Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk hortikultura tersebut meliputi buah-buahan dan sayuran. Kualitas
produk-produk hortikultura tersebut salah satunya tergantung pada aspek pascapanen,
oleh karena itum penanganan pascapanen produk-produk hortikultura memerlukan
perhatian tersendiri. Hal ini dikarenakan produk hortikultura sangat rentan terhadap
kerusakan, misalnya mengalami kelayuan setelah pemanenan apabila tidak segera
ditangani dengan benar. Secara umum teknik penanganan pascapanen produk
hortikultura meliputi penyortiran (sortasi), pengkelasan (grading), pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan atau transportasi. Proses pemanenan yang baik juga
diperlukan untuk memperlambat laju kerusakan produk hortikultura.
Penanganan pasca panen yang baik sebenarnya perlu dilakukan
untukmeningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di
Indonesiaseringkali tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat
petani, hal inidikarenakan harga buah dan sayuran di tingkat petani rendah sehingga
penanganan pascapanen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan
pasca panen danhasil panen tersebut membuat hasil panen langsung di jual. Sedangkan
ditingkat pedagangbiaya penanganan pasca panen yang lain dirasa mahal sehingga
tidak sesuai dengan labayang diperoleh karena daya beli konsumen yang rendah.
Oleh karena itu diperlukanpenerapan teknologi tinggi yang tentunya juga disertai
dengan peningkatan pengetahuan dikalangan petani tentang pentingnya penanganan
pasca panen terutama jenis buah dan sayuryang tidak tahan lama. Serta diperlukan
peran serta dari masyarakat dan pemerintah untukmenunjang hal tersebut
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penanganan panen dan pascapanen pada Brokoli dan Nanas?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penanganan panen dan pascapanen pada Brokoli dan Nanas
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak semua brokoli melalui proses
sortasi terlebih dahulu pada saat penerimaan. Selain itu proses sortasi juga dapat
dilakukan dibagian receiving. Sortasi pada komoditas brokoli ini memisahkan
brokoli berdasarkan ukuran kepala bunga, kondisi fisik brokoli itu sendiri, dan
warna kepala bunga. Sortasi ini akan memisahkan brokoli dalam dua bagian, yaitu
barang jadi yang akan di kemas dan produk BS (barang sisa). Barang BS ini yaitu
brokolibrokoli yang tidak memenuhi kriteria untuk dikemas, misalnya saja terdapat
cacat pada kepala bunga, ukuran yang terlalu besar atau terlalu kecil, dan adanya
bintik kuning pada kepala bunga. Bintik kuning ini akan merambat merusak kepala
bunga sehingga harus dipisahkan. Brokoli yang telah melalui proses sortasi
kemudian akan dilakukan grading. Biasanya untuk mempersingkat waktu
penanganan sortasi dan grading brokoli dilakukan secara bersamaan. Grading
adalah suatu proses pengkelasan atau pengelompokan produk berdasarkan nilai
komersialnya. Grading terhadap komoditas brokoli didasarkan pada penampakan
luar, kerusakan, pemangkasan, dan diameter batang (USDA-AMS 1943). Menurut
Rukmana (1995) grading terhadap diameter kepala bunga brokoli dibedakan
menjadi empat kelas, yaitu: >30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm, dan 15-20 cm. Di CV.
Bimandiri, grading terhadap brokoli dibedakan menjadi dua kelas, yaitu grade A
dan grade B.
3. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan salah satu usaha untuk menjaga produk dalam
keadaan baik selama waktu tertentu. Penyimpanan terbaik yaitu pada ruangan gelap
dengan temperatur 20°C dan kelembaban 75-85% atau penyimpanan dingin dengan
temperatur 4.4°C dengan kelembaban 85-95% (Susila 2006). Umumnya brokoli
tidak melalui proses penyimpanan karena brokoli tersebut akan langsung dikemas
setelah diterima. Akan tetapi, apabila ada kelebihan brokoli dari suplier maka akan
dilakukan penyimpanan. Penyimpanan yang dilakukan pun masih sangat sederhana.
Penyimpanan dengan membungkus brokoli menggunakan kertas koran sudah
tepat untuk mempertahankan mutu brokoli tanpa pendinginan. Untuk
membuktikannya, dilakukan percobaan penyimpanan menggunakan kertas koran
dan daun pisang. Hasil menunjukkan bahwa brokoli dalam daun pisang terlihat
berwarna agak pucat pada penyimpanan satu hari. Selain itu, pada brokoli yang
dibungkus dengan daun pisang terdapat ulat pada penyimpanan dua hari. Untuk
brokoli yang dibungkus dengan kertas koran kemudian disimpan dalam plastik,
pada penyimpanan hari pertama brokoli masih segar. Pada hari kedua brokoli
terlihat sedikit pucat tetapi tidak terdapat ulat pada kepala bunganya. Pada
penyimpanan hari kedua, batang brokoli menjadi layu untuk penyimpanan dengan
kertas koran dan daun pisang.
Jika buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit atau anakan nanas
dibawah pohon induk yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nanas dipanen dengan
menebang pohon induk, tetapi tetap membiarkan anakan nanas tumbuh disamping.
Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong mendatar atau miring
dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak
dan memar. Waktu panen dipengaruhi juga oleh tujuan penggunaannya, untuk
dikonsumsi sebagai buah segar, diolah menjadi selai, keripik, nata, dsb, atau untuk
dipasarkan ke tempat jauh. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan
karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah
membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.
2. Pasca Panen
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan
atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca
produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu
pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen
(postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing)
merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai
komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Buah pasca panen pada umumnya ada yang mengalami kerusakan atau busuk.
Serangan OPT dan terbentur menjadi salah satu penyebabnya, hal tersebut dapat
diketahui dengan gejala yang muncul setelah panen seperti kulit buah berwarna coklat
sampai hitam. Bila kulit buah yang sudah berubah warna tersebut dibuka, maka
permukaan daging buahnya melunak dan bahkan berair.tergantung pada tingkat
kerusakan yang terjadi. Penampilan kulit buah yang yang demikian menyebabkan buah
tidak menarik bagi konsumen dan mempunyai nilai jual yang rendah. Kondisi buah
seperti ini sering terlihat pada saat buah buahan berada dalam pengangkutan, dalam
kemasan, penyimpanan, pemasaran, atau ketika dalam masa konsumsi setelah sampai
ditangan konsumen. Untuk meningkatkan kualitas produk buah perlu diperhatikan
beberapa faktor, antara lain: kondisi awal kualitas kesehatan tanaman, dari komoditas
buah dilapangan, termasuk dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), suhu
dan kelembaban saat pasca panen, cara penanganan, cara penyimpanan transportasi dan
distribusinya. Hal tersebut merupakan system yang terkait satu sama lain dalam
menjaga kualitas buah.
Namun tidak semua buah dan sayur mendapat penanganan pasca panen, karena
tanaman holtikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dan membutukan
perlakuan tertentu pula. Kita ambil contoh buah nanas, hasil olahan buah nanas sudah
banyak beredar di masyarakat, seperti selai nanas, dodol, dan sirup. Akan tetapi masih
banyak lagi pengolahan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan mutu
buah nanas setelah di panen. Kegiatan penanganan lepas panen pada buah nanas
meliputi tahap-tahap sebagai berikut ( Prihatman, 2000) :
1. Pengumpulan Buah
Buah yang dipanen dikumpulkan di tempat pengumpulan atau tempat sortasi.
2. Sortasi/Klasifikasi
Dilakukan eliminasi produk yang luka, busuk, atau cacat, agar terpilih buah
nanas yang baik dan manis sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.
3. Pembersihan dan Pencucian
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, insekta, atau residu
penyemprotan sebelum panen. Buah nanas harus dibersihkan dari daun-daun
atau kotoran lain yang masih menempel dan memangkas tangkai buahnya. Dan
pencuciannya sebaiknya pada air bersih dan mengalir.
4. Pemeraman
Agar diperoleh buah nanas yang matang secara bersama, maka dilakukan
pemeraman, yaitu dengan cara membungkus buah nanas dengan daun, kemudian
dimasukkan ke dalam peti.
5. Pengemasan
Proses ini juga dapat mempengaruhi tampilan buah nanas nantinya, buah nanas
dengan kemasan yang menarik mempunyai harga yang lebih tinggi. Buah nanas
tersebut dapat dikemas dalam kotak kayu yang jarang papannya, sehingga aliran
udara masih dapat masuk. Kotak tersebut diberi alas lumut atau sabuk kelapa dan
setelah itu dilapisi dengan kertas minyak.
6. Pengangkutan
Dalam proses pengangkutan harus diperhatikan penempatannya dan aliran
udaranya, tidak terkena hujan atau sinar matahari langsung.
7. Penyimpanan
Penyimpanan buah dapat dilakukan pada suhu dingin, suhu atmosfer terawasi
dan pada suhu ruangan. Dalam proses ini juga harus diperhatikan waktu atau
lama penyimpanannya dan kerusakannya akibat bakteri. Jika harga buah jatuh di
pasaran kita dapat melakukan penyimpanan untuk menunggu harga naik. Buah
nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya
sekitar 50C.
Buah nanas tergolong komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.
Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.
Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan
hasil atau gudang sortasi. Penyortiran dan Penggolongan Kegiatan sortasi dimulai
dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari
buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang
seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengananan panen dan pasca panen produk pertanian memang harus
dilakukan demga beanar untuk mengurangi kehilangan pasca panen yang cukup
besar dan kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan atau busuknya hasil panen
produk pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
(Setiana et al., n.d.)Agustina, R., Jayanti, D. S., & Mechram, S. (2014). Model Simulasi
Penanganan Pascapanen Sekunder (Teknologi Pengolahan) Nanas (Ananas comosus
merr). Jurnal Rona Teknik Pertanian, 7(1), 45–57.
Arif, A. Bin. (2016). Accelerated Shelf Life Test (ASLT) Method With Arrhenius Approach
for Shelf Life Estimation of Pineapple, Papaya And Cempedak Juices. Informatika
Pertanian, 25(2), 189–198.
Dewi, M. R., Marga, S. F., & Noer, I. (2018). Analisis Keuntungan Usahatani Brokoli Pada
Kelompok Tani YYY Lembang, Jawa Barat. 1–10.
Muhammad, Y. . (2006). Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas
Hortikultura. Pengaruh Penanganan Pasca Panen, 8(1), 31–36.
Setiana, A., Handayani, S., Program, M., Agribisnis, S., Program, D., & Agribisnis, S. (n.d.).
Abstrak. 1, 1–11.
Setyaputri, N. A., & Kurnia, T. D. (2019). AGROSAINSTEK Pengaruh Pelapisan Kitosan
dan Perlakuan Pengemasan Terhadap The Influence of Chitosan Coating and
Packaging Treatment to Extend the Shelf Life of Brocolli ( Brassica oleracea var .
Italica ). 3(2), 65–72.
Suryanto, A., Sitawati, ., Noor, A., Nurlaelih, E. E., & Damaiyanti, D. R. R. (2020).
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI UNTUK PERSIAPAN BAHAN BAKU
INDUSTRI NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DI KECAMATAN NGANCAR DAN
PLOSOKLATEN KABUPATEN KEDIRI. Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP), 6(1),
1–10. https://doi.org/10.20956/jdp.v6i1.11499