Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“KROMATOGRAFI KERTAS”

DISUSUN OLEH:
NAMA : SHENDY CITRA OKTAVIANA DEWI
NIM : 195040200111152
KELAS :L
ASISTEN : ANTON MEILUS PUTRA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

NILAI :…….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran zat menjadi
komponen-komponennya. Beberapa teknik kromatografi diantaranya
kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas. Semua
bentuk kromatografi bekerja dengan prinsip yang sama yaitu memiliki fase diam
(padatan, atau cairan didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas).
Setiap tumbuhan memiliki pigmen yang bermacam-macam. Pigmen ini
dapat membantu dalam proses fotosintesis tumbuhan. Untuk mengidentifikasi
jenis-jenis pigmen pada suatu tanaman dapat dilakukan dengan teknik
kromatografi kertas. Kromatografi kertas memiliki dua fase, yaitu fase diam dapat
berupa padatan atau cairan yang terdapat pada permukaan kertas, fase gerak
berupa cairan yang biasa disebut pelarut. Gerakan fase gerak dapat mengakibatkan
molekul bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kromatografi kertas
memiliki keuntungan berupa lebih mudah dan sederhana, nilai Retention Factor
(Rf) menjadi parameter berharga untuk mengidentifikasi pigmen yang terkandung
dalam sampel.
Berdasarkan uraian di atas, maka praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui cara pemisahan dan menentukan pigmen warna dengan metode
kromatografi kertas.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memisahkan dan menentukan pigmen
warna dengan kromatografi kertas.Untuk memisahkan komponen berwarna yang
ada dalam ekstrak daun bayam dengan kromatografi kertas dan menemukan nilai
Rf-nya.

1.3 Manfaat
Praktikum ini memiliki manfaat yaitu praktikan memperoleh keterampilan
untuk melakukan percobaan dengan mengamati animasi, simulator, video, dll.
Praktikan memahami persyaratan dasar untuk melakukan kromatografi kertas
serta dapat mengidentifikasi komponen berdasarkan nilai Rfnya.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Alat Fungsi
Kaca Arloji Sebagai wadah ekstrak spesimen
Kertas Saring Sebagai media dalam pemisahan warna
Sebagai alat yang memberi garis batas pada kertas
Pensil
saring
Sebagai alat untuk mengukur tinggi warna yang
Penggaris dihasilkan dan juga membantu menggambar garis
batas lurus
Untuk memotong bayam menjadi bagian-bagian
Gunting
kecil

Untuk memindahkan esktrak spesimen dari mortal


Spatula
ke kaca arloji
Pipa Kapiler / Capillary Untuk menotolkan ekstrak spesimen dari kaca
Tube arloji ke kertas saring
Mortar dan Pistil Untuk menghaluskan bayam
Bejana Kromatografi / Sebagai wadah Ether Acetone Solvent dan juga
Chromatography Chamber kertas saring saat proses pemisahan warna

2.1.2 Bahan
Bahan Fungsi
Bayam Sebagai spesimen yang diamati
Ether Acetone Solvent Sebagai pelarut untuk memisahkan warna
Sebagai pelarut spesimen untuk menghasilkan
Aseton
esktrak spesimen
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kromatografi antara lain adalah
kaca arloji, kertas saring, pensil, penggaris, gunting, spatula, pipa kapiler, mortar,
pistil, dan bejana kromatografi. Dalam praktikum, kaca arloji berfungsi sebagai
wadah ekstrak spesimen. Kemudian ada mortar dan pistil yang kita ketahui fungsi
pada umumnya, yaitu untuk mengahaluskan benda dalam hal ini adalah bayam.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Effendi, 2017) yang mengatakan bahwa
fungsi kaca arloji sebagai wadah untuk meletakkan benda dan fungsi dari mortar
dan pistil adalah untuk menghancurkan suatu bahan atau sampel. Lalu menurut
pendapat (Buana, 2018), alat lain seperti pensil berfungsi untuk menuliskan
sesuatu dan penggaris berfungsi untuk mengukur sesuatu, sama fungsinya dalam
praktikum ini yaitu pensil untuk memberi garis batas pada kertas saring dan
penggaris untuk mengukur panjang warna pada kertas saring serta memberi batas
lurus. Kemudian menurut (Kemristekdikti, 2020), pipa kapiler berfungsi untuk
menotolkan cairan pada kertas saring sehingga terbentuk noda yang bulat
sebagaimana dalam praktikum kromatografi. Spatula dalam praktikum berfungsi
untuk memindahkan esktrak spesimen daun bayam dari mortar ke kaca arloji,
yang sesuai dengan pendapat (Haribima, 2019) bahwa fungsi dari spatula adalah
untuk mengambil obyek. Kertas saring dalam praktikum kromatografi digunakan
untuk memisahkan warna dengan cara menyerap larutan karena kertas ini
memiliki pori-pori yang kecil sehingga dapat menyerap cairan, hal ini sesuai
dengan pendapat (Hari, 2019) yang mengatakan bahwa fungsi dari kertas saring
ini adalah untuk memisahkan cairan dengan suspensi atau untuk memisahkan zat
padat dengan zat pelarut. Dan hal yang tak kalah penting dalam praktikum
kromatografi ini adalah wadah kromatografi yang berupa bejana dan sering
disebut bejana kromatografi yang digunakan sebagai wadah Ether Acetone
Solvent dan juga kertas saring saat proses pemisahan warna, hal ini sesuai dengan
pendapat (Guntur, 2016) yang mengatakan bahwa bejana kromatografi digunakan
sebagai tempat untuk menggantung kertas saring pada kromatografi.
Sedangkan bahan yang dugunakan dalam praktikum kromatografi adalah
daun bayam segar, Ether Acetone Solvent (larutan eter aseton), dan aseton. Daun
bayam segar digunakan sebagai spesimen yang diamati karena menurut (Setiasari
& Nurchayati, 2009) daun bayam memiliki kandungan klorofil yang cukup tinggi
baik klorofil a maupun klorofil b. Bahan lain yang digunakan adalah Ether
Acetone Solvent (larutan eter aseton) sebagai pelarut untuk memisahkan warna,
menurut (Novitasari & Adawiyah, 2018) larutan eter aseton dapat memisahkan
warna dengan cara melarutkan klorofil pada daun. Begitu pula bahan yang
terakhir yaitu aseton yang dalam praktikum ini digunakan sebagai pelarut
spesimen untuk menghasilkan esktrak spesimen, hal ini sesuai dengan pendapat
(Novitasari & Adawiyah, 2018) yang menyatakan bahwa aseton dapat melarutkan,
memisahkan, bahkan mengelupas suatu bahan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kromatografi di atas
sesuai dengan pendapat (Amrita, 2013), alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
kromatografi kertas yaitu sebagai berikut :
a. Bejana Kromatografi
b. Kertas Saring Whattman (20cm x 2cm)
c. Isopropyl Alcohol
d. Aquades
e. Ekstrak bayam
f. Pensil
g. Penggaris

2.2 Langkah Kerja


a) Memotong bayam menjadi bagian-bagian kecil menggunakan gunting dan
letakkan pada mortal.
b) Menuang 5 ml Aseton ke dalam mortal untuk mendapatkan zat-zat yang
diingankan pada bayam (ekstrak bayam).
c) Menghaluskan bayam menggunakan pistil.
d) Memindahkan bayam yang sudah halus (ekstrak bayam) pada kaca arloji
menggunakan spatula.
e) Menyiapkan kertas saring dan gambar garis batas berjarak 2-3cm dari
bagian bawah kertas menggunakan pensil dan penggaris.
f) Dengan menggunakan Pipa Kapiler / Capillary Tube, menotolkan ekstrak
bayam yang ada pada kaca arloji ke kertas kromatografi yaitu tepat di
tengah garis batas yang sudah digambar.
g) Menunggu hingga kering, dan mengulangi ± 4-5 kali.
h) Menyiapkan Bejana Kromatografi / Chromatography Chamber, menuang
Ether Acetone Solvent ke dalamnya, kira-kira sampai garis batas pada
kertas saring.
i) Menggantung kertas saring dalam bejana kromatografi dan menutup
bejana.
j) Membiarkan sampai terjadi kesetimbangan.
k) Mengangkat kertas saring dan mengeringkan dengan cara diangin-
anginkan.
l) Mengukur jarak warna dengan batas garis.
m) Menghitung nilai Rf. Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi
jarak yang ditempuh oleh senyawa dari garis batas dengan jarak yang
ditempuh pelarut (Ether Acetone Solvent) dari titik asal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Rosang & Wagey, 2016) bahwa penentuan nilai Rf
dilakukan dengan membagi jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik
asal dengan jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal.
Inti dari langkah kerja praktikum kromatografi di atas kurang lebihnya
juga sesuai dengan pendapat (Amrita, 2013) yaitu sebagai berikut :
a) Mengambil strip kertas saring Whatman dan menggunakan pensil
menggambar garis horizontal 4cm dari salah satu ujung kertas. Kemudian
menggambarkan garis lain memanjang (vertikal) dari bagian tengah kertas.
Memberi nama titik di mana dua garis berpotongan sebagai P.
b) Dengan menggunakan tabung kapiler halus, memasukkan satu tetes
ekstrak daun bayam pada titik P. Membiarkan kering dalam air.
c) Meletakkan setetes lagi di tempat yang sama dan mengeringkan lagi,
sehingga tempat itu kaya akan ekstrak daun.
d) Menuang alkohol isopropil dalam jumlah yang sama dan air suling ke
dalam ruang kromatografi dan mencampur dengan baik menggunakan
batang gelas. Ini digunakan sebagai pelarut.
e) Menangguhkan kertas saring secara vertikal dalam ruang kromatografi
yang berisi pelarut sedemikian rupa sehingga garis pensil tetap sekitar 2cm
di atas tingkat pelarut.
f) Menutup toples dengan tutupnya dan menjaga agar tidak terganggu.
g) Memerhatikan pelarut yang naik bersama dengan komponen berwarna dari
ekstrak daun.
h) Setelah pelarut naik sekitar 15 cm, kita akan melihat dua bintik berbeda
dari komponen berwarna pada kertas saring.
i) Mengeluarkan kertas saring dari toples dan gunakan pensil untuk
menandai jarak pelarut pada kertas. Ini disebut bagian depan pelarut.
j) Mengeringkan kertas saring dan meletakkan tanda pensil di tengah setiap
tempat.
k) Mengukur jarak setiap titik dari garis asli dan jarak bagian depan pelarut
dari garis asli.
l) Menghitung nilai Rf dari berbagai komponen ekstrak daun.
(Buana, 2018) juga menjelaskan mengenai beberapa langkah kerja
praktikum kromatografi. Dalam praktikum kromatografi, lkertas yang digunakan
adalah Kertas Whatman No. 1 yang digunting sesuai dengan ukuran tabung
kromatografi yang tersedia. Kertas tersebut kemudian dilubangi salah satu
ujungnya untuk menggantungkan penyangga. Lalu diberi tanda garis kurang lebih
1 cm dari ujung kertas bagian bawah dengan pensil. Kemudian meneteskan zat
sampel pada garis batas tersebut dengan menggunakan bantuan pipa kapiler, lalu
dikeringkan dan mengulangi penetesan  3 kali. Selanjutnya mengisi tabung
kromatografi dengan pelarut yang sesuai dengan komponen yang akan dipisahkan.
Kemudian memasukkan dan menggantungkan kertas kromatogram tersebut ke
dalam tabung kromatogram, kemuadian mengatur penyangga sehingga kertas
kena pelarut (oelarut tidak boleh terkena noda sampel). Lalu membiarkan pelarut
naik sampai mendekat ujung kertas kromatogram, kemudian mengangkat dan
memberi tanda batas di akhir pelarut, lalu mengeringkannya.
Sumber lain (Kemristekdikti, 2020) juga turut menjelaskan mengenai
prosedur praktikum kromatografi. Pelaksanaan kromatografi kertas umumnya
dibagi menjadi tiga tahap yaitu penotolan campuran, pengembangan, dan
identifikasi. Pada tahap penotolan, campuran yang mengandung komponen-
komponen yang akan dipisahkan ditotolkan pada bagian bawah kertas (biasanya
sekitar 2 cm dari tepi bawah) menggunakan mikropipet atau pipa kapiler sehingga
akan meluas membentuk noda yang bulat. Pada tahap pengembangan, ujung
kertas yang telah terdapat noda kering dimasukkan dalam bejana tertutup sehingga
tercelup dalam pelarut. Kertas yang dicelupkan diusahakan agar tidak sampai
merendam noda totolan campuran. Pelarut akan terserap dan merembes ke dalam
kertas secara lambat. Pada saat bergerak, pelarut tersebut juga membawa
komponen-komponen campuran ikut bergerak. Komponen-komponen dalam
campuran akan bergerak pada laju yang berbeda karena memiliki kepolaran yang
berbeda. Hal ini menyebabkan komponen-komponen dalam campuran akan
terpisah satu sama lain.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Pada praktikum ini dihasilkan 4 warna yang berbeda
seperti yang terlihat pada gambar, yaitu :
a. Warna oranye paling atas sesuai dengan karoten.
b. Warna kuning dibawahnya menandakan santofil.
c. Warna hijau gelap pada baris ketiga adalah klorofil a.
d. Warna hijau muda kekuningan adalah klorofil b.

Setelah diukur, didapatkan hasil sebagai berikut :

Distance travelled by Distance travelled


Pigment Rf value
different pigments by the solvent

Carotene 6,65cm 7 cm 0,95


Xanthophyll 5,25cm 7 cm 0,71
Chlorophyll a 4,55cm 7 cm 0,65
Chlorophyll b 3,15cm 7 cm 0,45

Menurut (Rosang & Wagey, 2016) penentuan nilai Rf dilakukan dengan


membagi jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dengan jarak yang
ditempuh pelarut dari titik asal. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

Sebanding dengan pernyataan (Ismail & Nielsen, 2010), bahwa rumus


nilai Rf yaitu :
𝐷𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑑 𝑏𝑦 𝑡ℎ𝑒 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑
Rf = 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑑 𝑏𝑦 𝑡ℎ𝑒 𝑠𝑜𝑙𝑣𝑒𝑛𝑡

a. Carotene
6,65 𝑐𝑚
Rf= 7 𝑐𝑚

= 0,95
b. Xanthophyll
5,25 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚

= 0,71
c. Chlorophyll a
4,55 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚

= 0,65
d. Chlorophyll b
3,15 𝑐𝑚
Rf = 7 𝑐𝑚

= 0,45

3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, didapatkan hasil bahwa bayam mengandung karoten
(carotene) yang ditunjukkan dari adanya warna oranye, santofil (xanthophyll)
yang ditandai dengan warna kuning, klorofil a (chlorophyll a) yang ditunjukkan
dengan warna hijau tua, dan klorofil b (chlorophyll b) yang ditandai dengan warna
hijau muda kekuningan.
Menurut (Kondorik, Martosupono, & Susanto, 2015), warna oranye
menunjukkan adanya karotenoid, warna hijuau kebiruan atau hijau tua
menandakan adanya klorofil a, warna hijau kekuning-kuningan menunjukkan
adanya klorofil b, warna kuning menunjukkan adanya santofil, dan warna abu-abu
menunjukkan adanya feofitin a.
Dari data hasil praktikum didapatkan bahwa nilai Rf Karoten sebesar 0,95,
nilai Rf santofil (xanthophyll) sebesar 0,71, nilai Rf klorofil a (chlorophyll a)
sebesar 0,65 dan nilai Rf klorofil b (chlorophyll b) sebesar 0,45. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Rf yang terbesar yaitu carotene dan nilai Rf yang paling
kecil yaitu klorofil b.
Menurut (Rosang & Wagey, 2016), dalam pengamatannya, didapatkan
hasil 3 lapisan, yaitu lapisan pertama berwarna oranye dengan nilai Rf 0,93 yang
menunjukkan adanya karoten, lapisan kedua berwarna hijau tua dengan rata-rata
Rf 0,96 yang menandakan adanya klorofil a dan lapisan berwarna kelabu dengan
nilai Rf 0,97. Lapisan berwarna kelabu tersebut adalah pigmen feofitin a yang
merupakan pigmen klorofil bebas atom magnesium. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Kondorik, Martosupono, & Susanto, 2015) dan
didapatkan hasil dari penelitiannya yaitu kisaran nilai Rf karoten (orange) 0,88-
0,97; santofil (kuning) 0,22-0,34; feofotin a 0,81; klorofil a 0,90-0,73; dan klorofil
b 0,61-0,38.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa bayam mengandung
beberapa senyawa, yaitu :
a) Karoten (carotene) yang ditunjukkan dengan warna oranye dan memiliki
Rf sebesar 0,95.
b) Santofil (xanthophyll) yang ditandai dengan warna kuning dan memiliki
nilai Rf sebesar 0,71.
c) Klorofil a (chlorophyll a ) ditunjukkan dengan warna hijau gelap dan
memiliki nilai Rf sebesar 0,65.
d) Klorofil b (chlorophyll b) yang ditandai dengan warna hijau muda
kekuningan dan memiliki nilai Rf sebesar 0,45.

4.2 Saran
Sebaiknya video yang digunakan tidak hanya bersumber dari satu video.
Alangkah lebih baik apabila video yang digunakan berbahasa Indonesia atau
menggunakan subtitle Indonesia agar praktikan mudah memahaminya. Sebelum
mengerjakan laporan praktikum, sebaiknya asisten praktikum memberikan materi
yang akan dipraktikumkan agar praktikan tidak kebingungan dan dapat
mengerjakan laporan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amrita. (2013, Maret 31). Paper Chromatography. Olabs Edu .


Buana, I. (2018). Kromatografi Kertas dan Kolom.
Effendi, H. (2017). Laporan Kimia Alat Laboratorium.
Guntur, V. (2016). Kromatografi Kertas.
Hari, B. (2019). Materi dan Perubahannya. Bandung: Duta.
Haribima. (2019). Jenis-Jenis dan Fungsi Spatula Laboratorium yang Wajib Anda
Ketahui.
Ismail, B., & Nielsen, S. (2010). Basic Principles of Chromatography.
Chromatography , 473-498.
Kemristekdikti. (2020). Modul 6: Kromatografi (Vol. 6).
Kondorik, F., Martosupono, & Susanto. (2015). Identifikasi Komposisi Pigmen,
Isolasi, dan Aktivitas Antikoksidan Beta Karoten pada Rumput Laut
Merah Gracilaria gigas Hasil Budidaya. Tesis, Magister Biologi .
Novitasari, A., & Adawiyah, R. (2018). Perbandingan Pelarut pada Ekstraksi
Total Klorofil Daun Mangkokan dengan Metode Spektrofotmetri. Jurnal
Sains , 8 (15), 16-20.
Rosang, C., & Wagey, B. (2016). Penentuan Kandungan Pigmen Klorofil pada
Lamun Jenis Halophila ovalis di Perairan Malalayang. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis , 1, 15-19.
Setiasari, N., & Nurchayati, Y. (2009). Eksplorasi Kandungan Klorofil pada
Beberapa Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food
Supplement. BIOMA , 11 (1), 6-10.

Anda mungkin juga menyukai