Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

UJI KOPETENSI KEAHLIAN

( UKK )

DISUSUN OLEH :

JANUAR PITO PRANANDA

0058602547

PROGRAM KEAHLIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(ATPH)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 9 KABUPATEN TEBO

T.A 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

Dalam Rangka Ujian Kompetensi Keahlian (UKK)

Tahun Ajaran 2020/2023

Oleh :

JANUAR PITO PRANANDA

XII ( Dua Belas)

Mengetahui/ Menyetujui

Pembibing 1 Pembibing 2

Yopi Ramadani, SP Ahmad Ansori, S.Pd.i.

Mengetahui

Kepala Jurusan

Bayu Krisna Hati

KATA PENGANTAR

i
Puji sykur kepada Allah SWT yang Maha Esa karena limpahan dan
karunia Nya dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Uji Kompetensi Keahlian (UKK), pada proposal ini banyak mengambil sumber
referensi da pengarahan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucap terima kasih sebesar-besar nya kepada Bapak YOPI
RAMADANI Sp dan Bapak AHMAD ANSORI Spd yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini.
Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah
membantu dan mendukung dan memberi semangat, dan kepada pembibing 1
dan pembibing 2 yang telah memberi arahan dan intruksi, semua pihak -pihak
yang telah membantu dan guru –guru SMK Negeri 9 Tebo.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal Uji Kompetensi Keahlian
(UKK) ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan, oleh
karena itu penulis meminta krtik dan saran untuk kesempuranan proposal ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga proposal ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Sumay, 10 februari

Januar pito prananda

DAFTAR ISI

ii
Kata pengantar...........................................................................................

Daftar isi .....................................................................................................

Lembar pengesahan ..................................................................................

BAB I Pendahuluan ..................................................................................

1.1 latar belakang ........................................................................................


1.2 potensi tanaman pangan di Indonesia ...................................................
1.3 potensi kedelai .......................................................................................
1.4 masalah budidaya kedelai......................................................................
1.5 varietas kedelai ......................................................................................
1.6 Solusi teknik budidaya ..........................................................................
BAB II Tinjauan pustaka .........................................................................
2.1 Metode budidaya .............................................................................
2.2 Moefologi kedelai ...........................................................................
2.3 varietas anjasmoro ...........................................................................
BAB III Metode .........................................................................................
3.1 Waktu dan tempat ...........................................................................
3.2 Alat dan bahan ................................................................................
3.3 Jumlah populasi ...............................................................................
3.4 Teknik pelaksanaan budidaya kedelai .............................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
1.1 Jadwal kegiatan ...............................................................................
1.2 Lampiran denah lokasi lahan ( UKK ).............................................
1.3 Pengamatan uji kopetensi keahlian ( UKK )....................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Tanaman kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang


berasal dari Manshuko Cina, Kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia
Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran kedelai pertama kali di Indonesia yaitu Jawa
Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali.
Indonesia adalah Negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah
Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan terpenting ketiga di
Indonesia setelah padi dan jagung.Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati
yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi
kesehatan dan harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber protein
hewani. Tanaman kedelai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe,
tahu, tauco, kecap, dan sebagai campuran makanan ternak. Tepung kedelai
merupakan bahan baku untuk pembuatan susu, keju, roti, kue dan lain-lain.
Produksi kedelai di Indonesia hanya mampu memenuhi 30% konsumsi dalam
negeri, sisanya dipenuhi melalui impor (Kementan, 2016).
Menurut Data produksi kedelai Kementerian Pertanian Republik Indonesia
(2017), pada tahun 2015 luasan panen mencapai 550.797 ha dan pada tahun 2016
luas panen 615.019 ha menghasilkan produksi 953.959 ton dan produktivitasnya
15,51 ku/ha. Target nasional produksi kedelai 1,88 juta ton tahun 2017, 2,34 juta
ton tahun 2018, dan 3 juta ton tahun 2019 dengan prediksi peningkatan produksi
kedelai 26,84% pertahun (Kementan, 2016). Produksi kedelai di Sumatera Barat
sekitar 1,15-1,32 ton per hektar, sementara kebutuhan kedelai masyarakat Jambi
cukup tinggi yaitu sekitar 241,05 ton per bulan atau 2.892,6 ton per tahun (BPS,
2012). Saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,56 ton/ha dengan
kisaran 0,8–2,4 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat peneliti sudah
mencapai 1,7–3,2 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang
diterapkan (Badan Litbang Pertanian, 2016).

1
2

Produksi kedelai dalam negeri masih rendah sehingga harus mengimpor dari
luar negeri.Hal tersebut karena semakin menurunnya kesuburan tanah dan alih
fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman (Badan Pusat Statistik dan Badan
Ketahanan Pangan, 2011). Permintaan akan kedelai di Indonessia semakin
meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk, akan
tetapi produksi yang di capai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut.
Untuk memenuhi jumlah kekurangan ini dan mempertahankan tingkat konsumsi
yang cukup pada masa mendatang, hasil tanaman kedelai harus terus ditingkatkan.

Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan belum


maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi yang
mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber daya
lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus
(Jumrawati, 2008).Peningkatan produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu faktor genetik dan lingkungan tumbuhnya. Faktor genetik
merupakan identitas genetik benih yang murni, sedangkan faktor lingkungan
tumbuh sangat berperan selama pembentukan dan pemasakan biji sehingga akan
mempengaruhi produksi dan mutu. Faktor lingkungan tumbuh yang berperan
dalam mempengaruhi produksi dan mutu kedelai antara lain adalah unsur hara,
temperatur, cahaya, curah hujan, dan kelembaban tanah.

Varietas merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha
pengelolaan teknik budidaya tanaman.Pemilihan varietas memegang peranan
penting dalam budidaya kedelai, karena untuk mencapai tingkat produkstivitas
yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya.Pengeloaan lingkungan
tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka potensi daya hasil biji yang tinggi dari
varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Andisarwanto, 2006).

Sumarno dan Hartono (1983) menjelaskan bahwa secara umum varietas


unggul memiliki kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal, baik terhadap
sifat-sifat pertumbuhan maupun terhadap sifat produksinya. Kelebihan varietas
unggul nasional dibandingkan dengan varietas unggul lokal adalah produksi yang
tinggi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, respon pemupukan sehingga
produksi yang diperoleh baik kualitas maupun kuantitas dapat meningkat. Oleh
3

karena itu, penggunaan varietas yang bermutu tinggi merupakan cara yang paling
3 mendasar diantara cara-cara lain untuk meningkatkan produksi tanaman.
Gardner et, al., (1991) menyatakan bahwa faktor internal yang ada dalam kendali
genetik bervariasi antara satu varietas dengan varietas lainnya. Sehingga suatu
varietas yang cocok pada suatu kondisi tertentu belum tentu cocok pada kondisi
agroklimat lainnya.

Beberapa varietas unggul yang beredar di masyarakat pada saat ini,


diantaranya varietas Anjasmoro dan Grobogan. Varietas Anjasmoro memiliki
potensi hasil 2,25 ton/ha, tahan rebah, polong tidak mudah pecah, agak tahan
terhadap penyakit karat daun, ukuran biji besar (16 g/100 biji), umur panen 83-93
hari. Varietas kedelai Grobogan memiliki potensi hasil 2,77 ton/ha, bobot biji 18
g/100 biji, umur panen 76 hari (Balitkabi, 2005).

Selain varietas, pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam


upaya meningkatkan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu lebar
mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Tingkat kerapatan tanaman
berhubungan dengan populasi tanaman per hektar dan sangat menentukan hasil
tanaman (Kartasapoetra, 1985). Suhaeni (2007) menyatakan varietas yang
berumur sedang, anjuran jarak tanam yaitu 40 cm x 20 cm, varietas berumur
pendek 40 cm x 10 cm. Hasil penelitian Marliah et, al., (2012), menunjukkan
bahwa jarak tanam 40 cm x 20 cm untuk varietas Anjasmoro adalah yang terbaik
karena meningkatkan jumlah polong per tanaman, jumlah polong bernas per
tanaman dan berat biji per tanaman.

Pengaturan jarak tanam dengan kepadatan tertentu bertujuan memberi ruang


tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar tumbuh dengan baik. Jarak tanam akan
mempengaruhi kepadatan dan efisiensi penggunaan cahaya, persaingan diantara
tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara sehingga akan mempengaruhi
produksi tanaman (Hidayat, 2008). Pada kerapatan rendah, tanaman kurang
berkompetisi dengan tanaman lain, sehingga penampilan individu tanaman lebih
baik. Sebaliknya pada kerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantara tanaman
terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman dapat
4

terhambat pertumbuhannya. Jarak tanam tidak hanya dipengaruhi oleh habitus


tanaman dan luasnya perakaran, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang dapat
4 mempengaruhi turunnya produktivitas tanaman yang mendapatkan kerugian
bagi petani.Salah satu faktor rendahnya produksi kedelai adalah berkurangnya
lahan produktif untuk pertanian.Alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan
pangan nasional adalah memanfaatkan lahan marginal.Lahan marginal di
Indonesia sangat berpotensi karena luas lahan marginal mencapai 100 juta hektar.
Ultisol merupakan lahan marginal terluas dengan luas 47,5 juta ha (Suprapto,
2002). Prospek Ultisol cukup besar untuk pertanian namun perlu dikelola dengan
baik karena minim hara, aktivitas biologi tanah dan bahan organik.Pemanfaatan
Ultisol untuk lahan pertanian dapat diperbaiki melalui pemberian bahan organik,
pengapuran dan pemupukan sehingga mampu menunjang pertumbuhan dan
produksi tanaman yang optimal. Penggunaan varietas dan jarak tanam di tanah
Ultisol perlu dipertimbangkan pada tanaman kedelai, karena untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata,
efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada
perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih
yang diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat
antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman
akan tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga
akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal
(Nurlaili, 2010).

1.2Potensi tanaman pangan di Indonesia

Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh potensi


sumberdaya lahan dan teknologi pengelolaan lahan yang tepat.Indonesia
mempunyai potensi sumberdaya lahan yang sangat besar untuk petanian, namun
karena teknologi pengelolaan lahan belum diterapkan secara optimal maka potensi
sumberdaya lahan juga belum dapat dimanfaatkan secara optimal pula.
5

1.3Potensi kedelai

Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan


pangan dan industri.Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat
dibandingkan tingkat produksi nasional, bahkan 10 tahun terakhir cenderung
menurun baik luas panen maupun produksinya, sehingga harus dipenuhi dari
impor. Luas panen kedelai Pada tahun 2008 sebesar 549.412 ha dengan produksi
sebesar 723.535 ton tidak mencukupi kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,12 juta
ton pada tahun 2006 (BPS, 2008).

Peluang untuk peningkatan produksi kedelai cukup besar karena sumberdaya


lahan Indonesia sekitar 94,1 juta ha diantaranya merupakan lahan yang sesuai
untuk pertanian, untuk tanaman semusim di lahan kering seluas 25,1 juta ha.
Berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di 17 provinsi menunjukkan
bahwa terdapat lahan yang sesuai untuk kedelai seluas 16,7 juta ha, dominan
berada di lahan sawah sekitar 5 juta ha dan lahan terlantar seluas 5,5 juta ha,
sisanya berada di lahan tegalan, perkebunan dan kebun campuran (Mulyani et al.,
2009).

Lahan suboptimal didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami degradasi


atau lahan yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan tidak dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.Lahan suboptimal terdiri dari
tanah mineral dan tanah rawa.Untuk tanah mineral diantaranya dapat berupa tanah
mineral masam baik lahan kering maupun lahan sawah bukaan baru.

Salah satu lahan suboptimal yang diusahakan untuk tanaman kedelai yaitu
lahan kering masam. Luas lahan kering masam di Indonesia sekitar 102,8 juta
hektar yang tersebar di Kalimantan (39 juta ha), Sumatera (29 juata ha), Papua
dan Maluku (21 juta ha) serta Bali dan NTT (102 juta ha) (Puslittanak, 2000).
Lahan kering masam Ultisols dan Oxisols sebesar 59,9 juta ha menempati areal
terluas di Indonesia. Lahan tersebut umumnya merupakan lahan suboptimal untuk
budidaya tanaman kedelai karena reaksi tanah masam, kadar Al dapat ditukar dan
fiksasi P tinggi, kandungan bahan organik, basa-basa dapat ditukar, kapasitas
tukar kation dan kejenuhan 2 basa dan aktivitas biologi yang rendah. Faktor
6

pembatas sifat fisik tanah yaitu BD tanah yang tinggi, kapasitas menahan air yang
rendah dan mudah memadat.

Lahan suboptimal berupa lahan kering berlereng umumnya relatif peka


terhadap erosi, namun sebagian besar petani belum menerapkan praktek
konservasi tanah.Rendahnya penerapan teknik konservasi tanah pada usahatani
disebabkan sulit dalam pengerjaannya, lebih banyak memerlukan tenaga kerja dan
mengurangi populasi tanaman (Haryati et al., 2000).Praktek pengelolaan lahan
oleh petani pada lahan suboptimal berlereng diharapkan dapat menerapkan teknik
konservasi tanah dan air yang murah dan mudah dilaksanakan sesuai dengan
indegenous knowledge para petani.Praktek pengelolaan lahan tanpa menerapkan
teknik konservasi, umumnya rentan menimbulkan erosi dan aliran permukaan
tanah (run-off) yang besar.Besarnya erosi, aliran permukaan dan kehilangan hara
disebabkan karena pada umumnya petani belum sepenuhnya melakukan praktek
konservasi tanah.

Praktek pemupukan di tingkat petani sangat bervariasi, mulai dari input rendah
sampai sedang. Untuk tanaman kedelai biasanya petani masih menggunakan
pupuk N dengan dosis berlebih sebaliknya untuk pupuk P dan K diberikan dengan
dosis terbatas. Sering kali suatu jenis unsur diberikan secara berlebihan sedangkan
unsur lain diberikan kurang, sehingga efisiensi penggunaan pupuk menjadi
rendah. Lahan suboptimal umumnya mempunyai kadar C organik yang rendah
sehingga pemberian pupuk kandang sangat diperlukan, namun sebagian petani
dalam budidaya kedelai tidak memberikan pupuk kandang.

Pemupukan yang berimbang (berdasarkan status hara) adalah pemberian pupuk


yang memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mendukung
tingkat produksi tertentu dalam bentuk pupuk anorganik, organik dan pupuk
hayati. Disamping pemupukan rotasi tanaman dalam budidaya kedelai perlu
diperhatikan dalam rangka pengendalian hama dan penyakit tanaman tertentu (soil
born disesease). Selama ini banyak petani melakukan penggunaan pestisida secara
berlebihan, sehingga menyebabkan penurunan atau musnahnya beberapa biota
tanah dan pencemaran lingkungan.
7

Dalam rangka meningkatkan produktivitas kedelai pada lahan suboptimal maka


diperlukan pengelolaan lahan yang memperhatikan penerapan pengelolaan hara
secara terpadu baik dari sumber pupuk anorganik, organik dan hayati yang
berdasarkan konsep -pemupukan berimbang serta teknik konservasi tanah dan
pengelolaan air yang tepat.

1.4 Masalah budidaya kedelai

uju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk
mendapatkan simulasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mencapai
swasembada kedelai.Produksi kedelai dalam negeri sampai saat ini tetap belum
mampu mengimbangi angka kebutuhan nasional. Kebutuhan kedelai di Indonesia
rata-rata pertahun mencapai 2 ton, terbagi untuk produksi tempe 1.2 juta ton,
kecap dan susu kedelai 0,65 juta ton, pakan ternak 1,0 juta ton, serta benih 0,05
juta ton. Sedangkan, angka produksi kedelai dalam negeri hanya berkisar antara
600.000 - 800.000 ton per tahun. Di sisi lain, kalangan pengrajin tidak
mempertimbangkan kesulitan petani menanam kedelai, karena kedelai impor,
kendati sebagian besar hasil rekayasa genetika, lebih menarik dan menghasilkan
tahu tempe dengan kualitas cukup baik. Nilai impor kedelai pertahun akhirnya
semakin melambung dan kebergantungan impor kedelai untuk memenuhi
konsumsi maupun kebutuhan industri dalam negeri semakin tidak dapat dihindari
(Marwoto et al., 2005). Puncak impor kedelai sebesar 2,81 juta ton terjadi pada
tahun 2007. Selama 2000-2006, produksi kedelai nasional hanya mampu
memenuhi 40% dari kebutuhan dalam negeri (Swastika 2007, Sudaryanto dan
Swastika, 2007).

Kebijakan pasar bebas, mendorong pada kenaikan harga kedelai impor cukup
tinggi sehingga pemerintah akhirnya menempuh langkah menghapus bea masuk
impor kedelai untuk memenuhi tuntutan para 65 perajin. Penghapusan bea masuk
impor kedelai tersebut menurunkan harga pasar sekitar 10 persen dan hal tersebut
merupakan langkah jangka pendek yang dapat diambil. Karena produksi dalam
negeri terbatas, Bulog harus menambah suplai dari impor, sehingga volume
kedelai di dalam negeri lebih banyak dan otomatis harga akan turun. Karena
dianggap bukan merupakan sembilan bahan kebutuhan pokok, pemerintah belum
8

berpikir untuk memberikan subsidi harga kedelai.Oleh karena itu, sudah


selayaknya apabila kebijakan pengembangan kedelai perlu dilakukan reformasi
yang lebih riil untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin hari
semakin meningkat.

Sampai tahun 2011, produksi kedelai di tingkat petani masih rendah, yaitu
rata-rata 1,3 t/ha dengan kisaran 0,6-2,0 t/ha, sedangkan potensi hasilnya bisa
mencapai 3,0 t/ha. Senjang produktivitas yang sangat besar tersebut memberikan
peluang bahwa peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat
petani masih dapat dilakukan (Atman, 2009).

Menurut Tahlim et al. (2003), pengembangan produksi kedelai dalam negeri


masih menghadapi beberapa permasalahan, antara lain: 1) Usaha perluasan areal
pada lahan bukaan baru pada umumnya menghadapi kendala kemasaman tanah
yang tinggi, 2) Lahan bukaan baru berkontur bergelombang/berbukit sehingga
rentan terhadap erosi, 3) Terbatasnya ketersediaan benih unggul bermutu baik dari
segi jumlah maupun kualitas saat diperlukan, 4) Terbatasnya ketersediaan
teknologi yang yang bersifat spesifik lokasi, 5) Rendahnya adopsi teknologi di
tingkat petani, dan 6) Rendahnya tingkat harga yang diterima petani yang
direfleksikan makin menurunnya nilai tukar petani.

Menurut Rondof dan Lancon (2006), hasil per ha kedelai tidak terdistribusi
secara homogen di Indonesia.Hal ini ditentukan oleh faktor biofisik dan sosial
ekonomi. Selanjutnya, berdasarkan proyeksi 66 penawaran dan permintaan
komoditas pertanian yang dilaksanakan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian (2000), dikemukakan bahwa rendahnya poduktivitas aktual yang
dicapai diduga disebabkan oleh: 1) Tidak adanya kepastian harga komoditas
pangan terutama kedelai di tingkat petani dan 2) Penghapusan subsidi sarana
produksi yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi, sehingga sebagian
petani tidak mampu menerapkan teknologi usahatani secara baik dan benar.

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional, pemerintah telah


menggulirkan Program Bangkit Kedelai. Program ini akan berhasil apabila tujuan
yang bersifat makro (peningkatan produksi) sejalan dengan tujuan petani dalam
9

berusahatani, yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Dengan kata


lain, tujuan yang bersifat makro harus sejalan dengan harapan petani dalam
berusaha tani. Dalam hal ini, keserasian langkah-langkah penyelenggaraannya
(kebijakan, penggerakan, pembinaan, pelayanan, dan pengendalian) yang
memungkinkan kedua tujuan tersebut tercapai secara simultan sangat diperlukan
untuk mewujudkan partisipasi petani dalam menanam kedelai.Kondisi yang
sangat mempengaruhi keputusan petani berpartisipasi dalam peningkatan produksi
kedelai adalah iklim ekonomi yang menguntungkan dan juga secara sosial dapat
diterima.Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam sesuatu yang
ditawarkan.Tindakan petani untuk berpartisipasi tidak lepas dari kemampuan diri
serta perhitungan untung rugi. Dalam keadaan sewajarnya, petani tidak akan
melakukan hal-hal di luar kemampuannya atau yang merugikan dirinya.
Kemampuan petani berkaitan dengan situasi lingkungan serta keadaan yang
melekat pada dirinya (Warsito, 2007). Sampai saat ini, baik secara psikologis
maupun politis, kebijakan pangan di Indonesia masih merupakan isu yang sangat
penting yang akan berpengaruh 67 terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang
dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai
nasional men

1.5 Varietas kedelai

Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok


tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe
atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang
sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila
diperbanyak tidak mengalami perubahan. 

Teknologi yang paling banyak dirasakan petani adalah varietas, oleh karena
itu varietas harus terus diperbaiki seiring dengan perkembangan hama-penyakit
serta cekaman lainnya.Selain hal tersebut, pembentukan varietas baru juga
sebaiknya mengikuti preferensi pengguna, terutama petani.Keragaman varietas
diperlukan agar tersedia pilihan varietas bagi pengguna.Umur genjah, ukuran biji,
dan potensi hasil merupakan karakter-karakter penting dalam pengambilan
10

keputusan petani Indonesia dalam mengadopsi varietas unggul baru. Varietas


Unggul Kedelai Berbiji Besar Kedelai berbiji besar (>14 g per 100 biji) memiliki
prospek untuk bahan baku industri, karenanya memperbanyak varietas kedelai
berbiji besar akan memberikan banyak pilihan bagi petani sesuai dengan
lingkungan budidaya dan peruntukannya.

1.6 Solusi teknik budidaya

Kedelai merupakan tanaman yang memiliki beragam manfaat dan baik untuk
dikonsumsi.Kandungan yang dimiliki oleh kedelai sangat banyak, misalnya
kandungan protein nabati yang bisa dijadikan makanan diet rendah kalori.
Banyaknya manfaat yang bisa diambil dari kedelai, membuat banyak orang
memilih untuk tanam kedelai.Selain memiliki kandungan yang sehat, kedelai juga
bisa diolah menjadi berbagai makanan atau minuman, salah satunya adalah tempe,
susu, dan tahu.

Kebutuhan konsumen pun kian hari meningkat, sehingga permintaan pasar


akan kedelai sangat tinggi. Hal ini tentu saja bisa dijadikan sebagai peluang usaha
dengan tanam kedelai.

Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, diperlukan langkah yang


tepat untuk membudidayakan kedelai. Berikut ini merupakan langkah menanam
kedelai yang baik di antaranya adalah sebagai berikut:

Tanaman kedelai bisa hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun
untuk memilih lahan tanam kedelai yang baik, kamu harus memenuhi kriteria
tanah yang sesuai, yaitu:

• Tanah yang gembur

• Memiliki pH 5,5 sampai 7,5 pada tanah

• Ketinggian tanah 2 hingga 900 m dari atas permukaan laut

• Bisa terkena sinar matahari minimal 8 jam per hari

• Tanah dekat dengan sumber air


11

• Jauh dari pantai untuk menghindari aerosol air asin

Setelah menemukan lahan yang sesuai dengan kriteria tanah yang benar,
Anda harus mengelola lahan lebih baik.Anda bisa menggemburkan tanah dengan
menggunakan cangkul atau mesin traktor pada lahan yang didominasi oleh tanah
liat.Untuk jenis tanah yang kering dan gembur, sebaiknya bedengan yang dibuat
tidak terlalu tinggi. Ukuran bedengan yang ideal adalah lebar 1,5 m, tinggi 5 cm
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode budidaya

Kedelai memiliki susunan daun majemuk yang terdiri dari 3 helai anak daun
dan umumnya berwarna hijau kekuning-kuningan.Bentuk daun ada yang oval, dan
ada juga yang segitiga.Warna dan bentuk daun sangat tergantung pada
varietas.Ujung daun kedelai ada yang runcing, ada yang tumpul.Permukaan daun
berbulu, 7 ada yang berbulu jarang dan kasap, berbulu jarang tidak kasap, berbulu
tipis dan berbulu tebal.Semua ini tergantung varietas (Suhaeni, 2008).Menurut
Aksi Agraris kanisius (1993) batang tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi 2
bagian.Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hypocotyl
sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotyl.Batang kedelai tersebut
berwarna ungu atau hijau.

Batang kedelai memiliki buku yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga.
Buku yang menghasilkan buah disebut buku subur, pada batang tanaman tersebut
biasanya akan muncul cabang (Purwono dan Purnawati, 2007). Tanaman kedelai
memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan
(benang sari) dan alat kelamin betina (putik).Bunga berwarna ungu atau putih
sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.Di Indonesia tanaman
kedelai mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam (Fachruddin, 2000).
Menurut Danarti dan Najiyanti (1994) semakin pendek penyinaran dan semakin
tinggi suhu udaranya akan semakin cepat berbunga. Bunga kedelai berbentuk
kupu-kupu dan muncul di ketiak daun, bunga kedelai ini umumnya menyerbuk
sendiri. Penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar setelah penyerbukan terjadi
bunga akan berkembang menjadi buah.

12
13

Di bawah ini adalah serangkaian proses dan teknik budi daya


tanaman pangan.

2.1.1 Syarat tumbuh

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase
dan aerasi tanah cukup baik.Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol,
latosol, dan andosol (Siswadi, 2006).Kacang kedelai juga membutuhkan
tanah yang gembur dan agak lembab. Drainase yang kurang baik akan
menyebabkan akar dan polong busuk, sebaliknya jika terlalu kering
pertumbuhan akan merana dan polong tidak terbentuk (Danarti dan
Najiyati, 1994).

Nilai pH ideal bagi tanaman kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0-
6,8. Apabila pH di atas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis
sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Sementara
pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn sehingga
pertumbuhannya terganggu (Fachruddin, 2000). Kedelai sebagian besar
tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis.Kedelai dapat tumbuh pada
daerah berhawa panas, di tempat-tempat terbuka dan bercurah hujan 100-
400 mm3 per bulan.Kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak
kurang dari 400 m dpl dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak
600 m dpl. Tanaman kedelai akan tumbuh baik di daerah beriklim kering
(Siswadi, 2006). Tanaman kedelai pada fase vegetatif membutuhkan air
sebanyak 9,11 mm/hari sedangkan pada fase generatif membutuhkan
sebanyak 2,38 mm/hari. Fase vegetatif

2.1.2Pengolahan lahan

Pengolahan lahan dilakukan hingga lahan menjadi siap untuk


ditanami.Pengolahan dilakukan melalui proses pembajakan atau dicangkul
lalu dihaluskan hingga tanah menjadi gembur. Pembajakan dapat
dilakukan dengan cara tradisional ataupun mekanisasi
14

Standar penyiapan lahan adalah sebagai berikut :

1. Lahan pertanian yang digunakan harus bebas dari pencemaran


limbah beracun.
2. Penyiapan lahan atau media tanam dilakukan dengan baik agar
struktur tanah menjadi gembur dan bereaksi baik sehingga
perakaran dapat berkembang secara optimal.
3. Penyiapan lahan harus terhindar dari terjadinya erosi permukaan
tanah, kelongsoran tanah atau kerusakan sumber daya lahan.
4. Penyiapan lahan adalah bagian integral dari upaya untuk
melestarikan sumber daya lahan dan sekaligus sebagai tindakan
sanitasi dan penyehatan lahan.
5. Jika diperlukan, penyiapan lahan disertai dengan pengapuran,
penambahan bahan organik, pembenahan tanah atau soil
amelioration, dan atau teknik perbaikan kesuburan tanah.
6. Penyiapan lahan dapat dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan alat mesin pertanian.

2.1.3 Persiapan benih dan penanaman

Dalam persiapan benih penanaman, benih yang akan ditanam harus


sudah disiapkan sebelumnya. Umumnya, benih tanaman pangan
ditanam langsung tanpa didahului dengan penyemaian, kecuali untuk
budi daya padi di lahan sawah.Pilihlah benih yang memiliki vigor atau
sifat-sifat benih yang baik serta tanam sesuai dengan jarak tanam yang
dianjurkan untuk setiap jenis tanaman pangan. Benih ditanam dengan
cara ditugal atau pelubangan pada tanah, sesuai jarak tanam yang
dianjurkan untuk setiap tanaman.
15

Berikut ini adalah standar penanaman adalah sebagai berikut.

1. Penanaman benih atau bahan tanaman dilakukan dengan mengikuti


teknik budi daya yang dianjurkan dalam hal jarak tanam dan
kebutuhan benih per hektar yang disesuaikan dengan persyaratan
spesifik bagi setiap jenis tanaman, varietas, dan tujuan penanaman.
2. Penanaman dilakukan pada musim tanam yang tepat atau sesuai
dengan jadwal tanam dalam manajemen produksi tanaman yang
bersangkutan.
3. Pada saat penanaman, sebaiknya memikirkan antisipasi agar
tanaman tidak menderita cekaman kekeringan, tergenang atau
kebanjiran, atau cekaman faktor abiotik lainnya.
4. Untuk menghindari serangan OPT di daerah endemis dan eksplosif,
benih atau bahan tanaman dapat diberikan perlakuan yang sesuai
sebelum dilakukan proses penanaman.
5. Dilakukan pencatatan tanggal penanaman pada buku kerja. Hal ini
berguna untuk memudahkan jadwal pemeliharaan, penyulaman,
pemanenan, dan hal-hal lainnya. Apabila benih memiliki label,
maka label harus disimpan.

2.1.4 Pemupukan
Pemupukan tanaman kedelai secara umum diberikan bersamaan
dengan saat tanam atau 7-10 hari setelah tanam.Pupuk diberikan secara
larikan di samping tanaman dengan jarak 5-7 cm. Setelah ditabur pupuk
dibenamkam ke dalam tanah (Wirawan Dan wahyuni,
2004).Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan 11 pupuk
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Pupuk tersebut diberikan saat
tanam atau 1 minggu setelah tanam dengan cara disebar atau
dimasukkan ke dalam lubang berjarak 4-5 cm di samping lubang tanam.
Adapun tujuan dari pupuk dasar N, P, dan K adalah menyediakan unsur
hara pokok yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh (Danarti Dan
Najiyati, 1994).
16

Sewaktu tanam, kedelai membutuhkan unsur hara N sebagai


pendorong pertumbuhan awal, unsur P untuk pertumbuhan biji dan
mempercepat proses pematangan buah dan unsur K diperlukan untuk
perkembangan pertumbuhan secara keseluruhan dan dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Osman, 1996).

Standar pemupukan adalah sebagai berikut.

1. Tempat waktu
Tempat waktu artinya diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan, stadia
tumbuh tanaman, serta kondisi lapangan yang tepat.
2. Tepat dosis
Tepat dosis artinya jumlah yang diberikan sesuai dengan anjuran
rekomendasi spesipik lokasi.
3. Tepat cara aplikasi
Tepat cara aplikasi artinya disesuaikan dengan jenis pupuk, tanaman
dan kondisi lapangan

2.1.5 Pemeliharaan

Gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas


penting bagi produktivitas kedelai.Besarnya tingkat kerugian akibat
gulma sangat bervariasi tergantung pada populasi dan macam spesies
gulma yang ada.Gulma yang sering dijumpai yang sangat berbahaya
dan merugikan serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun
penyiangan yaitu gulma alang-alang dan teki (Budi Dan Hajoeningtijas,
2009).Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman
lewat persaingan untuk mendapatkan cahaya, air, nutrisi, dan ruang
hidup (Purwanto Dan agustono, 2010).
Penyiangan dilakukan pada umur 3-4 minggu.Manfaatnya agar
tanah tetap gembur.Penyiangan tidak boleh dilakukan waktu kedelai
sedang berbunga karena mengakibatkan bunga rontok (Siswadi,
2006).Penyiangan berikutnya pada waktu tanaman kedelai telah selesai
17

berbunga. Penyiangan tidak dilakukan pada waktu tanaman kedelai


sedang berbunga karena dapat menganggu proses persarian bunga,
sehingga akan menurunkan produksi antara 10%-50%. Cara 12
penyiangan dengan membersihkan rumput-rumput liar di sekitar
tanaman kedelai sambil menggemburkan tanah (Rukmana dan
Yuniarsih, 1996). Sekitar 23 spesies hama dapat menimbulkan
kerusakan pada kedelai di Indonesia. Ancaman setiap hama terhadap
kedelai dapat beragam tergantung musim, tetapi kerusakan akibat hama
merupakan kendala utama dalam usaha mendapatkan hasil yang tinggi
di Indonesia (Sumarno et al., 1989). Adisarwanto (2008) menyatakan
untuk mencukupi kebutuhan yang optimal, tanaman kedelai
memerlukan air sekitar 300-450 mm selama masa pertumbuhannya.
Apabila air tidak tersedia pertumbuhan kedelai akan mengalami empat
tahap kritis yaitu selama fase pertumbuhan awal, saat bebunga,
pembentukan polong, dan pengisian biji.
Pengaturan air dimasukkan agar daerah perakaran tanaman cukup
mendapat air selama pertumbuhannya.Curah hujan yang cukup dan
merata dalam tiap-tiap bulan sangat membantu dalam pertumbuhan
kedelai. Namun demikian curah hujan yang terlalu banyak atau kurang
dari kebutuhan minimal akan menurunkan hasil kedelai (Suprapto,
1997). Pada lahan yang persediaan airnya terbatas, tanaman perlu diairi
pada awal pertumbuhan 20-25 hari setelah penanaman, masa berbunga
35-40 hari setelah pananaman, dan masa pembentukan polong dan
pengisian biji 50- 60 hari setelah penanaman (Suhaeni, 2008).
Saat panen kedelai ditentukan berdasarkan umur tanaman, setiap
verietas kedelai mempunyai umur yang berbeda, sehingga waktu panen
harus menyesuaikan dengan umur tanaman.Di dataran tinggi umur
tanaman kedelai siap dipanen cenderung lebih panjang, yaitu berbeda
antara 10-20 hari dibandingkan di dataran 13 rendah.Di samping itu
habitus tanamnya lebih pendek (Rukmana Dan Yuniarsih, 1996).
18

Standar pemeliharaan tanaman adalah seperti berikut :

1. Tanaman pangan harus dipelihara sesuai karakteristik dan


kebutuhan spesifik tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi
optimal serta menghasilkan produk pangan bermutu tinggi.
2. Tanaman harus dijaga agar terlindung dari gangguan hewan ternak,
binatang liar dan atau hewan lainnya.

2.1.6 pengendalian OPT ( organisme pengganggu tanaman )

Pengendalian OPT harus disesuaikan dengan tingkat serangan yang


ada. Kita dapat melakukan pengendalian OPT secara manual maupun
dengan pestisida. Jika menggunakan pestisida, harus dilakukan dengan
tepat jenis, tepat mutu, tepat dosis, tepat konsentrasi atau dosis, tepat
waktu, tepat sasaran (OPT target dan komoditi), serta tepat cara dan alat
aplikasi.Penggunaan pestisida harus diusahakan agar memperoleh
manfaat yang sebesarnya dengan dampak sekecil-kecilnya.

Penggunaan pestisida harus sesuai standar berikut ini.

1. Penggunaan pestisida harus memenuhi 6 (enam) kriteria tepat dan


memenuhi ketentuan baku lain yang sesuai dengan "Pedoman
Umum Penggunaan Pestisida", yaitu : tepat jenis, tepat mutu,
tepat dosis, tepat konsentrasi/dosis, tepat waktu, tepat sasaran
(OPT target dan komoditi), serta tepat cara dan alat aplikasi.
2. Penggunaan pestisida diusahakan seminimal mungkin
meninggalkan residu terhadap hasil panen, sesuai
dengan tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil
Pertanian".
3. Mengutamakan penggunaan pestisida hayati, pestisida yang
mudah terurai dan pestisida yang tidak meninggalkan residu pada
hasil panen, serta pestisida yang kurang berbahaya terhadap
manusia dan ramah lingkungan.
19

4. Penggunaan pestisida tidak menyebabkan dampak negatif


terhadap kesehatan pekerja (seperti harus menggunakan pakaian
perlindungan) atau aplikator pestisida.
5. Penggunaan pestisida harus tidak menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan hidup terutama terhadap biota tanah dan biota
air.
6. Tata cara aplikasi pestisida harus mengikuti aturan yang
tercantum pada label.
7. Pestisida yang residunya berbahaya bagi manusia tidak boleh
digunakan menjelang panen dan saat panen
Berikut ini hama yang pengganggu tanaman kedelai :
1. Lalat kacang
2. Kumbang daun
3. Kutu kebul
4. Kutu daun
5. Ulat grayak
6. Ulat jengkal
7. Ulat buah
Berikut ini penyakit yang pengganggu tanaman kedelai :
1. Antraknose
2. Penyakit karat
3. Penyakit hawar
4. Penyakit pustule bakteri

2.1.7 Panen dan pasca panen

Panen adalah tahap terakhir dari budi daya tanaman pangan.


Setelah panen, hasil panen akan memasuki tahapan pasca panen.Saat
panen kedelai ditentukan berdasarkan umur tanaman, setiap verietas
kedelai mempunyai umur yang berbeda, sehingga waktu panen harus
menyesuaikan dengan umur tanaman.Di dataran tinggi umur tanaman
kedelai siap dipanen cenderung lebih panjang, yaitu berbeda antara 10-
20

20 hari dibandingkan di dataran 13 rendah.Di samping itu habitus


tanamnya lebih pendek (Rukmana Dan Yuniarsih, 1996).

Standar panen seperti bibawah ini adalah :

1. Pemanenan harus dilakukan pada umur serta waktu yang tepat


sehingga mutu hasil produk tanaman pangan dapat optimal pada
saat dikonsumsi.
2. Penentuan saat panen yang tepat untuk setiap komoditi tanaman
pangan dan harus mengikuti standar yang berlaku.
3. Cara pemanenan tanaman pangan harus tepat dan sesuai baik
teknik dan anjuran baku untuk setiap jenis tanaman sehingga
diperoleh mutu hasil panen yang tinggi, tidak rusak, tetap segar
dalam waktu lama, dan meminimalkan tingkat kehilangan hasil.
4. Panen bisa dilakukan secara manual maupun dengan alat mesin
pertanian.
5. Kemasan atau wadah yang akan digunakan harus disimpan atau
diletakkan di tempat yang aman untuk menghindari terjadinya
kontaminasi.
6.
2.2 Morfologi kedelai
keperluan pemeliharaan kebenaran genetik benih, dan penyusunan deskripsi
varietas, tetapi juga untuk modifikasi karakter morfologi tertentu dalam upaya
perbaikan dan peningkatan nilai ekonomis tanaman. Perbaikan tanaman kedelai
dapat dikelompokkan pada perbaikan terhadap cekaman biotik (hama dan
penyakit), abiotik (kekeringan, penaungan, toleransi keharaan, dan sebagainya),
perubahan morfologi maupun fisiologis tanaman, dan kualitas (ukuran biji, umur
masak, protein, dan sebagainya). Produktivitas tanaman kedelai dapat
ditingkatkan melalui introduksi inovasi teknologi.Salah satu komponen teknologi
yang paling mudah dan cepat menyebar adalah varietas unggul baru (VUB) yang
berdaya hasil tinggi, karena kontribusi varietas unggul baru yang meningkatkan
produktivitas lebih mudah dilihat dan dipahami oleh petani. Salah satu contoh
kedelai yang dilepas tahun 2001 adalah varietas Anjasmoro, memiliki ukuran biji
21

besar yang dapat tumbuh di lahan sawah dan produksinya mencapai 2,5 ton/ha.
Varietas ini yang paling sering digunakan untuk bahan baku pembuat tahu, tempe,
kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk pangan olahan, karena ukuran
bijinya besar. Namun, untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia maka
diperlukan umur tanaman kedelai yang genjah (Sudaryanto dan Swastika, 2007).

2.3 Varietas anjasmoro

Anjasmoro adalah varietas unggul kedelai yang dapat beradaptasi di


agroekosistem lahan sawah, lahan kering, lahan rawa lebak, dan lahan rawa
pasang surut. Varietas unggulan disenangi petani karena produksinya tinggi,
bijinya besar, dan polong tidak mudah pecah (Jumakir dan Endrizal 2003).

Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditi pangan utama, mengandung


kalori,  protein, lemak,  karbohidrat,  air, serta beberapa mineral. Varietas
Anjasmoro merupakan varietas kedelai yang memiliki resistensi terhadap hama
penyakit, memiliki produksi biji polong dan tinggi tanaman yang baik. Penelitian
mengenai tanaman pangan khususnya kedelai pada genangan masih kurang
sehingga informasi mengenai kultivar toleran genangan masih terbatas. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan varietas kedelai adalah
melakukan induksi mutasi iradiasi sinar gamma. Dosis iradiasi sinar gamma yang
diberikan pada benih kedelai adalah 0 Gy, 25 Gy, 50 Gy, 75 Gy dan 100 Gy.
Cekaman genangan yang diberikan 0%, 100%, 150%, 200% dan 250%. Klon
varietas Anjasmoro hasil iradiasi sinar gamma pada viabilitas dan vigoritas
dianalisis dengan Anova one way, faktor iradiasi dan genagan pada parameter 
morfologi dianalisis dengan Anova two way, dilanjutkan dengan uji DMRT pada
taraf 95%. Iradiasi sinar gamma pada benih tanaman kedelai varietas Anjasmoro
memberikan pengaruh yang tidak signifikan.Dosis iradiasi tinggi (high irradiation
dose) 100 Gy pada benih kedelai menurunkan viabilitas dan vigoritas.Dosis
iradiasi 100 Gy dan genangan 250% menurunkan morfologi tanaman. Parameter
viabilitas vigoritas dan morfologi terbaik terdapat pada dosis iradiasi sinar gamma
dengan dosis rendah (low irradiation dose) dimana daya berkecambah terbaik
terdapat pada iradiasi 25 Gy dan 50 Gy, laju perkecambahan terbaik terdapat pada
perlakuan kontrol, sedangkan keserempakan tumbuh terbaik terdapat pada
22

perlakuan kontrol dan iradiasi 25 Gy.  Tinggi tanaman terbaik pada iridiasi 25 Gy
pada genangan kontrol dan Luas daun terbaik berada pada iradiasi  50 Gy
genangan control.
BAB III

METODE

3.1 Waktu dan tempat

Kegiatan ujian kopetensi keahliah ( UKK ) ini berlansung selama 3 bulan


yang dimulai pada tanggal 4 februari 2022 sampai dengan 4 juni 2022 yang
dilakukan di lahan SMK NEGERI 9 Tebo.

3.2 Alat dan bahan

Berikut ini alat yang saya gunakan adalah :

Atk, parang, ember, cangkul, gembor, gharu, kayu panjang 50cm, tajak,
gelas, gelas ukur, tugal, meteran, kamera, tong sampah, kalkulator, sabit,
penampi, gunting, nampan, sendok, penangkap hama, timbangan digital,
knepsek.

Berikut ini bahan yang saya gumakan adalah :

Benih, terpal, karung goni, fungisida, TSP, EM4, insek, dolomit, POC,
NPK, mulsa, bamboo, pasak, arang, korek, pelubang mulsa, furadan, dan
rezebun.

3.3 Jumlah populasi

Berikut ini jumlah populasi yang saya dapat kan pada lahan dengan lebar 3 x
50, dan dengan jarak tanam 40 x 50cm adalah berjumlah delapan ratus tiga puluh
dua ( 832 ) butir benih.

3.4 Tekni pelaksanaan budidaya kedelai


3.4.1 persiapan benih

Benih yang akan dibudidayakan adalah benih yang bervarietas


anjasmoro,karena varietas anjasmoro mampu tumbuh dengan baik didaerah
ini dan juga iklim/cuaca serta syarat tumbuh yang lain mencapai standar nya.
Dan kebutuhan benih tergantung pada lahan yang akan ditanam, yaitu

23
24

berkisaran 8 ons/lahan dengan luas lahan 3 x 50 m. benih yang akan ditanam


terlebih dahulu dicampur dengann insektisida nokulum ( rhizobium )dengan
waktu yang telah ditentu kan.

3.4.2 Pengolahan lahan

Pengolahan tanah dapat menggunakan mesin ataupun dengan cara


tradisional. Alat yang digunakan untuk pengolahan tanah ini bergantung
dengan kemudahan Anda dalam mengakses peralatan pertanian tersebut.

Cara pengolahan lahan.

• Bersihkan lahan dari jerami padi yang masih tersisa dari pertanaman
sebelumnya.
• Balik tanah menggunakan traktor atau cagkul.
• buat bedengan dengan jarak tanam 40 x 60 cm
• pasang drainase
• perlobangan lubang tanam / drainase dengan jarak tanam 40 x 60
• Isi lubang tanam dengan benih kedelai
• Tutup lubang tanah dengan tanah
3.3.3 Perawatan
Perawatan budidaya kedelai sebenarnya tidaklah sulit. Namun, Anda
harus memahami hal-hal penting yang seharusnya dilakukan agar proses
perawatan tanaman kedelai dapat optimal.
• Pengendalian hama
Salah satu cara mengendalikan hama yang berada di lahan perkebunan
adalah dengan menerapkan pengendalian hama kedelai. 
• Pengendalian secara hayati
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan cara menebar musuh dari
hama pohon kedelai. Dengan begitu musuh-musuh  alami tersebut akan
memangsa hama kedelai dan mampu menekan populasi hama di lahan.
Bahan hayati lainnya yang bisa digunakan adalah Trichoderma.
25

• Pengendalian secara pestisida


Adalah dengan cara menggunakan pestisida di bawah dosis yang
diharuskan dan dilakukan secara terus-menerus.

• pengendalian penyakit

Penyakit karat daun pustul bakteri hawa antraknose busuk batang, dan
penyakit virus merupakan penyakit yang sering menimbulkan kerugian
besar pada tanaman kedelai. Cara yang dapat untuk mengatasi hal tersebut
yaitu mengupayakan patogen tidak terdapat pada benih yang akan ditanam,
air irigasi, alat-alat yang digunakan, dan pada sisa-sisa pertanaman
maupun tanaman inang alternatif.

• Pemupuk susulan

Pupuk susulan diberikan pada saat tanaman berumur 20-30 hari setelah
tanam.dengan cara menaburkan pupuk disekeliling tanamam dengan dosisi
1,3 kg.

• penyiangan

Proses pembersihan gulma pada lahan kedelai yang telah ditanam


guna agar saat pemupukan tidak terjadi perebutan unsur hara dan juga
menjaga agar lahan tetap bersih.

3.4.3 Panen

 panen pada tanaman kedelai perlu mendapat penanganan yang benar,


karena kegiatan panen yang dilakukan dengan tidak benar selain dapat
mengakibatkan kehilangan hasil, juga dapat menyebabkan kualitas biji
kedelai yang dihasilkan akan rendah, sehingga kualitas benih yang
dihasilkan juga rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia adalah Negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah


Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).

Sumarno dan Hartono (1983) menjelaskan bahwa secara umum varietas unggul
memiliki kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal.

Suhaeni (2007) menyatakan varietas yang berumur sedang,

persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara sehingga akan
mempengaruhi produksi tanaman (Hidayat, 2008).

proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal (Nurlaili, 2010).

perkebunan dan kebun campuran (Mulyani et al., 2009).

lebih banyak memerlukan tenaga kerja dan mengurangi populasi tanaman (Haryati
et al., 2000)

produksi kedelai nasional hanya mampu memenuhi 40% dari kebutuhan dalam
negeri (Swastika 2007, Sudaryanto dan Swastika, 2007).

peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani masih


dapat dilakukan (Atman, 2009).

Menurut Tahlim et al. (2003), pengembangan produksi kedelai dalam negeri


masih menghadapi beberapa permasalahan,

Menurut Rondof dan Lancon (2006), hasil per ha kedelai tidak terdistribusi secara
homogen di Indonesia.

Kemampuan petani berkaitan dengan situasi lingkungan serta keadaan yang


melekat pada dirinya (Warsito, 2007).

Permukaan daun berbulu, 7 ada yang berbulu jarang dan kasap, berbulu jarang
tidak kasap, berbulu tipis dan berbulu tebal.Semua ini tergantung varietas
(Suhaeni, 2008).

26
27

Menurut Aksi Agraris kanisius (1993) batang tanaman kedelai dapat dibedakan
menjadi 2 bagian

Buku yang menghasilkan buah disebut buku subur, pada batang tanaman tersebut
biasanya akan muncul cabang (Purwono dan Purnawati, 2007).

Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam
(Fachruddin, 2000).

Menurut Danarti dan Najiyanti (1994) semakin pendek penyinaran dan semakin
tinggi suhu udaranya akan semakin cepat berbunga.

Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, latosol, dan andosol (Siswadi, 2006).

Tanaman kedelai akan tumbuh baik di daerah beriklim kering (Siswadi, 2006).

Pupuk diberikan secara larikan di samping tanaman dengan jarak 5-7 cm. Setelah
ditabur pupuk dibenamkam ke dalam tanah (Wirawan Dan wahyuni, 2004).

menyediakan unsur hara pokok yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh (Danarti
Dan Najiyati, 1994).

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Osman, 1996).

penyiangan yaitu gulma alang-alang dan teki (Budi Dan Hajoeningtijas, 2009).

penyiangan dengan membersihkan rumput-rumput liar di sekitar tanaman kedelai


sambil menggemburkan tanah (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Adisarwanto (2008) menyatakan untuk mencukupi kebutuhan yang optimal,

pembentukan polong dan pengisian biji 50- 60 hari setelah penanaman (Suhaeni,
2008).

memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia maka diperlukan umur tanaman kedelai


yang genjah (Sudaryanto dan Swastika, 2007).
28

produksinya tinggi, bijinya besar, dan polong tidak mudah pecah (Jumakir dan
Endrizal 2003).
LAMPIRAN

1.1 Jadwal kegiatan

No Jenis Bulan
Kegiatan Febuari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
proposal,
pendaftaran
UKK,
verifikasi
UKK,
penentuan
lahan,
pembagian
lahan
pengukuran
lahan.
2 Sanitasi
lahan,
pembalikan
tanah.
3 .Pembuatan
bedengan dan
pengapuran
tanah.Dan
pemupukan
dasar.
4. Persiapan
kayu,bambu,
kancing

29
30

mulsa dan,
dan
pemasangan
mulsa,
pemasangan
ajir.
5. Pengukran
jarak tanam
dan
pembuatan
lubang
tanman
6. Penanaman
dan
penyiraman
7. Penyiraman,
penyulaman,
dan pupuk
susulan
pertama. Dan
pengamtan.
8. Penyiraman,
penyiangan
gulma.
9. Penyiraman,
dan
pengamtan,
penyiangan
gulma.
10. Penyiraman
dan
penyiangan
31

gulma dan
pengamatan.
11. Penyiraman ,
penyiangan
gulma dan
pengamtan.
12. Penyiraman,
pengamatan,
penyiangan
gulma, dan
menunggu
panen.
32

1.2 Lampiran denah kegiatan uji kopetensi keahlian ( UKK )

1m

60 cm

40 cm

50 m

40 cm

3m

Keterangan :

Lahan

Lubang tanam

Jarak

bedengan
33

No Jenis Bulan: Minggu: Pengamatan:


kegiatan
Agronomi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tanaman

1. Tinggi Tanaman
(cm)
2. Jumlah Daun
(Helai)

1. Diameter
Batang(cm)
4. Jumlah tunas
(angka)
5. Jumlah bunga
(angka)
6. Jumlah buah
(angka )
Hama tanaman

1. Lalat kacang

2. Kumbang

3. Kutu kebul

2. Kutu daun

3. Ulat grayak

4. Ulat jengkal

7. Ulat buah

Penyakit
tanaman
1. Penykit karat

2. Embun tepung

3. Bercak daun

4. Antraknosa

5. Hawar bakteri

6. Kerdil kedelai

7. Puru akar

8. Katai kedelai

9. Bakteri pustul

10 Hawar semai

Iklim

1. Suhu
34

2. Cuaca

1.3 Pengamatan uji kopetensi keahlian ( UKK )

Anda mungkin juga menyukai