Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
Hidayah-Nya pada kita semua,shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan atas
jungjunan Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa menuntun kita dari
jalan yang gelap gulita ke jalan yang terang benderang.
3. Ibu Witri Lania S.Pt., selaku Ketua Program Keahlian Agribisnis Ternak
Unggas dan juga selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL)
5. Bapak Ir, Yudha Mandala, selaku General Manager dan Koordinator PKL
di UD..Dony Farm
7. Bapak Kuncoro Edi, selaku Manager dan Pembimbing Farm Siencek dan
Gedangan
10. Bapak M Taufik, selaku Kepala Regu Feedmill dan Gudang Pakan
i
14. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi doa dan dukungannya
15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan PKL dan
penyusunan laporan ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.3.2 Mesin Penetasan (Hatcher) ........................................................... 11
4.4 Peneropongan (Candling) Telur ........................................................... 12
4.3.3 Perkembangan Embrio Ayam Di dalam Telur ............................. 12
4.5 Telur hasil candling .............................................................................. 23
4.6 Fertilitas ............................................................................................... 25
4.7 Daya Tetas............................................................................................ 25
4.8 Kualitas Tetas ....................................................................................... 25
4.9 Mortalitas ............................................................................................. 25
4.10 Transfer Telur ...................................................................................... 26
BAB V ................................................................................................................ 27
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 27
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 27
5.2 Saran..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28
LAMPIRAN ....................................................................................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih adalah andalan utama
untuk menentukan suatu ke unggulan. Keahlian profesional tenaga kerja yang
terlibat dalam proses reproduksi akan menentukan mutu, biaya produksi dan
penampilan kualitas akhir produksi industri sekaligus menjadi faktor penentu
daya saing produksi industri tersebut.
1
3. Memberikan pengalaman dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian proses pendidikan.
4. Sesuai dengan pengalaman sebenarnya dalam dunia kerja sebagai
persiapan guna menyesuaikan diri dengan dunia usaha/dunia industri.
2
BAB II
2.1 VISI
Mewujudkan perusahaan perunggasan petelur yang tangguh, ramah
lingkungan, berkontribusui di bidang aspek sosial bagi lingkungan masyarakat
yang parthnership yang baik dengan mitra kerja
2.2 MISI
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi perusahaan
kami adalah :
3
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Penetasan
Penetasan telur merupakan suatu proses kegiatan yang di lakukan untuk
mendapatkan ternak unggas yang baru dari telur. Penetasan secara alami di
lakukan oleh induk unggas dengan cara mengerami telurnya, sedangkan yang
secara tiruan di lakukan oleh manusia dengan bantuan alat penetasan
(Gatotleo62, 2012). Penetasan merupakan bagian dari kegiatan pembibitan yaitu
untuk mempertahankan dan meningkatkan populasi DOC, keberhasilan
penetasan salah satunya yaitu ditentukan oleh kualitas telur (Hariani dkk, 2017).
Telur tetas yang normal berbentuk oval. Telur dengan bentuk bulat atau
terlalu lonjong merupakan telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi embrio
yang mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati, et al., 1998).
Letak rongga udara harus normal yaitu pada bagian yang tumpul dan simetris
berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi, 1993).
4
Telur tetas yang telah di peroleh di simpan pada kondisi temperature ideal,
yaitu antara 5-15 derajat celcius. Pada suhu tersebut sel embrio yang ada di
dalam telur akan mengalami dormansi atau tidak tumbuh dan tidak mati. Selain
itu, kondisi telur harus tetap kering. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam
menangani telur tetas sebelum di tetaskan (Tim Redaksi Agromedia Pustaka,
2005).
5
3.3.2 Mesin Penetasan (Hatcher)
Pada masa hatcher (tetas) merupakan masa kritis dimana geseran atau
putaran akan membuat embrio di dalam telur mati. Pada hari ke 20 telur-
telur biasanya sudah terlihat mulai retak, oleh karena itu mesin harus
tertutup rapat, ventilasi di biarkan terbuka seluruhnya, dan temperature
rata-rata 1050F. Sedangkan pada hari ke 21 telur-telur biasanya sudah
banyak yang menetas,bak air di keluarkan agar ruangan tidak lembab
temperature tetap 1050F dan ventilasi di buka seluruhnya (Ryanto, 2001).
6
desinfeksi kadang juga dapat menyebabkan kematian embrio. Hal ini di
sebabkan oleh karena jenis desinfektan yang kurang tepat, dosisnya yang
terlalu tinggi atau pelaksanaan desinfeksi yang tidak benar. (Mahfudz,
2006).
3.5 Fertilitas
Fertilitas adalah banyaknya telur yang di buahi dari jumlah total telur yang
diinkubasi. Tanda telur di buahi bila di lihat menggunakan alat peneropong
(candling) akan tampak perkembangan embrio di dalam telur tersebut yang bisa
berupa bintik hitam, atau seperti sarang lebah, dan pembuluh darah merah juga
tampak jelas. Candling ini di lakukan pada hari ke 7 dari waktu penetasan.
Motilitas dan fertilitas spermatozoa ayam sangat di pengaruhi oleh lama
penyimpanan. Semakin lama telur di simpan, maka semakin rendah nilai
motilitas dan fertilitasnya (Saleh dan Isyanto, 2011).
7
eramkan, dan kedua membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah
telur yang fertil (dibuahi). Fertilitas diartikan sebagai presentase jumlah telur
fertil dibandingkan dengan jumlah telur yang di erami (Suprijatna dan
Kartasudjana, 2006).
3.8 Mortalitas
Mortalitas adalah persentase jumlah telur yang tidak menetas dari total
telur yang fertil (Fadhilah, 2007). Mortalitas dapat diketahui setelah dilakukan
peneropongan (candling) dan telur yang tidak menetas selama proses penetasan.
8
BAB IV
URAIAN KHUSUS
4.1 Penetasan
Penetasan adalah proses perkembangan embrio yang berada didalam telur
sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Proses penetasan telur tetas di
CV. Bina Unggas Pratama menggunakan mesin tetas atau secara buatan. Mesin
tersebut berasal dari Canada dan Bertipe Multistage. Proses penetasan tersebut
berlangsung secara terus menerus dan berulang, karena DOC Layer yang
dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan kebutuhan unit kandang.
Telur tetas yang diambil dari kandang harus segera disimpan dan di
berikan perlakuan yang sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
yang berlaku. Fumigasi telur di Farm sebelum dibawa ke unit Hatchery juga
harus dilakukan, yaitu dengan menggunakan Forcen 15 g + Formalin 30 ml /
Meter, dengan waktu berkisar 15 Menit.
9
Gambar 1. Telur Tetas Parent Stock
10
sumber panas, Spray air sebagai pengatur kelembaban, Pembalik otomatis
untuk proses pembalikan telur, ventilator untuk menyeimbangkan udara /
Oksigen di dalam mesin, dan thermostat sebagai pengendali suhu dan
kelembaban.
(a) (b)
11
(c)
Gambar 2. (a).Mesin Jamesway, (b).Mesin Setter, (c).Mesin
Hatcher
12
Gambar 3.Telur Hari ke-1
Hari ke-2: Bentuk awal embrio hari ke dua mulai terlihat jelas. Pada
umur ini sudah terlihat primitive streake suatu bentuk memanjang dari
pusat blastoderm yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada
blastoderm terdapat garis garis yang merupakan petunjuk mulainya
sistem sirkulasi darah.
Hari ke-3: Pada hari ke 3 jantung mulai terbentuk dan berdenyut serta
bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat
khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening,
kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung -
gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Kantong
13
amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio
dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas.
Hari ke-4: Pada hari ke 4 mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut
tampak sebagai bintik gelap yang terletak di sebelah kanan jantung.
Selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan
mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu, otak depan, otak tengah, otak belakang.
Hari ke-5: Pada hari ke 5 embrio sudah mulai tampak lebih jelas.
Kuncup - kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan
14
kepala embrio sudah berdekatan, dalam fase ini terjadi perkembangan
alat refroduksi.
15
Hari ke-7: Pada hari ke 7 paruh anak ayam sudah terlihat seperti
bintik gelap pada dasar mata. Pada fase ini otak dan leher sudah
terbentuk.
Hari ke-8: Pada hari ke 8 mata dari embrio sudah terlihat sangat jelas.
16
Gambar 11.Hari Ke-9
Hari ke-10: Biasanya paruh sudah mulai mengeras dan folikel bulu
embrio sudah mulai terbentuk.
Hari ke-11: Embrio sudah terlihat seperti ayam. Pada fase ini embrio
menjadi tambah besar sehingga yolk akan menyusut.
17
Gambar 13.Hari Ke-11
Hari ke-12: Embrio sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk
menjadi semakin kecil. Mata sudah mulai membuka dan telinga
sudah terbentuk.
Hari ke-13: Sisik dan cakar embrio sudah mulai terlihat sangat jelas.
18
Gambar 15.Hari Ke-13
19
Gambar 16.Hari Ke-15
20
Gambar 18.Hari Ke-17
Hari ke-19: Paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput
kerabang dalam.
21
Gambar 20.Hari Ke-19
22
Gambar 21.Hari Ke-20
Telur fertile adalah telur hasil dari perkawinan antara ayam jantan dan
betina (telah di buahi).
Infertile
Telur infertile yaitu telur yang tidak ada tunas embrio yang berkembang,
jika disinari akan kelihatan terang atau ada embrio tetapi mati awal (Dead
in cell), jika disinari terlihat remang-remang. Telur yang infertile akan di
tempatkan di eggtray, apabila kondisi masih bagus, maka akan di jual.
Explode
Telur explode yaitu telur yang terkontaminasi bakteri dan jamur biasanya
telur akan terdapat buih atau busa. Telur ini biasanya akan di buang ke
dalam drum.
23
Gambar 22.Proses Candling
24
Gambar 24.Telur saat Candling
4.6 Fertilitas
Telur dikatakan fertile apabila telur tersebut dibuahi oleh jantan dan pada
saat dilakukan candling, akan terlihat serabut didalam telur yang menandakan
adanya embrio.
4.9 Mortalitas
Mortalitas adalah persentase jumlah telur yang tidak menetas dari total
telur yang fertil.
25
4.10 Transfer Telur
Tranfer telur adalah proses penetasan saat kegiatan pemindahan telur tetas
yang berumur 19 hari yang baru keluar dari mesin setter ke hatcher.setelah
proses candling dan transfer akan diperoleh telur yang tidak lolos untuk masuk
ke mesin hatcher, diantaranya telur infertile dan explode. Telur tersebut
merupakan limbah yang akan dibuang, seperti telur explode dan telur infertile
akan digunakan sebagai pakan ikan.
26
BAB V
5.1 Kesimpulan
Manajemen penetasan khususnya pada kegiatan candling dan
transfer sangat penting dan perlu ketelitian serta hati-hati, karena
pada kegiatan tersebut dituntut untuk bisa memisahkan antara telur
fertile, infertile, dan explode, serta perlu kecepatan dalam bekerja
sama karena nantinya jika ada perbedaan suhu telur saat jeda waktu
transfer pasti akan mempengaruhi telur tetas.
5.2 Saran
Sebaiknya Pintu Rak Fumigasi di CV. UD Dony Farm harus
diperbaiki karena saat melakukan Fumigasi Pintu Rak selalu ada
celah untuk masuknya udara dari luar sehingga saat proses
Fumigasi bakteri yang ada di Telur Tetas tidak efektif menekan /
membunuh bakteri.
Perlunya memakai masker untuk karyawan di farm, karena untuk
meminimalisir terjangkitnya penyakit seperti pernafasan.
Perlu adanya perbaikan sarana transportasi pembawa telur tetas dari
Farm ke Unit Hatchery.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dinar Utami, 2016. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching di Unit
Hatchery PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
Hartono, dan T. Isman. 2010. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Kartasudjana dan Suprijatna, 2006. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching
di Unit Hatchery PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa
Timur.
Nuryati dkk, 2003. Manajemen Proses Transfer dan Candling di Hatchery PT.
Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
Mahfudz, 2006. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching di Unit Hatchery
PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
28
Rahayu Et Al., 2011. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching di Unit
Hatchery PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
Saleh dan Isyanto, 2011. Manajemen Proses Transfer dan Candling di Hatchery
PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
Suprijatna dan Kartasudjana, 2006. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching
di Unit Hatchery PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa
Timur.
Suprijatna Et Al., 2008. Tata Laksana Proses Setting dan Hatching di Unit
Hatchery PT. Panca Patriot Prima. Jabung, Malang, Jawa Timur.
Tim Redaksi Agromedia, 2005. Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
29
LAMPIRAN
30
Memberi pakan ayam Parent Stock di Pengambilan telur di Kandang 9K
Selurah Selurah
31
Proses Mixing di Feed Mill Kalikuto Administrasi di Gedangan
32
Memberi pakan ayam Fase Layer di Pengambilan Telur di Kandang
Siencek Kandang 3A 3A
33
Memberi pakan ayam Fase Starter di Siencek Kandang 1A
34