Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Kangkung (Ipomoea Spp.) merupakan salah satu sayuran yang tumbuh baik di daerah
tropis. Di Indonesia terdapat dua macam kangkung yang dibudidayakan secara komersial,
yakni kangkung darat (Ipomoea rentan) dan kangkung air (Ipomoea Aquatica). Perbedaan
utama dua jenis kangkung ini adalah pada bentuk daun dan warna bunga. Kangkung darat
berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing. Warna bunga kangkung darat putih.
Sedangkan kangkung air daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang membulat
atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar. Warna bunga kangkung air cenderung ungu.
Selain perbedaan fisik, kebiasaan cara memanen dua jenis kangkung ini berbeda pula.
Kangkung darat di panen dengan cara dicabut, sedangkan kangkung air dipanen dengan cara
dipotong. Saat ini kangkung darat lebih banyak beredar di pasar-pasar komersial dibanding
kangkung air. Kangkung air lebih banyak dikonsumsi dan ditanam secara subsisten oleh
masyarakat. Budidaya kangkung darat sangat mudah, karena sayuran ini bersiklus panen
cepat dan relatif tahan hama. Karena itulah, harga kangkung dipasarkan relatif murah
dibanding jenis sayuran lain. Untuk meningkatkan nilai tambah, kita bisa melakukan
budidaya kangkung darat secara organik. Harga kangkung darat organik relatif lebih tinggi.
Kangkung darat ini hanya bisa tumbuh di lahan kering. Ciri – cirinya adalah batangnya lebih
kecil dan berwarna putih kehijauan, daunnya lebih tipis dan lebih lunak, bila dimasak lebih
cepat layu/matang, dan memiliki bunga yang berwarna putih bersih. Penanaman kangkung
darat di Gorontalo umumnya hanya sebagai tanaman budidaya yang di kelola sendiri untuk
kebutuhan hidup sehari – hari. Tetapi karena adanya kebutuhan sayuran di pasaran maka
tanaman kangkung darat menjadi salah satu sayuran yang banyak di cari oleh konsumen.
Bukan hanya di edarkan di pasaran, kangkung darat juga sering kali di jual oleh penjual sayur
dengan menggunakan kendaraan keliling suatu kompleks perumahan bahkan sampai di
berbagai desa tetangga.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pupuk kcl berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat ?
Apakah ada perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang di beri perlakuan pupuk kcl
dengan tanaman yang tidak di beri perlakuan apapun?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pupuk kcl terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat.
Untuk mengetahui adakah perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang di beri perlakuan
pupuk kcl dengan tanaman yang tidak di beri perlakuan apa pun.
1.4 Manfaat
Dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Gorontalo agar lebih membudidayakan
kangkung darat. Dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi masyarakat.Masyarakat
dapat mengetahui kegunaan pupuk kcl.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 tanaman kangkung


2.2 morfologi tanaman kangkung
Tanaman kangkung (Ipomea spp) termasuk kedalam Famili convolvulaceae ( prima
2011). Ipomea spp merupakan tanaman yang dapat tumbuh dari satu tahun. Tanaman
kangkung darat termasuk tanaman dikotil, dan berakar tunggang, akaranya menyebar
kesegala arah dan dapat menembus tanah mencapai kedalaman 50 cm lebih. Batang tanaman
berbentuk bulat, panjang, berbuku buku, banyak mengandung air, berwarna putih ke hijauan
dan berongga ( nilu 2015) daun melekat pada buku buku batang dan pada ketiak daun
terdapat mata tunas yang dapt tumbuh menjadi percabangan baru dan kangkung merupakan
daun tunggal dan ujung daun nya runcing. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua,
dan daun bagian bawah berwarna hijau muda( nilu 2015). Selama fase pertumbuhannya
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji. Bunga Kangkung darat berwarna
putih bersih, Dan buah muda berwarna hijau keputihan dan berubah menjadi coklat muda
setelah tua dan kering, buah Kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya terdapat 3 biji
yang berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif ( nilu 2015).
2.3 Syarat tumbuh tanaman kangkung
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh
pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman
kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh
rumput liar. Kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung
dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Mulya, 1979). Kangkung
darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan tidak
mudah menggenang. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang,
karena akar akan mudah membusuk. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kemiringan lereng yang tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik. Penyiapan lahan (pengolahan) tanah bertujuan
untuk gulma dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan bioogi tanah (Eko,1991).Tanaman
kangkung membutuhkan lahan yang Terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di
tempat yang terlindung(ter naungi) tanaman kangkung a kantumbuhmemanjang(tinggi),
tetapi kurus kurus, Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang.
Apa bila di tanam di tempat yang agak terlindung maka kualitas Daun bagus dan lemas,
sehingga di sukai banyak konsumen serta dapat terjual dengan cepat ( Eko 1991 ).
2.4teknik penanaman kangkung
2.4.1. persiapan tanam
Kangkung memerlukan lahan yang diolah dengan baik, dengan lebar bedengan 90 cm dan
jarak antar bedengan 150 cm. Karena kangkung toleran terhadap genangan, maka bedengan
yang dibuat boleh tidak terlalu tinggi.
2.4.2. perlakuan benih
Kangkung dapat ditanam dengan menanam benih langsung, melalui pemindahan atau
menggunakan stek batang. Penanaman secara langsung dapat dilakukan bila jumlah benih
cukup banyak, kurang tenaga. Benih disemai pada bedengan dengan larikan sedalam 1-1.5
cm, jarak antar larikan 15 – 20 cm dan dalam larikan 5 cm. Tutup benih dengan kompos. Bila
sudah berdaun dua, kurangi tanaman dengan berjarak tanaman 10-15 cm. Secara komersial,
kerapatan tanaman 50 000 tanaman/ha, diperlukan 5 kg/ha benih. Untuk cara penanaman
dengan menyebar benih, pengurangan benih tidak perlu dilakukan. Benih yang diperlukan 5 –
10 kg/ha.
2.4.3. Penanaman dengan pemindahan/transplanting.
Penanaman meliputi dua tahap, yaitu produksi bibit semaian dan penanaman di
lapangan. Produksi bibit semaian. Bibit semaian dapat ditumbuhkan pada baki pesemaian
atau di bedengan pesemaian. Medium pesemaian harus terdiri dari medium yang mampu
menahan air dengan drainase yang baik, misalnya kompos, arang sekam, media campuran
untuk pot. Media dikukus selama 2 jam untuk sterilisasi. Biji disemai pada kedalaman 1-1.5
cm, lalu jarangkan bila sudah mempunyai dua daun. Pesemaian sebaiknya dilakukan di
bawah naungan, dengan pengairan yang cukup. Bila akan dipindahkan ke lapangan, berikan
cahaya matahari langsung 3-4 jam dan pada hari ke-4 semaian sudah menerima matahari
penuh, dan biasanya siap dipindah ke lapangan 3 minggu setelah semai, atau bibit semaian
mempunyai 5-6 daun. Menggunakan stek batang. Bila benih tidak cukup, maka stek batang
dapat digunakan sebagai benih. Hal ini biasanya dilakukan pada kangkung berdaun lebar
yang banyak ditanam di dataran rendah. Stek yang panjangnya 15-25 cm dengan 3-4 buku
biasanya diambil pada panen pertama, kemudian direndam 1-3 hari dalam air untuk
pembentukan akar sebelum dipindahkan ke lapangan. Stek ditanam 2-3 stek/lubang sedalam
5-10 cm dengan jarak antar guludan 20-30 cm, dan jarak dalam guludan 15-20 cm. Siram
segera setelah tanam.
2.4.4. Pemupukan
Kangkung dapat hidup pada kesuburan tanah sedang. Kangkung sangat tanggap
terhadap pemupukan nitrogen dan juga pemupukan organik. Kombinasi penggunaan pupuk
organik dan anorganik dapat meningkatkan hasil dan memelihara kesuburan tanah. Dosis
pupuk yang digunakan tergantung pada kesuburan tanah, jenis tanah, kecepatan ketersediaan
pupuk, dan kandungan bahan organik. Rekomendasi pemupukan tergantung dari kondisi
setempat. Pupuk kandang 10 ton/ha, pupuk anorganik 75 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36, dan 50
kg/ha KCl.
2.4.5. Pengairan
Kangkung membutuhkan banyak air karena berbatang basah. Pengairan sangat
diperlukan setelah tanam, terutama bila tanaman layu pada siang hari. Pengairan dapat
dilakukan dengan dileb diantara bedengan.
2.4.6. Penyiangan gulma
Gulma menyaingi cahaya, air, dan cahaya yang dapat mengurangi hasil. Tanah harus
diolah dengan baik karena benih kangkung lambat untuk tumbuh, maka pengendalian gulma
perlu dilakukan dini pada penanaman benih secara langsung
2.4.7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Penyakit yang biasa menyerang kangkung adalah: karat putih (Albugo ipomoeae-
panduratae), aphids dan thrips. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam
yang baik seperti rotasi tanaman, sanitasi, jarak tanam yang cukup, penyiraman di antara
bedengan. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindarkan, kecuali bila serangan begitu tinggi,
sehingga penyemprotan pestisida perlu dilakukan mengikuti kaidah yang berlaku untuk .
2.5. Panen
Kangkung siap dipanen 30-45 hst, tergantung dari varietas dan tipe tanaman kangkung.
Panen dapat dilakukan sekali sampai beberapa kali. Untuk panen yang berulang, tunas
dipotong 15-20 cm dari permukaan tanah, biasanya seminggu sekali. Panen yang berulang
menghambat pembungaan dan merangsang tumbuhnya tunas lateral yang berkembang
menjadi tunas batang baru. Panen sebaiknya dilakukan pada waktu hari tidak terlalu panas
untuk menghidarkan layu, pagi atau sore sekali. Hasil panen sebaiknya disimpan di tempat
yang teduh dan sejuk.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
No banyak ikat harga Jumlah
1. 15 ikat 2,500. 37.000
2. 19 ikat 2,500. 47.000
3. 21 ikat. 2,500. 52.000
4. 26 ikat. 2,500. 65.000
Hasil = 201,000

4.2.teknik penanaman kangkung


4.1.1. persiapan tanam
Kangkung memerlukan lahan yang diolah dengan baik, dengan lebar bedengan 90 cm
dan jarak antar bedengan 150 cm. Karena kangkung toleran terhadap genangan, maka
bedengan yang dibuat boleh tidak terlalu tinggi.
4.1.2. perlakuan benih
Kangkung dapat ditanam dengan menanam benih langsung, melalui pemindahan atau
menggunakan stek batang. Penanaman secara langsung dapat dilakukan bila jumlah benih
cukup banyak, kurang tenaga. Benih disemai pada bedengan dengan larikan sedalam 1-1.5
cm, jarak antar larikan 15 – 20 cm dan dalam larikan 5 cm. Tutup benih dengan kompos. Bila
sudah berdaun dua, kurangi tanaman dengan berjarak tanaman 10-15 cm. Secara komersial,
kerapatan tanaman 50 000 tanaman/ha, diperlukan 5 kg/ha benih. Untuk cara penanaman
dengan menyebar benih, pengurangan benih tidak perlu dilakukan. Benih yang diperlukan 5
– 10 kg/ha.
4.1.3. Penanaman dengan pemindahan/transplanting.
Penanaman meliputi dua tahap, yaitu produksi bibit semaian dan penanaman di
lapangan. Produksi bibit semaian. Bibit semaian dapat ditumbuhkan pada baki pesemaian
atau di bedengan pesemaian. Medium pesemaian harus terdiri dari medium yang mampu
menahan air dengan drainase yang baik, misalnya kompos, arang sekam, media campuran
untuk pot. Media dikukus selama 2 jam untuk sterilisasi. Biji disemai pada kedalaman 1-1.5
cm, lalu jarangkan bila sudah mempunyai dua daun. Pesemaian sebaiknya dilakukan di
bawah naungan, dengan pengairan yang cukup. Bila akan dipindahkan ke lapangan, berikan
cahaya matahari langsung 3-4 jam dan pada hari ke-4 semaian sudah menerima matahari
penuh, dan biasanya siap dipindah ke lapangan 3 minggu setelah semai, atau bibit semaian
mempunyai 5-6 daun. Menggunakan stek batang. Bila benih tidak cukup, maka stek batang
dapat digunakan sebagai benih. Hal ini biasanya dilakukan pada kangkung berdaun lebar
yang banyak ditanam di dataran rendah. Stek yang panjangnya 15-25 cm dengan 3-4 buku
biasanya diambil pada panen pertama, kemudian direndam 1-3 hari dalam air untuk
pembentukan akar sebelum dipindahkan ke lapangan. Stek ditanam 2-3 stek/lubang
sedalam 5-10 cm dengan jarak antar guludan 20-30 cm, dan jarak dalam guludan 15-20 cm.
Siram segera setelah tanam.
4.1.4. Pemupukan
Kangkung dapat hidup pada kesuburan tanah sedang. Kangkung sangat tanggap
terhadap pemupukan nitrogen dan juga pemupukan organik. Kombinasi penggunaan pupuk
organik dan anorganik dapat meningkatkan hasil dan memelihara kesuburan tanah. Dosis
pupuk yang digunakan tergantung pada kesuburan tanah, jenis tanah, kecepatan
ketersediaan pupuk, dan kandungan bahan organik. Rekomendasi pemupukan tergantung
dari kondisi setempat. Pupuk kandang 10 ton/ha, pupuk anorganik 75 kg/ha urea, 100 kg/ha
SP-36, dan 50 kg/ha KCl.
4.1.5. Pengairan
Kangkung membutuhkan banyak air karena berbatang basah. Pengairan sangat
diperlukan setelah tanam, terutama bila tanaman layu pada siang hari. Pengairan dapat
dilakukan dengan dileb diantara bedengan.
4.1.6. Penyiangan gulma
Gulma menyaingi cahaya, air, dan cahaya yang dapat mengurangi hasil. Tanah harus
diolah dengan baik karena benih kangkung lambat untuk tumbuh, maka pengendalian
gulma perlu dilakukan dini pada penanaman benih secara langsung
4.1.7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Penyakit yang biasa menyerang kangkung adalah: karat putih (Albugo ipomoeae-
panduratae), aphids dan thrips. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam
yang baik seperti rotasi tanaman, sanitasi, jarak tanam yang cukup, penyiraman di antara
bedengan. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindarkan, kecuali bila serangan begitu tinggi,
sehingga penyemprotan pestisida perlu dilakukan mengikuti kaidah yang berlaku untuk .
4.3 Panen
Kangkung siap dipanen 30-45 hst, tergantung dari varietas dan tipe tanaman
kangkung. Panen dapat dilakukan sekali sampai beberapa kali. Untuk panen yang berulang,
tunas dipotong 15-20 cm dari permukaan tanah, biasanya seminggu sekali. Panen yang
berulang menghambat pembungaan dan merangsang tumbuhnya tunas lateral yang
berkembang menjadi tunas batang baru. Panen sebaiknya dilakukan pada waktu hari tidak
terlalu panas untuk menghidarkan layu, pagi atau sore sekali. Hasil panen sebaiknya
disimpan di tempat yang teduh dan sejuk.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini di laksanakan di lahan praktek kerja lapangan SMKN 9 Tebo kec. Sumay .
3.2. alat dan bahan
3.2.1 alat
Adapun alat yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah
1) Cangkul
2) Tugal
3) Papan nama
4) Meteran
5) Penggaris
6) Alat tulis
7) Gembor
3.2.2 bahan
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian meliputi
1) Bibit kangkung
2) Pupuk kandang
3) Pupuk NPK mutiara 16 16
3.3.teknik penanaman kangkung
3.3.1. persiapan tanam
Kangkung memerlukan lahan yang diolah dengan baik, dengan lebar bedengan 90 cm
dan jarak antar bedengan 150 cm. Karena kangkung toleran terhadap genangan, maka
bedengan yang dibuat boleh tidak terlalu tinggi.
3.3.2. perlakuan benih
Kangkung dapat ditanam dengan menanam benih langsung, melalui pemindahan atau
menggunakan stek batang. Penanaman secara langsung dapat dilakukan bila jumlah benih
cukup banyak, kurang tenaga. Benih disemai pada bedengan dengan larikan sedalam 1-1.5
cm, jarak antar larikan 15 – 20 cm dan dalam larikan 5 cm. Tutup benih dengan kompos. Bila
sudah berdaun dua, kurangi tanaman dengan berjarak tanaman 10-15 cm. Secara komersial,
kerapatan tanaman 50 000 tanaman/ha, diperlukan 5 kg/ha benih. Untuk cara penanaman
dengan menyebar benih, pengurangan benih tidak perlu dilakukan. Benih yang diperlukan 5
– 10 kg/ha.
3.3.3. Penanaman dengan pemindahan/transplanting.
Penanaman meliputi dua tahap, yaitu produksi bibit semaian dan penanaman di
lapangan. Produksi bibit semaian. Bibit semaian dapat ditumbuhkan pada baki pesemaian
atau di bedengan pesemaian. Medium pesemaian harus terdiri dari medium yang mampu
menahan air dengan drainase yang baik, misalnya kompos, arang sekam, media campuran
untuk pot. Media dikukus selama 2 jam untuk sterilisasi. Biji disemai pada kedalaman 1-1.5
cm, lalu jarangkan bila sudah mempunyai dua daun. Pesemaian sebaiknya dilakukan di
bawah naungan, dengan pengairan yang cukup. Bila akan dipindahkan ke lapangan, berikan
cahaya matahari langsung 3-4 jam dan pada hari ke-4 semaian sudah menerima matahari
penuh, dan biasanya siap dipindah ke lapangan 3 minggu setelah semai, atau bibit semaian
mempunyai 5-6 daun. Menggunakan stek batang. Bila benih tidak cukup, maka stek batang
dapat digunakan sebagai benih. Hal ini biasanya dilakukan pada kangkung berdaun lebar
yang banyak ditanam di dataran rendah. Stek yang panjangnya 15-25 cm dengan 3-4 buku
biasanya diambil pada panen pertama, kemudian direndam 1-3 hari dalam air untuk
pembentukan akar sebelum dipindahkan ke lapangan. Stek ditanam 2-3 stek/lubang
sedalam 5-10 cm dengan jarak antar guludan 20-30 cm, dan jarak dalam guludan 15-20 cm.
Siram segera setelah tanam.
3.3.4. Pemupukan
Kangkung dapat hidup pada kesuburan tanah sedang. Kangkung sangat tanggap
terhadap pemupukan nitrogen dan juga pemupukan organik. Kombinasi penggunaan pupuk
organik dan anorganik dapat meningkatkan hasil dan memelihara kesuburan tanah. Dosis
pupuk yang digunakan tergantung pada kesuburan tanah, jenis tanah, kecepatan
ketersediaan pupuk, dan kandungan bahan organik. Rekomendasi pemupukan tergantung
dari kondisi setempat. Pupuk kandang 10 ton/ha, pupuk anorganik 75 kg/ha urea, 100 kg/ha
SP-36, dan 50 kg/ha KCl.
3.3.5. Pengairan
Kangkung membutuhkan banyak air karena berbatang basah. Pengairan sangat
diperlukan setelah tanam, terutama bila tanaman layu pada siang hari. Pengairan dapat
dilakukan dengan dileb diantara bedengan.
3.3.6. Penyiangan gulma
Gulma menyaingi cahaya, air, dan cahaya yang dapat mengurangi hasil. Tanah harus
diolah dengan baik karena benih kangkung lambat untuk tumbuh, maka pengendalian
gulma perlu dilakukan dini pada penanaman benih secara langsung
3.3.7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Penyakit yang biasa menyerang kangkung adalah: karat putih (Albugo ipomoeae-
panduratae), aphids dan thrips. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam
yang baik seperti rotasi tanaman, sanitasi, jarak tanam yang cukup, penyiraman di antara
bedengan. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindarkan, kecuali bila serangan begitu tinggi,
sehingga penyemprotan pestisida perlu dilakukan mengikuti kaidah yang berlaku untuk .
3.4. Panen
Kangkung siap dipanen 30-45 hst, tergantung dari varietas dan tipe tanaman kangkung.
Panen dapat dilakukan sekali sampai beberapa kali. Untuk panen yang berulang,
BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan
Budidaya tanaman kangkung (Ipomea spp) merupakan salah satu komoditas
hortikultura komersial. Yang dibudidayakan hampir seluruh wilayah indonesia dari mulai
dataran rendah hingga sedang, budidaya tanaman kangkung cocok di tanam di lahan yang
jenis tanahnya gembur dan mengandung bahan organik. Faktor yang mempengaruhi
produksi budidaya tanaman kangkung antara lain, luas lahan, tenaga kerja jumlah bibit,
pupuk kimia, dan pupuk kandang. Selain itu penjelasan diatas adalah melainkan proses dan
tahapan menanam bibit kangkung yang juga harus dilakukan dengan baik. Perawatan yang
insentif agar mendapatkan hasil yang baik pula.
5.2 Saran
Untuk melakukan laporan praktek kerja lapangan ( PKL ) ini saya akan menyampaikan
beberapa saran yang mungkin bisa membantu mengisi kekurangan kekurangan yang ada.
Adapun itu , menguasai teori sebelum melaksanakan praktek kerja lapangan utamakan ,
keselamatan kerja, gunakan waktu praktik sebaik mungkin, dan jangan merasa puas dengan
hasil yang dicapai.
LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) TAHAP I


BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG ( Ipomea spp )

Disusun oleh :

RIAN
0059243610

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 9 TEBO


BIDANG KEAHLIAN AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI
PROGRAM KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN
KOMPETENSI KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA

T.A 2023 / 2024

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) TAHAP I
JUDUL
BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG (Ipomea spp)
RIAN
0059243610
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 9 TEBO
Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dedi Saputra. Irmawati Marpaung spd


Mengetahui:

Kepala sekolah Kaprodi

Joni afrizal S.pd Bayu Krisna Hati


Nip. 197106182005011000
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT . yang telah melimpahkan hidayah , taufik , rahmat serta
hidayahnya , safa”at tarbiyah baginda nabi muhammad SAW. Sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ( PKL ) mandiri, laporan praktek kerja
lapangan ( PKL ) mandiri ini berjudul “ Budidaya tanaman kangkung . dalam penyusunan
laporan ini tak sedikit hambatan yang dihadapi . namun tetap saya ucapkan terima kasih
atas bantuan dari bimbingan guru pembimbing I Bapak Dedi Saputra dan pembimbing II Ibuk
Irmawati Marpaung S.Pd. dan tak lupa kepada ketua orang tua saya beserta keluarga
tercinta dan guru guru SMK Negeri 9 TEBO.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan ,
sehingga kemungkinan masih banyak kekurangan serta kesalahan baik isi maupun dalam
penyusunan kalimat, oleh karena itu saya sangat berharap kepada pembaca agar memberi
kritik dan sarannya demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT . memberikan balasan
kepada pihak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Sumay 23 mei 2023

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search=tanamankangkugdigorontalo
http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung
DOKUMEN TASI
Pengolahan lahan. Penanaman

Penyiraman panen dan pasca panen

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................1
1.4 Manfaat..........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Kangkung .........................................................................2
2. 2 Teknik penanaman Kangkung..........................................................2
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian...........................................................3
3.2 Alat dan bahan..................................................................................3
3.3 teknik penanaman Kangkung..............................................,.............3
3.4 panen................................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.........................,........................................................................5
4.2 Teknik penanaman kangkung...........................................................5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................,..............................................................6
5.2 Saran..................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai