Anda di halaman 1dari 30

Disusun Oleh :

Dr. Ir. Sukriming Sapareng, SP., MP., IPM


Dr. Taruna Shafa Arzam AR, SP., M.Si.
Paradilla, SP,.MP
Erwina, SE., MM.
Ambotang
Asrul
Pendahuluan
Pohon sagu merupakan salah satu jenis tanaman
yang dijadikan bahan makanan pokok dibeberapa
daerah Indonesia, terutama masyarakat Indonesia
timur. Sagu dijadikan makanan pokok karena
mengandung karbohidrat tinggi. Selain itu, pada
tanaman sagu terkandung banyak zat yang baik
untuk tubuh serta memiliki manfaat lain yang dapat
diambil dari bagian-bagian pohonnya.

Tanaman sagu mampu tumbuh meskipun tanpa


pemeliharaan dan dapat berproduksi dengan baik
pada areal marginal yang tanaman lain tidak dapat
tumbuh secara ekonomis.
Di Indonesia peranan sagu sangat mendukung
pelaksanaan Inpres No.20 tahun 1979 tentang usaha
diversifikasi pangan karena potensi produksinya
tinggi dan sebagai makanan yang disukai sebagian
masyarakat.
Habitat dan Sebaran SAGU

Sebaran tanaman sagu di dunia:


o Indonesia = 5.579.637 ha
o Papua Nugini = 1,25 jt ha
o Malaysia (Semi-cultivated) = 45.000 ha
o Thailand (Semi-cultivated) = 3.000 ha
o Philippines (Semi-cultivated) = 3.000 ha
o Other Countries = 5.000 ha
Sumber : Flach 1997
SAGU Tanaman Masa Depan Dan Penyangga
Lingkungan
- Sagu sebagai pangan alternative dan
fungsional
- Pohon sagu dapat berfungsi sebagai mitigasi
bencana alam, seperti tsunami
- Sagu dapat beradaptasi pada perubahan iklim
- Sebagian peneliti mengangap sebagai tanaman
masa depan yang multivungsi
Ekologi dan Syarat Tumbuh Sagu

Tanaman sagu biasanya tumbuhan ini hidup


di daerah rawa, dan lahan gambut, sekitar
aliran sungai dan rawa hutan.
- Suhu : 24,5- 29oC dengan rataan 26oC dan
minimum 15oC.
- Suhu sub optimal sagu butuh waktu untuk capai
fase rosett dan pd kondisi tersebut pertumbuhan
daun baru juga memperlama pendewasaan dan
produksi pati sagu.
- Kelembaban relative : 90%. Suhu dibawah
20oC & kelembaban relatif rendah dari 70%
produksi pati akan menurun sekitar 25%.
- Curah Hujan optimal 2.000 mm/thn.
- Sagu dapat tumbuh pada 2 bln kering (Ch
‹100mm/bln) dan
< 9 bulan basah (Ch ›2000mm/bln).
- Cahaya Optimal 900j/cm²/hari kaitannya dgn
pembentukan pati. Anakan sagu ‹800j/cm²/hari,
untuk luas daun tanaman.
- Produktivitas pati sagu bergantung dari total
produksi biomassa dan laju pembentukan pati
sagu
- ELEVASI: Semakin tinggi elevasi semakin rendah
suhu udara. Pada suhu 17°C pertumbuhan daun
terhenti.
Ekologi dan Syarat Tumbuh
HIDROLOGI: Sagu memerlukan air yang banyak tapi
bila selalu tergenang akan menurunkan produksi pati.
Sagu dapat tumbuh pada kondisi hidrologi:
1. Rawa pantai : sagu tumbuh bersama nipah dan
tumbuhan payau lainnya
2. Rawa Air Tawar: sagu tumbuh murni atau
campur dengan tumbuhan lainnya. Kondisi
tergenang permanen atau sementara
3. Pesisir : di pengaruhi oleh pasang surut
4. Tidak tergenang tapi kandungan air tanahnya
tinggi

Kedalaman air tanah mempengaruhi laju


pertumbuhan tanaman sagu. Sekitar 50% akar sagu
terdapat pada kedalaman 30 cm. Tanaman sagu
yang tumbuh di lahan mineral lebih baik dari pada
di lahan gambut
Ekologi dan Syarat Tumbuh

TANAH : Sagu dapat tumbuh pada berbagai tipe


tanah yang belum berkembang , seperti: Sulfaquent,
Hydraquent

NAUNGAN : Sagu ternaungi pertumbuhannya lambat


diameter batangnya kecil dan kandunga patinya
rendah meskipun tingginya sama.
DINAMIKA PERTUMBUHAN TANAMAN SAGU

Sagu membutukan waktu sekitar 10-12


tahun untuk mencapai masa hidupnya dari
biji ke biji lagi pada kondisi ekologi yang
optimal.
1. Rosette strage 45
bulan
2. Bole Formation stage
(pembentukan
batang) 45 bulan
3. Inflorescens stage
(Pembentukan Bunga) 12 bulan
4. Fruit rifening stage (pemasakan buah) 24
bulan
DINAMIKA PERTUMBUHAN TANAMAN SAGU

Gambar batang sagu


Budidaya Tanaman SAGU
Tanaman sagu dibibitkan dengan dua cara, yaitu
menggunakan bahan generatif dan bahan vegetative.
Namun umumnya masyarakat membiakkan
menggunakan bahan vegetatif yaitu tunas. Beberapa
daerah menggunakan bahan generatif, salah satunya
seperti masyarakat Inanwatan di Kabupaten Sorong
(Salosa 1997). Namun penggunaan biji tingkat
keberhasilannya sangat rendah.

1. Pembiakan Generatif (biji)


Pembiakan generative menggunakan biji sagu,
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan biji dari
pembiakan generative mencapai biji sekitar 12 tahun.
Perkecambahan biji sagu yang diikuti dengan
tumbuhnya embrio dari dalam biji dipengaruhi oleh:
 Faktor dalam :
- Kematangan embrio
- Kehadiran/tidak zat penghambat
- Ketebalan kulit biji
 Faktor luar:
- Air
- Suhu
- Cahaya
Pemilihan Biji
Metode perbanyakan tanaman sagu secara
generatif sebisa mungkin pilihlah biji sagu yang
sudah tua, tidak cacat fisik, ukurannya ideal, serta
mempunyai tunas. Sebaiknya gunakan biji yang
berasal dari pohon induk yang baik, kondisinya subur,
dan punya tingkat produktivitas yang tinggi. Lebih
bagus lagi apabila Anda menggunakan biji yang telah
terjatuh atau rontok sendiri dari pohon induknya.

Buah sagu
Penyemaian Biji
Proses penyemaian biji sagu dilakukan
dengan teknik perkecambahan tak langsung. Anda
bisa mulai dengan menyiapkan media berupa
wadah/bak yang terbuat dari bata atau bambu yang
mempunyai tinggi 30-40 cm, lebar 1,2-1,5 m, dan
panjang maksimal 2 m. Kemudian isi wadah ini
memakai pasir hingga memenuhi sepertiga dari
volumenya. Lalu masukkan serbuk gergaji yang
sudah dibersihkan ke dalam wadah ini sampai isinya
penuh. Biarkanlah media semai ini selama 3-5 hari.

Gambar fase-fase dalam perkecambahan biji sagu


Setelah itu, biji sagu dapat ditanam di media
semai dengan jarak tanam 10 x 10 cm, 10 x 15 cm,
atau 15 x 15 cm. Tidak ada aturan mengenai posisi
biji yang tepat bagaimana. Jadi Anda boleh
meletakkan biji ini secara miring maupun tegak,
namun pastikan bagian lembaganya berada di
bawah. Sebaiknya cukup 3/4 bagian biji sagu saja
yang terbenam di media semai. Sedangkan 1/4
bagian biji sagu tetap dibiarkan berada di atas
permukaan tanah. Jagalah kelembapan media sekitar
80-90%. Dalam kurun waktu 1-2 bulan, tumbuh bibit
sagu dengan 2-3 lembar daun dan siap dipindahkan
ke pembibitan.

Perkecambahan biji sagu diawali dengan


proses imbibisi air untuk merangsang sintesis
gibberellin (GA), GA kemudian berdifusi kelapisan
aleuron dan merangsang sintesis enzim,enzim yang
terbentuk akan memecahkan amilum dan gula yang
kemudian ditransportasikan ke embrio yang sedang
berkembang.
Embrio biji sagu yang berkecambah menjadi
tanaman mini yang ditandai dengan warna hijau
sebagai awal mulai mengalami fotosintesis untuk
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Pembibitan Tanaman
Sebelumnya dilakukan upaya penyiapan media
pembibit dulu sejak jauh-jauh hari. Caranya dengan
mengolah tanah sampai kedalaman 45-60 cm
dengan memberikan pupuk kadang serta mencangkul
supaya gembur. Lalu buatlah bedengan yang
berukuran tinggi 30 cm, lebar 1,25 m, panjang 8-10
m, dan jarak antar-bedengan 30-50 cm. Proses
pembibitan tanaman sagu ini dapat dilakukan dengan
penjarangan ataupun tanpa penjarangan. Jarak
tanamnya harus disesuaikan nantinya.
Persemaian bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan vegetatif, menyeragamkan
pertumbuhan bibit, dan mempunyai ketahanan yang
lebih tinggi saat dipindahkan ke lapang (Listio, 2007).
Menurut Jong (1995), permasalahan dalam
penyediaan bibit adalah rendahnya daya hidup bibit
saat di persemaian dan saat pindah tanam ke lapang.
Pada umumnya perbanyakan tanaman sagu
dilakukan secara vegetatif melalui anakan, hal ini
karena selain mudah diperbanyak, bibit yang
diperoleh dari anakan lebih cepat dalam
pertumbuhan (Irawan, 2004).

Teknik persemaian bibit sagu dapat


menggunakan rakit, kolam lumpur dan polibag
(Schuiling, 2009). Menurut Jong (2007) persemaian
di rakit memiliki persentase hidup bibit yang tinggi
(80%). Wibisono (2011), meskipun mempunyai
kemampuan hidup yang tinggi dalam persemaian
tetapi lebih dari 40% bibit mati pada saat pindah ke
lapang. Pada pembibitan dilakukan penjarangan, bibit
sagu ditanam pada jarak 25 x 25 cm sampai 40 x 40
cm.
Setelah 1 bulan, bibit yang mati, rusak, atau
cacat bisa disingkirkan, serta dilakukan penjarangan
menjadi jarak 25 x 25 cm sampai 40 x 40 cm. Hal ini
dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit
tanaman sagu
Pemeliharaan Bibit

Selama dalam masa pembibitan, Anda harus


melakukan perawatan bibit-bibit tanaman sagu
dengan baik. Faktor yang paling utama untuk
diperhatikan yaitu kondisi tingkat kelembapan
lingkungan dari tempat pembibitan. Anda harus
mempertahankan kelembapan udara berada di
kisaran 80-90%. Lalu Anda dapat memasang
naungan untuk melindungi bibit tanaman sagu yang
masih muda dari cahaya matahari langsung.
Kerjakanlah penyiraman secara bijaksana dan sesuai
kondisi lingkungan.

Proses pembibitan tanaman sagu ini


berlangsung selama kurun waktu 6-12 bulan. Setelah
melewati masa pembibitan ini, bibit sagu pun sudah
dapat ditanam di area lahan perkebunan. Tapi
sebaiknya dilakukan proses pemilihan bibit terlebih
dahulu untuk menentukan mutu kualitasnya. Pilihlah
hanya bibit sagu yang kondisinya normal, benar-
benar sehat, dan pertumbuhannya subur. Biasanya
bibit ini diangkut melalui transportasi air supaya lebih
efisien dan memakan biaya yang murah
2. Pembiakan Vegetatif

Pembiakan vegetative sagu dengan


mengambil bibit dari induk pohon yang sehat dan
produktif. Pembibitan menggunakan tunas
gantung/menempel
 dalam kegiatan budidaya sagu, Bibit yang
digunakan dari anakan yang menempel
di pangkal batang induk yang disebut
dangkel. Untuk mempercepat proses budidaya,
gunakan bibit dari anakan sagu (dangkel).

Bibit bentuk L Bibit bentuk Tapal Bibit bentuk L


 Pilih dangkel berdiameter sekitar 13
cm, tinggi sekitar 1 meter, dan mempunyai daun
sebanyak 4 helai. Apabila disayat, bagian dalam
anakan berwarna merah muda. Warna ini
menandakan bahwa anakan tersebut telah
memenuhi syarat sebagai calon bibit.
 Lakukan Pemotongan di sisi kiri dan kanan
sedalam 30 cm, tanpa membuang akar
serabutnya.
 Bersihkan dangkel yang telah dipotong dari
daun-daun dan tempatkan pada tempat yang
mendapat cahaya matahari langsung dengan
bagian permukaan belahan tepat pada tempat di
mana cahaya matahari jatuh selama 1 jam.
 Penyemaian menggunakan rakit yang diletakkan
di atas air yang mengalir. dangkel disusun di
atas rakit. Persemaian bibit di atas rakit agar
calon bibit dapat memperoleh oksigen yang
cukup untuk pertumbuhannya.
 Setelah bibit sagu berusia 3 bulan, bibit
dipindahkan kelahan tanam.
Gambar kondisi bibit saat masa pembibitan

Persiapan dan Pengolahan Lahan


Selama pembibitan berlangsung dilakukan
pula persiapan lahan untuk pindah tanam, hal
dilakukan agar bibit dipat dipindahkan tepat waktu
dan gas-gas beracun telah hilang pada saat
pemindahan tanaman di lahan. Adapun kegiatan
yang dilakukan adalah:
 Bersihkan lahan dari tanaman yang
mengganggu.
 Buat sistem drainase (saluran air) dengan lebar
sekitar 1 meter.
 Untuk budidaya skala besar, buat bedengan
tanaman yang dilakukan dengan pembuatan
blok. Ukuran blok sebesar 400 m x 400 m dan
di tengah-tengah blok dibuat 3 macam
kanal, yaitu kanal utama, kanal sekunder, dan
kanal tersier. Kanal utama merupakan kanal
yang digali secara tegak lurus dari
sungai sebagai tempat mengalirnya air yang
berasal dari sungai. Kanal sekunder digali
secara tegak lurus dengan kanal utama yang
berguna untuk jalur transportasi bagi sagu dari
kebun atau kanal tersier ke kanal utama. Kanal
tersier digali pada bagian tengah di antara blok-
blok yang berseberangan dan berguna untuk
jalur transportasi dari kebun sagu ke kanal
utama atau ke kanal sekunder.
Penanaman Sagu
 Buat lubang tanam 1 minggu, sebelum tanam
berukuran sekitar 30 x 30 x 30 cm dengan jarak
tanam 8-10 meter (tergantung jenis sagu yang
ditanam).
 Tanam bibit pada lubang tanam. Benamkan
ke tanah sampai bagian leher tanaman.
 Berikan penyangga yang diletakkan secara
menyilang pada bagian depan batang tanaman.

Gambar kondisi bibit sagu di lahan


 Tanaman sagu yang baru ditanam sangat
mengandalkan keberadaan air. Jadi, pasokan air
harus diperhatikan di sekitar lokasi
tanam. Lakukan penanaman pada masa awal
musim hujan sehingga masalah ketersediaan air
akan lebih mudah teratasi.

Pemeliharaan Tanaman Sagu


Pemeliharaan sagu meliputi pembersihan
gulma, pemupukan, pengairan dan pengendalian
hama penyakit. Pengendalian gulma dilakukan
dengan tangan atau dengan bantuan sabit dan
cangkul. Tanaman gulma yang sudah dicabuti bisa
ditimbun untuk jadi pupuk kompos, Namun
jika tanaman gulma itu pebawa atau mengandung
penyakit, sebaiknya dibakar dan abunya bisa
dijadikan pupuk kompos.

Pemupukan dilakukan dengan cara


membenamkan pupuk dalam tanah, agar tidak
terbawa air sebelum diabsorbsi oleh akar tanaman
lahan yang berada di daerah rawa atau dataran
rendah dan pasang surut yang sering terjadi luapan
air. Secara melingkar, pupuk diaplikasikan tepat pada
sekeliling rumpun atau secara lokal di sisi daun
rumpun pada jarak sejauh pertengahan antara ujung
tajuk dengan pohon atau rumpun sagu.

Sumber :https://disnakbun.banjarkab.go.id/teknik-
budidaya-tanaman-sagu/

Periode pemupukan pada tanaman sagu muda


hanya sampai 1 tahun menjelang panen, sebanyak 1
- 2 kali setahun, yaitu pada awal musim hujan.
Sedangkan untuk pemupukan dua kali setahun
dilakukan pada awal dan akhir musim hujan dengan
masing-masing ½ dosis.
Panen dan Pengolahan SAGU
Pemanenan Sagu
 Panen sagu umumnya saat tanaman berusia 7
tahun, ditandai dengan batang yang
membengkak serta pelepah daun sagu menjadi
putih.
 Bersihkan jalan untuk masuk ke rumpun
tanaman dan bersihkan batang tanaman
yang akan dipotong.
 Potong tanaman sedekat mungkin dengan
bagian akar menggunakan bantuan mesin
pemotong. Kemudian, batang pohon dibersihkan
lagi dari pelepah sehingga hanya menyisakan
gelondongan batangan sagu berukuran 6 hingga
15 meter.
 Potong-potong gelondongan dengan ukuran
masing-masing 40-70 cm supaya lebih mudah
dalam proses pengangkutannya.
Pengolahan Sagu
Pati sagu dapat diperoleh dengan melakukan
pengolahan terhadap batang-batang pohon sagu.
Proses pengolahan batang sagu dilakukan dengan
cara ekstraksi untuk memisahkan ampas dan pati
sagu yang terkandung didalamnya.

Ekstraksi pati sagu melalui beberapa proses,


yaitu pohon sagu yang telah matang atau tua
dipotong menjadi beberapa potongan dengan
panjang antara 40 – 70 cm, batang sagu atau
gelondongan yang sudah ditebang kemudian
dibersihkan dari kulit batang yang kasar kurang lebih
2 – 4 cm. Setelah itu diparut kemudian pati sagu
dipisahkan dari serat, dikeringkan dan dikemas.

Tepung sagu yang telah dikemas siap untuk


didistribusi ke konsumen. Secara umum proses
ekstraksi sagu dibedakan dalam dua metode, yaitu
metode tradisional dan metode modern (pabrikasi).
Metode modern banyak digunakan oleh masyarakat
di Malaysia. Metode tradisional untuk ekstraksi pati
sagu banyak dilakukan di Indonesia.
Cara ekstraksi tradisional dilakukan oleh
kelompok lokal dan dalam bentuk pabrik pengolahan
skala kecil. Kelompok lokal dilakukan oleh petani
secara perorangan dimana pohon sagu ditebang dan
diproses sekaligus dalam satu tempat atau kebun
sehingga memudahkan proses pengolahan karena
tidak perlu mengangkat batang-batang sagu yang
sangat berat (Karim et al., 2008).

Gambar bagan alir prose pembuatan pati sagu sampai pada konsumen
Industri sagu modern, ekstraksi sagu dilakukan
dengan cara modifikasi teknik pengolahan yang
dilakukan oleh pabrik skala kecil (cara tradisional).
Teknologi hasil modifikasi tersebut digunakan untuk
mengekstraksi pati dalam pabrik skala besar. Dimana
seluruh proses yang dilakukan sudah sepenuhnya
menggunakan sistem mekanis. Mulai dari proses
pemotongan pohon sagu menjadi beberapa bagian
dengan panjang 1 sampai 1,2 m, mengupas kulit
batang sagu (debarking) kemudian memasukkan ke
dalam mesin slicers untuk mengiris empulur dari kulit
sagu, memasukkan empulur sagu untuk diparut
hingga menjadi bagian-bagian halus dengan
menggunakan mesin conveyor belt.

Proses ekstraksi pati sagu menghasilkan


bubur pati, kemudian melewati mesin saringan
sentrifugal untuk memisahkan serat kasar (ampas),
pati sagu, dan air limbah pencucian dan penyaringan.

Untuk memperoleh pati yang sangat murni,


dilakukan pemisahan dan pemurnian menggunakan
ayakan yang dilengkapi dengan pemisah nozzle dan
pemisah cyclone. Pati yang diperoleh kemudian
dikeringkan dengan menggunakan pengering rotary
vacuum yang dilengkapi dengan mesin pengering
udara panas. Semua proses tersebut dilakukan
dengan menggunakan mesin (Karim et al., 2008).

Anda mungkin juga menyukai