(Phaseolus vulgaris L)
Buncis atau dengan nama latin Phaseolus vulgaris L. merupakan tanaman berhari
pendek (pada fase pembungaan tanaman ini membutuhkan penyinaran matahari dengan
jumlah kurang dari dua belas jam setiap harinya), oleh karena itu tanaman buncis mudah
dikembangkan di Indonesia. Klasifikasi tumbuhan buncis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
MORFOLOGI
SIMPLISIA
Bagian tanaman buncis yang diambil untuk dibuat simplisia adalah bagian daun. Daun buncis
dimanfaatkan sebagai obat tradisional sebagai pelancar ASI dan penambah zatbesi (Yunita,
2007).
GAMBAR TANAMAN DAN SIMPLISIA
1. Sortasi
Sortasi kacang buncis adalah kegiatan memisahkan polong berdasarkan
kondisi dan juga menetapkan kualitasnya. Karena apabila sortasi tidak dilakukan akan
menyebabkan nilai jual buncis menurun yang disebabkan, seperti halnya adanya
buncis yang busuk ataupun cacat.
Polong yang cacat, polong yang terserang hama dan penyakit, polong yang
terlalu tua ataupun muda, semua dipisahkan karena dapat menimbulkan masalah
dalam penyimpanan.
Proses sortasi ini sebaiknya dilakukan di tempat yang terlindungi dari sinar
matahari secara langsung supaya kacang buncis yang baru dipanen tidak cepat layu
atau kering. Polong kacang buncis dapat disortir menjadi beberapa grade (kelas)
berdasarkan kriterianya. Berikut ini adalah pengkelasan kacang buncis berdasarkan
kriterianya :
2. Pengemasan
Upaya untuk memudahkan pengankutan dan melindungi buncis dari kerusakan
saat dilakukan pengiriman, maka diperlukan pengemasan secara baik dan
rapi. Kacang buncis membutuhkan tempat yang sejuk supaya dapat bertahan hingga
berhari-hari.
Pengemasan kacang buncis dapat dilakukan menggunakan karung yang dijahit
pada bagian atasnya, ataupun dari box berbahan kayu yang pada bagian bawahnya
dilapisi menggunakan koran bekas. Selain itu, atur sirkulasi udara sebaik mungkin
supaya umur simpan kacang buncis bertahan lama atau tidak mudah busuk.
3. Penyimpanan
Kacang buncis merupakan salah satu jenis produk hortikultura yang mudah
rusak (parishable) jika penanganan pasca panenya tidak tepat. Hal tersebut
dikarenakan kacang buncis yang telah dipanen masih melakukan proses respirasi dan
transpirasi, sehingga lama- kelamaan akan menyebabkan kualitas menjadi menurun.
Oleh karena itu, apabila kacang buncis tidak segera dikonsumsi, maka perlu dilakukan
penyimpanan pada sistem pendingin dengan suhu sekitar 5 oC dan kelembaban sekitar
85-90%.
Selain itu usahakan supaya udara dalam ruangan dapat berganti setiap hari.
Dengan disimpanya kacang buncis pada suhu dan kelembaban tersebut, maka akan
dapat bertahan antara 25-30 hari. Apabila kacang buncis disimpan pada suhu lebih
rendah yaitu 0-2,5oC, maka polong akan mengalami chilling injury setelah 10-12 hari.
Sebaliknya, jika kacang buncis disimpan pada suhu yang lebih tinggi dari 5 oC akan
menyebabkan umur polong menjadi lebih singkat seiring dengan naiknya suhu
tersebut. Sementara itu, apabila kacang buncis digunakan untuk keperluan benih, biji-
biji kacang buncis yang telah dipanen dalam keadaan tua supaya disimpan pada suhu
18-20oC dan kelembaban 50-60%.
4. Pengangkutan
Untuk mengantisipasi kerusakan pada saat akan dilakukan pengiriman kacang
buncis, maka perlu dilakukan pengangkutan secara tepat. Sebelum dilakukan
pengankutan perlu adanya penataan yang baik pada bok mobil supaya kacang buncis
yang akan dikirim tidak rusak karena terbentur. Selain itu, pada saat pengankutan
kondisikan supaya kacang buncis tidak terkena sinar matahari secara langsung
maupun guyuran air hujan secara langsung. Dengan demikian akan dapat
meminimalkan kerusakan ataupun pembusukan pada kacang buncis yang akan
dikirim.
https://www.sedulurtani.com/cara-panen-kacang-buncis-dan-penanganan-pasca-
panenya-secara-tepat/
Pada buah, batang, dan daun buncis mengandung senyawa kimia yaitu alkaloid,
saponin, polifenol, dan flavonoid, asam amino, asparagin, tannin, fasin (toksalbumin). Biji
buncis mengadung senyawa kimia yaitu glukoprotein, tripsin inhibitor, hemaglutinin,
stigmasterol, sitosterol, kaempesterol, allantoin dan inositol. Kulit biji mengandung
leukopelargonidin, leukosianidin, kaempferol, kuersetin, mirisetin, pelargonidin, sianidin,
delfinidin, pentunididin dan malvidin. Sedangkan buncis segar mengandung vitamin A dan
vitamin C (Hernani, 2006).
Kandungan kimia buncis memiliki manfaat yaitu untuk meluruhkan air seni,
menurunkan kadar gula dalam darah, bijinya dapat menurunkan tekanan darah tinggi, beri-
beri dan daunnya untuk menambah zat besi (Hernani, 2006).
INDIKASI
Hingga saat ini bagian tanaman buncis yang banyak dimanfaatkan hanya bagian
buah, padahal bagian daun dari buncis (Phaseolus vulgaris L) juga diketahui memiliki
manfaat bagi kesehatan. Daun buncis (Phaseolus vulgaris L) dapat digunakan sebagai
pelancar air susu ibu (ASI) dan penambah zat besi. Dari hasil penapisan fitokimia, daun
buncis mengandung senyawa golongan steroid/triterpenoid, tanin katekat dan flavonoid
(Yunita, 2007). Distribusi senyawa metabolit sekunder yang terjadi pada tanaman,
memungkinkan daun buncis juga mengandung senyawa fitosterol berupa stigmasterol dan β-
sitosterol yang merupakan antidiabetes seperti halnya buah buncis (Risnafiani et al, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis:Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani. Yogyakarta :
Kanisius .
Hernani Mono Rahardjo. 2006. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.