DISUSUN OLEH:
NIM : 195040200111152
KELAS :L
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu komoditas tanaman dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria panen
komoditas tersebut. Setelah pemanenan sebaiknya dilakukan penanganan secara tepat
terhadap hasil panen tersebut. Hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan pada
umumnya setelah dipanen akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, dan
kimiawi parasit atau mikrobiologis. Apabila tidak ditangani dengan baik maka perubahan
tersebut akan sulit dikendalikan sehingga berakibat kepada penurunan kualitas hasil panen
hingga menyebabkan kerusakan atau kebusukan pada komoditas tersebut. Hal tersebut akan
mengakibatkan produk pertanian tidak dapat digunakan lagi.
Adanya penurunan kualitas setelah panen dapat disebabkan oleh beberapa antara lain
yaitu kehilangan kesegaran akibat luka-luka yang terjadi karena cara panen yang kurang
tepat. Hal ini menyebabkan adanya pertumbuhan jamur, pecah, lecet, memar, dan lain-lain
yang lama-kelamaan dapat mengakibatkan komoditas tersebut membusuk. Selain cara panen
yang keliru, kualitas hasil panen juga dapat menurun karena temperatur yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, pengemasan yang tidak sempurna, dan keterlambatan dalam
pengangkutan. Penurunan kualitas tersebut dapat dihindari dengan menjaga kebersihan untuk
menghindari pertumbuhan jamur dan penanganan pasca panen yang tepat.
Salah satu contoh produk pertanian yaitu brokoli. Brokoli merupakan salah satu
sayuran bunga yang mudah rusak, karena bunga brokoli tersusun atas jaringan muda yang
masih aktif dalam proses biologis (reaksi enzimatis/biokimia), sehingga perlu suatu upaya
agar sayur brokoli tetap terjaga kesegarannya atau tidak cepat rusak. Kerusakan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mekanis dan biologis. Nilai kesegaran pada brokoli
bisa diketahui dari laju respirasi, yang akan mempengaruhi susut berat, tekstur, kadar air,
perubahan warna, dan lainnya. Kerusakan atau cacat pada brokoli dapat menurunkan nilai
jual komoditas tersebut. Untuk menjaga agar produk selepas panen tetap tahan lama, maka
proses metabolisme harus ditekan serendah mungkin dengan cara pengemasan dan
penyimpanan.
Secara keseluruhan kondisi sayuran pasca panen dapat dikatakan mengalami berbagai
perlakuan yang menyakitkan. Produk harus dipanen dan dipindahkan melalui beberapa sistem
penanganan dan transportasi ke tempat penggunanya seperti pasar atau langsung ke
konsumen dengan menjaga sedapat mungkin sayuran dalam kondisi kesegaran optimum. Jika
stress terlalu berlebihan yang melebihi toleransi fisik dan fisiologis, maka akan terjadi
kematian pada sayuran tersebut.
Oleh sebab itu diperlukan penanganan pasca panen untuk menjaga kualitas hasil yang
baik, sehingga akan disenangi oleh konsumen dan memperoleh harga yang sampai ke tangan
konsumen cukup baik. Perlakuan pasca panen bertujuan untuk mengurangi proses terjadinya
respirasi dan transpirasi. Dengan terhambatnya kedua proses tersebut, maka proses biologis
(reaksi enzimatis/biokimia) yang terjadi di dalam brokoli juga ikut terhambat. Salah satu
tahap penanganan pasca panen adalah pengemasan dan penyimpanan. Pengemasan dilakukan
untuk melindungi produk pertanian serta meningkatkan minat konsumen terhadap komositas
terebut. Sedangkan penyimpanan dilakukan untuk mengontrol permintaan pasar, tanpa
menimbulkan banyak kerusakan atau penurunan mutu pada produk pertanian. Namun jangka
waktu penyimpanan pada masing-masing produk berbeda-beda tergantung jenisnya.
Sehingga bagi produk yang mudah rusak dan tidak tahan lama sebaiknya segera dipasarkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi dan
morfologi tanaman brokoli, kriteria panen tanaman brokoli, mengetahui teknik pasca penen
komoditas tanaman brokoli, dan mengetahui pengemasan dan penyimpanan komoditas
tanaman brokoli.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari dibuatnya makalah ini adalah agar para petani
brokoli dapat meningkatkan kualitas hasil panen dengan mengetahui teknik penanganan
pasca panen secara rinci sehingga akan berdampak kepada peningkatan kuantitas hasil panen.
Serta dengan adanya makalah ini, diharapkan agar konsumen bijak dalam memilih brokoli
dengan kualitas dan harga yang sesuai. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang penanganan pasca panen brokoli meliputi pengemasan
dan penyimpanannya yang dilakukan oleh para petani maupun oleh perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Brokoli
Menurut Cahyono (2001), klasifikasi tanaman brokoli dalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae L.
Varietas : Brassica oleraceae var. Royal Green
Brokoli memiliki akar serabut dan akar tunggang. Akar tunggang tumbuh ke pusat
bumi, sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping, menyebar dan dangkal (20 cm – 30
cm). Sistem perakaran yang dangkal itu membuat tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
apabila ditanam pada tanah yang gembur dan porous. Batang tumbuh tegak dan pendek ( 30
cm), batang tersebut berwarna hijau, tebal, lunak, namun cukup kuat dan bercabang samping.
Batang tersebut halus tidak berambut, dan tidak begitu tampak jelas karena tertutup oleh
daun-daun (Cahyono, 2001).
Gambar berbagai jenis buah dan sayur yang dikemas dengan film tipis PCV
Pengemasan menggunakan plastik polietilen disertai dengan penyimpanan suhu
rendah dalah salah satu proses yang bisa mengurangi laju respirasi karena pori-porinya
tertutup sehingga konsentrasi CO2 atau kadar air terkendali dalam bungkus plastik. Dengan
demikian, di samping ketersediaan O2 terbatas bagi berlangsungnya proses respirasi bakteri
aerob yang telah menempel ke dalam batang brokoli akan terhambat pertumbuhannya karena
tidak bisa mengambil O2 dari udara. Berdasarkan penelitian Kim (2003) bahwa pengemasan
disertai dengan temperatur yang tepat bisa mempertahankan kualitas brokoli sehingga
kandungan vitamin maupun kadar air di dalamnya dapat terjaga dan juga terhindar dari
bakteri sehingga tidak terjadi kebusukan dari brokoli. Pengemasan tidak hanya dapat
melindungi komoditas dari kerusakan biologis dan fisiologis akan tetapi juga memberikan
daya tarik tersendiri bagi konsumen, dan memudahkan di dalam penataan pada saat
pemasaran, terutama penataan di supermarket (Cahyono, 2001).
Sayuran yang berbentuk kecambah dan berasal dari bunga tanaman seperti brokoli,
umumnya memiliki laju respirasi dan produksi etilen lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran
lainnya, sehingga umur simpannyapun lebih pendek.