TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
AGROTEKNOLOGI BERBASIS LIMBAH BIOMASSA
UNTUK MENUJU PRODUK UNGGULAN DAERAH
DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta
PASAL 2
(1) Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan
yang berlaku.
PASAL 72
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu Juta
Rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah.
BUKU TEKNOLOGI TEPAT GUNA
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
AGROTEKNOLOGI BERBASIS LIMBAH BIOMASSA
UNTUK MENUJU PRODUK UNGGULAN DAERAH
DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU
Penerbit
Natika Pekanbaru
2020
BUKU TEKNOLOGI TEPAT GUNA
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
AGROTEKNOLOGI BERBASIS LIMBAH BIOMASSA
UNTUK MENUJU PRODUK UNGGULAN DAERAH
DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU
Penulis:
Prof. Dr. Juandi M. M.Si
Alamat Penerbit
Jl. Kesadaran, Pekanbaru- Riau (28281), Indonesia
e-mail: natikaprint@gmail.com
ISBN 978-623-94676-6-1
KATA PENGANTAR
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
PENDAHULUAN
1
pembangunan lingkungan yang berkeadilan yang
berkelanjutan.
Kelurahan tuah madani khususnya RW 01 memliki luas
lahan . dengan kodisi tanah yang subur dan cocok untuk dibuat
kebun dan lahan pertanian lainnya. Dilihat dari sisi ekonomi
masyarakat di RW ini umumnya berprofesi sebagai buruh
dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Wilayah ini juga
memiliki beberapa kegiatan social yang aktif dilakukan seperti
kegiatan PKK, organisasi kepemudaan, dan kegiatan olahraga
bersama masyarakat. Masyarakat RW 01 didominasi oleh
warga dengan rentang usia sekolah. Potensi yang terdapat pada
daerah ini adalah adanya mitra kerupuk kulit sapi (Jangek) dan
jamur tiram yang pemasarannya telah mencapai luar kota
seperti Palembang, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
2
ISI
1. Potensi
Salah satu sektor yang potensial dalam pengembangan
UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Mengengah Kel. Tuah
Madani adalah agroindustri. Pengembangan agroindustri
sebagai subsektor lanjutan dari sektor pertanian akan
meningkatkan nilai tambah dan pada gilirannya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya petani,
memperluas lapangan kerja serta meningkatkan pembangunan
perdesaan pada umumnya. Dengan demikian pengembangan
agroindustri merupakan salah satu upaya untuk pemberdayaan
ekonomi rakyat di Indonesia (Sumodiningrat dalam Fitriani,
2019).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerupuk
kulit merupakan salah satu produk ikutan ternak sapi/kerbau
yang cukup banyak diusahakan dan disukai oleh konsumen di
kota Pekanbaru khususnya daerah sekitar Panam. UMKM ini
tersebar hampir di setiap kecamatan yang terdapat di kota
Padang. Untuk pengembangan UMKM kerupuk kulit, harus
didukung dengan informasi mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi keunggulan kompetitif, kondisi lingkungan
internal dan eksternal usaha sehingga dapat dirumuskan
3
strategi prioritas yang dapat dijadikan acuan pengembangan
UMKM kerupuk kulit di masa depan.
4
1.Perpindahan
panas secara
konduksi
3. Perpindahan
panas secara
radiasi
5
4 Triplek Sebagai dinding alat
pengering
5 Busa Sebagai isolator
6 Kayu Broti Sebagai penyangga alat
pengering
7 Paku Sebagai perekat
8 Drum Sebagai ruang energi
biomassa
9 Kayu Sebagai rak tempat kerupuk
10 Cat hitam Sebagai penyerap panas
11 Plat seng Sebagai dinding dan
cerobong
12 Stopwatch Sebagai pengukur waktu
pengeringan
13 Timbangan digital Sebagai pengukur massa
kerupuk
14 Timbangan analog Sebagai timbangan massa
tempurung
15 Termometer Sebagai pengukur
temperatur ruang pengering
16 Lem cap kambing Sebagai perekat busa dengan
triplek
6
4. Rancang Bangun Alat Pengering Tipe Kabinet
Ruang pengering tipe kabinet merupakan pengering
yang ramahlingkungan. Adapun bentuk dari alat pengering
dapat dilihat pada Gambar 1
7
a. Luas ruangan pengering dengan ukuran 1,32 m x
0,85 m x 1,13 m.
b. Atap memiliki ukuran panjang 1,54 m, lebar 1,17
m, dan tinggi 0,55 m.
c. Memiliki cerobong dengan diameter 0,16 m dan
tinggi 0,28 m.
d. Terdapat 2 buah rak pengering yang masing-
masing memiliki panjang 1,25 m dan lebar 0,71 m
dan jarak antar rak 0,04 m.
e. Terdapat 4 buah kaki penyangga pada alat
pengering yang masing-masing memiliki tinggi
0,16 m.
f. Ruang energi biomassa terdiri dari 2 buah drum
berbentuk silinder yang masing-masing memiliki
diameter 0,48 m dan panjang 0,55 m.Drum ini
diberi penyangga dengan tinggi 0,05 m.
g. Dilengkapi dengan thermometer Celsius untuk
skala penunjuk temperatur ruangan.
h. Bahan sumber energi biomassa dari limbah
tempurung kelapa.
8
5. Bagian Ruang Pengering
Alat pengering tipe kabinet dirancang dan dibuat alat
pengering dimana ruangan pada alat ini dibuat dengan
kerangka kayu yang berbentuk almari dengan ukuran panjang
1,32 m, lebar 0,85 m, dan tinggi 1,13 m. Alat pengering ini
memiliki 4 buah kaki sebagai penyangga dengan tinggi 0,16 m.
Ruang pengering memiliki dinding yang terbuat dari triplek
dengan ketebalan 8 mm yang dilapisi dengan seng plat dengan
ketebalan 1 mm yang dicat berwarna hitam dan diantara seng
plat dan triplek ditambahkan busa dengan ketebalan 1 cm yang
berguna sebagai isolator. Ruang pengering ini terdapat 2 buah
drum yang dicat hitam berbentuk silinder yang masing-masing
memiliki panjang 0,55 m dan diameter 0,48 m yang
ditempatkan pada dasar ruangan. Drum ini diberi penyangga
dengan tinggi 0,05 m. Drum tersebut merupakan tempat
pembakaran biomassa limbah tempurung kelapa sebagai
sumber energi panas dalam pengeringan kerupuk udang dan
kerupuk kulit lembu.
9
48 cm
55 cm
10
71 cm
125 cm
7. Prosedur Penggunaan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memodifikasi alat pengering tipe kabinet dengan
sistem energi biomassa tempurung kelapa.
11
3. Menimbang massa bahan baku kerupuk kulit
lembu sebagai massa awal, dan letakkan di rak
pengeringan. Untuk pengeringan secara tradisional,
kerupuk yang telah ditimbang diletakkan di bawah
sinar matahari.
4. Memasukkan tempurung kelapa sebanyak satu
kilogramke dalam masing-masing drum dan mulai
proses pembakaran.
5. Siapkan stopwatch sebagai alat untuk pengukur
waktu lama pengeringan.
6. Mengukur temperatur pada sisi dinding bagian
samping dan bawah ruang pengering, temperatur
drum kiri dan kanan, temperatur rak 1, temperatur
rak 2, temperatur rak 3, dan temperatur lingkungan
setiap 10 menit menggunakan termometer.
7. Menimbang massa bahan baku kerupuk kulit lembu
yang berada di dalam ruang alat pengering dan
yang berada di bawah sinar matahari setiap 10
menit dengan menggunakan timbangan.
8. Melihat perubahan warna yang terjadi.
9. Menghitung kadar bahan baku kerupuk kulit lembu
setiap 10 menit
12
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Eskak, E. 2000. Pemanfaatan Kayu Limbah Industri Mebel
Untuk Penciptaan Karya Seni. S-1 Fakultas Seni
Rupa. Institut Seni Indonesia : Yogyakarta
15
Michaelsen. Kim. F., Dewey. K. G., Perez. E. A. B., Nurhasan.
M., Lauritzen. L., Roos. N. 2011. Food Sources and
Intake of n-6 and n- 3 Fatty Acids in low-
income Countries with Emphasis on Infants, Young
Children (6-24 months), and Pregnant and Lactating
Women. Department of Nutrition, Program in
International and Community Nutrition, University of
California, Davis, California, USA. (124-138).
16
Tirono dan Ali. 2011. Efek Suhu Pada Proses Pengarangan
Terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa
(Coconut Shell Charcoal). Universitas Islam Negeri,
Malang.
17
Lampiran
Biodata Penulis
18