Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR


( BUAH MAJA ) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI RAWIT (Capsicun frutescens L)

MUHAMMAD ALGAZALI
170301020

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2021
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
( BUAH MAJA ) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI RAWIT (Capsicun frutescens L)

MUHAMMAD ALGAZALI
170301020

Proposal

Sebagai Salah Satu Prasyarat untuk Melaksankan Penelitian

Pada

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : pengaruh konsentrasi pupuk organik cair (buah maja)


terhadap pertumbuhan tanaman cabai

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD ALGAZALI


Nomor Stambuk : 170301020
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
Program Pendidikan : Strata Satu ( S-1)

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. HAERUNNISA, S.PI.,M.SI MURMAYANI,SPd.,M.Pd

Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi

Dr. HAERUNNISA, S.Pi.,M.Si SULFIANI, S.P., M.Si.


NIDN : 0910067704 NIDN : 0918079001
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan.

Proposal ini sebagai salah satu prasyarat untuk penyelesaian akhir studi pada

jurusan Budidaya Pertanian pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.

Dengan selesainya proposal ini, dengan rendah hati penulis menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Haerunnisa. S.Pi.,M.Si selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas

Puangrimaggalatung Sengkang dan ibu Murmayani, SPd.,M.Pd atas

bimbinganya sehingga penulis mampu menyusun proposal ini.

2. Bapak dan ibu Dosen beserta para staf administrasi.

3. Sembah sujud kepada kedua orang tua ku ahmad.S dan Sriwana dan beserta

teman temanku yang selalu mensuport saya dalam menyelesaikan proposal

ini.

Demikian penyusunan proposal ini, saran dan kritik sangat diperlukan

untuk penyempurnaanya Amin.

Sengkang , Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

PRAKATA.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Dan Kegunaan..................................................................................5

D. Manfaat Penelitian........................................................................................5

BAB II DAFTAR PUSTAKA.................................................................................6

A. Tanaman Cabai Rawit..................................................................................6

B. Pupuk Organik Cair....................................................................................12

C. Kerangka Pikir............................................................................................15

D. Hipotesis......................................................................................................15

BAB III BAHAN DAN METODE........................................................................16

A. Tempat dan waktu.......................................................................................16

B. Alat dan bahan............................................................................................16

C. Rancangan percobaan.................................................................................16
D. Persiapan lahan penelitian...........................................................................17

E. Penyemaian.................................................................................................17

F. Pembuatan pupuk POC...............................................................................17

G. Penanaman..................................................................................................19

H. Aplikasi pupuk Poc (buah maja).................................................................19

I. Pemeliharaan...............................................................................................19

e. Pengamatan dan penelitian..........................................................................20

f. Analisis Data...............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai rawit Capsicum Frutescen L termasuk kelompok tanaman

horticultura jenis sayuran semusim, dan merupakan kumunitas penting di

indonesia (Dirjen hortikultura, 2014). Kegunaaan selain penyedap

masakan, juga dapat di gunakan dalam penggunaan ramuan, obat obatan,

industri konsmetika serta penghasil minyak atisirih (Cahyono, 2003).

Sektor pertanian memilki kedudukan yang sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia, mengingat Indonesia

merupakan daerah yang sangat potensial dalam pengembangan pertanian.

Peningkatan sektor pertanian merupakan target utama dalam

meningkatkan pertumbuhan perekonomian di indonesia, peningkatan

produksi pertanian akan berpengaruh pada petani dan juga masyarakat

dalam arti luas. Akan tetapi dalam meningkatkan pendapatan dan

kesejahtraan petani, serta kekurangan keterampilan petani yang nantinya

akan di pengaruhi pada penerimaan (Antara dkk, 2006).

Sektor pertania cabai rawit di Indonesia memiliki produksi cabai

rawit di Indonesia dalam lima tahun terakhir (2010 – 2014). Menunjukkan

peningkatan dengan pertumbuhan sekitar 8,36% (BPS, 2015).

1
2

Peningkatan produksi cabai rawit berdasarkan data pada tahun

2010 – 2014 tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan cabai rawit nasioanal

sehinngga impor cabai rawit di lakukan setiap tahunya, hal ini di

karenakan belum tercapainya potensi terhadap produksi cabai rawit

sebesar 10 – 20 ton/ Ditjen bina produksi hektar (HortiKultura, 2015).

Upaya yang dapat di lakukan untuk mengatasi beberapa kendala

terutama pada budidaya tanaman di lakukan dengan menerapkan teknologi

budidaya rendah input kimia dan teknologi budaya konservasi yang

Diimplementasikan pada pengelolaan tanaman terpadu (PTT) cabai rawit.

Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu pendekatan

budidaya tanaman yang berdasarkan pada keseimbangan ekonomi dan

ekologi, dengan tujuan utama adalah meraih keseimbangan anatara

pengeluaran dan pendapatan anatara proses alam dan teknologi, dengan

selalu mengikatkan keberlanjutan dari usaha tani tersebut (Setawati, 2010).

Produksi cabai rawit di Sulawesi Selatan megalami peningkatan

dari tahun 2011 sampai 2016, sebesar produksi di tahun 2011 mencapai

15,913 kg / kapitan dan megalami peningkatan menjadi 27,5043 kg /

kapitan pada t ahun 2016. Kementrian pertanian memperkirakan produksi

cabai rawit akan terus mengalami peningkatan ke tahun berikutnya. Untuk

itu kementrian pertanian melakukan antisipasi agar turunya cabai rawit

tidak berkelanjutan karena produksi cabai rawit mengalami produksi

berlebih sehingga memicu harga cabai turun (Kementrian Sulsel, 2016).


3

Berdasarkan data Kabupaten Wajo adalah salah satu daerah tingkat

II di Propinsi Sulawesi Selatan Ibukota Kabupaten tersebut adalah

Sengkang. Luas wilayah ini mencapai 2.056,19 km dan berpenduduk

sebanyak 400.000 jiwa. Pada Kabupaten Wajo, potensi hortikultura

terbesar pada tanaman sayuran dengan luas panen terluas tahun 2017

adalah cabai rawit yaitu 707 hektar, dengan produksi mencapai 4.913

kuintal. Sementara itu, produksi buah buahan terbesar adalah pisang yaitu

sebesar 275.694 kuintal ( BPS Kabupaten wajo, 2018).

Provinsi Kabupaten Bone dalam angka tahun 2016 yang di

terbitkan oleh badan pusat statistik Kabupaten Bone. Produksi cabai rawit

pada tahun 2014 sebanyak 13.922 kwintal, tahun 2015 di produksi

sebanyak 13.586 kwintal. Produksi tanaman cabai rawit di Kabupaten

Bone pada tahun 2016 sebesar 3.013,1 kwintal tanaman hortikultura

sayuran yang paling banyak di hasilkan adalah bawang merah dimana dari

178 hektar luas panen mampu mengahasilkan 1405,8 kwintal pada tahun

2016. Produksi cabai rawit setiap tahunya mengalami peningkatan

penurunan (BPS Kabupaten Bone, 2016).

Kecamatan Pantimpeng memiliki luas wilayah 344.25 km yang

terbagi atas 10 desa, pada tahun 2014 produksi cabai rawit 527 kwintal,

pada tahun 2015 produksi cabai rawit sebanyak 446 kwintal, dan menurun

pada tahun 2016 yaitu 101,1 kwintal. Bagi masyarakat ksusnya daerah

pancciking memiliki luas wilayah 10,50 km dengan menanam cabai rawit

yang sudah di budidayakan varietas cabai rawit yang di tanam oleh petani
4

di Desa pancciking adalah varietas di sawah tak ada hujan, (BPS, Bone

2016).

Pupuk organik cair memiliki manfaat dan keunggulan seperti,

untuk menyuburkan tanaman, untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam

tanah untuk mengurangi dampak sampah oraganik di lingkungan sekitar,

mudah di dapat, bernilai ekonomis dan tidak memilik efek samping. Selain

mudah terdekomposisi, bahan organik kaya akan nutrisi yang di butuhkan

oleh tanah (Lingga dan Marsono, 2013). Penggunaan pupuk organik cair

membuat tanaman lebih mudah menyerap unsur hara yang di berilan

karena unsur hara di dalam pupuk organik cair sudah terurai. Tanaman

menyerap unsur hara melalui akar, namun daun juga memiliki kemampuan

untuk menyerap hara, oleh sebab itu pupuk organik cair dapat di berikan

ke tanaman dengan di semprotkan pada daun. Keuntungan dari

penggunaan pupuk organik cair adalah dapat memupuk dan menyerap

tanaman secara bersamaan (Yuliarti, N 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas pembahasan yang muncul sebagai

rumusan masalah yaitu; pengaruh pupuk organik cair (buah maja) terhadap

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L ).

1. Bagaimana pengaruh pupuk organik cair (buah maja) terhadap tanaman

cabai rawit?

2. Bagaimana dosis pupuk organik cair (buah maja) yang efektif terhadap

tanaman cabai rawit?


5

C. Tujuan Dan Kegunaan

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair (buah maja) terhadap

pertumbuhan tanaman cabai rawit.

2. Mengetahui dosis pupuk organik cair (buah maja) yang efektif pada

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L ).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu di harapkan sebagai sumber

informasi tengtang pemberiaan pupuk organik cair pada pertumbuhan

tanaman Cabai rawit serta nantinya dapat di aplikasikan di lingkungan

masyarakat sekitar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit adalah salah satu tanaman yang merupakan

tumbuhan yang berasal dari genus Capsicum. Tanaman cabai rawit

tumbuh subur di Indonesia khususnya pada daerah tropis maupun

subtropis. (Wiryanti, 2005). Tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens

L).

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum Fruitescens L.

2. Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit mempunyai karakter kualitatif adalah

karakter yang di kendalikan oleh gen sederhana (satu dan dua Gen) dan

tidak sedikit sekali di pengaruhi oleh lingkungan (Syukur dkk,2012)

6
7

a. Akar (Radix)

Tanaman cabai rawit mempunyai sistem perakaran akar

tunggal yang tumbuh lurus ke pusat bumi yang berwarna putih

berdekatan dengan permukaan tanah serta akar serabut yang tumbuh

tersebar ke samping. Di akar terdapat bintik bintik kecil yang

berfungsi mencari sumber makanan dengan menyerap unsur tanah

dari tanah (Rukmana, 2004).

b. Batang (Caulis)

Menurut rukmana (2004), tanaman cabai rawit mempunyai

batang yang tumbuh tegak sebagai tempat keluarnya cabang tunas,

daun, bunga dan buah. Tanaman cabai rawit yang memiliki stadium

muda kulit batang berwarna hijau sedangkan stadium tua (dewasa)

berubah menjadi hijau kecoklatan. Batang cabai rawit memiliki

struktur keras dan berkayu. Percabangan berbentuk setelah batang

tanaman mecapai ketinggian antara 30 – 45 cm.

c. Cabang (Ramus)

Tipe percabangan tanaman cabai rawit tegak dan tersebar

dengan karakteristik yang berbeda beda tergantung dari spesiesnya.

Cabang terdiri atas cabang biasa, biasa, ranting (Ramulus), dan

cabang wiwilan atau tunas liar (Rukmana, 2002).


8

d. Bunga

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang

berbentuk bintang. Bunga tumbuh merunduk pada ketiak daun

dengan mahkota bunga berwarna putih. Truktur bunga mempunyai 5

– 6 helai mahkota, 5 helai daun bunga, 1 putik (stigma) dengan

kepala putik berbentuk bulat, 5 – 8 helai benang sari dengan kepala

sari berbentuk lonjong dan berwarna biru keungu unguan.tepung sari

berbentuk longjong, terdiri atas tiga sigmen, berwarna kuning

mengkilap. Dalam satu kotak sari berkembang 11.000 – 18.000 butir

tepung sari. Penyerbukan bunganya termasuk penyerbukan sendiri.

Namun dapat juga terjadi secara silang, penyerbukan silang di

lapangan di lakukan oleh serangga dan angin (Rukmana,2002).

e. Daun

Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing

dan tepi daun rata ukuran daun lebih kecil di bandingkan dengan

daun tanaman cabai besar. Daun cabai merupakan daun tunggal

dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip

dan tangkai tunggal yang melekat pada batang cabang. Jumlah daun

cukup banyak sehingg a tanaman tampak rimbun (cahyono,2003).

f. Buah (Fruectus)

Buah cabai rawit berbentuk setelah terjadi penyerbukan.

Bentuk buah tanaman cabai rawit sangat bervariasi mulai daeri

pendek dan bulat sampai pangjang. Buah cabai rawit muda


9

umumnya berwarna hijau sampai putih sedangkan buah yang sudah

matang berwarna merah tua. Daging buah umumnya sangat lunak,

pedas. Buah memiliki pangjang 1 – 6 cm dengan diameter 0,5 – 1,5

cm (Rukmana,2010).

g. Biji (Semen)

Biji cabai rawit berwarna kuning padi melekat di dalam buah

pada papan biji (Placenta). Biji cabai cabai rawit terdiri atas tali

pusat, inti biji, dan kulit biji (Rukmana,2010)

3. Syarat Tumbuh Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L). Adalah salah

satu tanaman yang tumbuh serta berkembang di daerah tropis maupun

subtropis, cabai rawit sangat cocok di tanam di dataran rendah dengan

ketinggian 200 – 500 m di atas permukaan laut (dpl) (Haryanto,2019).

a. Keadaan iklim

Menurut rukmana (2002), faktor iklim dapat mempengaruhi

produksi dan pertumbuhan cabai rawit pada suhu udara, sinar

matahari, kelembapan dan curah hujan. Tanaman cabai rawit dapat

tumbuh optimal pada daerah yang mempunyai suhu udara antara

18oC – 27oC. pertumbuhan dan pembungaan cabai rawit

membutuhkan suhu udara 21oC - 27oC dan suhu untuk pembuahan

antara 15,5oC - 21oC.


10

Curah hujan dan kelembapan terlalu tinggi, serta iklim yang

basah sangat buruk bagi tanaman cabai rawit. Hal ini di karenakan

apabila keadaan tanaman tersebut akan mudah terserang penyakit

(hama). Menurutu rukmana (2002), tanaman cabai rawit dapat di

budidayakan di Indonesia dengan tiga daerah yaitu daratan rendah(0

m – 200 mdpl), daratan tengah (201 m – 700 mdpl) dan daratan

tinggi (lebih dari 0 m – 200 mdpl)

b. Tanah

Tanah tempat tumbuh cabai rawit secara umum harus subur

(kaya bahan organik). Derajat kesamaan dan pH tanah mencapai 6,0

– 7,0. Tanah ini bertruktur remah dan gembur agar peresapan air dan

sirkulasi udara dalam tanah lancar. Kelembapan tanah harus cukup

dengan di tandai oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak

kekurangan (kapasitas lapang). Tanah tersebut juga mempunyai suhu

yang sedang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin (setiadi,

2007).

c. Jarak Tanam

Jarak tanam cabai rawit, seperti di para yang menggunakan

bedengan dengan lebar 1,25 m, yaitu jarak antara barisan 30cm jarak

dalam barisan 50cm. jarak tanaman yang di anjurkan 70 - 100 cm.

jarak dari pinggir bedengan sekitar 25cm hal ini meningkatkan sosok

tanaman cabai yang tinggi dan besar (setiadi,2007).


11

Jumlah populasi tanaman perhektar merupakan faktor

terpenting mendapatkan hasil maksimal. Produksi mkasimal di capai

bila menggunkan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat

kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat

persaingan antara tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan

cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa

hal yang perlu di perhatikan yaitu kesuburan tanah dan jenis cabai

rawit (anonymous, 2006).

d. Intensitas Cahaya

Cahaya sangatlah penting dalam pertumbuhan bibit sampai

berproduksi. Intensitas cahaya yang tinggi dengan waktu yang lama

dapat mempercepat pembungaan dan pematangan buah. Tanaman

cabai rawit akan tumbuh dengan baik pada intensitas cahaya dan

pangjang gelombang 400 – 700 nm (Purwono, 2003).

e. Air

Air sangat penting bagi tanaman yang sangat berfungsi

sebagai nutrisi dalam tanah pada akar tanaman, mengangkut hasil

fotosintesis dari daun keseluruh tanaman. Perananan sangat penting

dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) kekurangan air akan

mengakibatkan tanaman menjadi kurus, kerdil, layu dan mati

ketersediaan air sebagai pertimbangan untuk menentukan saat tanam

yang paling baik (Rukmana, 2002).


12

B. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari pembusukan

bahan organik berupa sisa tanaman dan hewan serta kotoran hewan

(anonimous, 2007). Pupuk organik dapat berbentuk cair dan padat

(Hadisuwito, 2012). Pupuk organik cair dapat di gunakan dengan cara di

siramkan langsung atau di semprotkan pada tanaman. Pupuk organik cair

mampu mengatasi defisiensi hara lebih cepat karena unsur hara yang

terkandung di dalamnya berbentuk larutan sehingga sangat mudah di serap

oleh akar dan daun tanaman (Nasruddin dan Rosmawati, 2011 lakitan,

2011).

Pupuk organik cair dapat digunakan untuk semua jenis tanaman

hortikultura dengan konsentrasi tertentu yang dapat dilarutkan dalam air.

Penggunaannya dapat dilakukan dengan cara disiramkan ke tanah atau

daun setiap 2 - 4 minggu sekali (Setiyowati dkk, 2010). Aplikasi pupuk

organik cair biasanya dilakukan dengan disemprotkan ke daun dan

disiramkan langsung ke perakaran tanaman (Marsono dan Sigit, 2008).

Penggunaan pupuk organik cair sudah banyak diaplikasikan, seperti pada

penelitian Amilia (2011) terhadap padi (Oryza sativa L.), Wachjar dan

Kadarisman (2007 Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.), dan Hutabarat,

dkk (2014) terhadap kelapa sawit (Elaeis guineensis).


13

1. Buah maja

Buah maja (Aegle marmelos L) adalah tanaman perdu, yang

memiliki kulit buah berwarna hijau dan struktur keras pada

tempurungya. Pohon ini tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi ±

500 mdpl yang berupa habitus. Ketinggian pohon mencapai 20 m

dengan kayu sangat keras serta menjulang tinggi. Untuk batang buah

maja adalah silindris. Batang tua saling melintir satu sama lain,

permukaaan kasar dan berwarna coklat kotor (Rismayani, 2013).

Buah mengandung beberapa bahan kimia di antaranya minyak

terbang yang mengandung linoen dan zat lemak. Selain itu buah maja

pada dagingnya mengandung 2- Furocoumariris-psolaren dan

Marmelosin (C13H12O2). Bagian daunya mengandung A-limonene, 56%

Phellanzene, (Fatmawati, 2015).

Buah maja juga memiliki senyawa tanin yang rasanya sangat

pahit, dengan protein akan bereaksi. Alkaloid dan asam amino yang

mengandung banyak gugus karboksil dan hidroksil untuk membentuk

ikatan kompleks kuat pada protein dan makromolekul lainya. Sehingga

menyebabkan rasa buah maja sangat pahit dan tidak di senangi oleh

hama tanaman berupa serangga (Rismayanti, 2013).

Tanaman maja juga bermanfaat sebagai bahan pestisida nabati

untuk tanaman yang di serang hama, dengan cara di semprotkan pada

tanaman. Rismayani (2013),


14

2. Manfaat Pupuk Organik Cair

Tosin (2015) pupuk organik cair memiliki beberapa manfaat

yakni dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, mampu

meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas tanaman,

mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dan mengganti peran pupuk

kandang. Selain itu, pupuk organik cair juga mempunyai beberapa

manfaat adalah sebagai berikut.

a. Mendorong dan meningkatkan pertumbuhan klorofil daun dan

pembentukan bintil akar pada tanaman legumenosae, sehingga

meningkatkan kemampuan fotosintesis tanama dan menyerap

nitrogen dan udara.

b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga kokoh dan kuat.

c. Menigkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman

cuaca dan serangan patogen.

d. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.

e. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.

f. Mengurangi gugurnya daun, buanga dan bakal buah


15

E. Kerangka Pikir

Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit

Penggunaan POC Buah Maja

P0 / kontrol P1 P3 P4

Analisis Pertumbuhan

Gambar ; diagram analisis pertumbuhan cabai rawit

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka yang menjadi

hipotesis dari penelitian ini bahwa ada satu dosis pupuk yang berpengaruh

sangat nyata pada tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L).


BAB III

BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Atakakae, Kecamatan

Tempe, Kabupaten Wajo. Pelaksanaan penelitian direncanakan berlansung

dari Maret sampai Mei 2021.

B. Alat dan bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai

rawit yang berkualitas baik, EM4 Efecctive Microorganisme, air gula,

sekam padi dan POC (buah maja).

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul,

ember,parang timbah, sprayer, meteran, spoit, label, serta alat tulis

menulis.

C. Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari taraf perlakuan.

Setiap perlakuan di ulangi sebanyak 3 kali sebagai kelompok sehingga

terdapat ulangan 12 bedengan.

P0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)

P1 : Pupuk POC dengan dosis 50 ml

P2 : Pupuk POC dengan dosis 75 ml

16
17

P3 : Pupuk POC dengan dosis 100 ml

D. Persiapan lahan penelitian

Dilakukan dengan membersihkan gulma dan kayu kayu yang di

sekitar lahan penelitian. Kemudian tanah di gempburkan dan di buat

bedengan setiap bedengan berukuran 4 x 1 m dengan ketinggian

bedengan 20 cm dengan jarak antara bedengan 1 dengan yang lain 50 cm.

E. Penyemaian

Pesiapan di lakukan dengan membuat petakan yang pinggirnya di

berikan bambu sebagai peyangga. Kemudian di siram air agar tanah

lembab atau basah. Rendam benih cabai selama 20 menit kemudian di

taburkan ke media penyemaian kemudian tutup dengan sekam padi setebal

1 cm dan kemudian ditutup dengan daun kelapa sebagai naungan.

Tanaman cabai di semai selama 3 minggu.

F. Pembuatan pupuk POC

Berikut bahan bahan yang di perlukan dalam pembuatan Poc (buah maja):

1. Sebelum di olah bersamaan bahan lain, dalam pemilihan buah maja

yang nantinya akan dijadikan pupuk organik saya menganjurkan

untuk memilih buah maja berbentuk bulat, halus, licin, berkulit hijau

terang, mengkilap. Ketika di sentuh, bagian tempurungya akan terasa

keras. Kemudian jika buah sudah terlihat matang dan tidak cacat

maka buah tersebut layak di jadikan pupuk organik. Kematangan ini

nantinya akan mempermudah proses fermentasi.


18

2. Setelah memperoleh buah maja yang tepat,langkah pertama yang

perlu di lakukan ialah mencuci bersih sebelum di keringkan. Untuk

mengurangi kadar air, dan juga dapat di angin anginkan sampai

kering.

3. Dengan pisau, ambil buah maja yang sudah kering kemudian belah

dua menjadi dua serupa. Lalu ambil buah maja yang sudah di belah

dua mengunakan sendok yang nantinya akan di blender, ketika buah

maja sudah hancur lalu masukkan ke dalam botol plastik.

4. Setelah botol berisi buah maja, lalu tambahkan air cucian beras

maupun air kelapa yang sudah di saring dari kotoranya. Pencampuran

ini terus di lakukan sampai botol tersisa sepertiga volumenya agar

proses fermentasi yang nantinya di lakukan tidak merusak botol

ataupun meledak.

5. Dalam menyimpan calon pupuk , sebaiknya tutup botol sehingga

tidak mudah terkontaminasi bakteri maupun hama dari luar botol.

namun, gas harus di keluarkan secara rutin tepatnya setiap hari

langkah ini akan meminimalisir kerusakan dingding dan tutup botol

proses fermentasi yang baik di lakukan selama 10 – 21 hari.

6. Setelah pupuk organik cair siap pakai, sebaiknya terlebih dahulu

saring pupuk cair organik tersebut untuk di masukkan ke dalam

wadah baru, Pengemasan pupuk akan lebih baik jika di lakukan

secara higenis seperti menggunakan sarung tangan. Pengaplikasian


19

pupuk organik cair dapat langsung di semprot maupun di beri air

terlebih dahulu.

G. Penanaman

Pada proses penanaman cabai rawit dapat di lakukan setelah tanam

cabai rawit berumur 3 minggu sejak benih di semaikan. Jarak tanam yang

di gunakan pada penanaman yaitu 30 cm x 30 cm dengan kedalaman 8 – 9

cm kegiatan penanaman di lakukan pada pagi hari, agar siraman tidak

menguap dan tanah tetap lembab.

H. Aplikasi pupuk Poc (buah maja)

Aplikasi pupuk Poc di lakukan 10 hari setelah tanaman di

pindahkan kemedia tanam. Pupuk Poc di aplikasikan pada setiap aplikasi

sesuai konsentrasi perlakuan pada semua tanaman adapun sbb:

P0 : Tanpa perlakuan (Kontrol)

P1 :Pada bedengan satu dosis yang digunakan 50 ml

P2 : Pada bedengan dua dosis yang digunakan 75 ml

P3 : Pada bedengan tiga dosis yang digunkan 100 ml

I. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman cabai rawit di lakukan setelah tanam sampai

pada saat sebelum panen meliputi penyiraman, penyiangan, gulma dan

pengendalian hama dan penyakit.


20

a. Penyiraman

Penyiraman di lakukan sebanyak 2 kali dalam satu hari di pagi

hari dan sore hari volume air yang di gunakan pada setiap tanaman

cabai rawit sama

b. Penyulaman

Penyulaman di lakukan 10 sampai 15 hari setelah pindah tanam

pada tanaman yang mati atau pertumbuhanya yang tidak baik di ganti

dengan tanaman baru dan sehat serta pertumbuhanya baik.

c. Penyiangan gulma

Penyiangan di lakukan dengan cara di cangkul yang di

sesuaikan dengan kondisi di lahan.

d. Pengendaliaan hama dan penyakit

Pengendalian hama di lakukan pada saat di temukan adanya

serangan hama. Pengendalian hama ini di lakukan dengan cara mekanis,

penggunaan pestisida.

e. Pengamatan dan penelitian

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris.

Tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali sampai panen.


21

2. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun di hitung beberapa banyak daun

tanaman cabai rawit yang hijau telah membuka pada saat pengamatan

daun. Perhitungan di lakukan setiap minggu sampai panen.

3. Lebar daun (Cm)

Pengukuran lebar daun di lakukan dengan menggunakan

meteran mulai dari tengah daun dari kanan ke kiri. Pengukuran lebar

daun di lakukan seminggu sekali setelah panen.

f. Analisis Data

Data dari semua instrumen pengamatan pertumbuhan tanaman

dianalisis ragam dengan uji F, jika terdapat perlakuan yang berpengaruh

nyata maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)

pada taraf a = 5%.


DAFTAR PUSTAKA
.
Antara, M. Dkk, 2006, Bahan ajar metodologi penelitian agribisnis program
sarjana universitas udayana denpasar

BPS Kab Wajo, 2018. Analisi lahan di sulawes, jurnal agribest

Cahyono, B 2003 Teknik budidaya cabai rawit dan analisis usaha tani. Kansius
yogyakarta.

Cahyono, B. 2003. Cabai rawit yogyakarta: kanisius. P.28-23.

Direktur jendral bina produksi horticultura, 2015. Statistik horticultura tahun,


2014. Dirjen horticultura, departemen pertanian, jakarta 125 Hal.

Fatmawati, I. 2015. Efektivitas Buah Maja (eagle marmelos L) corr. Sebagai


bahan pembersih logam besi. Jurnal konservasi cagar budaya borobudur,
vol.9,no,Hal.81-87. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.

Lingga, P., dan Marsono, 2003. Petunjuk penggunaan pupuk, jakarta: penebar
swadaya.
Marsono dan Sigit P. 2008. Pupuk akar dan jenis aplikasi. Penebar swadaya .
jakarta.
Nasruddin dan Rosmawati. 2011. Pengaruh pupuk organik cair (POC) hasil
fermentasi dan gamal, batang pisang dan serabut kelapa terhadap
pertumbuhan bibit kakao. Jurnal agrisistem.7(1): 29-37.

Purwono. 2003, Agribisnis cabai hibrida. Penebar swadaya, jakarta

Rukmana, H.R. 2002. Usaha tani cabai rawit, kanisius yogyakarta.

Rukmana, H.R. 2010. Usaha tani cabai rawit, kanisius yogyakarta.

Rukmana, R. 2004 Usaha tani cabai rawit, kanisius yogyakarta.

Rismayani. 20013. Manfaat Buah Maja sebagai pestisida nabati untu hama
penggerek buah kakao (conomorpha cramerella). Warta penelitian dan
pengembangan tanaman industri,vol. 9, no.3.

Setiadi, 2007. Jenis dan budidaya cabai rawit, penebar swadaya, jakarta

Setiawati W, 2010. Modul pelatihan SL-PPT cabai merah – bawang merah ,


pusat penelitian dan pengembangan horticultura, badan penelitian dan
pengembangan pertanian, kementrian pertanian.

22
23

Tosin Glio, M. 2015. Pupuk Organik Dan Pestisida Nabati No.1 Ala Tosin Glio,
Jakarta: Agro Mediah. Hlm: 39

Syukur M., Sujiprihati S Dan Yuniarti R. 2012 teknik pemuliaan bogor. Penebar
swadaya.

Wiryanti, S. 2005 Taksonomi, tumbuhan tinggi, buku ajar jurusan biologi,


Fakultas FMIPA, UNM, Makassar.

Yuliarti, N. 2009, 1001 cara menghasilkan pupuk organik yogyakarta: gr


aha ilmu.

23

Anda mungkin juga menyukai