DISUSUN OLEH :
FADILA (02.01.18.015)
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. Ir. Yul Harry Bahar selaku dosen pengampu mata kuliah teknologi
penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
2. Ibu Ir. Anastasia Promosiana, MS selaku dosen pengampu mata kuliah
teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian.
3. Ibu Ibu Tine Arfanti, SST selaku pranata laboratorium pertanian.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan
makalah yang akan datang. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Desember, 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Gambaran Umum Komoditas Bawang Merah...............................................4
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................7
A. Kegiatan dan tahapan Penanganan Pascapanen Bawang Merah....................7
1. Panen..........................................................................................................7
2. Pengeringan Awal......................................................................................7
3. Pengeringan Lanjutan................................................................................8
4. Pembersihan...............................................................................................9
5. Sortasi dan Grading.................................................................................10
6. Penyimpanan............................................................................................11
7. Pengemasan.............................................................................................11
B. Pengelolaan Lingkungan..............................................................................12
C. Permasalahan dan Hambatan........................................................................14
D. Solusi dan Saran...........................................................................................15
BAB IV PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
peluang masuknya bawang merah impor bawang merahal dari China, Philipina
dan India masuk secara ilegal maupun illegal, atau sebaliknya dapat memberi
peluang ekspor bawang merah bilamana konsumsi dan kebutuhan industri bawang
merah dalam negeri telah dipenuhi (Direktoat Jenderal Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian, 2006).
2
B. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
pertengahan 2015 karena pengaruh cuaca (el-nino), kini Indonesia justru mulai
melakukan ekspor bawang merah ke beberapa negara seperti Malaysia,
Singapura, dan Vietnam. Ekspor tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah
dalam menjaga kestabilan harga bawang merah yang sedang surplus produksi.
Sementara itu, jika ditinjau dari aktivitas impor, terhitung dari tahun 2009
ada kecenderungan penurunan kontribusi volume impor bawang merah
terhadap produksi bawang merah dalam negeri. Hal ini dapat dikatakan wajar
mengingat hasil produksi dalam negeri yang terus mengalami peningkatan dan
mampu mengakomodir kebutuhan dalam negeri. Tren tersebut tampak pada
Gambar 1.
Lebih lanjut, sentra produksi bawang merah hingga saat ini masih
terpusat di wilayah Pulau Jawa, dimana Jawa Tengah menjadi provinsi
dengan hasil panen terbesar setiap tahunnya. Adapun provinsi sentra
produksi bawang merah berdasarkan output yang dihasilkan petani yang
terdapat di masing-masing provinsi menurut data BPS tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel sebagai berikut.
Nasional (%)
(1) (2) (3)
Jawa Tengah 519.356 42,09
Jawa Timur 293.179 23,76
Jawa Barat 130.083 10,54
5
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa Pulau Jawa masih menjadi
kawasan paling potensial yang mampu menyumbangkan tiga perempat
pasokan bawang merah Indonesia. Provinsi Jawa Tengah merupakan
provinsi yang paling produktif (produksi hampir 520 ribu ton di tahun
2014), dengan Kabupaten Brebes sebagai kontributor utama dan dikenal
sebagai lumbung bawang merah berkualitas (mampu mensuplai sekitar 30
persen kebutuhan nasional). Lebih lanjut, diharapkan hasil Survei Pola
Distribusi (POLDIS) perdagangan bawang merah ini mampu
memperoleh potret persebaran bawang merah di Indonesia.
6
BAB III
PEMBAHASAN
1. Panen
Panen dilakukan secara manual dengan sistem cabut tanpa menggunakan
alat kemudian dilanjutkan dengan pengikatan.
2. Pengeringan Awal
Pengeringan awal pada tanaman bawang merah dinamakan curing. Proses
curing atau pemulihan umbi berfungsi untuk menutup luka pada umbi yang terjadi
pada saat panen dan dilakukan sampai daun layu sekitar 2 hari.
7
Gambar 3. Pengeringan Awal Bawang Merah
Adapun cara melakukan proses curing adalah sebagai berikut:
a. Letakkan penjemuran di lahan bekas penanaman, dialasi daun jati/daun
tebu/anyaman bambu. Umbi yang sudah diikat ditata di alas tersebut secara
teratur, tidak bertumpuk, dengan daun menghadap keatas supaya daun cepat
layu dan mengering dibiarkan selama 2 hari
b. Lakukan pembalikan ikatan agar bagian dalam daun terkena sinar matahari dan
posisi umbi tetap tertutup daun, lakukan penataan ulang untuk merapikan
posisi umbi dalam penjemuran sampai kondisi mengering
c. Lakukan penataan ulang untuk merapikan posisi umbi dalam penjemuran
selama 2 hari sampai kondisi daun mongering dan gabungkan 2 ikatan menjadi
1 ikatan kemudian lakukan penanganan terpisah pada bawang yang cacat,
rusak atau terlepas dari ikatannya
d. Tutup dengan terpal pada malam hari a untuk mengurangi penguapan air dan
melindungi dari hujan, berikan ruang antara terpal dan bawang, agar terpal
tidak langsung mengenai bawang.
3. Pengeringan Lanjutan
Pengeringan lanjutan pada bawang merah berfungsi untuk menurunkan
kadar air umbi pada lapisan luar agar memiliki daya simpan yang lebih panjang.
Pengeringan lanjutan untuk konsumsi dianggap cukup apabila kulit luar sudah
mengelupas, bunyi menggeresek, menyusut 15-20% dilakukan setelah sekitar 7-8
hari setelah curing sedangkan pengeringan untuk bibit dibutuhkan 12-15 hari
8
sampai warna umbi merah cerah dan melekat pada umbinya atau menyusut 17-
22%.
Selanjutnya penggabungan 4 ikatan roji yang dijadikan satu agar keringnya
merata dan dilakukan penjemuran dengan membalik umbi setiap 3 jam setiap hari
apabila hari panas. Susun bawang yang telah kering kedalam keranjang plastik
untuk memudahkan proses pengangkutan ke tahap selanjutnya.
4. Pembersihan
Setelah melakukan pengeringan awal dan lanjutan, langkah berikutnya yaitu
mengumpulkan semua hasil panen di bangsal pasca panen, bangsal pasca panen
harus dekat dengan lahan produksi. Selanjutnya lakukan pembersihan dengan
menggunakan sarung tangan terhadap hasil panen agar kualitasnya lebih bersih
dan lebih baik dengan cara memotong daun kering di atas leher umbi. Setelah itu
potong akarnya dan bersihkan umbi dari kulit kering dan kotoran yang menempel,
pisahkan produk yang cacat agar yang lainnya tidak terkena mikroba pembusuk.
Kemudian Letakkan hasil yang telah dibersihkan ke dalam keranjang untuk
mendapatkan hasil yang baik.
9
Gambar 5. Pembersihan Bawang Merah
Sumber : anakagronomy.com
10
6. Penyimpanan
Bawang merah yang sudah kering dan disortasi selanjutnya dilakukan
proses penyimpnan dengan cara menggantungkan ikatan ikatannya di para para
yang terbuat dari kayu. Penyimpanan di dalam gudang/ruang yang teduh atap
sebaiknya dari seng agar ada penerangan dapat digunakan atap dari fiber glass
dantertutup,ventilasi ruangan cukup baik, suhu 25 - 30 C dan kelembaban 70 - 75
%. Gudang penyimpanan dan rak-rak/ para-para yang akan digunakan harus
bersih. Penyimpanan bawang merah untuk konsumsi maksimal 2 bulan,
sedangkan untuk benih 2-3 bulan.
7. Pengemasan
Pengemasan Bawang merah untuk pasar lokal biasanya menggunakan
karung plastik yang berlubang – lubang atau keranjang plastik/keranjang bambu
dengan kapasitas 25 – 30 kg, untuk pemasaran luar daerah biasanya menggunakan
kardus yang sudah dilubangi untuk ventilasi udara sedangkan untuk ekspor
dikemas dengan kardus khusus dari eksportir lengkap dengan nama dagang dan
tanggal panen. Kardus diberi lubang kecil dengan ukuran kardus untuk kapasitas
15 – 20 kg.
11
Gambar 8. Pengemasan Bawang Merah
Sumber: yusrongeet.woordpress.com
B. Pengelolaan Lingkungan
12
Limbah bawang merah memiliki manfaat yang sangat besar apabil diolah
secara baik dan benar dan akan menghasilkan nilai jual yang akan menguntungkan
dari sebuah limbah. Oleh karena itu, Limbah bawang merah dapat diolah menjadi
pupuk organik siap pakai akan mengalami penyusutan berkisar 75–85% dari berat
limbah awal. Hasil produksi pupuk organik limbah bawang merah yang dihasilkan
dari suatu industry biasanya sebesar 100 kg/hari. Pupuk yang dihasilkan
diutamakan untuk memenuhi kebutuhan industry itu sendiri, yaitu untuk
penanaman yang diunakan dalam keiatan industry itu sendiri atau terantung
keinginana industry itu sendiri. Walaupun dijual sekalipun, hasil olahan limbah
bawan merah tersebut dapat dijual dengan harga Rp3.500/kg atau suatu industry
akan mendapatkan pemasukan Rp350.000.- hanya dari suatu limbah.
13
C. Permasalahan dan Hambatan
14
11. Terjadinya peningkatan permintaan terhadap bawang merah karena
menjelang bulan puasa dan terkait dengan perayaan hari-hari besar
keagamaan (Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Natal) dan tahun baru.
12. Banyaknya permintaan bawang merah dari provinsi lain di luar daerah
sentra produksi karena kelangkaan pasokan, akan menjadi daya tarik bagi
pedagang untuk memenuhi permintaan itu terlebih dahulu karena harganya
yang jauh lebih mahal. Akibatnya terjadi kelangkaan produksi di daerah
sentra produksi.
13. Dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan rencana penghapusan atau
pengurangan subsidi bahan bakar minyak oleh pemerintah akan mendorong
terjadinya kenaikan tarif jasa dan transportasi (salah satunya tarif jalan tol).
Akibatnya memicu spekulasi kenaikan harga bawang merah, baik di tingkat
petani maupun di pasar.
14. Naiknya harga-harga sarana produksi pertanian/saprodi (pupuk, herbisida,
fungisida dll) yang memicu naiknya harga bawang merah.
Pengeringan bawang merah dengan tekanan vakum dan suhu rendah akan
memberikan manfaat kepada petani atau pengusaha, yakni dapat
menghasilkan bawang merah kering bermutu tinggi sehingga menambah
nilai ekonomi, serta bawang merah dapat disimpan lebih lama dibandingkan
pengeringan dengan dijemur. Bila dijemur, kadar air bawang merah masih
berkisar antara 65-70%, sementara dengan pengeringan vakum, kadar air
bisa mencapai 14%.
15
2. Seperti produk hortikultura lainnya bawang merah merupakan produk yang
juga mudah mengalami kerusakan. Penerapan GHP (Good Handling
Practices) pada komoditas hortikultura dapat menekan kehilangan maupun
kerusakan hasil, mempertahankan mutu dan daya simpan sayuran.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Aman, W., Subarna, M. Arfah, D. Syah, dan A.I. Budiwati. 1992. Pengeringan
dalam Petunjuk Laboratorium Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
Institut Pertanian Bogor. hlm. 177-194.
BBPP Lembang. 2017. Panen dan Pasca Panen Bawang Merah. Diakses pada
tanggal 9 Desember 2020 http://www.bbpp-
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/1347-panen-dan-
pascpanen-bawang-merah
18
Nganjuk). Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam
Malang
Sastro, Y. et al. 2012. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik dari
Limbah Dapur Rumah Tangga Mendukung Budidaya Pertanian di
Pekarangan Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. BPTP Jakarta. Jakarta.
19