Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRATIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


“BUDIDAYA TANAMAN BAWANG
(Allium ascalonicum L.)”
OLEH :
Nikita Angel Manullang
01.01.21.219
Dosen Pengampu :
Elrisa Ramadani, SP, M.Si/Wikka Sasvita,SP,M.Agr

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat memyelesaikan
laporan kegiatan praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura dengan
judul “BUDIDAYA TANAMAN BAWANG (Allium ascalonicum L.)”.
Tujuan laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas praktikum sebagai salah satu tugas mata
kuliah yaitu Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura. Dalam program studi Penyuluhan
Pertanian Berkelanjutan, Jurusan Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Medan. Dan
laporan ini ditulis berdasarkan hasil praktikum di lapangan dan beberapa sumber yang
mendukung dalam penulisan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih khusus nya kepada Ibu
Ibu Elrisa Ramadani, SP, M.SI dan Ibu Wikka Sasvita,SP.M.Agr selaku Dosen pembimbing
Mata Kuliah, serta teman-teman yang telah membantu, memberi semangat dan mendukung agar
penulis bisa melaksanakan atau menyelesaikan laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan laporan dimasa yang akan datang.Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis dan
bagi para pembaca yang membaca laporan ini.Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2022

Penulis,

Nikita Angel Manullang

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
BAB I.............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................3
B. Tujuan................................................................................................................................4
C. Manfaat..............................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................5
A. Klasifikasi dan Botani Tanaman Bawang......................................................................5
B. Morfologi Tanaman Bawang Merah...............................................................................7
C. Syarat Tumbuh.................................................................................................................9
D. Hubungan Unsur Hara Terhadap Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.).............................................................................................................................................10
E. Hubungan Pemberian Pupuk Organik Cair dengan Kualitas dan Kuantitas Umbi
Bawang Merah........................................................................................................................11
BAB III.......................................................................................................................................16
METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................................................................16
A. Waktu dan Tempat..........................................................................................................16
B. Alat dan Bahan................................................................................................................16
C. Cara Kerja........................................................................................................................17
BAB IV........................................................................................................................................24
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................24
A. Hasil....................................................................................................................................24
B. Pembahasan.......................................................................................................................25
BAB V.........................................................................................................................................29
PENUTUP....................................................................................................................................29
A. Kesimpulan..........................................................................................................................29
B. Saran...................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) Family Lilyceae Yang Berasalz Dari Asia
Tengah Merupakan Salah Satu Komoditas Hortikultura Yang Sering Digunakan Sebagai
Penyedap Masakan.Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan
serta obat tradisonal. Permintaan akan bawang merah terus meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian, 2015). Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan
pokok, namun kebutuhan bawang merah tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga
sebagai pelengkap bumbu masakan sehari-hari (Fimansyah dan Sumarni, 2013). Bawang merah
(Allium ascalonicum L.) salah satu komoditi sayuran yang menjadi unggulan nasional selain
cabai merah dan kentang. Bawang merah merupakan komoditas strategis karena dibutuhkan
sebagian besar masyarakat indonesia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mempengaruhi
ekonomi makro dan tingkat inflasi (Handayani 2014).\
Tanaman bawang merah merupakan tanaman semusim berumur pendek yaitu sekitar 2 – 3
bulan, berbentuk umbi-umbian, berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah, pada dasarnya bawang
merah dapat dijadikan sebagai tanaman hias sekaligus sumber kebutuhan rumah tangga.
Tanaman bawang merah merupakan tanaman fungsional yang bernilai ekonomi tinggi dan
mempunyai peluang pasar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang
cukup menjanjikan. Manfaat tanaman bawang merah untuk kesehatan tidak diragukan lagi.
Bawang merah sangat sangat kaya akan kandungan yang dibutuhkaan oleh tubuh manusia,
seperti serat, vitamin C, kalium dan asam folat. Sebagai obat tradisional bawang merah ampuh
mengatasi sakit maag, kolesterol, diabetes melitus, masalah pernafasan dan sebagai bumbu
utama dalam setiap masakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Dan Direktorat Jenderal Holtikultura (DJH) Menyebutkan
Bahwa Produksi Bawang Merah Di Indonesia Dari Tahun 2006-2010 Selalu Mengalami
Peningkatan Yaitu Sebesar 794.929 Ton, 802.810 Ton, 853.615 Ton, 965.164 Ton, 1.048.934
Ton. Akan Tetapi, Sepanjang Tahun 2010 Impor Bawang Merah Di Indonesia Tercatat Sebesar

3
73.864 Ton Dan Dalam Tiga Bulan Pertama Tahun 2011, Impor Bawang Merah Di Indonesia
Mencapai 85.730 Ton. Hal Itu Membuktikan Bahwa Kebutuhan Akan Bawang Merah Di
Dalam Negeri Masih Tinggi Dibandingkan Ketersediaannya. Dengan Demikian, Produktivitas
Bawang Merah dalam Negeri Perlu Ditingkatkan. Bertambahnya Penduduk Menyebabkan
Kebutuhan Bawang Merah Mengalami Peningkatan.
Berbagai indikator menyangkut status, potensi dan prospek pengembangan bawang merah
di atas secara implisit tidak saja ciri positif perkembangan bawang merah, tetapi celah dan
kesenjangan (sumber pertumbuhan produksi bawang merah yang didominasi oleh pertumbuhan
areal serta peningkatan impor yang semakin mengancam daya saing bawang merah domestik)
yang perlu mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani.
Untuk dapat menghasilkan produksi bawang merah secara optimal dan meningkatkan
hasil produksi harus memperhatikan beberapa faktor, diantaranya adalah pengaturan jarak
tanaman, agar tanaman satu dengan tanaman yang lain tidak bersaing untuk mendapatkan unsur
hara, air, mineral, sinar, udara dan ruang untuk hidup.

B. Tujuan

1. Praktikum ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan tanaman bawang merah
pada persaingan sejenis.
2. Tujuan dilaksanakannya praktikum budidaya tanaman adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui cara atau metode budidaya pertanian yang baik dan benar dan teknik apa
saja yang tepat dalam sistem budidaya pertanian pada tiap tanaman.
3. Selain itu, praktikum ini juga berfungsi untuk mengetahui jenis pupuk dan pemberian
dosis yang baik dan tepat pada tiap tanaman agar didapatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang optimum
4. Ada pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang
merah (Allium ascalonicum L.)

C. Manfaat

Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah :


1. Menambah wawasan mahasiswa tentang Budidaya Tanaman bawang merah dengan
Sistem Pertanian Berkelanjutan .
2. Mendapatkan Pengetahuan mengenai budidaya tanaman sawi secara organik.

4
3. Manfaat dari praktikum budidaya tanaman yaitu mahasiswa diharapkan mampu
menentukan teknik budidaya yang tepat terhadap suatu komoditas tanaman sehingga
didapatkan hasil yang optimum dari tanaman tersebut.
4. Sebagai informasi yang bermanfaat untuk budidaya bawang merah (Allium ascalonicum
L.) bagi semua pihak yang membutuhkan untuk pertanian dimasa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Botani Tanaman Bawang

Bawang Merah Atau Brambang (Allium Ascalonicum L.) Adalah Nama Tanaman Dari
Familia Alliaceae Dan Nama Dari Umbi Yang Dihasilkan. Umbi Dari Tanaman Bawang Merah
Merupakan Bahan Utama Untuk Bumbu Dasar Masakan Indonesia. Bawang Merah Merupakan
Bagian Penting Dari Bumbu Masakan, Baik Untuk Masakan Rumah Tangga, Restoran Maupun
Industri Makanan, Di Samping Itu Bawang Merah Juga Bisa Di Manfaatkan Sebagai Obat
Herbal. Bawang Merah Memiliki Nama Lokal Di Antaranya: Bawang Abang Mirah (Aceh),
Bawang Abang (Palembang), Dasun Merah (Minangkabau), Bawang Suluh (Lampung),
Bawang Beureum (Sunda), Brambang Abang (Jawa), Bhabang Merah (Madura), Dan Masih
Banyak Lagi Yang Lainnya, Masing-Masing Daerah Memiliki Sebutan Tersendiri.
Bawang Merah Adalah Tanaman Semusim Dan Memiliki Umbi Yang Berlapis. Tanaman
Mempunyai Akar Serabut, Dengan Daun Berbentuk Silinder Berongga. Umbi Terbentuk Dari
Pangkal Daun Yang Bersatu Dan Membentuk Batang Yang Berubah Bentuk Dan Fungsi,
Membesar Dan Membentuk Umbi Berlapis. Umbi Bawang Merah Terbentuk Dari Lapisan-
Lapisan Daun Yang Membesar Dan Bersatu. Umbi Bawang Merah Bukan Merupakan Umbi
Sejati Seperti Kentang Atau Talas.
Bawang merah bima brebes adalah salah satu varietas utama bawang merah di Indonesia
yang berasal dari jawa tengah dan banyak dibudidayakan di jawa tengah dan sudah beredar di
berbagai provinsi di Indonesia ( Ali, 2015). Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum)
termasuk family Liliaceae dan sistimatika klasifikasinya secara rinci sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Monocotyledonal

5
Ordo : Liliaceae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa var. Ascalonicum

Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi yang cukup
populer di kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi, bawang merah juga
berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan ebagai bahan obat tradisional atau
bahan baku farmasi lainnya.
Struktur morfologi tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) terdiri atas
akar, batang, umbi, daun, bunga, dan biji. Tanaman bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) termasuk tanaman semusim ( annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun
silindris seperti pipa, memiliki batang sejati (diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis dan
pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh) ( Rukmana, 2017).
DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA BREBES
Asal : lokal Brebes
Umur : - mulai berbunga 50 hari- panen (60 % batang melemas)
60 hari
Tinggi tanaman : 34,5 cm (25 – 44 cm)
Kemampuan berbunga (alami) : agak sukar
Banayak anakan : 7 – 12 umbi per rumpun
Bentuk daun : silindris, berlubang
Warna daun : hijau
Banyak daun : 14 – 50 helai
Bentuk bunga : seperti payung
Warna bunga : putih
Banyak buah/tangkai : 60 – 100 (83)
Banyak bunga/tangkai : 120 – 160(143)
Banayk tangkai bunga/rumpun : 2 – 4
Bentuk biji : bulat, gepeng, berkeriput
Warana biji : hitam
Bentuk umbi : lonjong bercincin kecil pada leher cakram
Warna umbi : merah muda
Produksi umbi : 9,9 ton/ha umbi kering

6
Susut bobot umbi (basah-kering) : 21,5 %
Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis allii)
Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap busuk ujung daun (Phytophtora porri)
Keterangan : baik untuk dataran rendah

B. Morfologi Tanaman Bawang Merah


Tanaman bawang merah juga mempunyai morfologi saat proses pertumbuhan, yakni
akar,batang,daun,bunga,buah dan biji.
a. Akar
Akar sendiri merupakan bagian dari suatu tanaman yang berfungsi guna menyokong atau
memperkokoh berdirinya suatu tumbuhan. Akar juga memiliki fungsi untuk menyerap zat-zat
hara yang ada di dalam tanah. Bawang merah memiliki akar pokok sebagai tempat tumbuhnya
akar adventif dan bulu akar yang berfungsi untuk menyokong berdirinya bawang merah. Akar
bawang merah memiliki kedalaman sekitar 15 – 30 cm yang tumbuh disekitar umbi bawang
merah.

b. Batang
Bawang merah memiliki batang sejati atau yang biasa dikenal dengan diksus, dimana
batangnya ini memiliki bentuk menyerupai cakram, yaitu tipis dan pendek.Batang bagian atas
dari bawang merah merupakan umbi semu atau bulbus yang berasal dari modifikasi pangkal
daunnya.Sedangkan batang semunya yang ada di dalam tanah, bentuk dan fungsinya berubah
menjadi umbi lapis.Pada tanaman tumbuh tunas atau anakan bawang merah, maka akan
berbentuk umbi secara berhimpitan, inilah yang biasa disebut dengan suing bawang merah.

7
c. Daun
Daun bawang merah memiliki peran penting dari tanaman tersebut, hal ini dikarenakan
daun bawang merah berfungsi sebagai alat dalam proses fotosintesis, sehingga kesehatan dari
daun bawang merah akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari tanaman
bawang merah itu sendiri.Daun bawang merah berwarna hijau muda hingga hijau tua yang
melekat pada tangkainya yang pendek, bentuknya berupa silinder, memanjang seperti pipa
dengan panjang kisaran 45-70 cm serta bagian ujungnya meruncing.

d. Bunga
Bawang merah memiliki bunga majemuk berbentuk tandan. Tangkai bunganya keluar
dari ujung bagian tanaman dengan panjang 30-90 cm, dan memiliki panjang 50-200 kuntum
bunga yang susunannya melingkar seperti payung.Bunga bawang merah ini memiliki sekitar 5-
6 helai daun bunga yang berwarna putih dan 6 benang sari yang memiliki warna hijau hingga
kekuning- kuningan, memiliki 1 putik dan bakal buah yang bentuknya hampir seperti segi
tiga.Bunga bawang merah memiliki benang sari dan putik dimana hal ini, artinya bunga bawang
merah merupakan bunga sempurna atau hemprodit karena memiliki kelamin jantan dan betina,
sehingga bisa melakukan penyerbukan secara sendiri atau penyerbukan silang.

8
e. Buah dan biji
Biji bawang merah memiliki tiga ruang yang masing-masing merupakan bakal biji. Pada
bunga yang berhasil melakukan persarian maka akan tumbuh buah sedangkan bunga yang
lainnya akan mati dan juga mongering Buah bawang merah bentuknya bulat dan pangkal
ujungnya tumpul dimana membungkus 2-3 butir biji. Biji bawang merah ini berwarna merah
dan akan berubah menadi warna hitam setelah tua.

C. Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah cocok untuk dibudidayakan pada dataran rendah dan dataran
tinggi (0-1.000 m dpl), tetapi akan tumbuh secara optimal pada ketinggian 0-450 mdpl.
Usahatani bawang merah dapat dilakukan pada lahan sawah atau lahan kering. Tetapi sebaiknya
dilakukan di lahan kering atau tegalan. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman bawang merah
untuk tumbuh optimal adalah 5,6 sampai 6,5. Tanaman bawang merah membutuhkan intensitas
sinar yang maksimal, dibutuhkan 70%, dan tidak terlindung oleh tanaman yang ada di
sekitarnya. Suhu udara yang optimal yang dibutuhkan 25–32°C. Tanaman bawang merah
memerlukan tanah berstruktur remah, sedang sampai liat, aerasi yang baik dan mengandung
cukup bahan organik. Jenis tanah yang cocok adalah tanah alluvial atau kombinasinya dengan
tanah glei humus atau latosol (Sugiartini, dkk., 2016). Menurut Abadi, dkk., (2014), suhu yang
9
paling baik untuk budidaya bawang merah ialah antara 25-32 °C. Jika tanaman bawang merah
di tanam pada suhu 22°C, tanaman akan sulit berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk
umbi.

D. Hubungan Unsur Hara Terhadap Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Keberadaan unsur hara sangat berpengaruh terhadap tanaman baik untuk pertumbuhan
maupun hasil. Berdasarkan kebutuhannya, unsur hara dibagi menjadi dua yaitu unsur hara
makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang sangat diperlukan tanaman bawang
merah, apabila unsur hara ini tidak dipenuhi maka pertumbuhan bawang merah akan mengalami
hambatan. Unsur yang termasuk didalam unsur hara makro adalah
 Nitrogen ( N )
Unsur ini merupakan protein bagi tanaman bawang merah yang berguna untuk pertumbuhan
pucuk daun, kekurangan N akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman Bawang Merah menjadi
lambat, daun berwarna pucat dan hasilnyapun rendah.
 Phosphor ( P )
Phospor merupakan salah satu unsur didalam protein yang dibutuhkan oleh tanaman Bawang
Merah yang mendorong tanaman dapat mempercepat pertumbuhan umbi, unsur ini berguna
sebagai perangsacng akar menjadi kuat dan tahan kekeringan,kekuranngan P akan
mengakibatkan pertumbuhana tanaman akan tarlambat dan daunnya berdiri tegak tetapi tidak
rimbun
 Kalium ( K )
Kalium sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan zat tepung didalam tanaman bawang merah.
Disamping memperkuat tubuh tanaman, juga menjadikan daun tidak mudah rebah ke tanah
serta tahan terhadap penyakit, kekurangan unsur Kalium mengakibatkan daun – daun yang
paling rendah berwarna kuning, tanaman tidak tahan kekurangan air, pertumbuhan umbi akan
berkurang serta mudah terkena penyakit. ( Sugiharto, 2008 )

Selain ketersediaan unsur hara makro, produktivitas tanaman bawang merah juga ditentukan
oleh ketersediaan unsur hara mikro walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang kecil. Ketersedian
unsur hara mikro tergantung pada beberapa faktor yaitu pH, tekstur tanah, komposisi mineral,
jumlah dan tipe snyawa organik, interaksi antar unsur hara mikro, temparatur, kelembaban dan
aktivitas mikroorganisme didalam tanah.( Syukur A, 2002 )Unsur hara yang tergolong kedalam
unsur hara mikro menurut Yusuf ( 2009 ) adalah :
10
 Besi ( Fe )
Berfungsi untuk pembentukan klorofil. Tanda kekurangan Fe yaitu daun menguning dan
akhirnya mati dari pucuk
 Mangan ( Mn )
Berfungsi untuk penyusunan klorofil. Ciri kekurangan Mn yaitu daun menguning dan beberapa
jaringan mati
 Tembaga ( Cu )
Kehadiran tembaga pada tanaman Bawang Merah belum banyak diketahui, Namun tembaga
secara umum berfungsi sebagai pembentuk klorofil, kekurangan Cu mengakibatkan daun sering
layu dan klorosis
 Seng ( Zn )
Dalam pembentukan hormon, kekurangan unsur ini mengakibatkan perubahan warna pada daun
 Boron ( B )
Berfungsi mengangkut Karbohidrat kedalam tubuh tanaman, menghisap unsur kalsium dan
perkembangan bagian – bagian tanaman untuk tumbuh aktif, kekurangan unsur ini
mengakibatkan klorosis, daun yang baru muncul terlihat kecil dan tanaman menjadi kerdil.

E. Hubungan Pemberian Pupuk Organik Cair dengan Kualitas dan Kuantitas


Umbi Bawang Merah

Bawang merah selama pertumbuhannya memerlukan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg


dan Na. Unsur hara tersebut dapat diperoleh dengan pemberian pupuk organik dan anorganik.
Menurut Asandhi dan Koestoni (l990) dosis pemupukan bawanng merah di tingkat petani
cukup tinggi dan tanpa penggunaan pupuk anorganik.
Penggunaan pupuk anorganik yang tinggi secara terus menerus jika tidak diimbangi pupuk
organik akan merusak sifat fisik dan kimia tanah dan merusak kehidupan mikroorganisme tanah
(Indriani, l999).
Pupuk organik cair dapat dipergunakan untuk semua jenis tanaman hortikultura dengan
konsentrasi 1-2 cc yang dilarutkan dalam ½ sampai 1 liter air yang disiramkan lewat tanah atau
daun setiap 2-4 minggu sekali (Anonim, 2000). Dengan melihat beberapa kelebihan dari pupuk
organik cair ini dimana salah satunya dapat mengurangi pupuk kimia, maka perlu dilakukan
inovasi teknologi pemakaiannya dengan biaya yang murah.
Sampai saat ini varietas bawang merah cukup banyak, bahkan telah menjadi tanaman likal
dan berkembang di berbagai daerah misalnya Bima Brebes, Sumenep, lampung, maja, Medan,
11
Ampenan, yang satu dan lainnya tampak perbedaaanya pada bentuk dan warnanya, ukuran,
kekenyalan, aroma, umur serta ketahanan tanaman terhadap penyakit dan hujan (Samadi dan
Cahyono, l996, Rahayu dan Berlian, l994).Kualitasnya ditentukan oleh warna merah cerah,
kepadatan umbi serta bau yang sedap/harum.
Secara umum produksi bawang merah dipengaruhi : bibit yang unggul dan berkualiatas,
pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit,
pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Agar diperoleh produksi yang tinggi, maka perlu
dilakukan upaya-upaya perbaikan dalam berbudidaya bawang merah, sehingga diperoleh
bawang merah yang bermutu baik. Menurut Sutejo (l995) produksi merupakan hasil tanaman
yang dapat dipanen per luasan tanah tertentu. Produksi tanaman juga merupakan biomasa yang
dibentuk oleh tanaman selama masa hidupnya atau selama masa tertentu yang digunakan untuk
mempentuk bagian-bagian tubuhnya.
Biomasa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara umum berasal dari hasil
fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang diolah melalui proses biosintesis. Pengukuran
biomasa total tanaman dengan penimbangan berat basah dan berat kering tanaman merupakan
parameter paling baik digunakan sebagai indikator pertumbuhan dan produksi. Selain itu bahan
kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi
dalam pertumbuhan tanaman. Produksi bawang merah diukur setelah dilakukan pemanenan
dengan parameter jumlah anakan dan berat basah umbi. Kemasakan umbi dapat dilihat dari
keadaan fisik tanaman maupun umbi. Umur tanaman yang sudah dapat dipanen adalah 60-70
hari setelah tanam.
Pemupukan yang biasa dan kebanyakan dilakukan petani sampai sekarang hanya melalui
tanah, sehingga unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman dan ditransformasi menjadi
bahan- bahan yang berguna bagi pertumbuhan. Sesungguhnya tidak saja akar tetapi bagian
tanaman lainpun seperti daun dan batang dapat menyerap unsur-unsur yang kita semprotkan.
Jadi pemupukan dapat dilakukan dengan jalan menyemprotkan pupuk melalui daun yang
berbentuk cair. Masuknya unsur hara yang dikandung pupuk cair ke dalam tanaman melaui
mikropores daun terutama lewat penetrasi kutikula dan stomata. Keuntungan pemupukan lewat
daun adalah menghindari larutnya unsur hara sebelum didapat oleh akar, atau mengalami fiksasi
dalam tanah yang berakibat tidak dapat diserap lagi oleh tanaman, absorbsi hara oleh sel daun
lebih cepat dan efektif unruk menanggulangi kekurangan unsur mikro (Tisdale and Nelson,
1975).
Pupuk organik cair mengandung 13 jenis unsur makro dan mikro yang mutlak dibutuhkan
oleh semua tanaman. Pupuk ini dilengkapi juga asam humat dan fulvat. Menurut Rao (1994),

12
asam humat dan fulvat melupakan fraksi utama yang diperoleh dari humus. Asam humat
membentuk bagian terbesar dari kompleks humus dan dianggap sebagai polimer senyawa
aromatik. Asam fulvat merupakan bagian yang terlarut dari bahan organik tanah yang bersifat
basa maupun asam dan mengandung karbohidrat dan protein.

F. Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)


Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya bawang merah antara lain
sabagai berikut:
 Benih Bawang Merah dan Persiapan Umbi Bibit
Varietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih local hingga benih
hibrida impor. Bentuk benihnya pun ada yang berasal dari biji, ada juga yang berupa umbi.
Kebanyakan budidaya berasal dari umbi sebagai benih. Benih bawang merah yang baik berasal
dari umbi dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari untuk dataran
tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2 – 3 bulan, umbi masih
dalam ikatan (umbi masih ada daunnya) dengan ukuran benih sekitar 1,5 – 2 cm dengan bentuk
yang bagus, tidak cacat, dan berwarna merah tua mengkilap. Kebutuhan benih untuk budidaya
bawang merah tergantung dengan varietas, ukuran benih dan jarak tanam. Untuk jarak tanam 20
x 20 cm dengan bobot umbi 5 gr dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang
sama dengan jarak tanam 15 x 15 cm dibutuhkan 2,4 ton/ha. Bila bobot umbi lebih kecil,
kebutuhan umbi per hektarnya lebih sedikit lagi. Umbi bibit dengan kualitas baik adalah
berukuran sedang, sehat, keras dan permukaan kulit luarnya licin/mengkilap. Ukuran umbi bibit
yang optimal adalah 3-4 gr/umbi. Benih yang dianjurkan adalah Kuning, Bima Brebes,
Bangkok, Kuning Gombong, Klon No 33, Klon no. 86 untuk dataran rendah. Selain umbi, ada
juga yang menanam dari benih berupa biji bawang merah yang banyak dijual di pertokoan.
 Pengolahan Tanah dan Penanaman
Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur tanah dan aerasi yang lebih
baik. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut:
 Lahan diolah dengan kedalaman ± 30 cm lalu diberikan campuran kotoran sapi matang
(2,5 ton/ha) atau campuran pupuk kandang lainnya, lalu ditambahkan agensia hayati
berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma lalu dibiarkan selama seminggu.
 Selanjutnya tanah diratakan terlebih dahulu lalu dibuat bedengan dengan ukuran tinggi
sesuai anjuran dan panjang bedengan juga disesuaikan dengan ukuran dan posisi jalan.
 Pemasanga mulsa plastic dimaksudkan untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan
pertumbuhan gulma.

13
 Untuk mempermudah penyiraman jarak antar bedengan dibuat dengan lebar ± 50 cm.
Bedengan dibuat dengan lebar 1 – 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan.
Jarak tanam bedengan 20 – 30 cm. tanah digemburkan. Bentuk permukaan atau bagian atas
bedengan rata, tidak melengkung. Tambahkan kapur/dolomit sebanyak 1 – 1,5 ton per hektar
apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6, disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata
dengan tanah. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam sehingga
kadar asam tidak terlalu tinggi. Sedangkan pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang
sapi (15 – 20 ton/ha) atau kotoran ayam (5 – 6 ton/ha) atau kompos (2,5 – 5 ton/ha), Pupuk
buatan TSP/SP -36 (120 – 200 Kg/ha). Pupuk kandang/kompos dan pupuk buatan (TSP) disebar
serta diaduk rata dengan tanah 1 sampai 3 hari sebelum tanam.
Benih atau umbi yang akan ditanam dipersiapkan terlebih dahulu. Apabila umur umbi
masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih dahulu. Pemogesan adalah pemotongan
bagian ujung umbi sekitar 0,5 cm. fungsinya untuk mematahkan dormansi agar dapat
mempercepat proses tumbuhnya tanaman. Benih bawang merah ditanam dengan cara
membenamkan seluruh bagian umbi ke dalam tanah. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penanaman bawang merah adalah sebagai berikut:
1. Tanah dibasahi terlebih dahulu, lalu dibuat lubang yang sudah diatur jarak tanamnya.
2. Bibit ditanam dengan keadaan berdiri dengan jumlah bibit sebanyak satu bibit per
lubang.
3. Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengan tanah/pasir.

 Pemeliharaan
Beberapa hal yang dilakukan terkait pemeliharaan dalam budidaya bawang merah antara lain
penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman.
 Penyiraman
Tanaman bawang merah memerlukan banyak air, namun tanaman ini tidak tahan terhadap
genangan air atau tanah yang becek. Penyiraman dapat dilakukan secara manual dengan
gembor/selang besar, tanaman yang berumur 0 – 10 hari dilakukan penyiraman 2 kali sehari
pada pagi dan sore hari disesuaikan dengan kondisi tanah/tanaman terutama setelah turun hujan
atau turun embun untuk menghindari penyakit Alternaria porii (Trotol). Sedangkan sesudah
umur tersebut penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari).
Pemberian air dianjurkan agar tanaman tidak layu atau sebelum tanaman mengalami stress.
Penyiraman dengan cara “leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata) digunakan di

14
lahan persawahan, untuk lahan kering menggunakan gembor atau selang. Apabila
menggunakan cara ini sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari.
 Penyulaman
Dilakukan dengan cara mengganti tanaman bawang merah yang tumbuh abnormal atau mati
dengan tanaman yang baru.
 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Untuk mengatasi serangan OPT dilakukan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama
Terpadu (HPT). Pestisida kimia digunakan sebagai alternative terakhir jika serangan hama dan
penyakit sudah melewati ambang batas.
 Pemupukan
Tanaman bawang merah sebaiknya dipupuk dengan urea 150 kg/ha, ZA 200 kg/ha, SP36 150
kg/ha, KCl 150 kg/ha. Pemberian pupuk pada bawang merah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu
umur 7 HST 1/3 bagian dan 2/3 bagian diberikan pada umur 30 HST. Tanaman sebaiknya
ditambah pupuk organic padat (POP) dosis 1 sdm untuk 1 gembor kapasitas 10 liter, dosis
pupuk kimia dikurangi sepertiganya. Penambahan pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk
kompos sebelum tanam atau saat pengolahan tanah dapat memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan agregasi, meningkatkan daya memegang air serta memperkaya tanah dengan
berbagai macam unsur hara hasil peruraian dari bahan organik yang dimasukkan ke dalam
tanah. Umur 7 HST tanaman dapat disemprot dengan pupuk organik cair (POC), dosis 4 – 5
tutup per tangki, selanjutnya tiap 7 – 10 hari sekali hingga 50 HST.
 Penyiangan
Penyiangan bawang merah dengan cara manual dilakukan sesuai dengan keadaan gulma di
lapangan, yaitu antara satu sampai dua kali penyiangan yakni pada saat tanaman berumur 10 –
15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan).

 Panen dan Pasca Panen


Panen dilakukan saat umur tanaman 70 – 80 hari setelah tanam. Ditandai dengan daun yang
sudah mulai rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Adapun ciri yang lebih spesifik
antara lain:
 Tanaman telah cukup tua, dengan hamapir 60 – 90 % batang telah lemas dan daun
menguning
 Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di atas permukaan tanah
 Warna kulit umbi mengkilat atau memerah
Cara memanen adalah dengan mencabut tanaman, bersihkan dari kotoran dan tanah, biarkan

15
umbi beberapa jam pada bedengan lalu umbi bawang merah diikat (1 – 1,5 Kg/ikat) dan
selanjutnya umbi yang telah diikat dijemur di bawah terik matahari langsung atau diletakkan di
atas para-para dengan posisi daun berada di atas selama 5 – 7 hari. Setelah daun kering, ikatan
diperbesar dengan menyatukan 3 – 4 ikatan kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatan
dijemur kembali dengan posisi umbi di atas (selama 2 – 3 hari).
Penyimpanan yang cukup lama dilakukan dengan perlakuan umbi dijemur hingga cukup kering
(1-2 minggu) di bawah sinar matahari langsung. Pembalikan dilakukan setiap 2-3 hari saat susut
bobot umbi mencapai 25 – 40 %. Kemudian dilakukan pengelompokan (grading) sesuai dengan
ukuran umbi. Umbi bawang merah dapat bertahan 1 – 2 tahun apabila penanganan pasca panen
dan penyimpanannya dilakukan dengan baik. Salah satu cara penyimpanan yang baik adalah
dengan menggantung di tempat yang kering atau meletakkan di atas para-para pada suhu 25 –
30 derajat celcius dan kelembaban yang cukup rendah untuk menghindari penyakit busuk umbi.

BAB III
METODOLOGI
PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di lahan TEFA kampus Polbangtan Medan yang berada di
Jalan Binjai,Km 10,Tromol Pos ,Paya Geli,Kecamatan sunggal,Deli Serdang.Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2023 -Juli 2023.Praktikum dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan parameter bawang mulai dari fase vegetatif dan fase generative.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Umbi Bawang merah Varietas BIMA BREBES
2. POC
3. Fungisida
4. Cangkul
5. Air
6. Tali
7. Pupuk Kandang
8. Sprayer

16
9. Gembor
10. Penggaris
11. Alat Tulis

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum :
1. Persiapan Lahan
Sebelum dilakukannya persiapan lahan terlebih dahulu dilakukan sanitasi dan
pengukuran pH tanah disekitar areal penanaman untuk mengetahui pH tanah terlalu masam atau
basa sehingga dengan ini kitab isa melihat apakah lahan tersebut sesuai ditanami bawang.
Persiapan lahan dilakukan di lahan TEFA dengan penggunaan kembali bedengan
menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul dan mencampurkan tanah dengan pupuk
kandang. Setelah itu bedengan di buat ukuran untuk menanam benih bawang dengan
menggunakan meteran.Dan bedengan disiram dengan air menggunakan ember.agar kondisi
tanah lembab dan mudah untuk ditanami benih.

17
Setelah itu,Dilakukan penyebaran pupuk kendang untuk menambah unsur hara dalam
tanah dan untuk menggembur kan tanah agar sifat fisik tanah bagus untuk ditanami.Kemudia
dibiar kan kurang lebih Selama 2 Minggu agar Pupuk kandang terurai terlebih dahulu
bercampur dengan tanah.Kemudian setelah 2 Minggu kemudian dilakukan Kembali sanitasi
areal pertanaman. Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi struktur tanah
danaerasi yang lebih baik.

18
2. Penanaman benih
Penanaman benih dilakukan di bedengan.Bedengan dibuat dengan lebar 1-1,2 m dan
panjang disesuaikan dengankeadaan lahan. Jarak tanam bedengan 20-30 cm. tanah
digemburkan. Bentukpermukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung. dengan
menggunakan umbi bawang merah lalu ditanam di lubang yang sudah dilubangi diatas
bedengan dan sudah sesuai dengan ukuran yang di tentukan.Benih yang digunakan pada
praktikum ini adalah bawang merah Varietas Bima Brebes Benih bawang merah ditanam
dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi ke dalam tanah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penanaman bawang merah adalah sebagai berikut:
1. Tanah dibasahi terlebih dahulu, lalu dibuat lubang yang sudah diatur jaraktanamnya.
2. Bibit ditanam dengan keadaan berdiri dengan jumlah bibit sebanyak satubibit per lubang.
3. Penanaman sebaiknya jangan terlalu dalam, cukup ditutup tipis dengantanah/pasir.

19
3. Pemeliharaan
Beberapa hal yang dilakukan terkait pemeliharaan dalambudidaya bawang merah antara
lain penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman.Dan selalu dilakukan pengamatan setiap hari nya dan perawatan berupa penyiraman
bawang dilakukan setiap hari pagi dan sore atau tergantung dengan kondisi tanah-nya asalkan
jangan sampai tanah kering. Kemudian,diperhatikan selalu jika ada rumput atau hama segera
dilakukan sanitasi,jangan sampai bedengan penuh dengan hama karena akan mengganggu
pertumbuhan dari bawang. Dan dilakukan penyemprotan POC agar memicu pertumbuhan yang
baik pada tanaman. Perawatan dilakukan dengan maksimal agar Petumbuhan dan
perkembangan bawang bisa baik. Jika Bedengan mulai menurun dan umbi dan anakan nya
mulai terlihat,segera dilakukan pembumbunan.
a. Penyiraman
Tanaman bawang merah memerlukan banyak air, namun tanaman ini tidak tahan terhadap
genangan air atau tanah yang becek. Penyiraman dapat dilakukan secara manual dengan
gembor/selang besar, tanaman yang berumur 0- 10 hari dilakukan penyiraman 2 kali sehari
pada pagi dan sore hari disesuaikandengan kondisi tanah/tanaman terutama setelah turun hujan
atau turun embununtuk menghindari penyakit Alternaria porii (Trotol). Sedangkan sesudah
umur tersebut penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari).
Pemberian air dianjurkan agar tanaman tidak layu atau sebelumtanaman mengalami stress.
Penyiraman dengan cara “leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata) digunakan di
lahan persawahan, untuk lahan keringmenggunakan gembor atau selang. Apabila menggunakan
cara ini sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari.

20
b. Penyulaman
Penyulaman Dilakukan dengan cara mengganti tanaman bawang merah yang tumbuhabnormal
atau mati dengan tanaman yang baru.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Sedangkan Untuk mengatasi serangan OPT dilakukan dengan menerapkan
konsepPengendalian Hama Terpadu (HPT). Dalam praktikum ini dilakukan pengendalian
secara fisik dan mekanik yaitu dengan dengan menggunakan perangkap likat kuning (yellow
sticky trap),agar hama terperangkap dan terjebak dan tidak bisa lepas lagi.Sedangkan untuk
penggunaan Pestisida kimia digunakan sebagai alternative terakhir jika serangan hama dan
penyakit sudah melewati ambangbatas dengan menggunakan pestisida dan insektisisa , fungsida
, herbisida. Pengendalian ini memeng terbilang mudah dan hasilnya maksimal, akan tetapi
memiliki dampak negatif bagi lingkungan sekitar, salah satunya adalah menimbulkan polusi
udara.
d. Pemupukan
Pemberian pupuk pada bawangmerah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu umur 7-14 HST 1/3
bagian dan 2/3 bagian diberikan pada umur 30 HST.Dalam praktikum ini,pemupukan dilakukan
dengan menggunakan pupuk NPK dan KCl dengan cara di kocor yaitu mencampurkan pupuk
dengan air ,kemudian disiram ketanaman tanpa mengenai daun dari bawang. Penambahan
pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk kompos sebelum tanam atau saat pengolahan
tanah dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan agregasi, meningkatkan daya
memegang air serta memperkaya tanah dengan berbagai macam unsur hara hasil peruraian dari
bahanorganik yang dimasukkan ke dalam tanah.

21
e. Penyiangan
Penyiangan bawang merah dengan cara manual dilakukan sesuai dengankeadaan gulma di
lapangan, yaitu antara satu sampai dua kali penyiangan yakni pada saat tanaman berumur 10 –
15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan.
4. Panen dan Pascapanen
Panen dilakukan saat umur tanaman 70 – 80 hari setelah tanam. Ditandai dengan daun
yang sudah mulai rebah dan umbi tersembul ke permukaan tanah. Adapun ciri yang lebih
spesifik antara lain: 1) Tanaman telah cukup tua, dengan hamapir 60 – 90 % batang telah lemas
dandaun menguning 2) Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di atas
permukaantanah 3) Warna kulit umbi mengkilat atau memerah Cara memanen adalah dengan
mencabut tanaman, bersihkan dari kotorandan tanah, biarkan umbi beberapa jam pada bedengan
lalu umbi bawang merahdiikat (1 – 1,5 Kg/ikat) dan selanjutnya umbi yang telah diikat dijemur
di bawahterik matahari langsung atau diletakkan di atas para-para dengan posisi daunberada di
atas selama 5 – 7 hari. Setelah daun kering, ikatan diperbesar denganmenyatukan 3 – 4 ikatan
kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatandijemur kembali dengan posisi umbi di atas
(selama 2-3 hari).
Penyimpanan yang cukup lama dilakukan dengan perlakuan umbi dijemur hingga cukup
kering (1-2 minggu) di bawah sinar matahari langsung. Pembalikandilakukan setiap 2-3 hari
saat susut bobot umbi mencapai 25 – 40 %.

22
23
Kemudian dilakukan pengelompokan (grading) sesuai dengan ukuran umbi. Umbi
bawangmerah dapat bertahan 1 – 2 tahun apabila penanganan pasca panen
danpenyimpanannya dilakukan dengan baik. Salah satu cara penyimpanan yang baikadalah
dengan menggantung di tempat yang kering atau meletakkan di atas para- para pada suhu 25
– 30 derajat celcius dan kelembaban yang cukup rendah untukmenghindari penyakit busuk
umbi.

24
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN

A. Hasil
a) Hasil parameter Tinggi Tanaman Bawang

MINGGU TINGGI TANAMAN (Cm)


KE- TANGGAL RATA-RATA
PENGAMATAN S1 S2 S3

1 01/06/2023 12 15 7 11,33
2 08/06/2023 16 19 11 15,33
3 15/06/2023 20 24 16 20
4 22/06/2023 24 29 19 24
5 30/06/2023 28 33 22 27,66
6 06/07/2023 31 37 26 31,33
7 14/07/2023 36 41 30 35,66
b) Jumlah daun

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan jumlah daun pada Bawang merah (Allium
cepa) yaitu sebagai berikut :

MINGGU JUMLAH DAUN TANAMAN (Helai)


KE- TANGGAL RATA-RATA
PENGAMATAN S1 S2 S3

1 01/06/2023 9 12 4 8,33
2 08/06/2023 13 15 8 12
3 15/06/2023 17 21 12 16,66
4 22/06/2023 21 25 17 21
5 30/06/2023 24 28 21 24,33
6 06/07/2023 22 26 18 22

25
7 14/07/2023 19 23 14 18,66

c) Hasil Panen (Berat Basah)


Sampel dan Populasi Berat Basah Jumlah Umbi Jumlah Anakan
S1 140 gram 7 5
S2 110 gram 8 7
S3 80 gram 5 3
Keseluruhan Populasi 1,2 Kg

d) Hasil panen (Berat Kering)


Sampel dan Populasi Berat Kering
S1 109 gram
S2 86 gram
S3 63 gram
Keseluruhan Populasi 936 gram

e) Berat Bersih
Sampel dan Populasi Berat Bersih
S1 0,0512 Kg
S2 0,0376 Kg
S3 0,0218 Kg
Keseluruhan 0,898 kg
Populasi

B. Pembahasan
Dari data yang telah tersedia dapat dilihat bahwa Pertumbuhan tinggi tanaman bawang
merah yang paling bagus terdapat pada Sampel ke-2 dengan pengamatan pada minggu
terakhir adalah 41 cm dan tinggi tanaman bawang merah yang kurang baik terlihat pada
sampel nomor 3 dengan tinggi tanaman pada minggu terakhir adalah 30 cm.Begitu pula untuk
Jumlah daun tanaman bawang merah yang paling bagus terdapat pada sampel 2 dengan
jumlah daun terakhir 24 helai dan yang paling kecil terdapat pada sampel 3 yaitu 14 helai.
Untuk Jumlah daun dari minggu 1 sampai minggu ke-5 pertambahan jumlah daun
secara signifikan selalu bertambah namun memasuki pengamatan pada minggu ke-6 dan ke-7
,jumlah daunnya sudah mulai berkurang dikarenakan daun mengalami pembusukan atau layu

26
yang menjadi ciri ciri bahwa tanaman bawang yang mulai tua dan siap untuk dipanen.
Untuk Hasil Panen terdapat perbedaan hasil pada masing-masing sampel.Untuk Sampel
1 Jumlah Umbi yang dihasilkan adalah 7 ,sampel 2 ada 8 umbi dan sampel 3 ada 5
umbi.Sementara Untuk jumlah anakan yang dihasilkan pada setiap sampel adalah sampel 1
menghasilkan 5 anakan,sampel 2 sebanyak 7 anakan,dan sampel 3 menghasilkan 3 anakan.
Perbedaan hasil panen ini disebabkan oleh masing-masing sampel mendapatkan nutrisi yang
berbeda-beda sehingga mengakibatkan jumlah umbi dan anakan yang berbeda-beda

pula.Selain itu, Perbedaan dalam jumlah anakan dan jumlah umbi pada tanaman bawang merah
setiap sampelnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan ini antara lain:
1. Varietas Tanaman: Setiap varietas tanaman bawang merah memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, termasuk pola pertumbuhan anakan dan pembentukan umbi.
Beberapa varietas mungkin cenderung menghasilkan lebih banyak anakan daripada
umbi, sementara yang lain bisa berkebalikan.
2. Kondisi Lingkungan: Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, dan cahaya
matahari dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Ketidakstabilan lingkungan
atau perbedaan kondisi mikro lingkungan antara satu sampel dengan sampel lainnya
dapat menyebabkan perbedaan jumlah anakan dan umbi.
3. Kualitas Tanah: Kondisi tanah seperti tingkat kesuburan, drainase, dan pH tanah dapat
mempengaruhi perkembangan akar dan umbi tanaman. Tanah yang kaya nutrisi dan
memiliki drainase yang baik cenderung mendukung pertumbuhan akar dan umbi yang
lebih baik.
4. Perawatan dan Pengelolaan: Perbedaan dalam perawatan dan pengelolaan tanaman,
seperti frekuensi penyiraman, pemupukan, dan perlindungan dari hama dan penyakit,
dapat menyebabkan perbedaan hasil pada tanaman bawang merah.
5. Genetika: Sifat genetik tanaman bawang merah yang diwariskan dari generasi
sebelumnya juga dapat mempengaruhi jumlah anakan dan umbi yang dihasilkan oleh
tanaman.
6. Umur Tanaman: Pada umur tertentu, tanaman bawang merah cenderung lebih fokus
pada perkembangan anakan atau pembentukan umbi, tergantung pada tahap
pertumbuhannya.
Semua faktor di atas dapat berinteraksi dan saling mempengaruhi, menyebabkan
perbedaan dalam jumlah anakan dan umbi antara sampel-sampel tanaman bawang merah

27
yang berbeda. Selain itu, perbedaan tersebut juga bisa menjadi hasil dari variasi alami dalam
pertumbuhan tanaman dan lingkungan tempat tanaman tumbuh.
Pada saat tanaman bawang merah saat memasuki fase generatif pembentukan umbi. Pupuk
NPK diberikan dan Unsur Kalium yang tinggi pada pupuk ini dapat meningkatkan bobot dan
meningkatkan hasil panen umbi bawang merah. Unsur hara N berfungsi sebagai penyusun
asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida serta klorofil. Hal ini akan menjadikan
tanaman lebih hijau, pertumbuhan tanaman secara keseluruhan menjadi lebih cepat serta
meningkatkan kandungan protein pada hasil panen
Dari hasil Pengamatan,dapat dilihat bahwa perkembangan bawang baik dari minggu ke
Minggu,Dilihan dari tinggi tanaman dan jumlah daun dari tanaman sampel pertumbuhan nya
baik.Dapat disimpulkan bahwa lahan TEFA cocok di jadikan untuk lahan budidaya bawang
karena unsur hara yang cukup dan kondisi tanah yang cocok untuk dilakukan
budidaya.Pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman terjadi bahwa salah satu yang
menyebabkan bertambahnya jumlah daun pada tanaman adalah adanya kecukupan suplay
hara ke dalam tanaman tersebut.
Unsur hara yang tersedia dari pemberian pupuk kandang meningkatkan laju
fotosintesis. Peningkatan laju fotosintesis akan meningkatkan fotosintat dihasilkan sebagai
bahan pembentukan organ tanaman. Prawiranata et al. (2015) menyatakan bahwa
peningkatan laju fotosintesis akan diiringi dengan peningkatan jumlah daun. Pemberian
pupuk kandang tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tanaman
bawang merah. Hal ini diduga karena unsur hara yang tersedia di dalam tanah telah tercukupi
untuk pertumbuhan tanaman bawang merah khususnya pada bagian jumlah daun dan dengan
penambahan kascing sebagai bahan organik tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap jumlah daun per rumpun. Semakin tinggi dosis pupuk yang digunakan maka akan
semakin besar kontribusinya dalam menyediakan hara yang dibutuhkan dalam proses
fisiologi tanaman tetapi jika pupuk diberikan secara berlebihan memberikan dampak serius
bagi tanah dan tanaman. Ernawati et al. (2015) penggunaan pupuk jika tidak berimbang dapat
menyebabkan ketidak-seimbangan hara dalam tanah, jumlah hara yang diserap tanaman,
penurunan produksi, dan kualitas hasil.
Penambahan bahan organik berupa pupuk kandang dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara seperti unsur N yang membantu dalam meningkatkan klorofil daun sehingga
meningkatkan laju fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang lebih banyak untuk
ditranslokasikan ke organ penyimpan termasuk umbi dan akhirnya berpengaruh terhadap
pembentukan umbi bawang merah. Napitupulu dan Winarto (2016) menyatakan bahwa

28
nitrogen berperan dalam meningkatkan sintesis protein dan pembentukan klorofil daun serta
meningkatkan laju fotosintesis dan hasil fotosintat. Hasil penelititan Ihsan et al. (2016)
menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.) yang baik.
Saat ini penanaman varietas Bima Brebes sudah meluas, tidak hanya di dataran rendah
saja namun juga dilakukan di dataran tinggi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui
keragaan pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Bima Brebes di dataran tinggi, serta
karakteristiknya ketika ditanam di dataran tinggi.Dari hasil yang diperoleh pada saat
budidaya tanaman bawang Varietas unggul bawang merah Bima Brebes ternyata dapat
meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan pendapatan ekonomi. Bawang merah varietas
Bima Brebes merupakan bawang merah lokal dari Brebes yang sesuai untuk ditanam di
dataran tinggi. Ciri-cirinya: daun berwarna hijau silindris berlubang, umbi berwarna merah
muda dengan bentuk umbi lonjong dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Ukuran umbi
tidak terlalu besar tetapi berjumlah banyak, setiap tanaman menghasilkan 7-12 umbi atau 60-
100 buah per tangkai, per hektar bisa mencapai 10 - 20 ton, dan bisa dipanen pada umur 50 -
60 hari. Varietas bawang ini sulit berbunga secara alami, para petani sering membantu
penyerbukannya. Tanaman cukup tahan terhadap busuk atau penyakit, sehingga petani
senang menanamnya.
Untuk Pengendalian Hama pada tanaman bawang merah ,dalam praktikum ini

dikendalikan secara fisik dan mekanik dengan menggunakan Yellow Sticky Trap. Perangkap
likat kuning mampu mengendalikan beberapa hama yang sering muncul di pertanaman,
seperti lalat buah, wereng, aphids, thrips, kutu dan ngengat pada tanaman bawang merah.
Perangkap likat kuning bisa dinaikkan seiring mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman supaya
hasil bisa lebih optimal. Hal ini bertujuan agar serangga hama langsung bisa melihat
perangkap likat kuning diatas tajuk tanaman.Dengan demikian,hama pada tanaman bawang
merah dapat di kendalikan dan tidak mengganggu proses pertumbuhan bawang merah.
Persaingan sejenis yang terjadi pada tanama bawang merah mempengarui pertumbuhan
tanaman bawang merah tersebut. Semaikin tinggi tingkat persaingannya maka pertumbuhan
tanaman semakin terhambat, daun dan umbinya semakin terhambat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persaingan sejenis adalah kepadatan atau jarak tanam, luas media untuk
menanam. Semakin rapat jarak tanam atau semakin sempit media untuk menanam, maka
pertumbuhannya akan semakin terhambat karena perasaingan untuk mendapatkan zat air,
hara, dan mineral semakin ketat. Semakin tinggi tingkat persaingan maka pertumbuhannya

29
tanaman semakin terhambat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok
rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta obat
tradisonal. Permintaan akan bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk.Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan
pokok, namun kebutuhan bawang merah tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah tangga
sebagai pelengkap bumbu masakan sehari-hari (Fimansyah dan Sumarni, 2013).
Bawang merah varietas Bima Brebes merupakan bawang merah lokal dari Brebes yang
sesuai untuk ditanam di dataran tinggi. Ciri-cirinya: daun berwarna hijau silindris berlubang,
umbi berwarna merah muda dengan bentuk umbi lonjong dan bercincin kecil pada leher
cakramnya. Ukuran umbi tidak terlalu besar tetapi berjumlah banyak, setiap tanaman
menghasilkan 7-12 umbi atau 60-100 buah per tangkai, per hektar bisa mencapai 10 - 20 ton,
dan bisa dipanen pada umur 50 - 60 hari. Varietas bawang ini sulit berbunga secara alami,
para petani sering membantu penyerbukannya. Tanaman cukup tahan terhadap busuk atau
penyakit, sehingga petani senang menanamnya.Varietas unggul bawang merah BIMA
BREBES jika di budidayakan akan meningkatkan produktivitas bawang merah dan mampu
meningkatkan pendapatakan hasil.
Persaingan sejenis yang terjadi pada tanama bawang merah mempengarui pertumbuhan
tanaman bawang merah tersebut. Semaikin tinggi tingkat persaingannya maka pertumbuhan
tanaman semakin terhambat, daun dan umbinya semakin terhambat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persaingan sejenis adalah kepadatan atau jarak tanam, luas media untuk
menanam. Semakin rapat jarak tanam atau semakin sempit media untuk menanam, maka
pertumbuhannya akan semakin terhambat karena perasaingan untuk mendapatkan zat air,
hara, dan mineral semakin ketat
Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di daerah daratan rendah yang

30
beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak menyukai
tempat-tempat yang tergenang air, apalagi terendam air tetapi tanaman ini banyak
membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan umbi.

Pertumbuhan bawang merah juga dipengaruhi Cahaya matahari dan pupuk sebagai
nutrisi agar pertumbuhan dan perkembangan bawang merah dapat menjadi lebih baik. Media
tanam yang baik akan memberikan hasil yang sama baik dalam meningkatkan tinggi
tanaman, bobot basah umbi bawang merah per tanaman, dan tinggi umbi.
B. Saran
Disarankan penanaman bawang merah dengan menggunakan bahan tanam yang berasal
dari benih agar lebih efisien.Disarankan juga pada pengamatan selanjutnya agar
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah dengan parameter
yang lebih bervariasi dengan mengamati tebal daun dan pengamatan akar bawang
merah,Dengan ini dapat menambah wawasan mahasiswa dan pembaca lainnya terkait
perbedaan masing-masing tanaman sampel.
Pada pengamatan selanjutnya,disarankan juga pada pengendalian hama dan penyakit
tanaman bawang menggunakan agens hayati atau pengendalian secara biologi agar pengamat
dapat menangani hama penyakit dengan ramah lingkungan.Pengamatan juga disarankan agar
menggunakan beberapa perlakuan baik perlakuan pupuk maupun varietas agar pengamat dan
pembaca dapat membedakan bawang merah yang produktivitasnya tinggi dan baik untuk di
usahakan.

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, 2 D. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Angkasa.

Wirakusumah.S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan komunitas. U1-Pres: Jakarta
www.wikipedia.com / bawang merah.

Baswarsiati. 2009. Teknologi Produksi Benih Bawang Merah. On Line :


http://baswarsiati.wordpress.com/2009/04/24/perbenihan-bawang-merah/.
Diakses 15 Juni 2013
Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes 2016, Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi
bawang merah di Kabupaten Brebes tahun 2012, diunggah 18 Juni 2016, .

Nurmalinda, Koster, WG, Madjawisastra, R & Suherman, R 1991, ‘Analisa cost-benefit”


bawang merah (Allium ascalonicum L.) musim hujan di Kabupaten Brebes’,

31
Bul. Penel. Hort., Edisi Khusus, vol. 20, no. 1, hlm. 3-13

https://varitas.net/dbvarietas/deskripsi/194.pdf

Rukmana, R., 1994. Bertanam Petsai dan Sawi.Kanisius, Yogyakarta. Setyamidjadja, D.,
1986. Pupuk dan Pemupukan.Simplex, Jakarta

Syukur, Abdul. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-sifat Tanah dan
Pertumbuhan Caisim Di Tanah Pantai. J. Tanah dan Lingkungan, 5p: 30-38

Tisdale, S and W. Nelson. 1975.Soil Fertility and Fertilizers. Mac. Millan Publ. Co., Inc.
New York.

Agus Lina, 2015. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007
.Teknologi budidaya Tanaman Pangan.

Bangun, F. 2016. Analisis Pertumbuhan dan produksi Beberapa varietas Bawang merah
terhadap Pemberian Pupuk Organik dan anorganik. Universitas sumatera

Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius,
Jakarta, Hlm 18. Rahayu, E, Dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah.
Penebar Swadaya, Jakarta, Hlm4.

Suhardi, 1998. Jurnal Hortikultura, Badan Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura,


Jakarta. Hlm. 1021.

Wibowo, S, 1994. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar
Swadaya, Jakarta. Hlm. 179

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/76819/TEKNIS-BUDIDAYA-BAWANG-
MERAH/

32

Anda mungkin juga menyukai