Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“KRITERIA PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN

KOMODITAS BROKOLI (Brassica oleracea var. Royal Green)”

DISUSUN OLEH:

NAMA : SHENDY CITRA OKTAVIANA D.

NIM : 195040200111152

KELAS :L

ASISTEN : MUHAMMAD FEBRIANSYAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu komoditas tanaman dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria panen
komoditas tersebut. Setelah pemanenan sebaiknya dilakukan penanganan secara tepat
terhadap hasil panen tersebut. Hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan pada
umumnya setelah dipanen akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, dan
kimiawi parasit atau mikrobiologis. Apabila tidak ditangani dengan baik maka perubahan
tersebut akan sulit dikendalikan sehingga berakibat kepada penurunan kualitas hasil panen
hingga menyebabkan kerusakan atau kebusukan pada komoditas tersebut. Hal tersebut akan
mengakibatkan produk pertanian tidak dapat digunakan lagi.
Adanya penurunan kualitas setelah panen dapat disebabkan oleh beberapa antara lain
yaitu kehilangan kesegaran akibat luka-luka yang terjadi karena cara panen yang kurang
tepat. Hal ini menyebabkan adanya pertumbuhan jamur, pecah, lecet, memar, dan lain-lain
yang lama-kelamaan dapat mengakibatkan komoditas tersebut membusuk. Selain cara panen
yang keliru, kualitas hasil panen juga dapat menurun karena temperatur yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, pengemasan yang tidak sempurna, dan keterlambatan dalam
pengangkutan. Penurunan kualitas tersebut dapat dihindari dengan menjaga kebersihan untuk
menghindari pertumbuhan jamur dan penanganan pasca panen yang tepat.
Salah satu contoh produk pertanian yaitu brokoli. Brokoli merupakan salah satu
sayuran bunga yang mudah rusak, karena bunga brokoli tersusun atas jaringan muda yang
masih aktif dalam proses biologis (reaksi enzimatis/biokimia), sehingga perlu suatu upaya
agar sayur brokoli tetap terjaga kesegarannya atau tidak cepat rusak. Kerusakan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mekanis dan biologis. Nilai kesegaran pada brokoli
bisa diketahui dari laju respirasi, yang akan mempengaruhi susut berat, tekstur, kadar air,
perubahan warna, dan lainnya. Kerusakan atau cacat pada brokoli dapat menurunkan nilai
jual komoditas tersebut. Untuk menjaga agar produk selepas panen tetap tahan lama, maka
proses metabolisme harus ditekan serendah mungkin dengan cara pengemasan dan
penyimpanan.
Secara keseluruhan kondisi sayuran pasca panen dapat dikatakan mengalami berbagai
perlakuan yang menyakitkan. Produk harus dipanen dan dipindahkan melalui beberapa sistem
penanganan dan transportasi ke tempat penggunanya seperti pasar atau langsung ke
konsumen dengan menjaga sedapat mungkin sayuran dalam kondisi kesegaran optimum. Jika
stress terlalu berlebihan yang melebihi toleransi fisik dan fisiologis, maka akan terjadi
kematian pada sayuran tersebut.
Oleh sebab itu diperlukan penanganan pasca panen untuk menjaga kualitas hasil yang
baik, sehingga akan disenangi oleh konsumen dan memperoleh harga yang sampai ke tangan
konsumen cukup baik. Perlakuan pasca panen bertujuan untuk mengurangi proses terjadinya
respirasi dan transpirasi. Dengan terhambatnya kedua proses tersebut, maka proses biologis
(reaksi enzimatis/biokimia) yang terjadi di dalam brokoli juga ikut terhambat. Salah satu
tahap penanganan pasca panen adalah pengemasan dan penyimpanan. Pengemasan dilakukan
untuk melindungi produk pertanian serta meningkatkan minat konsumen terhadap komositas
terebut. Sedangkan penyimpanan dilakukan untuk mengontrol permintaan pasar, tanpa
menimbulkan banyak kerusakan atau penurunan mutu pada produk pertanian. Namun jangka
waktu penyimpanan pada masing-masing produk berbeda-beda tergantung jenisnya.
Sehingga bagi produk yang mudah rusak dan tidak tahan lama sebaiknya segera dipasarkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi dan
morfologi tanaman brokoli, kriteria panen tanaman brokoli, mengetahui teknik pasca penen
komoditas tanaman brokoli, dan mengetahui pengemasan dan penyimpanan komoditas
tanaman brokoli.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari dibuatnya makalah ini adalah agar para petani
brokoli dapat meningkatkan kualitas hasil panen dengan mengetahui teknik penanganan
pasca panen secara rinci sehingga akan berdampak kepada peningkatan kuantitas hasil panen.
Serta dengan adanya makalah ini, diharapkan agar konsumen bijak dalam memilih brokoli
dengan kualitas dan harga yang sesuai. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang penanganan pasca panen brokoli meliputi pengemasan
dan penyimpanannya yang dilakukan oleh para petani maupun oleh perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Brokoli
Menurut Cahyono (2001), klasifikasi tanaman brokoli dalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L.
Varietas : Brassica oleraceae var. Royal Green
Brokoli memiliki akar serabut dan akar tunggang. Akar tunggang tumbuh ke pusat
bumi, sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping, menyebar dan dangkal (20 cm – 30
cm). Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous. Batang tumbuh tegak dan pendek ( 30
cm), batang tersebut berwarna hijau, tebal, lunak, namun cukup kuat dan bercabang samping.
Batang tersebut halus tidak berambut, dan tidak begitu tampak jelas karena tertutup oleh
daun-daun (Cahyono, 2001).

Gambar Brokoli (Brassica oleraceae var. Royal Green)


Daunnya berbentuk bulat telur (oval) dengan bagian tepi daun bergerigi agak panjang
dan membentuk celah-celah yang menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau
dan tumbuh berselang-seling pada batang tanaman, tangkainya agak panjang dengan pangkal
daun yang tebal dan lunak. Daun-daun yang tumbuh pada pucuk batang sebeum masa bunga
terbentu, berukuran kecil dan melengkung ke dalam melindungi bunga yang sedang mulai
tumbuh. Bunga brokoli merupakan kumpulan masa bunga yang berjumlah lebih dari 5000
kuntum bunga bersatu dan membentuk bulatan tebal serta padat (kompak). Warna bunga
sesuai dengan varietasnya, ada yang memiliki masa bunga hijau muda, hijau tua, hijau
kebiru-biruan (ungu). Berat berkisar 0,6 – 0,8 kg dengan diameter antara 18 – 25 cm,
tergantung pada varietasnya (Rukmana, 2000).
Pada kondisi lingkungan yang sesuai, bunga brokoli dapat tumbuh memanjang
menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga. Tiap bunga terdiri atas 4 helai
daun kelopak, 4 helai daun mahkota bunga, 6 benang sari yang komposisinya 4 memanjang
dan 2 pendek. Bakal buah terbagi menjadi 2 ruang, dan setiap ruang berisi bakal biji.
Buahnya terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri
atau penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong,
berukuran kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm. Di dalam buah tersebut
terdapat biji berbentuk bulat kecil berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji-biji tersebut dapat
dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001).

2.2 Kriteria Panen Tanaman Brokoli


Menurut Horti (2010) penentuan saat panen brokoli dapat dilakukan dengan cara
mengamati penampakan fisik bunga brokoli dan umur tanaman. Pada umur  45 – 65 HST,
bunga brokoli sudah benar-benar siap dipanen, atau pemanenan juga dapat berdasarkan besar
tingginya bunga brokoli sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh
hasil sesuai dengan permintaan pasar.
Adapun ciri-ciri tanaman brokoli yang siap dipanen adalah pada saat kepala bunga
masih kompak dan kuntum bunga belum membuka, atau dicirikan diameter bunga brokoli 
20 cm dan bentuk bunga mengembang di bawah dekat daun yang paling atas. Pemanenan
tanamana brokoli tidak boleh terlambat karena warna kuntum bunga akan menjadi kuning
dan kepala bunga menjadi longgar sehingga standar mutu dan harganya akan menurun. Panen
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mencabut tiap rumpun tanaman bunga brokoli atau
memotong dengan pisau tajam bagian pangkal tanaman dengan hati-hati agar tidak rusak.

2.3 Teknik Pasca Panen Komoditas Tanaman Brokoli


Teknik pasca panen atau penanganan pasca panen adalah segala upaya untuk
menyiapkan hasil produksi pertanian setelah pemanenan, yang dimulai dari pengumpulan
hasil dan akan berakhir pada tahap pemasaran. Macam upaya ini tergantung dari jenis bahan
pangan hasil panen tersebut, di antaranya pengeringan, pengangkutan (transpor),
penyimpanan, seleksi dan conditioning (bagi keperluan perdagangan pangan) (Cahyono,
2001).
Menurut Taufik (2018), prinsip dasar penanganan pasca panen merupakan rangkaian
kegiatan setelah panen yang dilakukan dalam tahapan dan waktu sesingkat mungkin untuk
menghantarkan produk hortikultura dari lahan produksi ke tangan konsumen dalam keadaan
segar dan baik. Di samping itu diupayakan agar produk sesedikit mungkin kontak fisik atau
dipindahtangankan. Keadaan yang segar dan baik dari produk hortikultura berkaitan erat
dengan karakteristik produk hortikultura yang bersangkutan sebagaimana tercermin dari sifat-
sifat mutu yang tercantum dalam standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
Penanganan pasca panen bertujuan meningkatkan dan/atau mempertahankan sifat-
sifat mutu dari produk hortikultura mencakup karakteristik tampilan (bentuk, ukuran, warna
dan bebas dari cacat-cela), tekstur, cita rasa, nilai nutrisi dan keamanan pangan. Disamping
itu, penanganan pasca panen juga diharapkan dapat mengurangi kehilangan dan kerusakan
serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura yang bersangkutan.
Menurut Abriana & Laga (2019), penanganan pasca panen harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas brokoli secara hati-hati agar penurunan mutu dapat diperkecil. Sifat-
sifat penting yang menentukan kualitas brokoli adalah warna, keutuhan, dan diameter bunga.
Brokoli mempunyai daya tahan sangat rendah setelah panen, kuncup bunganya akan cepat
membuka dan berkembang. Warna bunga juga akan cepat berubah dari hijau ke kuning. Laju
respirasi yang cepat menjadi ciri sayuran ini karena bagian bunga adalah organ yang disusun
oleh jaringan muda dan sangat aktif dalam proses biologis. Brokoli harus di kemas karena
brokoli mempunyai daya tahan yang rendah dalam setiap bunganya, karena bunganya itu
sangat peka terhadap suhu atau cuaca sehingga bunga dari sayuran brokoli akan cepat kuning
dan cita rasa sayuran brokoli akan berkurang dan vitamin-vitamin yang terkandung dalam
sayuran brokoli akan hilang.
Perlakuan pasca panen sangat berpengaruh terhadap mutu produk brokoli, yang harus
diperhatikan yaitu waktu pemanenan yang tepat adalah pagi atau sore hari. Sifat sifat penting
yang menentukan kualitas sayur brokoli adalah warna, keutuhan dan diameter bunga.
Penurunan mutu akan mulai terjadi ketika produk terpisah dari induknya, terlebih lagi jika
mengalami penundaan dalam pendistribusian ke konsumen yaitu penyimpanan sementara
produk lebih dari satu hari. Komponen mutu yang menjadi bahan pertimbangan penting
dalam menentukan mutu dapat berupa karakteristik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Tujuan penanganan pasca panen sayuran brokoli adalah untuk menjaga agar sayuran
brokoli tetap baik mutunya dan segar, sayuran menjadi menarik, terjamin dan sayuran lebih
awet serta sewaktu-waktu dapat dipasarkan dengan kualitas terjamin.
Penanganan pasca panen brokoli dilakukan dari pemanenan hingga brokoli yang telah
dikemas dan siap untuk didistribusikan. Menurut Susila (2006), umur brokoli yang dipanen
yaitu antara 55-100 hari. Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal
dan mampat, saat bunganya tumbuh tetapi kuncupnya belum mekar.
Keterlambatan pemanenan akan mengakibatkan kuncup bunga akan mekar dan bunga
akan bergerombol-gerombol sehingga tidak kompak. Menurut Rukmana (2000), tata cara
pemanenan adalah dengan memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daun-
daunnya sepanjang 25 cm. Waktu pemanenan yang tepat adalah pada saat pagi atau sore hari.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan dan kehilangan bobot karena suhu udara
lingkungan sekitar. Akan tetapi untuk beberapa kondisi tertentu yang menghambat panen
seperti cuaca yang tidak mendukung, pemanenan dapat ditunda hingga kondisinya
memungkinkan.
Menurut Abriana & Laga (2019), kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca
panen tanaman brokoli oleh petani melewati beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pemanenan
Pemanenan sayur brokoli sebaiknya dilakukan dalam keadaan yang matang, warna
sayur brokoli yang kehijauan menandakan bahwa siap untuk dipanen, dengan cara
pemanenan memotong daun batang sayur brokoli menggunakan cutter dan pisau tajam.
Penentuan panen yang tepat merupakan langkah awal dari upaya memperoleh hasil kualitas
hasil sayur brokoli yang optimal karena luka yang disebabkan oleh hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya pembusukan akibat peningkatan laju respirasi. Untuk menaikkan
kualitas brokoli penanganan pasca panen yang harus dilakukan dengan hati-hati agar
penurunan mutu dapat diperkecil.

Gambar tanaman brokoli yang siap dipanen


2. Pengumpulan
Sayur brokoli yang sudah dipanen dimasukkan ke keranjang rotan yang sudah
disiapkan agar tidak mudah rusak bunganya. Selanjutnya diangkut dengan menggunakan
kendaraan roda tiga agar lebih mudah membawa sayur brokoli kerumah petani (tempat
pengumpul). Perlakuan atau tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan
harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi. Wadah sebagai tempat penampung
antara lain berupa keranjang dan produk segar harus dihindarkan dari kontak langsung sinar
matahari (Winarno, 2001). Pengumpulan harus didekatkan dengan tempat pemanenan agar
tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas (Pujimulyani, 2009).

Gambar pengumpulan tanaman brokoli yang telah dipanen


3. Sortasi
Sortasi dilakukan dengan memisahkan sayur brokoli yang rusak atau tidak dengan
yang baik (berkualitas). Tahap sortasi ini memisahkan sayur brokoli yang rusak, busuk dari
sayuran yang berkualitas baik sesuai dengan kriteria sesuai permintaan konsumen. Pemisahan
ini bertujuan untuk mempermudah melakukan proses pengemasan.
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan sayuran yang berkualitas kurang baik,
seperti cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal dari sayuran yang berkualitas baik.
Pada proses sortasi dilakukan proses pembersihan, yaitu membuang bagian yang tidak
diperlukan seperti daun tua, cacat atau busuk (Pujimulyani, 2009).

Gambar sortasi tanaman brokoli


4. Pembersihan
Sayur brokoli yang telah disortasi selanjutnya dilakukan pembersihan dengan
menggunakan cutter. Selama pembersihan sayur brokoli harus dengan hati-hati agar jangan
sampai bunga dari sayur brokoli bisa terkena cutter dan pisau tajam. Pembersihan dilakukan
dengan cara mengeluarkan daun batang. Tujuan membersihkan sayur brokoli menghilangkan
kotoran (Cahyono, 2001).
Gambar sayur brokoli yang telah dibersihkan
5. Pengelompokan
Sayur brokoli yang telah dibersihkan selanjutnya dikelompokkan. Pengelompokan
dilakukan berdasarkan warna, keutuhan, dan diameter bunga. Pengelompokan sayur brokoli
terdiri dari dua kelompok yaitu: kelompok I yaitu sayur berwarna hijau, utuh, dan
mempunyai diameter bunga 10-12 cm dan kelompok II yaitu sayur berwarna agak kehitaman,
tidak utuh, dan diameter bunganya tidak mencapai 10-12 cm dijual di pasar tradisional.
6. Pengemasan
Sayur brokoli yang sudah dikelompokkan selanjutnya dilakukan pengemasan.
Pengemasan dengan memasukkan sayur brokoli kedalam kemasan wrapping film, kemudian
dimasukkan kedalam box, dengan memperhatikan jarak antara sayur brokoli agak tidak
bersentuhan, selanjutnya box diisolasi.
Pengemasan juga harus dilakukan dengan hati-hati pada saat sayur brokoli dikemas
dan diperhatikan bunga brokoli agar tidak terlalu tertekan dengan kemasan wrapping film.
Berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengemasan, yaitu: kemasan harus
memberi perlindungan terhadap sifat mudah rusak sayuran yang menyangkut ukuran, bentuk
konstruksi dan bahan yang dipakai dan kemasan harus cocok dengan kondisi pengangkutan
dan harus dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik (Hendrasty & H., 2013).
Pengemasan dalam bungkus plastik dapat timbul udara termodifikasi yang
menguntungkan. Udara yang telah mengalami perubahan itu menghambat pematangan dan
memperpanjang umur simpan hasil holtikultura. Pengemasan memberikan keuntungan-
keuntungan dari segi kesehatan. Berbagai macam bahan pengemas dapat digunakan untuk
mengemas masa brokoli, misalnya papan kayu, bambu yang dianyam menjadi keranjang.
Kesegaran atau kualitas sayur dapat dipertahankan hingga sampai ke konsumen (pasar)
sehingga tidak menurunkan nilai jualnya; dengan pengemasan akan memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutan (Cahyono, 2001).
Gambar tanaman brokoli dalam wrapping film
7. Pengangkutan
Pengangkutan sayuran dapat dilakukan melalui jalan darat, melalui laut, dan melalui
udara. Biasanya brokoli menggunakan transportasi darat seperti pick-up untuk
mendistribusikannya.

Gambar pengangkutan tanaman brokoli


Secara singkat, berikut adalah diagram alir penanganan pasca panen tanaman brokoli
oleh para petani:

Diagram alir penanganan pasca panen tanaman brokoli


Menurut Wulandari, Sutarni, & Analianasari (2019), proses penanganan produk
brokoli pada suatu perusahaan, umumnya dilakukan dari proses penerimaan hingga proses
pendistribusian. Teknik atau penanganan pasca panen yang dilakukan oleh suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan ( Receiving)
Penerimaan adalah kegiatan menerima komoditi brokoli dari petani atau pemasok.
Kegiatan di bagian penerimaan di bagian receiving harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan penerimaan barang (receiving) dimulai dari
pemindahan brokoli, penimbangan, pencatatan di buku penerimaan, dan pemberian beci.
b. Produksi
Produksi yang dilakukan dengan cara pembersihan brokoli yang berfungsi untuk
merontokkan kotoran dan ulat-ulat kecil yang ada dikepala bunga brokoli dan membersihkan
daun-daun yang ada dibawah kepala bunga brokoli, pemotongan (trimming) yaitu membuang
bagian yang tidak diinginkan pada produk brokoli. Pemotongan dilakukan sesuai dengan
standar dari masing-masing supermarket.
c. Sortasi
Sortasi adalah kegiatan penanganan bahan untuk memisahkan produk kedalam
berbagai tingkat golongan berdasarkan ukuran, bentuk, warna dan tekstur produk. Brokoli
yang tidak sesuai dengan standar akan dipisahkan dan dikembalikan kepada supplier.
Kegiatan sortasi brokoli dilakukan 2 kali sortasi yaitu, sortasi yang dilakukan di bagian
penerimaan barang, pensortiran dilakukan berdasarkan standar yang telah ditentukan
perusahaan, dan sortasi dilakukan setelah di bagian produksi (pembersihan dan pemotongan)
berdasarkan standar dari supermarket.
d. Pengemasan
Pengemasan brokoli dilakukan dengan wrapping. Alasan penggunaan wrapping untuk
pengemasan karena wrapping mempunyai permeabilitas yang baik sehingga, dapat
melindungi produk, selain itu, wrapping transparan sehingga produk yang dikemas dapat
dilihat tanpa harus membuka kemasan. Pengemasan merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pemasaran produk sayuran pertanian di swalayan, hal ini sesuai dengan penelitian
Sutarni, Trisnanto, & Unteawati (2017)yang menyatakan bahwa kemasan produk pertanian
organik yang dijual di swalayan di Bandar Lampung yang dikemas rapi lebih disukai oleh
konsumen sehingga, produk terlihat rapih dan menarik. Selain itu, kemasan yang dilengkapi
dengan label juga merupakan faktor yang mendorong konsumen lebih menyukai atau lebih
preferensi terhadap pembelian produk.
e. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan salah satu usaha untuk menjaga produk dalam keadaan baik
selama waktu tertentu. Penyimpanan dilakukan dengan cara sederhana dan setiap brokoli
dibungkus kertas koran kemudian disimpan dalam kontainer plastik, kemudian disimpan
ditempat yang lembab.
f. Pembagian
Barang yang telah selesai dikemas dan diberi label siap untuk didistribusikan yang
terlebih dahulu di kumpulkan untuk dibagikan. Pembagian barang jadi dilakukan sesuai
pesanan masing-masing supermarket melihat pada lembar kerja pembagian (surat jalan) yang
telah ditetapkan. Lembar kerja tersebut berbeda-beda untuk setiap supermarket. Barang
pesanan dari setiap supermarket dipisahkan dengan sekat berupa papan yang terdapat nama
toko dan supermarket yang sesuai.
g. Pendistribusian
Waktu pengiriman barang harus diperhitungkan supaya barang sampai supermarket
pada pagi hari ketika supermarket akan dibuka sehingga, ketika supermarket dibuka produk
brokoli masih dalam keadaan segar ketika konsumen datang.
h. Barang Tolakan Brokoli
Barang tolakan brokoli merupakan barang yang ditolak oleh supermarket dengan
alasan adanya kerusakan pada produk brokoli, tidak sesuai dengan order, ketidaksesuaian
standar ukuran yang diminta. Barang tolakan dari komoditas brokoli karena warna sudah
kuning, terdapat ulat, bunga sudah mekar, pengiriman tidak sesuai dan juga pendistribusian
yang kurang efektif akan mengakibatkan kerusakan pada produk brokoli.
Penanganan pasca panen brokoli yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada
diagram alir berikut:

Diagram alir penanganan pasca panen tanaman brokoli


2.4 Pengemasan dan Penyimpanan Komoditas Tanaman Brokoli
Menurut Husna (2008), karakter dari tanaman brokoli yang merupakan sayuran
bunga, antara lain rentan terhadap perubahan suhu dan kelembaban, mudah layu, dan tingkat
respirasi tinggi. Kemasan plastik film tidak pernah mempunyai ketahanan tinggi terhadap
oksigen, karbon dioksida dan uap air. Meskipun film kemasan dibuat cukup ketat, gas-gas ini
akan dengan mudah keluar dan masuk permukaan plastik dari sisi satu ke sisi yang lainnya
dan demikian pula sebaliknya. Laju keluar masuk gas ini sangat tergantung pada jenis plastik,
ketebalan, luar permukaan dan perbedaan suhu dan tekanan. Untuk mendapatkan plastik
dengan kekuatan mekanik yang cukup, ketebalan tertentu dari kemasan dapat dirancang.
Oleh karena itu, untuk mempermudah respirasi produk dapat dimungkinkan dengan
membuat film sangat tipis dengan permeabilitas tinggi, seperti PVC (polivyvlnil chloride)
cling film, untuk mempermudah keluar masukknya oksigen di dalam kemasan. Hal yang
perlu diingat adalah jumlah oksigen didalam kemasan harus dijaga agar selalu tersedia
didalam kemasan karena produk harus tetap melakukan pernafasan. Jika produk
mengkonsumsi oksigen dalam kemasan lebih cepat dibandingkan dengan oksigen baru yang
disediakan dari luar, maka konsentrasi oksigen dalam kemasan akan menjadi begitu rendah
bahwa produk tersebut rusak Selain itu, jumah oksigen yang rendah di dalam kemasan akan
menimbulkan konsisi anaerobik sehingga memudahkan mikroorganisme an-aerobik tumbuh
dengan baik.

Gambar berbagai jenis buah dan sayur yang dikemas dengan film tipis PCV
Pengemasan menggunakan plastik polietilen disertai dengan penyimpanan suhu
rendah dalah salah satu proses yang bisa mengurangi laju respirasi karena pori-porinya
tertutup sehingga konsentrasi CO2 atau kadar air terkendali dalam bungkus plastik. Dengan
demikian, di samping ketersediaan O2 terbatas bagi berlangsungnya proses respirasi bakteri
aerob yang telah menempel ke dalam batang brokoli akan terhambat pertumbuhannya karena
tidak bisa mengambil O2 dari udara. Berdasarkan penelitian Kim (2003) bahwa pengemasan
disertai dengan temperatur yang tepat bisa mempertahankan kualitas brokoli sehingga
kandungan vitamin maupun kadar air di dalamnya dapat terjaga dan juga terhindar dari
bakteri sehingga tidak terjadi kebusukan dari brokoli. Pengemasan tidak hanya dapat
melindungi komoditas dari kerusakan biologis dan fisiologis akan tetapi juga memberikan
daya tarik tersendiri bagi konsumen, dan memudahkan di dalam penataan pada saat
pemasaran, terutama penataan di supermarket (Cahyono, 2001).
Sayuran yang berbentuk kecambah dan berasal dari bunga tanaman seperti brokoli,
umumnya memiliki laju respirasi dan produksi etilen lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran
lainnya, sehingga umur simpannyapun lebih pendek.

Suhu dan RH penyimpanan berbagai jenis produk hortikultura


Untuk memperoleh hasil penyimpanan yang baik, suhu suhu ruang pendingin harus
dijaga agar tetap konstan, tidak berfluktuasi. Hal ini dapad diatasi dengan penggunaan
isolator ruangan dan tenaga mesin pendingin yang cukup. Cara penumpukan yang tepat dan
sirkulasi udara yang cukup sangat membantu memperkecil variasi suhu. Kelembaban nisbi
dalam ruang penyimpanan dingin secara langsung mempengaruhi mutu sayuran yang
disimpan. Jika kelembaban rendah maka akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan, dan jika
kelembaban terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan karena kemungkinan terjadi
kondensasi air. Udara dalam ruang pendingin perlu disirkulasikan agar suhu ruangan dapat
merata. Untuk itu jarak tumpukan harus sedemikian rupa agar tidak menghalangi arus udara
dingin (David & Kilmanun, 2016).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Brokoli merupakan contoh sayuran bunga tanaman hortikultura. Penentuan panen
brokoli dapat dilakukan dengan cara mengamati penampakan fisik bunga brokoli dan umur
tanaman. Penanganan pasca panen produk hortikultura seperti brokoli adalah hal yang sangat
penting dilakukan mengingat bahan ini cepat rusak dalam waktu relatif singkat. Pada
umumnya, tahap penanganan pasca panen yang dilakukan petani adalah pengumpulan,
sortasi, pembersihan, pengelompokan, pengemasan, dan pengangkutan. Hampir sama dengan
proses penanganan pasca panen brokoli oleh perusahaan, yang dimulai dari penerimaan
barang (recaiving), sortir, pembersihan dan pemotongan (trimming), pengemasan, pembagian
barang yang akan di kirim dan pendistribusian/pengangkutan ke supermarket. Sayur brokoli
akan tetap dalam kondisi segar bila penanganan pasca panen dilaksanakan dengan baik dan
benar. Sebagai aplikasi dalam masyarakat, penyimpanan brokoli pada suhu rendah disertai
pengemasan dengan plastik polyethilen dapat menjaga kesegaran brokoli selama  7 hari.
3.2 Saran
Sebaiknya para petani secara merata dapat menerapkan tahap penanganan pasca
panen secara keseluruhan. Begitu juga dengan pemerintah supaya dapat memfasilitasi sarana
prasarana di bidang pertanian agar semua kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Abriana, A., & Laga, S. (2019). Penanganan Pasca Panen Sayur Brokoli di Kabupaten
Enrekang. Jurnal Ecosystem , 19 (1), 45-53.
Cahyono, B. (2001). Kubis Bunga dan Broccoli Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta: Kanisus.
David, J. H., & Kilmanun, J. C. (2016). Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk
Komoditas Hortikultura. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru , 1015-1026.
Hendrasty, & H., K. (2013). Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Horti, D. (2010). Agribisnis Tanaman Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Husna, I. (2008). Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Pengemasan terhadap Kesegaran
Brokoli (Brassicae oleraceae var. Royal Green). Malang.
Kim, G. (2003). Effect of Package Film on The Quality of Fresh-Cut Salad Savoy.
Postharvest biol.3 , 3 (7), 99-107.
Pujimulyani, D. (2009). Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rukmana, R. (2000). Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta: Kanisus.
Susila, A. (2006). Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: ITB.
Sutarni, Trisnanto, T. B., & Unteawati, B. (2017). Preferensi Konsumen terhadap Atribut
Produk Sayuran Organik di Kota Bandar Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan , 17 (3), 203-211.
Taufik, Y. (2018). Pengemasan Produk Hortikultura Segar. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Winarno. (2001). Penanganan Pasca Panen Sayuran. Jakarta.
Wulandari, D., Sutarni, & Analianasari. (2019). Pengendalian Proses Penanganan Produk
Brokoli (Brassica oleraceae L.) di PT. X Lembang Bandung Jawa Barat. Karya Ilmiah
Mahasiswa Agribisnis , 1-6.

Anda mungkin juga menyukai