Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PEMASARAN KUBIS (Brassica oleracea L. var.

cagitata DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) JETIS


KABUPATEN SEMARANG

Proposal penelitian

NAMA: WINDI PRATIWI

NIM : 20253223051

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Salawat berangkaikan salam tidak
lupa pula untuk junjungan umat nabi Muhammad yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliah menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini .Sehingga
penulis dapat membuat proposal dengan judul . “ANALISIS PEMASARAN KUBIS
(Brassica oleracea L. var. cagitata DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) JETIS
KABUPATEN SEMARANG”.

Penulisan proposal penelitian ini bertujuan untuk menjadi salah satu tugas untuk
mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia program studi agribisnis Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulisan,


laporan penelitian ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna, namun penulis
berharap semoga draft skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi
semua pihak yang berkenan memanfaatkannya.

Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada Ibu Ir.Nelzi Fati,M.P selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan
pengarahan sampai terselesaikan proposal penelitian ini

Payakumbuh, Oktober 2020

Windi Pratiwi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................4

1.1.Latar Belakang................................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................6

1.3.Tujuan penelitian.............................................................................................................................6

1.4.Hipotesis...........................................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................7

2.1. Kubis................................................................................................................................................7

2.2. Saluran pemasaran kubis...............................................................................................................9

2.3.Sistem Pemasaran..........................................................................................................................10

BAB III.BAHAN DAN METODE..........................................................................................................12

3.1.Waktu dan Tempat........................................................................................................................12

3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................................................12

3.3.Metode pengumpulan Data...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peranan sektor pertanian dalam prekonomian nasional sangat penting dan strategis.
Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi
sebagian besar penduduk khususnya yang berada di pedesaan dan menyediakan bahan
pangan bagi masyarakat (Sadono, 2008).

Seiring dengan laju pertambahan jumlah penduduk, yang dibarengi dengan


peningkatan pendapatan, dan berkembangnya pusat kota-industriwisata, serta liberalisasi
perdagangan, merupakan faktor potensial bagi peningkatan permintaan produk
hortikultura. Potensi pasar produk hortikultura terutama sayuran cukup tinggi, sebagai
contoh : Permintaan kubis dari kabupaten Simalungun, Sumatera utara sebanyak 2
ton/minggu harus dikirim ke Batam, dan 700 kilogram untuk dikirim ke Rantau Prapat,
sedangkan untuk transaksi perdagangan yang lebih besar (export), permintaan mencapai
600 ton per minggu, ke Penang Malaysia (Hastuti, 2001).

Kubis merupakan sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan manusia.
Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia.
Sebagai sayuran kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam (Pracaya,
2005).

Pengembangan sayuran, khususnya kubis sebagai sayuran dataran tinggi memerlukan


penanganan yang khusus sejak pra sampai pasca panennya. Oleh karena itu penerapan
sistem agribisnis dalam usahatani kubis sangat diperlukan, sehingga keuntungan yang
diperoleh petani kubis menjadi lebih baik. Sampai saat ini pengembangan sayuran kubis
sebagian besar masih dilakukan secara tradisional pada skala pemilikan lahan yang relatif
kecil. Pola usahatani sayuran kubis biasa dilakukan pada lahan dengan luas kurang dari
0,3 hektar, lahan pertanaman seringkali belum siap 2 akibat tingginya derajad keasaman
tanah (pH < 7) dan mengandung penyakit (bakteri), benih yang digunakan petani adalah
benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang dihasilkan rendah,
sistem irigasi atau pengairan yang kurang baik, belum optimalnya pengendalian
hama/penyakit, dan belum adanya upaya penanganan panen dan pasca panen dengan
baik. Hal ini mengakibatkan produktivitas menjadi rendah dan tidak memberikan
keuntungan yang optimal bagi petani. Hasil usahatani dengan pola seperti ini juga tidak
bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, ekspor dan industri
pengolahan yang cenderung terus meningkat.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan produk sayuran kubis baik segar maupun
olahan dari produksi dalam negeri, maka usaha pengembangan perlu dilakukan secara
khusus dengan menerapkan sistem usaha yang paling menguntungkan (Ditjen. Bina
Produksi Hortikultura, 2002). Untuk meningkatkan usaha pengembangan sayuran kubis,
maka lahan potensial yang tersedia perlu dimanfaatkan secara optimal. Sebagaimana
komoditas sayuran lainnya sayuran kubis memiliki prospek pasar yang perlu digarap
secara lebih intensif dan lebih spesifik lagi sesuai dengan permintaan pasar. Permintaan
pasar sayuran terutama kubis dari Jawa Tengah cukup tinggi dalam 2 tahun terakhir
terutama ekspor ke Singapura, namun kendala utama adalah mutu hasil dan daya tahan
produk agar tetap sekar sampai tujuan, oleh karena itu upaya budidaya dengan
menggunakan benih bermutu, pengendalian hama dan penyakit secara intensif dan
penanganan pasca panen terus ditingkatkan. Melalui upaya ini diharapkan pendapatan
petani sayuran, kubis khususnya dapat ditingkatkan (Ditjen. Bina Produksi Hortikultura,
2002)

Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam siklus yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam perusahaan, pemasaran merupakan salah satu
dari kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, berkembang dan mendapatkan laba, kegiatan pemasaran pada perusahaan juga
harus dapat memberikan kepuasan pada konsumen jika menginginkan usahanya tetap
berjalan (Lukitaningsih, 2014)

Menurut Sukmadinata (2001) bahwa STA merupakan suatu infrastruktur pasar,


tempat transaksi jual beli produk pertanian dengan cara langsung, pesanan, lelang,
langganan atau kontrak. Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai tempat transaksi bisnis
hasil pertanian masyarakat setempat dan para pelaku usaha merupakan tempat yang
potensial dan menjanjikan pendapatan tunai harian bagi petani dan pedagang yang terlibat
di dalamnya sehingga perputaran uang sebagai salah satu indikasi berjalannya sebuah
pasar akan tampak jelas. Sasaran utama pembangunan STA pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah
mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk, sekaligus mengubah pola pikir ke
arah agribisnis sehingga bisa meningkatkan produktifitas hasil pertaniaannya. Dengan
demikian diharapkan petani bisa menjadi lebih sejahtera. Retribusi-retribusi yang
diberlakukan di STA bisa menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah yang

5
digunakan untuk pengembangan akses pasar (Badan Agribisnis Departemen Pertanian,
2000).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan kubis di kabupaten semarang

2. Bagaimana saluran pemasaran kubis di kabupaten semarang

3. Bagaimana sistem pemasaran petani kubis Di kabupaten Semarang.

1.3. Tujuan penelitian

1. Mengetahui penerapan subsistem agribisnis oleh petani kubis di kabupaten


semarang

2. Mengetahui sistem pemasaran petani kubis di kabupaten semarang

3. Menganalisis pengaruhsistem pemasaran petani kubis di kabupaten semarang

1.4. Hipotesis

1.Diduga penerapan subsistem sarana produksi berpengaruh terhadap pendapatan


petani kubis di, Kabupaten semarang

2. Diduga penerapan subsistem proses produksi berpengaruh terhadap saluran


pemasaran petani kubis di Kabupaten semarang

3. Diduga penerapan subsistem pemasaran berpengaruh terhadap pendapatan petani


kubis di Kabupaten semarang

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kubis

Kubis atau kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau lebih yang
berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas – ruas. Sebagai bekas
tempat duduk daun. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar samping yang sedikit tapi
dangkal.Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak. Daun yang muncul terlebih
dahulu menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya hingga membentuk
krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna putih. Bunganya tersusun rapi  dalam
tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning spesifik.

Tanaman kubis sukar berbunga di indonesia karena perlu suhu rendah antara 5 –
10 derajat celcius selama satu bulan lebih. Buahnya bulat panjang menyerupai polong.
Polong muda berwarna hijau, setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah. Bijinya
kecil, berbentuk bulat dan berwarna kecoklatan. Biji yang banyak tersebut menempel
pada dinding bilik tengah polong.

Kubis atau kol dikonsumsi sebagai sayuran daun, diantaranya sebagai lalab(lalap)
mentah dan masak, lodeh campuran bakmi, lotek, Pecal, asinan, dan aneka makanan
lainnya. Di wilayah Argalingga (Majalengka), tunas kubis yang dipelihara setelah
dipanen kropnya Ternyata laku dijual ke pasaran ekspor dengan tingkat harga beberapa
Kali lipat dari harga kropnya. Tunas kubis ini dipesan oleh SingapuraDan Malaysia.
Pendayagunaan tunas kubis selain sebagai lalap, juga Untuk dijadikan asinan Masyarakat
Argalingga menyebut tunas kubis Dengan nama ”Sirung kol” atau nama dagangnya
“Keciwis” (Rukmana, 1995)

 Klasifikasi kubis

Berdasarkan tata nama (Sistematika) botani, tanaman kubis Diklasifikasikan ke dalam :

Divisio : Spermatophya

Sub division : Angiospermae

7
Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Papavorales

Famili : Cruciferae (Brassicaceae)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleraceae L.var. capitata L.

(Rukmana, 1995).

Tanaman kubis mempunyai jenis cukup banyak. Lima jenis Diantaranya sudah
umum dibudidayakan di dunia, yaitu:

• Kubis-krop atau kol, engkol, kubis telur (B.o.L.var.capitata L.). Jenis kubis ini memiliki
cirri-ciri daun-daunnya dapat Saling menutup satu sama lain membentuk krop (telur)

• Kubis daun atau kubis-stek (B.o.L.var.achepala L.). Jenis Kubis ini ditandai dengan
daun-daunnya tidak dapat Membentuk krop, sehingga dikenal dengan nama kubis
“Kale”.

• Kubis-umbi (B.o.L.var.gongylodes L.) atau populer disebut “Kohlrabi”. Jenis kubis ini
memiliki ciri pada pangkal Batangnya dapat membentuk umbi yang bentuknya bulat
Sampai bundar. Umbi dan daun-daunnya enak dijadikan lalap Atau disayur.

• Kubis-tunas atau kubis-babat (B.o.L.var. gemmifera L.) atau Popular disebut “Brussels
Sprout”. Ciri-ciri kubis ini adalahTunas samping kiri dan kanan sampai ke bagian atas
(pucuk) Dapat membentuk krop kecil berdiameter antara 2,5-5,0 cm; Sehingga dalam 1
batang (pohon) terdiri atau puluhan krop Kecil.

• Kubis-bunga (B.o.L.var. botrytis L.) dan Brocolli (B.o.L. var. Botrytis sub var. cymosa
L.). Kubis-bunga mempunyai ciri-Ciri dapat membentuk massa bunga (curd) yang
berwarna Putih atau putih-kekuningan; sedangkan massa bunga Broccoli berwarna hijau
atau hijau-kebiruan. (Rukmana,1995)

Kubis sebagai tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, yang dalam Penelitian kali
ini jenis kubis yang diteliti merupakan jenis kubis krop ,Dibutuhkan masyarakat dalam
jumlah yang cukup besar, bahkan skala Pemenuhannyapun sampai dengan pasar ekspor.
Dengan melihat Morfologi dan klasifikasi serta berbagai jenis kubis sudah barang tentu
Terdapat banyak kandungan zat gizi serta kegunaan tanaman kubis.

8
 Kandungan dan Kegunaan Kubis

Kubis melindungi terhadap borok perut, kanker usus besar dan Kanker payudara
karena kubis mengandung glutamine dan Smethylmethionine. Dapat digunakan sebagai
pencegah dan obat Sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang
syaraf,lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan
radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang
dan gigi.Indole-3-carbinol (I3C) itulah nama senyawa alami yang ditemukan dalam
kubis/kol yang dapat mempengaruhi faktor-faktor yang dapat membantu reproduksi sel.
Para peneliti menemukan bahwa I3C dapat menghalangi virus herpes yang juga
membutuhkan faktor-faktor tersebut untuk reproduksi. Menurut Agfi, (2010) kandungan
zat gizi dalam kubis per 100 gram.\

2.2. Saluran pemasaran kubis


Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi atau
lembaga pemasaran yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk
menyalurkan produk kubis dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen
(Laksana, 2008) Efisiensi saluran pemasaran juga perlu diketahui sampai seberapa besar
margin dari sebuah saluran pemasaran dapat dinikmati oleh petani, selain berdasarkan
ukuran teknis panjang pendeknya saluran pemasaran. Saluran pemasaran dapat dikatakan
efisien secara ekonomis jika total keuntungan yang diambil oleh pedagang relatif lebih
kecil terhadap biaya pemasaran (Muslim dan Darwis dalam Yudhit, 2014). Saluran
pemasaran kubis di STA Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang terdiri dari
tujuh pola saluran pemasaran. Masing-masing pola saluran pemasaran tersebut berfungsi
menyalurkan kubis dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran dalam pola
saluran pemasaran kubis di STA Jetis memiliki kecenderungan kegiatan yang sama yaitu
membeli kubis, melakukan penataan pengepakan, merapikan kubis, melakukan
penimbangan dan menjual kembali kubis tersebut.

9
Berikut ketujuh pola saluran pemasaran kubis di STA Jetis Kabupaten Semarang :

1) Petani – Pedagang desa – Pedagang pengumpul - Pedagang besar – Pedagang pengecer


– Konsumen,

2) Petani - Pedagang pengumpul - Pedagang besar – Pedagang pengecer – Konsumen,

3) Petani - Pedagang desa - Pedagang besar – Pedagang pengecer – Konsumen,

4) Petani – Pedagang besar – Pedagang pengumpul - Pedagang pengecer – Konsumen,

5) Petani – Pedagang pengumpul – Konsumen,

6) Petani – Pedagang desa - Pedagang pengumpul – Pedagang pengecer - Konsumen,

7) Petani – Pedagang pengumpul – Konsumen.

Tampak pada ketujuh saluran pemasaran kubis di STA Jetis bahwa petani
dihadapkan pada banyak lembaga pemasaran yang memiliki kepentingan bisnis masing-
masing. Banyaknya lembaga pemasaran yang dihadapi oleh petani kubis menjadikan
bargainning atau daya tawar petani kubis dalam mempengaruhi penentuan harga kubis di
STA akan menjadi lemah. Dari ketujuh pola saluran pemasaran tersebut diatas, tidak ada
satupun pola saluran yang sering digunakan oleh para pedagang dalam memperlancar
arus distribusi kubis. Hal ini dikarenakan cara pandang para pedagang hanya sebatas
untuk mendapatkan laba atau keuntungan dari kegiatan jual beli kubis di STA Jetis. Para
pedagang tidak memperdulikan masalah saluran pemasaran, yang penting bagi para
pedagang adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan atau membeli kubis dan bisa
menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi dari pembelian sehingga akan
memperoleh keuntungan.

2.3.Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran merupakan suatu kesatuan urutan lembaga - lembaga
pemasaran yang melakukan fungsi - fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk
pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan memperlancar aliran uang,
nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran (Gumbira dan Intan, 2004).

Sistem pemasaran kubis di STA Jetis menggunakan sistem pemasaran


konvensional, yaitu sistem pemasaran yang memberi keleluasaan bagi para pelaku

10
pemasaran kubis dan petani produsen untuk menjalankan bisnisnya. Sistem ini memberi
pengertian bahwa petani, pedagang tengkulak/desa, pedagang pengumpul, pedagang
besar, dan konsumen merupakan suatu bentuk bisnis yang terpisah yang bertujuan
memaksimalkan labanya sendiri.

Sistem pemasaran konvensional memiliki karakter sebagi jaringan yang


terfragmentasi bahwa setiap lembaga/organisasi dari saluran pemasaran terikat secara
longgar, yang berdagang satu sama lainnya dengan syarat–syarat jual beli yang mudah
dengan negosiasi yang agresif.

Sistem pemasaran ini memberikan peluang terjadinya kompetisi bagi para


pedagang kubis di STA Jetis untuk menentukan harga beli dan harga jual kubis mulai dari
petani sampai di tingkat pedagang tengkulak/desa, pedagang pengepul, pedagang besar,
dan pedagang pengecer. Dengan sistem pemasaran konvensional mengakibatkan
pemasaran kubis di STA Jetis belum bisa dikatakan efektif dan efisien.

Menurut pendapat (Mieke dan Nurmalinda, 1993), bahwa sistem pemasaran yang
efektif dan efisien akan mendorong peningkatan pendapatan petani kubis dan pelaku
pemasaran kubis. Sehingga diharapkan petani kubis akan lebih sejahtera dan mau
meningkatkan produktifitas pertanian kubisnya.

Kelemahan sistem pemasaran konvensional bagi petani adalah bahwa petani tidak
memiliki daya tawar yang kuat dalam menentukan harga sehingga petani sebagai pemilik
produk hanya menerima harga yang lebih ditentukan oleh pedagang. Sehingga hal inilah
yang sering kali merugikan bagi petani. Keuntungan bagi petani kubis dari sistem
konvensional terbuka hanya sebatas menerima pembayaran tunai dan keleluasaan menjual
produknya kepada lembaga pemasaran yang dikehendaki serta seberapa besar kubis yang
dimiliki petani akan bisa dijual.

Sistem pemasaran kubis yang berjalan di STA Jetis juga menjadikan pemicu
terbentuknya banyak pola saluran pemasaran. Dengan banyaknya pola saluran pemasaran
kubis tentunya akan semakin banyak melibatkan lembaga pemasaran, sehingga akan
berdampak pada harga kubis di tingkat petani. Setiap lembaga pemasaran akan mencari
keuntungan yang tinggi dari proses jual beli kubis di STA Jetis tanpa harus berfikir
bagaimana dengan harga yang akan diterima oleh petani. Banyaknya keterlibatan
lembaga pemasaran kubis yang berada di STA Jetis menjadikan jalur distribusi kubis dari
petani produsen ke konsumen akhir akan menjadi lebih panjang. Panjang pendeknya

11
saluran pemasaran kubis di STA Jetis akan berpengaruh terhadap harga yang akan
dibayarkan oleh konsumen dan harga yang akan diterima petani produsen.

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1.Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada bulan Desember tahun 2015 dan bulan Januari 2016
dengan lokasi penelitian di STA Jetis Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian ditentukan
secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa STA Jetis beroperasi setiap hari

3.2. Alat dan Bahan


Data terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer di peroleh dari hasil
wawancara dengan kuisioner terhadap responden sebanyak Istanto., dkk. Analisis
Pemasaran Kubis Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 3 58 orang terdiri dari 5 responden
pedagang besar, 3 responden Pegawai STA Jetis, 5 responden petani, 10 responden
pedagang tengkulak/desa, 15 responden pedangang pengumpul, 15 responden pedagang
pengecer, dan 5 responden konsumen

3.3.Metode pengumpulan Data


Analisis data menggunakan analisif deskriptif dengan pendekatan survei. Pada
bagian sistem pemasaran akan dibahas tentang bagaimana sistem pemasaran yang
berjalan di STA Jetis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder.Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan telah diolah oleh instansi
atau lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian.Data sekunder yang digunakan
diperolrh dari BPS kabupaten semarang,Dinas Pertanian Kabupaten Semarang.

12
Data Sekunder yang digunakaj berupa data kubis di kabupaten semarang serta dalam
Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 2000. Petunjuk Teknis Pengembangan Sub


Terminal Agribisnis. Jakarta.

Gumbira, S.E dan A.H. Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia Indonesia.
Bogor.

Irawan, B. 2003. Membangun Agribisnis Hortikultura Terintegrasi Dengan Basis


Kawasan Pasar. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 21.(1). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Laksana, F. 2008. Manajemen Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Mieke, A dan Nurmalinda. 1993. Kubis. Usaha Tani Kubis. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Hortikultura. Lembang.

Mosher, A. T. 2002. Menggerakkan dan Membangun Pertanian (Terjemahan oleh


Krisnadhi dan B. Samad). Yasaguna. Jakarta.

Rahim Abd dan Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Sadono, D. 2008. Pemberdayaan Petani Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di


Indonesia. Jurnal Penyuluhan. 4(1) : 65-74. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2003. Agribisnis; Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

13
Sukmadinata, T. 2001. Sistem Pengelolaan Terminal Agribisnis dan Sub Terminal
Agribisnis Secara Terpadu untuk Memberikan Nilai Tambah Pelaku dan Produk
Agribisnis. Makalah pada Apresiasi Manajemen Kelayakan Terminal Agribisnis, Sub
Terminal Agribisnis, Pergudangan dan Distribusi. Tanggal 14-16 Agustus 2001. Cisarua.

Supriyono, R.A 2000. Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pembuatan Keputusan.
BPFE. Yogyakarta.

Zulkarnain. 2010. Dasar- Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai