Anda di halaman 1dari 13

PAPER PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN PRODUK HORTIKULTURA

BROKOLI (Brassica oleraceae L. Var. botrytis) DAN NANAS (Ananas comosus L.


Merr)
MATA KULIAH TEKNOLOGI PASCAPANEN

Disusun oleh :

Nifta Putri Aditya 20200210001


Rizqi Fauzi 20200210005
Avida Merliana 20200210030
Zulfa Kayla 20200210032

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk hortikultura tersebut meliputi buah-buahan dan sayuran. Kualitas
produk-produk hortikultura tersebut salah satunya tergantung pada aspek pascapanen,
oleh karena itum penanganan pascapanen produk-produk hortikultura memerlukan
perhatian tersendiri. Hal ini dikarenakan produk hortikultura sangat rentan terhadap
kerusakan, misalnya mengalami kelayuan setelah pemanenan apabila tidak segera
ditangani dengan benar. Secara umum teknik penanganan pascapanen produk
hortikultura meliputi penyortiran (sortasi), pengkelasan (grading), pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan atau transportasi. Proses pemanenan yang baik juga
diperlukan untuk memperlambat laju kerusakan produk hortikultura.
Penanganan pasca panen yang baik sebenarnya perlu dilakukan
untukmeningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di
Indonesiaseringkali tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat
petani, hal inidikarenakan harga buah dan sayuran di tingkat petani rendah sehingga
penanganan pascapanen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan
pasca panen danhasil panen tersebut membuat hasil panen langsung di jual. Sedangkan
ditingkat pedagangbiaya penanganan pasca panen yang lain dirasa mahal sehingga
tidak sesuai dengan labayang diperoleh karena daya beli konsumen yang rendah.
Oleh karena itu diperlukanpenerapan teknologi tinggi yang tentunya juga disertai
dengan peningkatan pengetahuan dikalangan petani tentang pentingnya penanganan
pasca panen terutama jenis buah dan sayuryang tidak tahan lama. Serta diperlukan
peran serta dari masyarakat dan pemerintah untukmenunjang hal tersebut

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penanganan panen dan pascapanen pada Brokoli dan Nanas?

C. Tujuan
Untuk mengetahui penanganan panen dan pascapanen pada Brokoli dan Nanas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Brokoli (Brassica oleraceae L. Var. botrytis)


Menurut Rukmana (1995), brokoli diduga berasal dari Eropa. Brokoli pertama
kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan, dan Mediterania. Brokoli berasal dari bahasa
Itali, brokoli merupakan bentuk jamak dari broccoli (tunas). Klasifikasi tanaman
brokoli menurut Rukmana (1995) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Brassicalec (Rhodeales)
Famili : Brassicaceae (Cruciferae)
Genus : Brassica
Spesies : Oleraceae L
Varietas : Brassica oleraceae L var. botrytis
Tanaman brokoli yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual) dan
berbentuk perdu. Sistem perakaran brokoli yaitu akar tunggang yang banyak memiliki
akar serabut dan relatif dangkal, yaitu menembus pada kedalaman tanah 30 sampai 50
cm. Tinggi batangnya kurang lebih 30 cm (Website Direktorat Jendral Hortikultura).
Brokoli merupakan jenis tanaman sayuran (sejenis kubis-kubisan) yang dimanfaatkan
bagian bunganya. Kepala bunganya berwarna hijau gelap, berdiameter 5-25 cm, terdiri
dari kuntum-kuntum bunga kecil dengan tangkai bunga berdaging. Selain kepala bunga
utama, pada brokoli juga tumbuh kepala bunga samping yang mempunyai ukuran lebih
kecil. Brokoli termasuk sayuran yang tidak tahan terhadap udara panas, sehingga
brokoli lebih cocok ditanam di dataran tinggi yang lembab dengan suhu rendah (lebih
kurang 1000 mdpl). Tanaman brokoli menghendaki tanah yang subur, gembur, dan
kaya akan bahan organik. Tanaman brokoli tidak dapat hidup dalam genangan air
sehingga cocok pada tanah lempung berpasir, selain itu juga dapat tumbuh dengan baik
pada jenis tanah Latosol, Andosol, Regusol, Mediteran, dan Aluvial. Kisaran keasaman
(pH) yang cocok untuk pertumbuhan brokoli yaitu 5.5-6.5. Kelembaban udara yang
cocok untuk brokoli yaitu 80-90%. Tanaman brokoli akan tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 13-24°C. Suhu yang lebih tinggi dari 25°C akan berpengaruh buruk
terhadap kerapatan dan bentuk kuncup bunga karena akan terjadi pemanjangan batang
yang berlebihan dan perkembangan bunga yang berlangsung cepat (Rukmana 1995).
Penanganan pascapanen brokoli dilakukan dari pemanenan hingga brokoli yang telah
dikemas dan siap untuk didistribusikan. Menurut Susila (2006), umur brokoli yang
dipanen yaitu antara 55-100 hari. Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai
ukuran maksimal dan mampat, saat bunganya tumbuh tetapi kuncupnya belum mekar.
Keterlambatan pemanenan akan mengakibatkan kuncup bunga akan mekar dan bunga
akan bergerombol-gerombol sehingga tidak kompak. Menurut Rukmana (1995), tata
cara pemanenan adalah dengan memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan
daun-daunnya sepanjang 25 cm. Untuk tujuan pengangkutan, pengiriman dengan jarak
yang jauh sebaiknya disertakan beberapa helai daun. Petan-petani biasanya melakukan
panen menggunakan pisau. Batang dipotong dengan posisi kerucut serta menyisakan
empat helai daun teratas dan batang disisakan sepanjang 9 cm dari curd. Waktu
pemanenan yang tepat adalah pada saat pagi atau sore hari. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kerusakan dan kehilangan bobot karena suhu udara lingkungan sekitar.
Akan tetapi untuk beberapa kondisi tertentu yang menghambat panen seperti cuaca
yang tidak mendukung, pemanenan 13 dapat ditunda hingga kondisinya
memungkinkan. Brokoli yang telah dipanen kemudian disimpan dalam kontainer
dengan dilapisi kertas koran dan disimpan ditempat yang teduh. Secara lengkap proses
penanganan pascapanen adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan di bagian receiving
Penerimaan adalah kegiatan menerima komoditi brokoli dari petani atau
pengumpul. Kegiatan ini dilakukan di bagian depan gudang processing dengan
tujuan untuk mempermudah kegiatankegiatan lainnya. Pada bagian penerimaan ini,
brokoli yang diterima dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sortasi adalah kegiatan
penanganan bahan untuk memisahkan produk ke dalam berbagai tingkat golongan
berdasarkan ukuran, bentuk, densitas, tekstur, dan warna. Brokoli akan di sortasi
berdasarkan bentuk, ukuran, tekstur, dan warnanya. Keuntungan sortasi yaitu
produk yang akan ditangani selanjutnya tidak mengandung kotoran sehingga tenaga
kerja yang digunakan tidak siasia untuk menangani produk kotor. Tidak semua
brokoli melalui proses sortasi dibagian penerimaan, ada pula brokoli yang sudah
disortasi dan dibersihkan dari supliernya sehingga dapat langsung dikemas.
Menurut Rukmana (1995), sortasi dilakukan bersamaan dengan pengkelasan
ukuran bunga (grading) pada satu tempat. Umumnya sortasi dan grading dilakukan
pada tempat yang sama, tetapi ada pula yang dilakukan ditempat yang berbeda.
Biasanya sortasi dilakukan dibagian receiving, sedangkan grading dilakukan
dibagian processing bersamaan setelah brokoli melalui proses trimming.
2. Penanganan di gudang
Penanganan dilakukan di gudang processing, penanganan yang dilakukan
meliputi trimming, sortasi, grading, packaging dan labelling. Brokoli yang diterima
biasanya disimpan dalam sebuah kontainer plastik, setiap brokoli dibungkus dengan
kertas koran untuk menjaga agar getah dari batangnya tidak mengenai kepala bunga
sehingga penampakannya terlihat bagus. Brokoli tersebut kemudian melalui proses
trimming. Trimming yaitu membuang bagian-bagian yang tidak diinginkan pada
brokoli tersebut. Bagian-bagian ini perlu dibuang karena memang tidak diperlukan
dan akan memperpendek masa simpan brokoli apabila tidak dibuang. Trimming ini
dilakukan secara manual menggunakan alat pisau dengan cara pengikisan atau
pemotongan. Bagian yang sering dibuang biasanya pada pangkal batang dan sisa
daun-daun dibawah kepala bunga. Hal ini bertujuan untuk meratakan batang brokoli
agar penampakannya lebih bagus. Akan tetapi pembuangan bagia-bagian tersebut
tidak boleh terlalu banyak karena akan sangat mempengaruhi penyusutan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak semua brokoli melalui proses
sortasi terlebih dahulu pada saat penerimaan. Selain itu proses sortasi juga dapat
dilakukan dibagian receiving. Sortasi pada komoditas brokoli ini memisahkan
brokoli berdasarkan ukuran kepala bunga, kondisi fisik brokoli itu sendiri, dan
warna kepala bunga. Sortasi ini akan memisahkan brokoli dalam dua bagian, yaitu
barang jadi yang akan di kemas dan produk BS (barang sisa). Barang BS ini yaitu
brokolibrokoli yang tidak memenuhi kriteria untuk dikemas, misalnya saja terdapat
cacat pada kepala bunga, ukuran yang terlalu besar atau terlalu kecil, dan adanya
bintik kuning pada kepala bunga. Bintik kuning ini akan merambat merusak kepala
bunga sehingga harus dipisahkan. Brokoli yang telah melalui proses sortasi
kemudian akan dilakukan grading. Biasanya untuk mempersingkat waktu
penanganan sortasi dan grading brokoli dilakukan secara bersamaan. Grading
adalah suatu proses pengkelasan atau pengelompokan produk berdasarkan nilai
komersialnya. Grading terhadap komoditas brokoli didasarkan pada penampakan
luar, kerusakan, pemangkasan, dan diameter batang (USDA-AMS 1943). Menurut
Rukmana (1995) grading terhadap diameter kepala bunga brokoli dibedakan
menjadi empat kelas, yaitu: >30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm, dan 15-20 cm. Di CV.
Bimandiri, grading terhadap brokoli dibedakan menjadi dua kelas, yaitu grade A
dan grade B.
3. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan salah satu usaha untuk menjaga produk dalam
keadaan baik selama waktu tertentu. Penyimpanan terbaik yaitu pada ruangan gelap
dengan temperatur 20°C dan kelembaban 75-85% atau penyimpanan dingin dengan
temperatur 4.4°C dengan kelembaban 85-95% (Susila 2006). Umumnya brokoli
tidak melalui proses penyimpanan karena brokoli tersebut akan langsung dikemas
setelah diterima. Akan tetapi, apabila ada kelebihan brokoli dari suplier maka akan
dilakukan penyimpanan. Penyimpanan yang dilakukan pun masih sangat sederhana.
Penyimpanan dengan membungkus brokoli menggunakan kertas koran sudah
tepat untuk mempertahankan mutu brokoli tanpa pendinginan. Untuk
membuktikannya, dilakukan percobaan penyimpanan menggunakan kertas koran
dan daun pisang. Hasil menunjukkan bahwa brokoli dalam daun pisang terlihat
berwarna agak pucat pada penyimpanan satu hari. Selain itu, pada brokoli yang
dibungkus dengan daun pisang terdapat ulat pada penyimpanan dua hari. Untuk
brokoli yang dibungkus dengan kertas koran kemudian disimpan dalam plastik,
pada penyimpanan hari pertama brokoli masih segar. Pada hari kedua brokoli
terlihat sedikit pucat tetapi tidak terdapat ulat pada kepala bunganya. Pada
penyimpanan hari kedua, batang brokoli menjadi layu untuk penyimpanan dengan
kertas koran dan daun pisang.

B. Nanas (Ananas comosus L. Merr)


Nanas, atau ananas (Ananas comosus L. Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis
yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia
nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Buahnya dalam bahasa Inggris disebut sebagai
pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus. Nama nanas berasal dari sebutan
orang Tupi untuk buah ini, anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Penyebaran
nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan,
tetapi lambat laun meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah
nusantara. Di Indonesia, propinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas
utama, dengan beberapa pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana.
Nanas mempunyai sifat yang mudah rusak dan busuk sehingga tidak tahan lama
disimpan. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, juga dimanfaatkan dalam industri
pengolahan buah nenas untuk pembuatan sari buah, jam dan jelly. Tanaman nanas
ditanam dengan sistem dua-dua baris, tiap baris pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak
antar baris 150 cm. Nanas dapat juga ditanam pada jarak antara 30-40 cm. Semakin
rapat jarak tanamnya, buah yang dihasilkan semakin kecil. Rasa buah nanas pada
umumnya adalah manis dan masam segar. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C),
kalsium, fosfor, magnesium, besi,natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), gizi
cukup tinggi dan enzim bromelin. Enzim bromelin membantu mencerna protein di
dalam makanan untuk diserap oleh tubuh.
Tingkat kematangan buah nanas yang baik untuk dikonsumsi dapat dilihat dari
warna buahnya yaitu bila warna kuning telah mencapai 25 % (dari total permukaan
buah). Pada tingkat ini buah mempunyai total padatan terlarut yang tinggi dan
keasamannya rendah. Demikian pula tingkat kematangan buah dapat dilihat dari warna
pada mata dan kulit buah yaitu tidak kurang dari 20 % tetapi tidak lebih dari 40 % mata
mempunyai bercak kuning.
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun
pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang
kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun
panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas/kultivar nanas
yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan
Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia.
Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/kultivar
nanas yang dikategorikan unggul adalah Nanas Bogor, Subang, dan Palembang
1. Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari
jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada
umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal
dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah
berumur 12 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali.
Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Ciri-
ciri buah nanas yang siap dipanen :
• Mahkota buah terbuka.
• Tangkai buah mengerut.
• Mata pada kulit buah berukuran lebar, besar, lebih bulat, tidak tajam, rata serta
berlubang pada bagian tengahnya.
• Pangkal buah kuning.
• Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
• Bila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema.

Jika buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit atau anakan nanas
dibawah pohon induk yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nanas dipanen dengan
menebang pohon induk, tetapi tetap membiarkan anakan nanas tumbuh disamping.
Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong mendatar atau miring
dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak
dan memar. Waktu panen dipengaruhi juga oleh tujuan penggunaannya, untuk
dikonsumsi sebagai buah segar, diolah menjadi selai, keripik, nata, dsb, atau untuk
dipasarkan ke tempat jauh. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan
karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah
membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.

2. Pasca Panen

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca
produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu
pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen
(postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing)
merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai
komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.

Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau


penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan
distribusi.Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar
dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan
mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti
pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi
berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan,
pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin,
pelilinan, dll.

Buah pasca panen pada umumnya ada yang mengalami kerusakan atau busuk.
Serangan OPT dan terbentur menjadi salah satu penyebabnya, hal tersebut dapat
diketahui dengan gejala yang muncul setelah panen seperti kulit buah berwarna coklat
sampai hitam. Bila kulit buah yang sudah berubah warna tersebut dibuka, maka
permukaan daging buahnya melunak dan bahkan berair.tergantung pada tingkat
kerusakan yang terjadi. Penampilan kulit buah yang yang demikian menyebabkan buah
tidak menarik bagi konsumen dan mempunyai nilai jual yang rendah. Kondisi buah
seperti ini sering terlihat pada saat buah buahan berada dalam pengangkutan, dalam
kemasan, penyimpanan, pemasaran, atau ketika dalam masa konsumsi setelah sampai
ditangan konsumen. Untuk meningkatkan kualitas produk buah perlu diperhatikan
beberapa faktor, antara lain: kondisi awal kualitas kesehatan tanaman, dari komoditas
buah dilapangan, termasuk dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), suhu
dan kelembaban saat pasca panen, cara penanganan, cara penyimpanan transportasi dan
distribusinya. Hal tersebut merupakan system yang terkait satu sama lain dalam
menjaga kualitas buah.

Namun tidak semua buah dan sayur mendapat penanganan pasca panen, karena
tanaman holtikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dan membutukan
perlakuan tertentu pula. Kita ambil contoh buah nanas, hasil olahan buah nanas sudah
banyak beredar di masyarakat, seperti selai nanas, dodol, dan sirup. Akan tetapi masih
banyak lagi pengolahan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan mutu
buah nanas setelah di panen. Kegiatan penanganan lepas panen pada buah nanas
meliputi tahap-tahap sebagai berikut ( Prihatman, 2000) :

1. Pengumpulan Buah
Buah yang dipanen dikumpulkan di tempat pengumpulan atau tempat sortasi.
2. Sortasi/Klasifikasi
Dilakukan eliminasi produk yang luka, busuk, atau cacat, agar terpilih buah
nanas yang baik dan manis sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.
3. Pembersihan dan Pencucian
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, insekta, atau residu
penyemprotan sebelum panen. Buah nanas harus dibersihkan dari daun-daun
atau kotoran lain yang masih menempel dan memangkas tangkai buahnya. Dan
pencuciannya sebaiknya pada air bersih dan mengalir.
4. Pemeraman
Agar diperoleh buah nanas yang matang secara bersama, maka dilakukan
pemeraman, yaitu dengan cara membungkus buah nanas dengan daun, kemudian
dimasukkan ke dalam peti.
5. Pengemasan
Proses ini juga dapat mempengaruhi tampilan buah nanas nantinya, buah nanas
dengan kemasan yang menarik mempunyai harga yang lebih tinggi. Buah nanas
tersebut dapat dikemas dalam kotak kayu yang jarang papannya, sehingga aliran
udara masih dapat masuk. Kotak tersebut diberi alas lumut atau sabuk kelapa dan
setelah itu dilapisi dengan kertas minyak.
6. Pengangkutan
Dalam proses pengangkutan harus diperhatikan penempatannya dan aliran
udaranya, tidak terkena hujan atau sinar matahari langsung.
7. Penyimpanan
Penyimpanan buah dapat dilakukan pada suhu dingin, suhu atmosfer terawasi
dan pada suhu ruangan. Dalam proses ini juga harus diperhatikan waktu atau
lama penyimpanannya dan kerusakannya akibat bakteri. Jika harga buah jatuh di
pasaran kita dapat melakukan penyimpanan untuk menunggu harga naik. Buah
nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya
sekitar 50C.

Penanganan pasca panen yang baik sebenarnya perlu dilakukan untuk


meningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di Indonesia
seringkali tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat petani, hal ini
dikarenakan harga buah dan sayuran di tingkat petani rendah sehingga penanganan
pasca panen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan pasca
panen dan hasil panen tersebut membuat hasil panen langsung di jual. Sedangkan
ditingkat pedagang biaya penanganan pasca panen yang lain dirasa mahal sehingga
tidak sesuai dengan laba yang diperoleh karena daya beli konsumen yang rendah. Oleh
karena itu diperlukan penerapan teknologi tinggi yang tentunya juga disertai dengan
peningkatan pengetahuan di kalangan petani tentang pentingnya penanganan pasca
panen terutama jenis buah dan sayur yang tidak tahan lama. Serta diperlukan peran serta
dari masyarakat dan pemerintah untuk menunjang hal tersebut.

Buah nanas tergolong komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.
Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan
hasil atau gudang sortasi. Penyortiran dan Penggolongan Kegiatan sortasi dimulai
dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari
buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang
seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengananan panen dan pasca panen produk pertanian memang harus
dilakukan demga beanar untuk mengurangi kehilangan pasca panen yang cukup
besar dan kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan atau busuknya hasil panen
produk pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

(Setiana et al., n.d.)Agustina, R., Jayanti, D. S., & Mechram, S. (2014). Model Simulasi
Penanganan Pascapanen Sekunder (Teknologi Pengolahan) Nanas (Ananas comosus
merr). Jurnal Rona Teknik Pertanian, 7(1), 45–57.
Arif, A. Bin. (2016). Accelerated Shelf Life Test (ASLT) Method With Arrhenius Approach
for Shelf Life Estimation of Pineapple, Papaya And Cempedak Juices. Informatika
Pertanian, 25(2), 189–198.
Dewi, M. R., Marga, S. F., & Noer, I. (2018). Analisis Keuntungan Usahatani Brokoli Pada
Kelompok Tani YYY Lembang, Jawa Barat. 1–10.
Muhammad, Y. . (2006). Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas
Hortikultura. Pengaruh Penanganan Pasca Panen, 8(1), 31–36.
Setiana, A., Handayani, S., Program, M., Agribisnis, S., Program, D., & Agribisnis, S. (n.d.).
Abstrak. 1, 1–11.
Setyaputri, N. A., & Kurnia, T. D. (2019). AGROSAINSTEK Pengaruh Pelapisan Kitosan
dan Perlakuan Pengemasan Terhadap The Influence of Chitosan Coating and
Packaging Treatment to Extend the Shelf Life of Brocolli ( Brassica oleracea var .
Italica ). 3(2), 65–72.
Suryanto, A., Sitawati, ., Noor, A., Nurlaelih, E. E., & Damaiyanti, D. R. R. (2020).
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI UNTUK PERSIAPAN BAHAN BAKU
INDUSTRI NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DI KECAMATAN NGANCAR DAN
PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP), 6(1),
1–10. https://doi.org/10.20956/jdp.v6i1.11499

Anda mungkin juga menyukai