
3 Cikajang 27.904
4 Banjarwangi 3.530
5 Cilawu 4.393
6 Bayongbong 4.563
7 Cigedug 16.694
8 Cisurupan 27.214
9 Sukaresmi 25.374
10 Samarang 2.893
11 Pasirwangi 51.529
2
BABA II
TINJAUAN PUSTAKA
3
besarnya nilai tambah dan keuntungan setiap 1 kg kentang yang diolah menjadi
keripik.
Analisa rata-rata nilai tambah usaha pengolahan kentang menjadi keripik.
Nilai tambah diperoleh dengan pengurangan nilai produk dengan harga bahan
baku dan sumbangan input lain per kilogram. Nilai tambah dari proses pengolahan
kentang menjadi keripik kentang misalnya adalah sebesar Rp. 33.400 per
kilogram, artinya setiap 1 kilogram kentang yang diolah menjadi keripik akan
menciptakan nilai tambah sebesar Rp. 33.400. Nilai tambah tersebut merupakan
nilai tambah kotor bagi pengolah, karena belum dikurangi imbalan bagi tenaga
kerja.
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
RC rasio =
Sedangkan alat analisis untuk mengitung nilai tambah (Tabel 2) pada suatu
produk adalah dengan menggunakan metode Hayami. Besarnya nilai tambah yang
5
dihasilkan dapat diperkirakan nilainya berdasarkan balas jasa yang diterima oleh
pemilik usaha dalam proses pengolahan atas biayabiaya yang dikeluatkan.
Terdapat tiga komponen pendukung dalam analisis nilai tambah, yaitu pertama,
faktor konversi yang menunjukkan besarnya output yang dihasilkan dari satu-
satuan input. Kedua, koefisien tenaga kerja yang menunjukkan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk mengolah satu-satuan input. Ketiga, nilai produk yang
menunjukkan nilai output dari setiap hasil pengolahan satu-satuan input.
Table 2 Metode Hayami
No Variabel Satuan Nilai
1 I. Output, input dan harga
Output yang dihasilkan Kg/periode A
Bahan baku yang digunakan Kg/periode B
Tenaga Kerja HOK/periode C
Faktor konversi D = A/B
Koefisien tenaga kerja E = C/B
Harga Output Rp/Kg F
Upah rata-rata tenaga kerja, Rp/HOK G
Pendapatan dan Keuntungan
2 II. Penerimaan dan Keuntungan
Harga bahan baku Rp/Kg H
Sumbangan Input Lain Rp/Kg I
Nilai Output Rp/Kg J=DxF
Nilai Tambah Rp/Kg K=J–H–I
Rasio Nilai Imbalan Tenaga Rp/Kg M=ExG
Kerja Bagian Tenaga Kerja % N (%) = N/K
Keuntungan Rp/kg (%)
Tingkat Keuntungan % O=K–M
P (%) = O/K (%)
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Table 3 Karakteristik responden berdasarkan
3 11-15 - -
4 16-20 2 18,18
Total 11 100
8
mesin pemotong atau slicer dan mesin pengupas untuk beberapa orang responden.
Alat yang digunakan untuk mengaduk dibuat sendiri dan dipesan khusus namun
ada juga yang membelinya di pasar. Peralatan lainnya bisa dengan mudah
didapatkan di pasar-pasar sekitar unit pengolahan. Bangunan yang dipakai sebagai
tempat unit usaha adalah rumah dari pemilik usaha tersebut namun tetap perlu
diperhitungkan sebagai biaya tetap yang dikeluarkan per tahunnya. Oleh karena
itu harga bangunan ditetapkan berdasarkan pada harga sewa di lingkungan sekitar
usaha pengolahan keripik kentang per tahunnya dengan pertimbangan bahwa
tidak seluruh bagian rumah dijadikan sebagai tempat produksi atau hanya
sebagian ruangan tertentu saja. Harga sewa bangunan di Kecamatan Cikajang
Kabupaten Garut berada di kisaran Rp 4.500.000 – Rp 6.500.000 per tahunnya.
Table 4 Jenis dan nilai penyusutan peralatan pada pengolahan keripik kentang
9
diambil sendiri oleh konsumen. Namun, jika ada pesanan khusus keluar kota
maka biaya transportasinya berkisar Rp 600.000 – Rp 1.000.000 dalam sekali
pengiriman.
10
Table 5 Biaya variabel dalam satu kali
1 Bahan baku
utama:
Kentang
Kg 490,9 4.574.304,4
Jumlah 4.574.304,4
2 Bahan penolong
Garam Kg 0,3 2.245,5
Penyedap rasa Kg 0,3 6.581,8
Minyak goreng Kg 37,1 448.909,1
Kayu bakar Kubik 0,5 54.545,5
Gas LPG Kg 27,8 255.136,4
Kemasan Kg 1,1 33.750
Jumlah 801.168,3
3 Biaya
operasional:
Tenaga kerja
HOK 3 130.227,3
Transportasi
145.454,5
Jumlah 275.681,8
Total Biaya Variabel 5.651.154,5
11
yang digunakan dalam satu kali proses produksi adalah 490,9 kg yang
menghasilkan 135 kg keripik kentang. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan
dalam proses pengolahan sebanyak 3 orang.
Faktor konversi adalah suatu rasio antara hasil pengolahan dengan jumlah
bahan baku yang digunakan dengan nilai konversi 0,3. Maksudnya setiap satu
kilogram kentang yang diolah akan diperoleh 0,3 kg keripik kentang. Nilai
koefisen tenaga kerja yaitu 0,006 yang didapat dari hasil perbandingan tenaga
kerja dengan pengolahan bahan baku, artinya setiap tenaga kerja mampu
mengolah bahan baku sebanyak 0,006 kg setiap 1 kg kentang. Harga jual rata-rata
keripik kentang adalah Rp 73.864/kg sedangkan harga bahan baku kentang rata-
rata sebesar Rp 9.318,2/kg. Sumbangan input lain atau bahan penolong dan biaya
operasional bernilai Rp 2.193,6/kg. Adapun nilai output diperoleh dari perkalian
antara faktor konversi dengan harga output yang hasilnya adalah Rp 22.159,2/kg
bahan baku.
Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan sebesar Rp 10.647,4/kg
bahan baku, jumlah tersebut didapat dari hasil selisih antara nilai produk dengan
harga bahan baku dan sumbangan input lain. Rasio nilai tambah terhadap nilai
output adalah 48,04%, angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp 100 nilai produk
mentah maka akan diperoleh nilai tambah sebanyak Rp 48,04. Imbalan tenaga
kerja diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata
yaitu Rp 781,4/kg bahan baku. Bagian tenaga kerja adalah perbandingan antara
imbalan tenaga kerja dengan nilai tambah yang bernilai 7,3%. Keuntungan yang
didapat dari pengolahan kentang menjadi keripik sebesar Rp 9.866/kg bahan baku.
Jika ditunjukkan dalam bentuk persentase maka angka yang dicapai untuk
keuntungan yang diperoleh adalah 92,7%. Hasil ini dapat menguntungkan usaha
pengolah kentang menjadi keripik kentang di Kecamatan Cikajang Kabupaten
Garut. Namun demikian pengolah kentang di Kecamatan Cikajang masih
tergolong sedikit.
Table 8 Analisis nilai tambah dalam satu kali
No Variabel Satuan Nilai
1 I. Output, Input dan Harga
Output yang dihasilkan Kg/periode 135
Bahan baku yang digunakan Kg/periode 490,9
Tenaga Kerja HOK/periode 3
12
Faktor konversi 0,3
Koefisien tenaga kerja 0,006
Harga Output Rp/Kg 73.864
Upah rata-rata tenaga kerja Rp/HOK 130.227,3
2 II. Penerimaan dan
Keuntungan Rp/Kg 9.318,2
Harga bahan baku Rp/Kg 2.193,6
Sumbangan Input Lain Rp/Kg 22.159,2
Nilai Output Rp/Kg 10.647,4
Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah % 48,04
Imbalan Tenaga Kerja Rp/Kg 781,4 % 7,3
Bagian Tenaga Kerja Rp/kg 9.866
Keuntungan % 92,7
Tingkat Keuntungan
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15