Anda di halaman 1dari 8

BUNCIS

(Phaseolus vulgaris L)

Buncis atau dengan nama latin Phaseolus vulgaris L. merupakan tanaman berhari
pendek (pada fase pembungaan tanaman ini membutuhkan penyinaran matahari dengan
jumlah kurang dari dua belas jam setiap harinya), oleh karena itu tanaman buncis mudah
dikembangkan di Indonesia. Klasifikasi tumbuhan buncis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales

Famili : Papilionaceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

MORFOLOGI

Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat, berbulu atau berambut


halus, berbuku-buku atau beruas-ruas, lunak tetapi cukup kuat. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan. Batang tanaman berukuran kecil dengan diameter batang hanya beberapa
milimeter. Batang tanaman berwarna hijau, tetapi ada juga yang berwarna ungu tergantung
dengan varietasnya (Cahyono, 2007).
Daun buncis berupa daun majemuk tiga atau trifolilatus dan berada pada satu tangkai
daun. Tangkai daun berukuran panjang sekitar 10 centimeter. Dua daun terletak bersebelahan
dan satu daun berada di ujung tangkai. Daun tanaman buncis berbentuk jorong segitiga,
bagian yang dekat dengan pangkal melebar dan bagian ujung meruncing, memiliki urat
simetris, dan berwarna hijau (Cahyono, 2007).
Bunga buncis tersusun dalam karangan berbentuk tandan. Kuntuman Bunga berwarna
putih atau putih kekuningan-kuningan, bahkan ada juga yang berwarna merah atau violet.
Pada buncis merambat keluarnya karangan bunga tidak serempak sedangkan pada buncis tipe
tegak pertumbuhan karangan bunga hampir pada waktu yang bersamaan. Bunga tanaman
buncis berbentuk bulat panjang (silindris) yang panjangnya 1,3 centimeter dan lebar bagian
tengah 0,4 centimeter (Cahyono, 2007).
Kelopak bunga berjumlah dua buah dan pada bagian bawah atau pangkal bunga
berwarna hijau. Bunga buncis memiliki tangkai yang panjangnya sekitar 1 centimeter.
Sedangkan mahkota bunga berjumlah tiga buah, dimana satu buah berukuran lebih besar dari
lainnya (Cahyono, 2007).
Kacang buncis termasuk tanaman yang bersifat menyerbuk sendiri (self polination),
tetapi persilangan alami sering terjadi meskipun dalam persentasi yang sangat kecil. Bunga
buncis mekar pada pagi hari sekitar jam 07.00 sampai 08.00, dari proses penyerbukan akan
dihasilkan buah yang disebut “polong” (Cahyono, 2007).
Polong buncis berbentuk panjang-bulat atau panjang-pipih. Sewaktu muda polong
berwarna hijau muda, tetapi setelah tua berubah menjadi warna kuning atau coklat. Panjang
polong berkisar 12 sampai 13 centimeter dan tiap polong mengandung biji 2 sampai 6 butir,
kadang-kadang dapat mencapai 12 butir. Biji buncis berbentuk bulat agak panjang atau pipih,
berwarna putih, hitam, ungu, coklat atau merah (Cahyono, 2007).
Biji ini yang digunakan untuk benih dalam perbanyakan secara generatif. Biji buncis
berukuran agak besar, berbentuk lonjong dengan bagian tengah (mata biji) agak melengkung
(cekung), berat biji buncis berkisar antara 16 sampai 40,6 gram (berat 100 biji), tergantung
pada varietasnya (Cahyono, 2007).
Keadaan lingkungan dan kultivar saat pembungaan, sangat mempengaruhi jumlah biji
di dalam setiap polong bervariasi antara 4 sampai 12 butir. Ukuran rata-rata diameter biji
bervariasi dari 0,7 sampai 1,5 centimeter dengan berat 0,2 sampai 0,6 gram, dan bentuknya
mulai dari bulat sampai dengan menyerupai ginjal, semua itu tergantung pada kultivarnya,
kulit biji dapat berwarna putih, kuning kehijauan, pink, merah, ungu, cokelat, atau hitam dan
warna tersebut dapat pekat (solid), bergaris atau berbintik (Cahyono, 2007).

SIMPLISIA

Bagian tanaman buncis yang diambil untuk dibuat simplisia adalah bagian daun. Daun buncis
dimanfaatkan sebagai obat tradisional sebagai pelancar ASI dan penambah zatbesi (Yunita,
2007).
GAMBAR TANAMAN DAN SIMPLISIA

IDENTITAS MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK

Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik berfungsi untuk mengetahui ciri khas


yang dimiliki oleh daun buncis (Phaseolus vulgaris L) secara fisik serta mengetahui jaringan
– jaringan dari daun buncis (Phaseolus vulgaris L) . Hasil pemeriksaan makroskopik
menunjukkan bahwa daun buncis (Phaseolus vulgaris L) memiliki tekstur daun yang kasar
dan sedikit berbulu, bentuk daun cenderung lebar. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada
sayatan melintang daun buncis (Phaseolus vulgaris L) menggunakan reagen kloralhidrat
menunjukan adanya jaringan epidermis, kutikula, kloroplas dan stomata (Risnafiani et al,
2015).

Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Simplisia dan Ekstrak

Pengamatan Simplisia Ekstrak


Warna Tidak berasa Pahit
Bau Hijau Hijau kehitaman
Rasa Tidak berbau Harum

MASA PANEN DAN PASCA PANEN


I. Masa Panen
Panen merupakan kegiatan pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang,
dimana hal tersebut menandai berahirnya kegiatan di lahan. Panen kacang
buncis secara umum dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 45-80 hari
setelah tanam. Umur panen tersebut tergantung dari kultivar dan juga suhu udara
ditempat tersebut. Adapun ciri-ciri dari tanaman buncis yang siap dipanen antara lain :

 Biji pada polong belum menonjol


 Warna pada polong yang muda akan terlihat lebih suram
 Permukaan kulit polong memiliki tekstur yang agak kasar
 Apabila polong dipatahkan akan terdapat bunyi letupan
Untuk mendapatkan mutu yang baik sebaiknya polong dipanen setelah kurang
lebih setengah masa pertumbuhannya dengan panjang sekitar ¾ dari ukuran
maksimumnya. Dimana pada saat pertumbuhan tersebut biji masih banyak
mengandung air dan juga belum berpati.
Panen kacang buncis dapat dilakukan secara manual demgan cara dipetik
menggunakan tangan. Hindari penggunaan senjata tajam seperti pisau supaya tidak
melukai polong. Lakukan pemamanenan secara selektif, yaitu dengan cara memilih
polong yang telah memenuhi kriteria panen. Bagi polong yang masih terlihat muda
biarkan berkembang sampai siap untuk dipanen di hari kemudian.
Oleh karena itu, maka panen kacang buncis tidak hanya dilakukan satu kali
saja, melainkan dapat dilakukan sebanyak 7-8 kali atau setelah tanaman berumur lebih
dari 80 hari. Adapun jarak panen tersebut yaitu 2-3 hari sekali.

II. Pasca Panen


Setelah kacang buncis selesai dipanen langkah selanjutnya yaitu penanganan
pasca panen. Kegiatan pasca panen adalah tahapan penanganan hasil pertanian segera
setelah pemanenan. Ada beberapa aspek penting yang perlu anda perhatikan
terkait penanagan pasca panen dari kacang buncis. Hal tersebut antara lain, sortasi,
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Berikut ini adalah penanganan pasca
panen tanaman kacang buncis :

1. Sortasi
Sortasi kacang buncis adalah kegiatan memisahkan polong berdasarkan
kondisi dan juga menetapkan kualitasnya. Karena apabila sortasi tidak dilakukan akan
menyebabkan nilai jual buncis menurun yang disebabkan, seperti halnya adanya
buncis yang busuk ataupun cacat.
Polong yang cacat, polong yang terserang hama dan penyakit, polong yang
terlalu tua ataupun muda, semua dipisahkan karena dapat menimbulkan masalah
dalam penyimpanan.
Proses sortasi ini sebaiknya dilakukan di tempat yang terlindungi dari sinar
matahari secara langsung supaya kacang buncis yang baru dipanen tidak cepat layu
atau kering. Polong kacang buncis dapat disortir menjadi beberapa grade (kelas)
berdasarkan kriterianya. Berikut ini adalah pengkelasan kacang buncis berdasarkan
kriterianya :

2. Pengemasan
Upaya untuk memudahkan pengankutan dan melindungi buncis dari kerusakan
saat dilakukan pengiriman, maka diperlukan pengemasan secara baik dan
rapi. Kacang buncis membutuhkan tempat yang sejuk supaya dapat bertahan hingga
berhari-hari.
Pengemasan kacang buncis dapat dilakukan menggunakan karung yang dijahit
pada bagian atasnya, ataupun dari box berbahan kayu yang pada bagian bawahnya
dilapisi menggunakan koran bekas. Selain itu, atur sirkulasi udara sebaik mungkin
supaya umur simpan kacang buncis bertahan lama atau tidak mudah busuk.

3. Penyimpanan
Kacang buncis merupakan salah satu jenis produk hortikultura yang mudah
rusak (parishable) jika penanganan pasca panenya tidak tepat. Hal tersebut
dikarenakan kacang buncis yang telah dipanen masih melakukan proses respirasi dan
transpirasi, sehingga lama- kelamaan akan menyebabkan kualitas menjadi menurun.
Oleh karena itu, apabila kacang buncis tidak segera dikonsumsi, maka perlu dilakukan
penyimpanan pada sistem pendingin dengan suhu sekitar 5 oC dan kelembaban sekitar
85-90%.
Selain itu usahakan supaya udara dalam ruangan dapat berganti setiap hari.
Dengan disimpanya kacang buncis pada suhu dan kelembaban tersebut, maka akan
dapat bertahan antara 25-30 hari. Apabila kacang buncis disimpan pada suhu lebih
rendah yaitu 0-2,5oC, maka polong akan mengalami chilling injury setelah 10-12 hari.
Sebaliknya, jika kacang buncis disimpan pada suhu yang lebih tinggi dari 5 oC akan
menyebabkan umur polong menjadi lebih singkat seiring dengan naiknya suhu
tersebut. Sementara itu, apabila kacang buncis digunakan untuk keperluan benih, biji-
biji kacang buncis yang telah dipanen dalam keadaan tua supaya disimpan pada suhu
18-20oC dan kelembaban 50-60%.

4. Pengangkutan
Untuk mengantisipasi kerusakan pada saat akan dilakukan pengiriman kacang
buncis, maka perlu dilakukan pengangkutan secara tepat. Sebelum dilakukan
pengankutan perlu adanya penataan yang baik pada bok mobil supaya kacang buncis
yang akan dikirim tidak rusak karena terbentur. Selain itu, pada saat pengankutan
kondisikan supaya kacang buncis tidak terkena sinar matahari secara langsung
maupun guyuran air hujan secara langsung. Dengan demikian akan dapat
meminimalkan kerusakan ataupun pembusukan pada kacang buncis yang akan
dikirim.
https://www.sedulurtani.com/cara-panen-kacang-buncis-dan-penanganan-pasca-
panenya-secara-tepat/

KANDUNGAN SENYAWA AKTIF

Pada buah, batang, dan daun buncis mengandung senyawa kimia yaitu alkaloid,
saponin, polifenol, dan flavonoid, asam amino, asparagin, tannin, fasin (toksalbumin). Biji
buncis mengadung senyawa kimia yaitu glukoprotein, tripsin inhibitor, hemaglutinin,
stigmasterol, sitosterol, kaempesterol, allantoin dan inositol. Kulit biji mengandung
leukopelargonidin, leukosianidin, kaempferol, kuersetin, mirisetin, pelargonidin, sianidin,
delfinidin, pentunididin dan malvidin. Sedangkan buncis segar mengandung vitamin A dan
vitamin C (Hernani, 2006).
Kandungan kimia buncis memiliki manfaat yaitu untuk meluruhkan air seni,
menurunkan kadar gula dalam darah, bijinya dapat menurunkan tekanan darah tinggi, beri-
beri dan daunnya untuk menambah zat besi (Hernani, 2006).
INDIKASI

Hingga saat ini bagian tanaman buncis yang banyak dimanfaatkan hanya bagian
buah, padahal bagian daun dari buncis (Phaseolus vulgaris L) juga diketahui memiliki
manfaat bagi kesehatan. Daun buncis (Phaseolus vulgaris L) dapat digunakan sebagai
pelancar air susu ibu (ASI) dan penambah zat besi. Dari hasil penapisan fitokimia, daun
buncis mengandung senyawa golongan steroid/triterpenoid, tanin katekat dan flavonoid
(Yunita, 2007). Distribusi senyawa metabolit sekunder yang terjadi pada tanaman,
memungkinkan daun buncis juga mengandung senyawa fitosterol berupa stigmasterol dan β-
sitosterol yang merupakan antidiabetes seperti halnya buah buncis (Risnafiani et al, 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis:Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani. Yogyakarta :
Kanisius .

Hernani Mono Rahardjo. 2006. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai